Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Rabb yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia
dalam menempuh jalan yang benar dan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini .

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Rasulillah Muhammad SAW pemberi
uswah (teladan) dan bimbingan tentang perlunya kita memiliki sifat jujur sekaligus mempraktekkannya
dalam aktifitas kehidupan kita sehari-hari.

Akhirnya kritik saran dari pembaca, dengan senang hati siap kami terima, semoga usaha penulisan
makalah ini tidak sia-sia dan semoga Alloh SWT memberikan manfaat dan ridlaNya kepada kita semua.
Amin.

Sumenep 11 November 2021

Penulis

Nur Laili hidayati


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

2. Sistematika Pembahasan.......................................................................... 1

3. Tujuan Pembuatan Makalah..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Jujur....................................................................................... 3

2. Dalil-dalil tentang kejujuran.................................................................... 3

3. Sedikit tentang jujur................................................................................ 4

4. Alasan mengapa kita harus JUJUR ......................................................... 8

5. Alasan banyak orang masih berbohong................................................... 9

6. Keberkahan dan manfaat dari Sikap Jujur............................................. 10

7. Mudharat Dusta..................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN..................................................................................... 14

2. SARAN-SARAN.................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 15
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia pada dasarnya ingin memperoleh hasil yang memuaskan dari setiap usaha yang mereka
lakukan, mereka tidak ingin mengalami kegagalan dalam segala hal, usaha dhahir perlu dilakukan, usaha
bathin juga perlu dilaksanakan, karena kita tau bahwa manusia hanya bisa berusaha, Allah SWT yang
akan menentukan hasilnya.

Namun tidak sedikit dari manusia yang melanggar rambu-rambu agama, dalam melakukan usahanya
mereka rela berdusta, mereka tidak jujur dalam berbuat dan berkata-kata, padahal itu adalah perbuatan
tercela yang pastinya akan celaka dan kelak akan disiksa oleh Alloh SWT. Tetapi kenyataannya, perilaku
tidak jujur ini telah dimulai dari komunitas terkecil dalam lapisan masyarakat, yaitu keluarga. Nah,
apabila dalam keluarga saja sudah dipraktekkan perilaku tidak jujur ini, tentulah hal ini akan merambah
kemana-mana.Naudzubillahi min dzalik.

2.. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

1. Pengertian Jujur

2. Dalil-dalil yang mendasari wajibnya perilaku jujur

3. Sedikit tentang jujur

4. Alasan mengapa kita harus berperilaku jujur

5. Alasan banyak orang masih berbohong

6. Keberkahan dan manfaat dari sikap jujur

7. Akibat berperilaku dusta

3.TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

1. Untuk memenuhi tugas dari Guru Pembimbing mapel Aqidah akhlak yang telah diembankan kepada
kami.
2. Agar Kita dapat saling mengingatkan dan menyadarkan antara satu sama lain serta berfikir untuk
hidup dan berkarya lebih baik lagi dengan modal kejujuran.

3. Semoga dari hasil pembahasan makalah ini semuanya mendapat dorongan untuk selalu bersikap
jujur yakni kepada Alloh SWT, Orang tua, Guru, teman dan pada lingkungan.

BAB ll

PEMBAHASAN

1. Pengertian Jujur

Apa itu jujur? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jujur adalah lurus hati;tidak berbohong,
tidak curang. kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang
berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang
sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut
kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah
yang disebut dengan jujur. Sedangkan menurut istilah, Jujur berarti berkata yang benar yang
bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara bahasa dapat berarti perkataan
yang sesuai dengan realita dan hakikat sebenarnya. Kebalikan jujur itulah yang disebut dusta. Atau
dapat juga dikatakan, jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan
antara Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq.
Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.

2. Dalil-dalil tentang kejujuran

Dalam AlQur’an telah di sebutkan beberapa ayat tentang kejujuran antara lain adalah:

1. Surat Al-Anfal ayat 58

Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah
Perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berkhianat.

2. Surat An-Nahl ayat 105


Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.

3. Surat At-Taubah ayat 119

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang jujur (benar)

4. Surah Muhammad ayat 21

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS.
Muhammad: 21)

Dalam Hadist Nabi Juga dimuat (dijelaskan) tentang kejujuran, antara lain adalah ;

1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud RA

Artinya:

Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada
kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata
benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Allah sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu
membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang
membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)

2. Hadist dari Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA

Artinya:

Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA, Ia berkata; Saya hafal (hadist) dari Nabi SAW, “
Tinggalkan sesuatu yang meragukan pada sesuatu yang tidak meragukan, maka sesungguhnya jujur
adalah ketenangan(hati) dan dusta adalah keraguan(hati)”. (HR Turmudzi)

3. Sedikit tentang jujur....

Berbicara masalah “jujur” yang terdiri atas 5 huruf tapi zaman sekarang sangat sulit sekali ditemui. Salah
satu contohnya saja, ada cerita tentang investasi di sebuah swalayan, berapa besar uang yang harus
dikeluarkan untuk mengontrol “ketidakjujuran” pelanggannya dengan membeli CCTV, dan menggaji
satpam yang terkesan “sangar”. Selain itu, juga terdapat cerita tentang sebuah perusahaan yang
membeli alat-alat keamanan seperti CCTV, fingerprint access,warning alarm dan point pengontrol hanya
untuk mendapat “security license”.

Betapa mahalnya nilai sebuah kejujuran. Padahal tahukah anda, seorang panutan umat muslim sedunia.
Muhammad SAW meletakan kejujuran sebagai pondasi utama dalam mendirikan sebuah agama
bernama Islam. Walhasil beliu diberi gelar Al-amin sejak kecil, artinya orang yang benar-benar kredible
dalam menjalankan amanah dan terkenal sangat jujur. Dari mulai tutur kata nya yang jauh dari bohong,
usaha jual beli yang ditekuninya tak pernah luput dari kejujuran, sehinga orang Quraisy pada waktu itu
sangat percaya menitipkan barang dangangan miliknya kepada Rosulullah untuk diniagakan sampai ke
negeri Syam (sekarang Syiria). Hingga pada saat menjelang hijrah ke Yasrib (Madinah), dimana para
pemuka Quraisy sudah begitu benci kepada beliau, masih ada penduduk mekah yang menitipkan barang
di rumahnya. Sehingga begitu hendak berangkat beliau menitipkan semua barang kepada Ali Bin Abu
Thalib untuk dikembalikan kepada pemiliknya.

Alloh SWT menciptkan bumi dan langit berserta isinya dengan benar dan Alloh memerintahkan manusia
membangun kehidupan mereka dengan benar dan jujur. Mererka tidak diperkenakan berkata dan
berbuat sekehendak hatinya, kecuali dilakukanya di atas kebenaran.

Kelalaian manusia dari prinsip yang sudah jelas ini, mengakibatkan timbulnya kekecewaaan dan
kecelakaan, serta merajalelaanya kebohongan, kepalsuaan dan khayalan yang menjauhkan mereka dari
jalan yang benar, sehingga mereka mengasingkan diri dari kenyataan yang obyektif yang harus mereka
ikuti.

Oleh karena itu manusia dituntut berpegang kepada kejujuran dengan memperhatikan prinsip
kebenaran pada setiap problem yang dihadapinya dan dilaksanakan di atas ketentuan hukum yang
benar. Dan yang demikian merupakan

"Tiang yang kokoh" menurut akhlaq Islam.

Sabda Rasululloh saw, yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yangartinya;"Tinggalkan apa-apa
yang kau ragukan, kepada apa yang tidak kau ragukan. Janganlah kamu berburuk sangka, karena
berburuk sangka itu, ialah sedusta-dustanya percakapan."

Dan hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzy; "Kerjakan apa yang tidak kau ragu-ragukan, sesungguhnya
kebenaran itu membawa ketenangan, dan dusta itu menimbulkan keragu- raguan."

Dari ungkapan tersebut bagi kita merupakana kejelasan perintah Alloh SWT dan Rasululloh saw, yang
mana dalam menjalankan akitifitas kehidupan kita diperintahkan untuk selalu berlaku jujur dan tidak
ragu dalam melakukan pekerjaan, apalah artinya bila kehidupan yang kita jalani selalu dalam kondisi
yang tidak tenang merasa was-was dengan perbuatan yang kita lakukan.

Islam dalam ajaranya sangat menghormati dan menegakan kebenaran, mengusir orang- orang pendusta
dan menolak keras kehadiran mereka, untuk mempertegas keburukan perbuatan dusta yang dilarang
dan sangat dibenci oleh Rasululloh Saw, Isteri beliau Siti Aisyah r.a berkata yangartinya:
"Tiadak ada akhlaq yang paling dibenci Rasululloh saw lebih dari bohong. Apabila beliau melihat
seseorang bohong dari segi apa saja, maka orang itu tidak keluar dari perasaan hati Rasululloh saw,
sehingga beliau tahu bahwa orang itu telah bertaubat.”(Atsar HR. Ahmad)

Kejujuran bagi seorang Muslim terkadang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, dalam pergaulan,
pekerjaan, dalam rumah tangga, juga bermasyarakat semua berlaku sifat kejujuran karena prinsif ajaran
Islam adalah senantiasa selalu berpegang pada ajaran agamanya.

Bagi orang yang tak berpegang pada prinsip agamanya, maka orang tersebut telah melangggar perintah
Alloh SWT dan Rasululloh saw. Maka orang tersebut telah berdosa kepada Alloh selama orang tersebut
tidak bertaubat dan kembali pada ajaran Agamanya maka dosa-dosa tersebut akan mengalir selama
hidupnya, naudzubillah jangan sampai kita seperti itu.

Alloh telah berfirman dalam surat An-Najm [53], ayat 23 dan 28:

Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak
menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka (QS. An-Najm [53] : 23)

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap
kebenaran. (QS. An-Najm [54] : 28)

Dari keterangan semua ini maka ada prinsip Muslim yang utama harus diketahui oleh kita semua bahwa
setiap muslim itu harus berbicara jujur, benar, menepati janji, disiplin dan tertib dalam melakukan
sesuatu.

Dan bagi seorang munafiq (berkata bukan yang sebenarnya) maka prinsip yang ada padanya tak lain
selalu berbicara dusta, ingkar janji, berkhianat, memfitnah, melontarkan tuduhan palsu (bohong),
memutuskan hubungan dengan agama, menipu dan berdusta untuk mengelabui apa yang sebenarnya
terjadi.

Ada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya; "Maukah saya beritaukan tentang
tiga dosa besar." Sahabat menjawab; "Baiklah ya Rasululloh," Rasululloh saw bersabda; "1.
Menyekutkan Alloh, 2. Durhaka kepada ibu bapak, tandainya menyandar, lalu beliau tegak duduk sambil
bersabda: camkanlah dan, 3. Saksi palsu dan perkataan bohong." Maka beliau mengulangi persaksian
palsu.

Demikian tegas Rasululloh saw memperingatkan tentang dosa dan bahaya persaksian palsu. Karena
perbuatan memalsu adalah dusta yang sangat menyesatkan dan bukan saja menyembunyikan
kebenaran tapi menghapuskan dan mengantinya dengan yang salah.
Bahayanya sangat besar dan membinasakan, baik orang seorang dalam kasus-kasus tertentu maupun
perusahan-perusahan yang bergerak dalam jasa apapun, semua bila tidak memegang prinsif kejujuran
yang telah ditetapkan agama maka kehancuran akan datang setiap waktu.

Sebagai perenungan kita, hadits R. Ibnu Abid Dunya; "Perhatikanlah kejujuran. Dan apabila kamu
memandang kebinasaan berada di dalam kejujuran, maka sebenarnya didalamnya-lah keselamatan.”
semoga Alloh SWT membimbing kita untuk selalu jujur.

Yuk.. kita renungkan dan bayangkan, apa jadinya sebuah usaha atau peniagaan yang berlandaskan
kejujuran! mungkin tidak perlu lagi Satpam, kamera pengontrol, portal atau pintu besi sebuah brangkas
uang yang berlapis-lapis.Yuk.. kita bayangkan kehidupan masyarakat yang dilandasi kejujuran!, tidak ada
lagi rasa saling curiga, yang ada kepercayaan setiap individu kepada individu lainya.Yuk.. kita bayangkan
kehidupan dalam sebuah negara yang berlandaskan kejujuran!. Mungkin tidak ada lagi KPK, hakim dan
jaksa di pengadilan akan sedikit ringan bebanya. Korupsi.. NO WAY

4. Alasan mengapa kita harus JUJUR

Pada dasarnya, mengapa kita harus bersikap jujur adalah karena sudah berkali-kali ditegaskan dalam Al-
Quran tentang kewajiban untuk berperilaku jujur, sebagai umat agama islam, maka sudah seharusnyalah
kita menaati pedoman tersebut. Selain itu, jujur merupakan cerminan dari hati dan pribadi kita sendiri,
karena kejujuran bukan merupakan sesuatu yang bersifat kondisional, tetapi berasal dari hati.Jujur juga
mencerminkan tingkat keimanan diri kita sendiri. Ada beberapa alasan lain mengapa kita harus jujur:

1. “Anda tidak akan terperangkap dalam kebohongan jika anda berkata jujur. Dengan demikian anda
nggak harus terus mengingat-ingat apa yang telah anda katakan, dan anda tidak akan lupa pada apa
yang telah anda katakan” (Sam Rayburn)

2. Berkata jujur berarti tidak ada orang lain yang akan disalahkan gara-gara perbuatan anda

3. “Kebenaran selalu merupakan argumen yang paling kuat” (Sophocles)

4. Berkata jujur memberi anda kesempatan untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Mungkin
kejadian tersebut tidak seburuk yang anda kira, atau tidak seburuk yang orang lain kira

5. Berkata jujur biasanyat idak akan menjerumuskan anda ke dalam masalah sedalam kalau anda
berbohong

6. Berbohong menyebabkan stress lebih berat daripada berkata jujur. Anda tidak harus khawatir
seseorang pada akhirnya akan mengetahui kebohongan2 anda

7. Berkata jujur membantu orang-orang yang anda sayangi, lebih percaya dan hormat pada anda

8. “Orang-orang patut menerima..kebenaran. Mereka patut mendapatkan kejujuran” (Bruce


springsteen)
9. Berkata jujur membantu anda merasa tenang di dalam hati. Berbohong membuat perut anda akan
melilit tidak jelas

10. Kebohongan adalah sebuat jebakan. Kebenaran bisa membebaskan anda dari jebakan itu dan
memungkinkan anda terus melangkah maju dalam hidup

11. “Anda tidak akan pernah menemukan siapa diri anda sebenarnya, sampai anda berani menghadapi
kebenaran” (Pearl Bailey)

5. Alasan banyak orang masih berbohong.

Setelah membahas alasan kita bersikap jujur, pasti muncul di benak kita mengapa masih ada sebagian
orang yang tetap berbohong.disadari atau tidak, hampir tiap hari tiap orang pasti berbohong.
Masalahnya, berbohong bermacam-macam sebabnya dan bermacam-macam juga tujuannya sebab
semua dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor eksternal dan internal.

Ada dua faktor penyebab kebohongan:

1.Faktor internal

2.Faktor eksternal

1.Faktor internal

Yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang.Banyak alasan kenapa seseorang berbohong.

1.Menutupi kelemahan/ketidakmampuan yang ada pada dirinya (minder)

2.Ingin dianggap “wah” oleh orang lain

3.Sekadar ingin menyenangkan hati orang lain

4.Tidak ingin hal-hal yang bersifat privasi diketahui orang lain

5.Sebagai usaha untuk meyakinkan orang lain

6.Menghindarkan diri dari tanggung jawab

7.Bertujuan menipu orang lain

8.Supaya dihargai orang lain

9.Memang kebiasaan berbohong

10.Karena punya tujuan tertentu.


2.Faktor eksternal

Yaitu faktor yang ada di luar diri seseorang.Banyak alasan kenapa seseorang berbohong.

1.Karena dibayar orang lain untuk berbohong

2.Melindungi/menyelamatkan diri sendiri atau orang lain dari ancaman seseorang

3.Pengaruh pergaulan

4.Ingin merasa lebih.

5.Karena alasan politik

6.Alasan bisnis

7.Karena basa-basi

8.Karena ingin mendapatkan uang

9.Karena profesi

10.Karena tidak memenuhi persyaratan

Masih banyak sebab dan tujuan orang berbohong. Namun hal-hal di atas adalah yang terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.

Kesimpulan:

Baik atau tidaknya berbohong, tergantung daripada situasi,kondisi,sebab dan tujuannya.

6. Keberkahan dan manfaat dari Sikap Jujur

Jika kita merenungkan, perilaku jujur sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud
keberkahan adalah tetap dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,

“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum
berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh
keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi,
niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu. Di antara keberkahan sikap jujur ini
akan memudahkan kita mendapatkan berbagai jalan keluar dan kelapangan. Coba perhatikan baik-baik
perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119. Beliau mengatakan,
“Berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi
orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian
mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut.”

Jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran yang
harus dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan Al-Haq yang artinya
Mahabenar.

Pertama, perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak
takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ''Tinggalkanlah apa yang
meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah ketenangan
sedangkan dusta adalah keraguan.'' (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).

Kedua, mendapatkan keberkahan dalam usahanya. Rasulullah SAW bersabda, ''Dua orang yang berjual
beli mempunyai pilihan (untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama mereka belum
berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan diberkahi jual beli mereka, dan jika
mereka merahasiakan dan berdusta maka dihilangkan keberkahan jual beli mereka.'' (HR Bukhari)

Ketiga, mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
''Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam golongan
orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.'' (HR Muslim) .

Keempat, selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi
pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ''Berperangailah
selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia
merupakan keselamatan.'' (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu'tamir).

Kelima, dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ''Berikanlah kepadaku
enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika
engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu,
dan jagalah tanganmu.'' (HR Ahmad dari riwayat 'Ubadah bin Ash-Shamit).

Keenam, dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ''Jika engkau ingin dicintai oleh
Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan
berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.'' (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali,
terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada,
kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati
nurani seseorang.

7. Mudharat Dusta

Dusta adalah dosa dan ‘aib yang amat buruk. Di samping berbagai dalil dari Al Qur’an dan dan berbagai
hadits, umat Islam bersepakat bahwa berdusta itu haram. Di antara dalil tegas yang menunjukkan
haramnya dusta adalah hadits berikut ini,
“Tanda orang munafik itu ada tiga, dusta dalam perkataan, menyelisihi janji jika membuat janji dan
khinat terhadap amanah.”

Dari berbagai hadits terlihat jelas bahwa sikap jujur dapat membawa pada keselamatan, sedangkan
sikap dusta membawa pada jurang kehancuran. Di antara kehancuran yang diperoleh adalah ketika di
akhirat kelak. Kita dapat menyaksikan pada hadits berikut,

“Tiga (golongan) yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak melihat kepada
mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, yaitu: orang yang
sering mengungkit pemberiannya kepada orang, orang yang menurunkan celananya melebihi mata kaki
dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu mencela orang yang tidak transparan dengan menyembunyikan
‘aib barang dagangan ketika berdagang. Coba perhatikan kisah dalam hadits dari Abu Hurairah, ia
berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan
tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau
bertanya, "Apa ini wahai pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air
hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar
manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." Jika
dikatakan bukan termasuk golongan kami, berarti dosa menipu bukanlah dosa yang biasa-biasa saja.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Jujur haruslah selalu diutamakan dalam kehidupan sehari-hari, jadikanlah jujur sebagai suatu tiang yang
menopang hidup kita, jujur adalah akhlak dasar yang mendasari seluruh kehidupan manusia, jadi,
berusahalah berperilaku jujur.., yakinkanlah dalam diri kita bahwa jujur tidak akan membuat diri kita
rugi sedikitpun, jujur malah akan membawa kita pada nikmat akhirat, sedangkan perilaku dusta yang
selama ini kita anggap untuk menguntungkan diri kita, buanglah jauh-jauh, kita harus berpikir bahwa
dusta itu lebih banyak mudharatnya.

2. SARAN-SARAN

Melalui makalah ini kami sampaikan juga beberapa saran yakni;

1. Akui dan Jujurlah bahwa Alloh Tuhan kita, kita adalah hambanya maka marilah kita beribadah
dengan sepenuh jiwa, ikhlas hanya karena mengharap ridla-Nya
2. Mari kita berusah Jujur dalam segala hal dan keadaan, jangan sampai kita terprofokasi ungkapan “
yang jujur ga’ makan”, itu tidak benar. Yakinlah bahwa yang member rizki bukan manusia tapi Alloh
SWT.

3. Hindarilah sifat dusta karena itu merupakan awal dari kehancuran umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai