Anda di halaman 1dari 8

Bohong / Dusta

A. Pengertian
- Secara bahasa : Dusta adalah lawan dari jujur
- Secara Istilah:
Al Imam An Nawawi: “Mengabarkan sesuatu baik yang telah lampau atau pun yang akan datang
yang tidak sesuai dengan kenyataan baik dengan sengaja atau pun karena kelalaian”

B. Bentuk-Bentuk Kebohongan
- Berdusta dan Saksi palsu. Yaitu berdusta dengan mengatakan ketidak benaran untuk melawan
kebenaran agar membalikkan kebenaran menjadi suatu kesalahan.

- Rekayasa atau Manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau mengarahkan
orang lain ke suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, meskipun barangkali orang lain
merugi. Rekayasa dan manipulasi bersifat mengelabui.

- Asal Bapak Senang (ABS). Asal Bapak Senang (ABS) adalah kata-kata dan sikap manis yang
dilakukan hanya sekadar untuk menyenangkan atasan, meskipun jauh dari kebenarannya. Kata-
kata dan sikap itu hanyalah formalitas belaka.

- Fitnah dan Umpatan. Fitnah dan umpatan ini sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir dan
tidak selalu mengetahuinya sehingga sering kali tidak dapat membela diri. Fitnah dapat
berkembang dengan cepat bahkan bisa tak terbendung.

C. Sebab-Sebab Kebohongan
Ada bermacam-macam alasan yang mendorong orang untuk melakukan kebohongan, antara lain sebagai
berikut:
1. Berbohong hanya sekadar iseng. Orang dapat berbohong hanya karena ingin menikmati kesenangan
murahan. Orang merasa senang jika ada orang lain yang tertipu atau terpedaya.

2. Berbohong untuk memperoleh kepentingan tertentu. Para pedagang misalnya, kadang-kadang menipu
supaya bisa mendapat untung lebih besar.

3. Berbohong karena takut dalam situasi terjepit. Untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sulit ia
terpaksa berbohong.

D. Celaan terhadap dusta dan pendusta


Alquran dan sunah telah menjelaskan secara tegas larangan berdusta. Bahkan, telah menjadi
kesepakatan para ulama akan haramnya perbuatan dusta. Sebab, dusta merupakan ujian terbesar
jika menimpa seseorang dan dusta merupakan penyakit yang akan menghancurkan dan dapat
menggerogoti akhlak. Dusta dapat mengantarkan ke jurang api neraka dan dapat menghancurkan
kejayaan Islam.
1. Firman Allah ta’ala :

‫َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِهۦ ِع ْلٌم ۚ ِإَّن ٱلَّس ْمَع َو ٱْلَبَص َر َو ٱْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأ۟و َٰٓلِئَك َك اَن َع ْنُه َم ْسُٔـواًل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS Al-
Isro [17]: 36).

2. firman Allah ta’ala:


‫َٰٓل‬
‫ِإَّنَم ا َيْفَتِر ى ٱْلَك ِذَب ٱَّلِذ يَن اَل ُيْؤ ِم ُنوَن ِبَٔـاَٰي ِت ٱِهَّللۖ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلَٰك ِذ ُبوَن‬
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (QS An-Nahl :105)

3. Dusta merupakan tanda kemunafikan. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
‫ َو ِإَذ ا اْؤ ُتِم َن َخ اَن‬، ‫ َو ِإَذ ا َو َعَد َأْخ َلَف‬، ‫آَيُة اْلُم َناِفِق َثَالٌث ِإَذ ا َح َّدَث َك َذ َب‬
“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi
amanat, ia khianat.” (HR. Bukhari no. 33)

4. Al Hasan Al Bashri berkata,


‫الَك ِذ ُب ِجَم اُع الِّنَفاُق‬
“Dusta dapat mengumpulkan sifat kemunafikan.” (Romadhon Durus, hal. 39).

5. Dusta juga merupakan cabang kekafiran. Dusta menunjukkan rendahnya diri seseorang dan jauh
dari sifat terpuji. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda;
‫َع َلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق َفِإَّن الِّص ْد َق َيْهِد ى ِإَلى اْلِبِّر َو ِإَّن اْلِبَّر َيْهِد ى ِإَلى اْلَج َّنِة َو َم ا َيَز اُل الَّرُج ُل َيْص ُدُق َو َيَتَح َّرى الِّص ْد َق‬
‫َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهَّللا ِص ِّديًقا َو ِإَّياُك ْم َو اْلَك ِذَب َفِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ى ِإَلى اْلُفُجوِر َو ِإَّن اْلُفُج وَر َيْه ِد ى ِإَلى الَّن اِر َو َم ا َي َز اُل‬
‫الَّرُجُل َيْك ِذ ُب َو َيَتَح َّرى اْلَك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهَّللا َك َّذ اًبا‬
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan
pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang
senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang
sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

6. Dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫َد ْع َم ا َيِر يُبَك ِإَلى َم ا َال َيِر يُبَك َفِإَّن الِّص ْد َق ُطَم ْأِنيَنٌة َو ِإَّن اْلَك ِذَب ِر يَبٌة‬
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran
lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi
no. 2518 dan Ahmad 1: 200, hasan shahih).
7. Dalam berpuasa, kita dilarang keras berkata dusta. Dusta terlarang sepanjang waktu, bukan
hanya ketika puasa saja. Dusta pun tidak pernah membawa kebaikan, yang ada hanyalah
keburukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن َلْم َيَد ْع َقْو َل الُّز وِر َو اْلَع َم َل ِبِه َفَلْيَس ِهَّلِل َح اَج ٌة ِفى َأْن َيَدَع َطَع اَم ُه َو َش َر اَبُه‬
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah
tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Zuur yang dimaksud dalam hadts di atas adalah dusta. Berdusta dianggap jelek setiap waktu dan
semakin dianggap jelek jika dilakukan di bulan Ramadan. Hadis di atas menunjukkan tercelanya
dusta. Seorang muslim tentu saja harus menjauhi hal itu.

E. Perkataan Salaf tentang dusta


- Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu: “Takutlah kalian terhadap dusta karena
sesungguhnya dusta akan menggeser keimanan”
- Umar bin Khattab radhyallahu ‘anhu: “Jika kejujuran membuatku rendah –dan sedikit yang
melakukan itu- lebih aku sukai daripada kedustaan yang mengangkatku –dan sungguh sedikit
yang melakukan itu-“
- Sa’ad bin Abi Waqqash: “Seorang mukmin dapat melakukan semua perkara kecuali khianat dan
dusta”.
- Junaid bin Muhammad: “Hakekat kejujuran adalah engkau berlaku jujur pada keadaan yang tidak
menyelamatkanmu melainkan dengan dusta”.
- Muththarrif bin ‘Abdillah; “Saya tidak merasa bangga bila saya berdusta untuk mendapatkan
dunia dan isinya”
- Asy Sya’bi: “Hendaklah kalian berlaku jujur walaupun engkau melihat hal itu akan
membahayakanmu karena sesungguhnya itu akan bermanfaat bagimu, dan jauhilah dusta pada
tempat yang engkau melihat akan memberi manfaat bagimu karena sesungguhnya hal itu akan
memudharatkanmu”.

F. Bahaya Dusta Dan Pendusta


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berkata yang baik, di antara bentuk
berkata yang baik adalah jujur, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan hakekatnya. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang dusta, yaitu memberitakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan hakekatnya.

Dusta adalah dosa besar, al-Imam adz-Dzahabi menyebutkan di dalam kitab beliau, al-Kabâir, dosa
besar ke-30 “Sering Berdusta” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dosa berdusta
mengiringi dosa syirik dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk
dosa-dosa besar yang paling besar.
‫ُأ‬
‫َع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن َأِبي َبْك َر َة َع ْن َأِبيِه رضي هللا عنه َقاَل َقاَل الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسُٔـُٔـلم َأاَل َنِّبُئُك ْم ِب َأْك َبِر اْلَك َب اِئِر‬
‫َثاَل ًثا َقاُلوا َبَلى َيا َر ُسوَل ِهَّللا َقاَل اِإْل ْش َر اُك ِباِهَّلل َو ُع ُقوُق اْلَو اِلَد ْيِن َو َج َلَس َو َك اَن ُم َّتِكًئا َفَقاَل َأاَل َو َقْو ُل الُّز وِر َقاَل َفَم ا َز اَل‬
‫ُيَك ِّر ُرَها َح َّتى ُقْلَنا َلْيَتُه َس َكَت‬
“Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukkan kepada
kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali.
Kemudian para Sahabat mengatakan, “Tentu wahai Rasûlullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua.” Sebelumnya Beliau bersandar, lalu
Beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! dan perkataan palsu (perkataan dusta)”, Beliau selalu
mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya Beliau berhenti”.
[HR. Al-Bukhâri, no. 2654, 5976, dan Muslim, no. 143/87]

Bahaya dusta banyak sekali, antara lain:


1. Orang yang berdusta akan terhalang dari hidayah, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ِإَّن َهَّللا اَل َيْهِد ي َم ْن ُهَو ُم ْس ِرٌف َك َّذ اٌب‬


“Sesungguhnya Allâh tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta”.
[Al-Mukmin/Ghâfir/40: 28]
2. Pasti akan mendapatkan celaka. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

‫﴾ اَّلِذ يَن ُهْم ِفي َغ ْمَر ٍة َس اُهوَن‬١٠﴿ ‫ُقِتَل اْلَخ َّر اُصوَن‬
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam
kebodohan yang lalai”. [Adz-Dzâriyat/51: 10-11]

3. Di dalam kitab Al Jawabul Kafi hal; 106, Ibnul Qayyim berkata:


‫ مقصور‬،]14 ،13 :‫ ﴿ ِإَّن اَأْلْب َر اَر َلِفي َنِع يٍم * َو ِإَّن اْلُفَّج اَر َلِفي َج ِح يٍم ﴾ [االنفطُٔـار‬:‫"ال تحسب أن قوله تعالى‬
‫ ودار القرار؛‬،‫ ودار البرزخ‬،‫ دار الدنيا‬:‫ بل في دورهم الثالثة كذلك؛ أعني‬،‫على نعيم اآلخرة وجحيمها فقط‬
."‫ وهؤالء في جحيم‬،‫فهؤالء في نعيم‬
Jangan kau mengira bahwa firman Allah ta’ala QS. Al Infithar; 13-14 hanya sebatas nikmat dan
siksa akhirat saja, bahkan hal itu terdapat pada 3 tempat yaitu Alam Dunia, Alam Barzakh, dan
Alam akhirat, maka mereka dalam kenikmatan dan mereka dalam siksaan.
4. Hilangnya rasa aman dan ketenangan
Dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َد ْع َم ا َيِر يُبَك ِإَلى َم ا َال َيِر يُبَك َفِإَّن الِّص ْد َق ُطَم ْأِنيَنٌة َو ِإَّن اْلَك ِذَب ِر يَبٌة‬
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya
kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR.
Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1: 200, hasan shahih).
Sesungguhnya kedustaan dapat mengumpulkan semua keburukan, dan merupakan asal dari
setiap celaan karena bahaya dan dampaknyanya yang buruk, karena akan melahirkan namimah,
dan namimah melahirkan kebencian, dan kebencian akan melahirkan permusuhan, dan dengan
permusuhan tidak akan merasakan ketenangan dan ketentraman”.

5. Dusta dapat membuat hati sakit


Hati yang sakit tidak akan merasakan ketenangan dan ketentraman, hal ini dapat kita lihat dari
firman Allah ta’ala:
‫﴿ َو ِم َن الَّناِس َم ْن َيُقوُل آَم َّنا ِباِهَّلل َو ِباْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو َم ا ُهْم ِبُم ْؤ ِمِنيَن * ُيَخ اِد ُع وَن َهَّللا َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َم ا َيْخ َد ُع وَن ِإاَّل‬
﴾ ‫َأْنُفَس ُهْم َو َم ا َيْش ُعُروَن * ِفي ُقُلوِبِهْم َم َر ٌض َفَز اَد ُهُم ُهَّللا َم َر ًضا َو َلُهْم َع َذ اٌب َأِليٌم ِبَم ا َك اُنوا َيْك ِذ ُبوَن‬
”Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”,
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 8-10).

6. Dusta akan mengurangi rejeki dan menghapuskan berkah


Al Ashbahany meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
(( ‫ والدعاء يرد القضاء‬،‫ والكذب ينقص الرزق‬،‫))بُّر الوالدين يزيد في العمر‬
“Berbakti kepada orang tua menambah umur, dan dusta akan mengurangi rejeki, dan doa
dapat menolak takdir”
Imam Bukhari pun didalam kitabnya “Shahih Bukhari” menulis sebuah bab dengan judul “Apa
yang dihapus oleh sifat dusta dan menyembunyikan dalam jual beli” kemudian beliau
membawakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh hakim bin hizam radhiyallahu ‘anhu dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

،‫ وإن كتَم ا وكَذ َبا‬،‫ بورك لهما في بيعهما‬،‫ فإْن صَد َقا وبَّينا‬-‫ حتى يَتَفَّر َقا‬:‫ أو قال‬- ‫الَبِّيعان بالخيار ما لم يتَفَّر َقا‬
‫محقت بركة بيعهما‬
“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya
belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan
memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan
saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532).

7. Dusta merupakan sebab menjauhnya malaikat dan sebab terhalang dari berkah mereka.
Imam tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau
bersabda:
.)‫ والراجح ضعفه‬،"‫ "حديث حسن‬:‫ تباعد الملك عنه ميًال من نتن ما جاء به))؛ (قال الترمذي‬،‫((إذا كذب العبُد‬
"Jika seorang hamba berdusta, maka malaikat akan menjauh darinya sejauh satu mil karena
bau busuk yang keluar darinya." (HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits hasan dan yang benar
adalah beliau mendhoifkannya)

8. Dusta menyebabkan orang-orang menjauh dari pelakunya


Siapa yang terbiasa berdusta maka dimata manusia dia telah dipandang hina oleh dan telah
kehilangan wibawa. Jika dia berbicara maka orang-orang tidak akan mempercayainya.

9. Dusta merupakan sebab yang menghalangi untuk mendapatkan rahmat Allah.


Allah ta’ala berfirman :

﴾ ‫ ُثَّم َنْبَتِهْل َفَنْج َع ْل َلْعَنَت ِهَّللا َع َلى اْلَك اِذ ِبين‬... ﴿


Kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah …“
ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS. Ali Imran : 61)

10. Dusta membawa kepada kemaksiatan dan pelakunya akan ditempatkan di Neraka,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits di bawah ini:

‫ َو ِإَّن‬، ‫ َف ِإَّن الِّص ْد َق َيْه ِد ي ِإَلى اْلِب ِّر‬،‫ َع َلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫َع ْن َع ْبِد ِهللا‬
، ‫ َو ِإَّي اُك ْم َو اْلَك ِذَب‬،‫ َو َم ا َيَز اُل الَّرُجُل َيْص ُدُق َو َيَتَح َّرى الِّص ْد َق َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْن َد ِهللا ِص ِّديًقا‬،‫اْلِبَّر َيْهِد ي ِإَلى اْلَج َّنِة‬
‫ َو َم ا َيَز اُل الَّرُجُل َيْك ِذ ُب َو َيَتَح َّرى اْلَك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب‬، ‫ َو ِإَّن اْلُفُجوَر َيْهِد ي ِإَلى الَّناِر‬، ‫َفِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ي ِإَلى اْلُفُجوِر‬
‫ِع ْنَد ِهللا َك َّذ اًبا‬
Dari ‘Abdullah, dia berkata: Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kalian
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan
membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur,
akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena
kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika
seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai
seorang pendusta.”[ HR. Muslim, no. 105/2607]

11. Berbagai siksa sebagai hukuman dusta di akhirat


Selain berbagai keburukan di dunia, maka orang yang berdusta juga diancam dengan berbagai
siksaan di akhirat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan kepada para Sahabat tentang
mimpi yang Beliau alami, dan mimpi Nabi adalah haq. Beliau mengisahkan bahwa Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi oleh dua orang laki-laki yang membawanya melihat
berbagai siksaan yang dialami oleh orang-orang yang berbuat dosa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

، ‫ َو ِإَذ ا آَخ ُر َقاِئٌم َع َلْيِه ِبَك ُّل وٍب ِم ْن َحِد يٍد‬،‫ َفَأَتْيَنا َع َلى َر ُج ٍل ُم ْس َتْلٍق ِلَقَفاُه‬،‫ ” َفاْنَطَلْقَنا‬: ‫” َقاَل‬ ‫ اْنَطِلِق اْنَطِلْق‬:‫َقاَال ِلي‬
‫ َو َع ْيَنُه ِإَلى َقَفاُه‬،‫ َو َم ْنِخَر ُه ِإَلى َقَفاُه‬،‫َو ْج ِهِه َفُيَشْر ِش ُر ِش ْدَقُه ِإَلى َقَفاُه‬ ‫َو ِإَذ ا ُهَو َيْأِتي َأَح َد ِش َّقْي‬
Kedua laki-laki itu berkata, “Ayo berangkat, ayo berangkat!”. Kemudian kami berangkat, lalu
kami mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang. Dan ada laki-laki lain yang sedang
berdiri di dekatnya membawa gancu besi. Lalu laki-laki itu mendatangi satu sisi wajahnya lalu
merobek ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, dan merobek hidungnya sampai ke
tengkuknya, dan merobek matanya sampai ke tengkuknya”. Kemudian dua orang laki-laki itu
menjelaskan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tentang orang yang mendapatkan
siksaan di atas:

‫ َفِإَّنُه الَّرُج ُل َيْغ ُدو ِم ْن‬،‫ َو َع ْيُنُه ِإَلى َقَفاُه‬،‫ َو َم ْنِخ ُر ُه ِإَلى َقَفاُه‬،‫ ُيَشْر َش ُر ِش ْد ُقُه ِإَلى َقَفاُه‬،‫َو َأَّم ا الَّرُجُل اَّلِذ ي َأَتْيَت َع َلْيِه‬
‫ َفَيْك ِذ ُب الَك ْذ َبَة َتْبُلُغ اآلَفاَق‬،‫َبْيِتِه‬
Adapun laki-laki yang engkau datangi, ujung mulutnya disobek sampai ke tengkuknya, dan
hidungnya dirobek sampai ke tengkuknya, dan matanya dirobek sampai ke tengkuknya, dia
adalah orang yang keluar dari rumahnya, lalu dia berdusta dengan kedustaan yang mencapai
segala penjuru. [ HR. Bukhari, no. 7047]

Banyak orang yang memandang sepele dusta-dusta ‘kecil’ yang entah secara sadar atau tidak
sadar sering diucapkan dan dilakukan dalam keseharian.
Mereka menganggap bahwa meskipun dusta, namun dusta-dusta kecil itu berdosa dan tidak
akan dihisab oleh Allah Subhanahu Wata’ala pada hari kiamat kelak. Umat Islam sering
meremehkan dosa-dosa yang dianggap kecil padahal disisi Allah Subhanahu Wata’ala itu adalah
perkara yang fatal.

‫َو َتْح َس ُبوَنُه َهِّيًنا َو ُهَو ِع نَد الَّلـِه َع ِظ يٌم‬


“Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (Qs.
An-Nur : 15)
Selain memperingatkan umatnya dari dusta yang besar, Rasulullah juga memperingatkan
umatnya dari perkataan sepele, tapi sejatinya merupakan kedustaan. Diantara perkara-perkara
sepele yang termasuk dusta adalah; perkataan orang tua terhadap anak kecilnya, “nanti ayah
kasih…” atau “nanti aku beri…” dan seterusnya, padahal sebenarnya ia tidak serius ingin
memberi, namun sekedar membujuk agar anak mau menuruti perintahnya. Perkataan seperti ini
termasuk satu bentuk kedustaan.
Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Amir ia berkata;
“Suatu hari ibu memanggilku dan pada saat itu Rasulullah sedang duduk di rumah kami. Ibu
berkata kepadaku, “Hai nak, sini aku beri kamu!” Lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam
bertanya kepada ibuku, “Apa yang hendak engkau berikan padanya?” Ibu menjawab, “Kurma
wahai Rasulullah” Rasulullah bersabda;
‫َّم ا ِإَّنَك َلْو لَم ْ ُتْع ِط ِه َش ْيئًا ُك ِتَبْت َع لْيِك ِكْذ َبًة‬
“Sungguh, jika engkau tidak memberinya sesuatu maka engkau pasti dituliskan padamu sebuah
kedustaan.” (HR. Abu Dawud)
G. Dusta yang dibolehkan
Dalam sebuah riwayat Ummu kaltsum bin Uqbah bin Abi Mu’ith radhiyallahu ‘anha berkata:

‫ما سمعُت رسوَل ِهللا صلى هللا عليه وسلم يرخُص في شيٍء من الكذِب إال في ثالٍث كان رسوُل ِهللا صلى هللا عليه‬
‫ والرجُل يقوُل في‬، ‫ ال أعُّد ه كاذًب ا الرجُل يصلُح بين الناِس يقوُل القوَل وال يريُد به إال اإلصالَح‬:‫وسلم يقوُل‬
.‫ والمرأُة تحدُث زوَج ها‬، ‫ والرجُل يحدُث امرأَته‬، ‫الحرِب‬
Saya tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan rukhsah (keringanan)
sedikitpun dari dusta kecuali pada tiga hal: adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda aku tidak
menghitungnya sebagai satu perbuatan dusta yaitu seseorang yang memperbaiki hubungan antara manusia di
mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih,
dan seseorang yang berkata dalam peperangan, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami
(dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga). [HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al
Albany]

Anda mungkin juga menyukai