Anda di halaman 1dari 12

1

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM
MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN
HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM
MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN
Berinteraksi dengan Jin
Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Jin memang diakui keberadaannya dalam syariat. Sayangnya,
banyak masyarakat yang menyikapinya dengan dibumbui klenik
mistis. Bahkan belakangan, tema jin dan alam ghaib menjadi
salah satu komoditi yang menyesaki tayangan berbagai media.
Fenomena alam jin akhir-akhir ini menjadi topik yang ramai
diperbincangkan dan hangat di bursa obrolan. Menggugah
keinginan banyak orang untuk mengetahui lebih jauh dan
menyingkap tabir rahasianya, terlebih ketika mereka banyak
disuguhi tayangan-tayangan televisi yang sok berbau alam
ghaib. Lebih parah lagi, pembahasan seputar itu tak lepas dari
pemahaman mistik yang menyesatkan dan membahayakan
aqidah. Padahal alam ghaib, jin, dan sebagainya merupakan
perkara yang harus diimani keberadaannya dengan benar.

Membahas topik seputar jin sendiri sejatinya sangatlah panjang.


Sampai-sampai guru kami Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi
rahimahullahu mengatakan: Bila ada seseorang yang
menulisnya, tentu akan keluar menjadi sebuah buku seperti
Bulughul Maram atau Riyadhus Shalihin, dilihat dari sisi
klasifikasinya, yang muslim dan yang kafir, penguasaan jin dan
setan, serta godaan-godaannya terhadap Bani Adam.

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Keagamaan Kaum Jin


Jin tak jauh berbeda dengan Bani Adam. Di antara mereka ada
yang shalih dan ada pula yang rusak lagi jahat. Seperti firman
Allah Subhanahu wa Taala menghikayatkan mereka:





Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih
dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya.
Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jin: 11)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

22

Badruddin Asy-Syibli dalam bukunya Akamul Mirjan


mengemukakan bahwa sekelompok tabiin membenci
pernikahan jin dengan manusia. Di antara mereka adalah AlHasan, Qatadah, Az-Zuhri, Hajjaj bin Arthah, demikian pula
sejumlah ulama Hanafiyah.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat


dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.
(Al-Jin: 14)

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini


dengan mencantumkan sumbernya yaitu : www.asysyariah.com

Di antara mereka ada yang kafir, jahat dan perusak, ada yang
bodoh, ada yang sunni, ada golongan Syiah, serta ada juga
golongan sufi.
Diriwayatkan dari Al-Amasy, beliau berkata: Jin pernah
datang menemuiku, lalu kutanya: Makanan apa yang kalian
sukai? Dia menjawab: Nasi. Maka kubawakan nasi untuknya,
dan aku melihat sesuap nasi diangkat sedang aku tidak melihat
siapa-siapa. Kemudian aku bertanya: Adakah di tengah-tengah
kalian para pengikut hawa nafsu seperti yang ada di tengahtengah kami? Dia menjawab: Ya.
Bagaimana keadaan golongan Rafidhah yang ada di tengah
kalian? tanyaku. Dia menjawab: Merekalah yang paling jelek
di antara kami.
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Aku perlihatkan sanad
riwayat ini pada guru kami, Al-Hafizh Abul Hajjaj Al-Mizzi,
dan beliau mengatakan: Sanad riwayat ini shahih sampai AlAmasy. (Tafsir Al-Qur`anul Azhim, 4/451)

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Mendakwahi Jin

21

Dakwah memiliki kedudukan yang sangat agung. Dakwah


merupakan bagian dari kewajiban yang paling penting yang
diemban kaum muslimin secara umum dan para ulama secara
lebih khusus. Dakwah merupakan jalan para rasul, di mana
mereka merupakan teladan dalam persoalan yang besar ini.

Ibnu Taimiyah rahimahullahu menjelaskan: Adapun orang yang


melawan permusuhan jin dengan cara yang adil sebagaimana
Allah dan Rasul-Nya perintahkan, maka dia tidak mendzalimi
jin. Bahkan ia taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menolong
orang yang terdzalimi, membantu orang yang kesusahan, dan
menghilangkan musibah dari orang yang tertimpanya, dengan
cara yang syari dan tidak mengandung syirik serta tidak
mengandung kedzaliman terhadap makhluk. Yang seperti ini, jin
tidak akan mengganggunya, mungkin karena jin tahu bahwa dia
orang yang adil atau karena jin tidak mampu mengganggunya.
Tapi bila jin itu dari kalangan yang sangat jahat, bisa jadi dia
tetap mengganggunya, tetapi dia lemah. Untuk yang seperti ini,
semestinya ia melindungi diri dengan membaca ayat Kursi, AlFalaq, An-Nas (atau bacaan lain yang semakna, ed), shalat,
berdoa, dan semacam itu yang bisa menguatkan iman dan
menjauhkan dari dosa-dosa (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 138)

Karena itulah Allah Subhanahu wa Taala mewajibkan para


ulama untuk menerangkan kebenaran dengan dalilnya dan
menyeru manusia kepadanya. Sehingga keterangan itu dapat
mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan, dan mendorong
mereka untuk melaksanakan urusan dunia dan agama sesuai
dengan apa yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa
Taala.
Dakwah yang diemban Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
adalah dakwah yang universal, tidak terbatas kepada kaum
tertentu tetapi untuk seluruh manusia. Bahkan kaum jin pun
menjadi bagian dari sasaran dakwahnya.
Al-Qur`an telah mengabarkan kepada kita bahwa sekelompok
kaum jin mendengarkan Al-Qur`an, sebagaimana tertera dalam
surat Al-Ahqaf ayat 29-32. Kemudian Allah menyuruh Nabi kita
Shallallahu alaihi wa sallam agar memberitahukan yang
demikian itu. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:





Katakanlah (hai Muhammad): Telah diwahyukan kepadaku
bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan Al-Qur`an,
lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan

Pembaca, demikian yang dapat kami paparkan di sini, mudahmudahan dapat mewakili apa yang belum lengkap
penjelasannya.
Walilmu indallah.
1 Di antara ulama yang berpendapat terlarangnya hal itu adalah
Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullahu.
Beliau mengatakan: Saya tidak mengetahui dalam Kitabullah
maupun Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adanya
dalil yang menunjukkan bolehnya pernikahan antara manusia
dan jin. Bahkan yang bisa dijadikan pendukung dari dzahir ayat
adalah tidak bolehnya hal itu. (Adhwa`ul Bayan, 3/321)

20

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Yakni mereka


tidak akanq bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan
seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan saat setan itu
merasukinya. (Tafsir Al-Qur`anul Azhim, 1/359)

Al-Qur`an yang menakjubkan, dan seterusnya. (Lihat AlQur`an surat Al-Jin: 1)

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Penyebab Kesurupan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu menjelaskan
bahwa masuknya jin pada tubuh manusia bisa jadi karena
dorongan syahwat, hawa nafsu dan rasa cinta kepada manusia,
sebagaimana yang terjadi antara manusia satu sama lainnya.
Terkadang -atau bahkan mayoritasnya- juga karena dendam dan
kemarahan atas apa yang dilakukan sebagian manusia seperti
buang air kecil, menuangkan air panas yang mengenai sebagian
mereka, serta membunuh sebagian mereka meskipun manusia
tidak mengetahuinya.
Kalangan jin juga banyak melakukan kedzaliman dan banyak
pula yang bodoh, sehingga mereka melakukan pembalasan di
luar batas. Masuknya jin ke tubuh manusia terkadang disebabkan
keisengan sebagian mereka dan tindakan jahat yang
dilakukannya. (Idhahu Ad-Dilalah Fi Umumi Ar-Risalah, hal.
16)
Bagaimana kita menghindari gangguan-gangguan itu?

Tujuan dari itu semua adalah agar manusia mengetahui ihwal


kaum jin, bahwa beliau Shallallahu alaihi wa sallam diutus
kepada segenap manusia dan jin. Di dalamnya terdapat petunjuk
bagi manusia dan jin serta apa yang wajib bagi mereka yakni
beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala, Rasul-Nya, dan
hari akhir. Juga taat kepada Rasul-Nya dan larangan dari
melakukan kesyirikan dengan jin.
Jika jin itu sebagai makhluk hidup, berakal dan dibebani
perintah dan larangan, maka mereka akan mendapatkan pahala
dan siksa. Bahkan karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun
diutus kepada mereka, maka wajib atas seorang muslim untuk
memberlakukan di tengah-tengah mereka seperti apa yang
berlaku di tengah-tengah manusia berupa amar maruf nahi
mungkar dan berdakwah seperti yang telah disyariatkan Allah
Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya. Juga seperti yang telah
diserukan dan dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam atas
mereka. Bila mereka menyakiti, maka hadapilah serangannya
seperti saat membendung serangan manusia. (Idhahu Ad-Dilalah
fi Umumi Ar-Risalah, hal. 13 dan 16)
Mendakwahi kaum jin tidaklah mengharuskan seseorang untuk
terjun menyelami seluk-beluk alam dan kehidupan mereka, serta
bergaul langsung dengannya. Karena semua ini tidaklah
diperintahkan. Sebab, lewat majelis-majelis talim dan kegiatan
dakwah lainnya yang dilakukan di tengah-tengah manusia berarti
juga
telah
mendakwahi
mereka.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu berkata: Bisa jadi
ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu tidak menghadiri

19

majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal


tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya,
kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada setan-setan.
Maka kita katakan:

pada ayahku: Sesungguhnya ada sekumpulan kaum yang


berkata bahwa jin tidak dapat masuk ke tubuh manusia yang
kerasukan. Maka ayahku berkata: Wahai anakku, tidak benar.
Mereka itu berdusta. Bahkan jin dapat berbicara lewat
lidahnya. (Idhahu Ad-Dilalah, atau lihat Majmuul Fatawa,
19/10)

.





Ya Rabbku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan
setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku,
dari kedatangan mereka kepadaku. (Al-Mu`minun: 97-98) [lihat
Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin]

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Berikut ini pernyataan para mufassir (ahli tafsir) berkenaan


dengan firman Allah Subhanahu wa Taala:



Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. (Al-Baqarah: 275)

Para ulama berselisih pendapat tentang masalah ini, apakah dari


kalangan jin ada rasul, ataukah rasul itu hanya dari kalangan
manusia? Sementara Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullahu mengatakan:


Yakniq bahwa orang-orang yang menjalankan praktek riba
ketika di dunia, maka pada hari kiamat nanti akan bangkit dari
dalam kuburnya seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan
yang dirusak akalnya di dunia. Orang itu seakan kerasukan setan
sehingga menjadi seperti orang gila. (Jami Al-Bayan Fi Tafsir
Al-Qur`an, 3/96)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menegaskan: Ayat ini


adalahq argumen yang mementahkan pendapat orang yang
mengingkari adanya kesurupan jin dan menganggap yang terjadi
hanyalah faktor proses alamiah dalam tubuh manusia serta
bahwa setan sama sekali tidak dapat merasuki manusia. (AlJami li Ahkamil Qur`an, 3/355)

Adakah Rasul dari Kalangan Jin?

18

a. Kaum orientalis, musuh-musuh Islam yang tidak percaya


kecuali kepada hal-hal yang bisa diraba panca indra.

Wahai golongan jin dan manusia, apakah belum datang


kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan
kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka
berkata: Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri. Kehidupan
dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri
mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.
(Al-Anam: 130)

b. Para ahli filsafat dan antek-anteknya, mereka mengingkari


keberadaan jin. Maka secara otomatis merekapun mengingkari
merasuknya jin ke dalam tubuh manusia.
c. Kaum Mutazilah, mereka mengakui adanya jin tetapi
menolak masuknya jin ke dalam tubuh manusia.
d. Prof. Dr. Ali Ath-Thanthawi, guru besar Universitas AlAzhar, Kairo. Ia mengingkari dan mendustakan terjadinya
kesurupan karena jin dan menganggap hal itu hanyalah sesuatu
yang direkayasa (lihat artikel Idhahul Haq fi Dukhulil Jinni Fil
Insi, Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu)
e. Dr. Muhammad Irfan. Dalam surat kabar An-Nadwah tanggal
14/10/1407 H, menyatakan bahwa: Masuknya jin ke dalam
tubuh manusia dan bicaranya jin lewat lisan manusia adalah
pemahaman ilmiah yang salah 100%. (Idhahul Haq)
f. Persatuan Islam (PERSIS). Dalam Harian Pikiran Rakyat
tanggal 5 September 2005, mengeluarkan beberapa pernyataan
yang diwakili Dewan Hisbahnya, sebagai berikut: Poin 7
Tidak ada kesurupan jin, keyakinan dan pengobatan
kesurupan jin adalah dusta dan syirik.
Semua pengingkaran atas kemampuan masuknya jin ke dalam
tubuh manusia adalah batil. Hanya terlahir dari sedikitnya ilmu
akan perkara-perkara yang syari dan terhadap apa yang
ditetapkan ahlul ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata: Aku pernah berkata

Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan


bahwa ada rasul dari kalangan jin. Juga berdalilkan dengan
sebuah atsar (riwayat) dari Adh-Dhahhak ibnu Muzahim. Beliau
mengatakan bahwa ada rasul dari kalangan jin. Yang
berpendapat seperti ini di antaranya adalah Muqatil dan Abu
Sulaiman, namun keduanya tidak menyebutkan sandaran (dalil)nya. (Zadul Masir, 3/125) Yang benar, wal ilmu indallah, tidak
ada rasul dari kalangan jin. Dan pendapat inilah yang para salaf
dan khalaf berada di atasnya. Adapun atsar yang datang dari
Adh-Dhahhak, telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (12/121). Namun di dalam sanadnya ada syaikh (guru) Ibnu
Jarir yang bernama Ibnu Humaid yakni Muhammad bin Humaid
Abu Abdillah Ar-Razi. Para ulama banyak membicarakannya,
seperti Al-Imam Al-Bukhari telah berkata tentangnya: Fihi
nazhar (perlu ditinjau kembali, red.). Al-Imam Adz-Dzahabi
rahimahullahu berkata: Dia, bersamaan dengan kedudukannya
sebagai imam, adalah mungkarul hadits, pemilik riwayat yang
aneh-aneh. (Siyarul Alam An-Nubala`, 11 / 530). Lebih
lengkapnya silahkan pembaca merujuk kitab-kitab al-jarhu wa
tadil.
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Tidak ada rasul dari
kalangan jin seperti yang telah dinyatakan Mujahid dan Ibnu

17

Juraij serta yang lainnya dari para ulama salaf dan khalaf.
Adapun berdalil dengan ayat yakni Al-Anam: 130, maka
perlu diteliti ulang karena masih terdapatnya kemungkinan,
bukan merupakan sesuatu yang sharih (jelas pendalilannya).
Sehingga kalimat dari golongan kamu sendiri maknanya adalah
dari salah satu golongan kamu. (Lihat Tafsir Al-Qur`anul
Azhim, 2/188)

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. (Al-Baqarah: 275)

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Menikah dengan Jin


Menikah adalah satu-satunya cara terbaik untuk mendapatkan
keturunan. Karena itulah Allah Subhanahu wa Taala
mensyariatkannya untuk segenap hamba-hamba-Nya. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan dalam hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa


sallam:




Sesungguhnya setan itu berjalan di dalam diri anak Adam
melalui aliran darah.
Tidak ada imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya
jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Siapa yang
mengingkarinya dan menyatakan bahwa syariat telah
mendustakannya, berarti dia telah mendustakan syariat itu
sendiri. Tidak ada dalil-dalil syari yang menolaknya.
(Majmuul Fatawa, 24/276-277, diambil dari tulisan Asy-Syaikh
Ibnu Baz, Idhahul Haq)

Ibnul Qayyim juga telah panjang lebar menerangkan masalah


ini. (Lihat Zadul Maad, 4/66-69)

Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,


dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang perempuan.(An-Nuur: 32)

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Kaum jin memiliki keturunan dan anak keturunannya beranakpinak, sebagaimana manusia berketurunan dan anak
keturunannya beranak-pinak. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:

Golongan yang Mengingkari Masuknya Jin ke dalam Tubuh


Manusia (Kesurupan)

16







.


:




: .


Wahai Rasulullah, setan telah menjadi penghalang antara diriku
dan shalatku serta bacaanku. Beliau Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Itulah setan yang bernama Khanzab. Jika
engkau merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah
darinya dan meludahlah ke arah kiri tiga kali. Aku pun
melakukannya dan Allah telah mengusirnya dari sisiku. (HR.
Muslim no. 2203 dari Abul Ala`)
Gangguan jin juga bisa berupa masuknya jin ke dalam tubuh
manusia yang diistilahkan orang sekarang dengan kesurupan
atau kerasukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata:
Keberadaan jin merupakan perkara yang benar menurut
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta kesepakatan salaful
ummah dan para imamnya. Demikian pula masuknya jin ke
dalam tubuh manusia adalah perkara yang benar dengan
kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman:


Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai
pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian?
(Al-Kahfi: 50)
Kalangan kaum jin itu ada yang berjenis laki-laki dan ada juga
perempuan, sehingga untuk mendapatkan keturunan merekapun
saling menikah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:



Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka
(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan
tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56)
Arthaah Ibnul Mundzir rahimahullahu berkata: Dhamrah ibnu
Habib pernah ditanya: Apakah jin akan masuk surga? Beliau
menjawab: Ya, dan mereka pun menikah. Untuk jin yang lakilaki akan mendapatkan jin yang perempuan, dan untuk manusia
yang jenis laki-laki akan mendapatkan yang jenis perempuan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 4/288)
Termasuk kasih sayang Allah Subhanahu wa Taala terhadap
Bani Adam, Allah Subhanahu wa Taala menjadikan untuk
mereka suami-suami atau istri-istri dari jenis mereka sendiri.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

10

15

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. (Ar-Rum:
21)
Perkara ini, yakni pernikahan antara manusia dengan manusia
adalah hal yang wajar, lumrah dan sesuai tabiat, karena adanya
rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah mereka.
Persoalannya, mungkinkah terjadi pernikahan antara manusia
dengan jin, atau sebaliknya jin dengan manusia?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata:
Pernikahan antara manusia dengan jin memang ada dan dapat
menghasilkan anak. Peristiwa ini sering terjadi dan populer. Para
ulama pun telah menyebutkannya. Namun kebanyakan para
ulama tidak menyukai pernikahan dengan jin. (Idhahu AdDilalah hal. 16) 1
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: Para
ulama telah berselisih pendapat tentang perkara ini sebagaimana
dalam kitab Hayatul Hayawan karya Ad-Dimyari. Namun
menurutku, hal itu diperbolehkan, yakni laki-laki yang muslim
menikahi jin wanita yang muslimah. Adapun firman Allah
Subhanahu wa Taala:







Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya





:
.


Sesungguhnya setan menampakkan diri di hadapanku untuk
memutus shalatku. Namun Allah memberikan kekuasaan
kepadaku
untuk
menghadapinya.
Maka
aku
pun
membiarkannya. Sebenarnya aku ingin mengikatnya di sebuah
tiang hingga kalian dapat menontonnya. Tapi aku teringat
perkataan saudaraku Sulaiman alaihissalam: Ya Rabbi
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang
pun sesudahku. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina.
(HR. Al-Bukhari no. 4808, Muslim no. 541 dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu)
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sedang
mendirikan shalat, lalu didatangi setan. Beliau memegangnya
dan mencekiknya. Beliau bersabda:



Hingga tanganku dapat merasakan lidahnya yang dingin yang
menjulur di antara dua jariku: ibu jari dan yang setelahnya.
(HR. Ahmad, 3/82-83 dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu
anhu)
Diriwayatkan dari Utsman bin Abil Ash radhiallahu anhu, ia
berkata:

14

11

sesembahan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan)


seberat zarrahpun di langit dan di bumi. Dan mereka tidak
mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya. (Saba`: 21-22)

kamu cenderung dan merasa tenteram kepada-nya (Ar-Rum:


21),

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Gangguan Jin
Secara umum, gangguan jin merupakan sesuatu yang tidak
diragukan lagi keberadaannya, baik menurut pemberitaan AlQur`an, As-Sunnah, maupun ijma. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:








Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 36)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

maka maknanya ini adalah anugrah yang terbesar di mana


manusia yang jenis laki-laki menikah dengan manusia yang jenis
perempuan, dan jin laki-laki dengan jin perempuan.
Tetapi jika seorang laki-laki dari kalangan manusia menikah
dengan seorang perempuan dari kalangan jin, maka kita tidak
memiliki alasan dari syariat yang dapat mencegahnya. Demikian
juga sebaliknya. Hanya saja Al-Imam Malik rahimahullahu tidak
menyukai bila seorang wanita terlihat dalam keadaan hamil, lalu
dia ditanya: Siapa suamimu? Dia menjawab: Suamiku dari
jenis jin.
Saya (Asy-Syaikh Muqbil) katakan: Memungkinkan sekali
fenomena yang seperti ini membuka peluang terjadinya
perzinaan dan kenistaan. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

RAHASIA ALAM JIN MISTERI KEHIDUPAN JIN


HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM MENGATASI
GANGGUAN KESURUPAN JIN

Meminta Bantuan Jin


Sangat rasional dan amatlah sesuai dengan fitrah bila yang
lemah meminta bantuan kepada yang kuat, dan yang kekurangan
meminta bantuan kepada yang serba kecukupan.

12

13

Manusia lebih mulia dan lebih tinggi kedudukannya daripada jin.


Sehingga sangatlah jelek dan tercela bila manusia meminta
bantuan kepada jin. Selain itu, bila ternyata yang dimintai
bantuannya adalah setan, maka secara perlahan, setan itu akan
menyuruh kepada kemaksiatan dan penyelisihan terhadap agama
Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:






Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di
antara jin. Maka jin-jin itu menambah ketakutan bagi mereka.
(Al-Jin: 6)
Ibnu Masud radhiallahu anhu berkata: Ada sekelompok orang
dari kalangan manusia yang menyembah beberapa dari kalangan
jin, lalu para jin itu masuk Islam. Sementara sekelompok
manusia yang menyembahnya itu tidak mengetahui
keislamannya, mereka tetap menyembahnya sehingga Allah
Subhanahu wa Taala mencela mereka. (Diambil dari Qaidah
Azhimah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 24)
Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib dan tidak punya
kekuatan untuk memberikan kemudharatan tidak pula
mendatangkan kemanfaatan. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:










Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak
ada yang menunjukkan kematiannya itu kepada mereka kecuali
rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah
tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau mereka mengetahui yang
ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang
menghinakan. (Saba`: 14)
Jin tidak memiliki kemampuan untuk menolak mudharat atau
memindahkannya. Jin tidak bisa mentransfer penyakit dari tubuh
manusia ke dalam tubuh binatang. Demikian pula manusia, tidak
punya kemampuan untuk itu. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:







.






Dan tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan
hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu
tentang itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu.
Katakanlah: Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai

Anda mungkin juga menyukai