A. Pengertian
- Secara bahasa : Dusta adalah lawan dari jujur
- Secara Istilah:
Al Imam An Nawawi: “Mengabarkan sesuatu baik yang telah lampau atau pun yang akan datang
yang tidak sesuai dengan kenyataan baik dengan sengaja atau pun karena kelalaian”
B. Bentuk-Bentuk Kebohongan
- Berdusta dan Saksi palsu. Yaitu berdusta dengan mengatakan ketidak benaran untuk melawan
kebenaran agar membalikkan kebenaran menjadi suatu kesalahan.
- Rekayasa atau Manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau mengarahkan
orang lain ke suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, meskipun barangkali orang lain
merugi. Rekayasa dan manipulasi bersifat mengelabui.
- Asal Bapak Senang (ABS). Asal Bapak Senang (ABS) adalah kata-kata dan sikap manis yang
dilakukan hanya sekadar untuk menyenangkan atasan, meskipun jauh dari kebenarannya. Kata-
kata dan sikap itu hanyalah formalitas belaka.
- Fitnah dan Umpatan. Fitnah dan umpatan ini sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir dan
tidak selalu mengetahuinya sehingga sering kali tidak dapat membela diri. Fitnah dapat
berkembang dengan cepat bahkan bisa tak terbendung.
C. Sebab-Sebab Kebohongan
Ada bermacam-macam alasan yang mendorong orang untuk melakukan kebohongan, antara lain sebagai
berikut:
1. Berbohong hanya sekadar iseng. Orang dapat berbohong hanya karena ingin menikmati kesenangan
murahan. Orang merasa senang jika ada orang lain yang tertipu atau terpedaya.
2. Berbohong untuk memperoleh kepentingan tertentu. Para pedagang misalnya, kadang-kadang menipu
supaya bisa mendapat untung lebih besar.
3. Berbohong karena takut dalam situasi terjepit. Untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sulit ia
terpaksa berbohong.
َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِهۦ ِع ْلٌم ۚ ِإَّن ٱلَّس ْمَع َو ٱْلَبَص َر َو ٱْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأ۟و َٰٓلِئَك َك اَن َع ْنُه َم ْسُٔـواًل
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS Al-
Isro [17]: 36).
3. Dusta merupakan tanda kemunafikan. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َو ِإَذ ا اْؤ ُتِم َن َخ اَن، َو ِإَذ ا َو َعَد َأْخ َلَف، آَيُة اْلُم َناِفِق َثَالٌث ِإَذ ا َح َّدَث َك َذ َب
“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi
amanat, ia khianat.” (HR. Bukhari no. 33)
5. Dusta juga merupakan cabang kekafiran. Dusta menunjukkan rendahnya diri seseorang dan jauh
dari sifat terpuji. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda;
َع َلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق َفِإَّن الِّص ْد َق َيْهِد ى ِإَلى اْلِبِّر َو ِإَّن اْلِبَّر َيْهِد ى ِإَلى اْلَج َّنِة َو َم ا َيَز اُل الَّرُج ُل َيْص ُدُق َو َيَتَح َّرى الِّص ْد َق
َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهَّللا ِص ِّديًقا َو ِإَّياُك ْم َو اْلَك ِذَب َفِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ى ِإَلى اْلُفُجوِر َو ِإَّن اْلُفُج وَر َيْه ِد ى ِإَلى الَّن اِر َو َم ا َي َز اُل
الَّرُجُل َيْك ِذ ُب َو َيَتَح َّرى اْلَك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهَّللا َك َّذ اًبا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan
pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang
senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang
sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Zuur yang dimaksud dalam hadts di atas adalah dusta. Berdusta dianggap jelek setiap waktu dan
semakin dianggap jelek jika dilakukan di bulan Ramadan. Hadis di atas menunjukkan tercelanya
dusta. Seorang muslim tentu saja harus menjauhi hal itu.
Dusta adalah dosa besar, al-Imam adz-Dzahabi menyebutkan di dalam kitab beliau, al-Kabâir, dosa
besar ke-30 “Sering Berdusta” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dosa berdusta
mengiringi dosa syirik dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk
dosa-dosa besar yang paling besar.
ُأ
َع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن َأِبي َبْك َر َة َع ْن َأِبيِه رضي هللا عنه َقاَل َقاَل الَّنِبُّي صلى هللا عليه وسُٔـُٔـلم َأاَل َنِّبُئُك ْم ِب َأْك َبِر اْلَك َب اِئِر
َثاَل ًثا َقاُلوا َبَلى َيا َر ُسوَل ِهَّللا َقاَل اِإْل ْش َر اُك ِباِهَّلل َو ُع ُقوُق اْلَو اِلَد ْيِن َو َج َلَس َو َك اَن ُم َّتِكًئا َفَقاَل َأاَل َو َقْو ُل الُّز وِر َقاَل َفَم ا َز اَل
ُيَك ِّر ُرَها َح َّتى ُقْلَنا َلْيَتُه َس َكَت
“Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukkan kepada
kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali.
Kemudian para Sahabat mengatakan, “Tentu wahai Rasûlullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Syirik kepada Allâh, durhaka kepada kedua orang tua.” Sebelumnya Beliau bersandar, lalu
Beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! dan perkataan palsu (perkataan dusta)”, Beliau selalu
mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya Beliau berhenti”.
[HR. Al-Bukhâri, no. 2654, 5976, dan Muslim, no. 143/87]
﴾ اَّلِذ يَن ُهْم ِفي َغ ْمَر ٍة َس اُهوَن١٠﴿ ُقِتَل اْلَخ َّر اُصوَن
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam
kebodohan yang lalai”. [Adz-Dzâriyat/51: 10-11]
، وإن كتَم ا وكَذ َبا، بورك لهما في بيعهما، فإْن صَد َقا وبَّينا- حتى يَتَفَّر َقا: أو قال- الَبِّيعان بالخيار ما لم يتَفَّر َقا
محقت بركة بيعهما
“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya
belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan
memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan
saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532).
7. Dusta merupakan sebab menjauhnya malaikat dan sebab terhalang dari berkah mereka.
Imam tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau
bersabda:
.) والراجح ضعفه،" "حديث حسن: تباعد الملك عنه ميًال من نتن ما جاء به))؛ (قال الترمذي،((إذا كذب العبُد
"Jika seorang hamba berdusta, maka malaikat akan menjauh darinya sejauh satu mil karena
bau busuk yang keluar darinya." (HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits hasan dan yang benar
adalah beliau mendhoifkannya)
10. Dusta membawa kepada kemaksiatan dan pelakunya akan ditempatkan di Neraka,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits di bawah ini:
َو ِإَّن، َف ِإَّن الِّص ْد َق َيْه ِد ي ِإَلى اْلِب ِّر، َع َلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق: َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َقاَل،َع ْن َع ْبِد ِهللا
، َو ِإَّي اُك ْم َو اْلَك ِذَب، َو َم ا َيَز اُل الَّرُجُل َيْص ُدُق َو َيَتَح َّرى الِّص ْد َق َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْن َد ِهللا ِص ِّديًقا،اْلِبَّر َيْهِد ي ِإَلى اْلَج َّنِة
َو َم ا َيَز اُل الَّرُجُل َيْك ِذ ُب َو َيَتَح َّرى اْلَك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب، َو ِإَّن اْلُفُجوَر َيْهِد ي ِإَلى الَّناِر، َفِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ي ِإَلى اْلُفُجوِر
ِع ْنَد ِهللا َك َّذ اًبا
Dari ‘Abdullah, dia berkata: Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kalian
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan
membawa kepada surga. Jika seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur,
akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan, karena
kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Jika
seseorang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allâh sebagai
seorang pendusta.”[ HR. Muslim, no. 105/2607]
، َو ِإَذ ا آَخ ُر َقاِئٌم َع َلْيِه ِبَك ُّل وٍب ِم ْن َحِد يٍد، َفَأَتْيَنا َع َلى َر ُج ٍل ُم ْس َتْلٍق ِلَقَفاُه، ” َفاْنَطَلْقَنا: ” َقاَل اْنَطِلِق اْنَطِلْق:َقاَال ِلي
َو َع ْيَنُه ِإَلى َقَفاُه، َو َم ْنِخَر ُه ِإَلى َقَفاُه،َو ْج ِهِه َفُيَشْر ِش ُر ِش ْدَقُه ِإَلى َقَفاُه َو ِإَذ ا ُهَو َيْأِتي َأَح َد ِش َّقْي
Kedua laki-laki itu berkata, “Ayo berangkat, ayo berangkat!”. Kemudian kami berangkat, lalu
kami mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang. Dan ada laki-laki lain yang sedang
berdiri di dekatnya membawa gancu besi. Lalu laki-laki itu mendatangi satu sisi wajahnya lalu
merobek ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, dan merobek hidungnya sampai ke
tengkuknya, dan merobek matanya sampai ke tengkuknya”. Kemudian dua orang laki-laki itu
menjelaskan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tentang orang yang mendapatkan
siksaan di atas:
َفِإَّنُه الَّرُج ُل َيْغ ُدو ِم ْن، َو َع ْيُنُه ِإَلى َقَفاُه، َو َم ْنِخ ُر ُه ِإَلى َقَفاُه، ُيَشْر َش ُر ِش ْد ُقُه ِإَلى َقَفاُه،َو َأَّم ا الَّرُجُل اَّلِذ ي َأَتْيَت َع َلْيِه
َفَيْك ِذ ُب الَك ْذ َبَة َتْبُلُغ اآلَفاَق،َبْيِتِه
Adapun laki-laki yang engkau datangi, ujung mulutnya disobek sampai ke tengkuknya, dan
hidungnya dirobek sampai ke tengkuknya, dan matanya dirobek sampai ke tengkuknya, dia
adalah orang yang keluar dari rumahnya, lalu dia berdusta dengan kedustaan yang mencapai
segala penjuru. [ HR. Bukhari, no. 7047]
Banyak orang yang memandang sepele dusta-dusta ‘kecil’ yang entah secara sadar atau tidak
sadar sering diucapkan dan dilakukan dalam keseharian.
Mereka menganggap bahwa meskipun dusta, namun dusta-dusta kecil itu berdosa dan tidak
akan dihisab oleh Allah Subhanahu Wata’ala pada hari kiamat kelak. Umat Islam sering
meremehkan dosa-dosa yang dianggap kecil padahal disisi Allah Subhanahu Wata’ala itu adalah
perkara yang fatal.
ما سمعُت رسوَل ِهللا صلى هللا عليه وسلم يرخُص في شيٍء من الكذِب إال في ثالٍث كان رسوُل ِهللا صلى هللا عليه
والرجُل يقوُل في، ال أعُّد ه كاذًب ا الرجُل يصلُح بين الناِس يقوُل القوَل وال يريُد به إال اإلصالَح:وسلم يقوُل
. والمرأُة تحدُث زوَج ها، والرجُل يحدُث امرأَته، الحرِب
Saya tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan rukhsah (keringanan)
sedikitpun dari dusta kecuali pada tiga hal: adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda aku tidak
menghitungnya sebagai satu perbuatan dusta yaitu seseorang yang memperbaiki hubungan antara manusia di
mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih,
dan seseorang yang berkata dalam peperangan, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami
(dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga). [HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al
Albany]