Anda di halaman 1dari 10

Jujur dan Bohong

1. Jujur
a. Pengertian Jujur
Dalam bahasa Arab, Jujur merupakan terjemahan dari kata As-shidiq yang
artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan
perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji
serta memberikan sesuatu yang sesuai dengan kenyataan.
Dari segi bahasa shiddiq bisa berarti : yang suka pada kebenaran, yang
membuktikan ucapannya dengan perbuatan, yang berbakti serta selalu mempercayai.
Dari makna-makna ini jelaslah bahwa jujur (shiddiq) merupakan sifat terpuji yang
sangat menonjolkan kejujuran atau kebenaran. Dengan kata lain jujur ditunjukkan
dengan satunya kata dengan perbuatan. Orang yang memiliki sifat jujur perkataannya
selalu dapat dibuktikan dengan perilakunya. Apa yang dikatakannya sesuai dengan
yang dipraktikkannya.
Adapun pengertian jujur menurut para ahli yaitu :
1. Mohamad Mustari
Menurut Mohamad Mustari (2011: 13-15), pengertian jujur adalah suatu
perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap
dirinya maupun pihak lain.
2. Nurul Zuriah
Menurut Nurul Zuriah (2008: 49), pengertian jujur adalah suatu nilai dan
prinsip yang harus ditanamkan dalam diri seseorang sejak pendidikan dasarnya
3. Dharma Kesuma dkk
Menurut Dharma Kesuma dkk (2012: 16), pengertian jujur adalah suatu
keputusan yang dimiliki seseorang dalam mengungkapkan perasaannya, kata-
kata, dan perbuatannya, bahwa kenyataan yang ada benar-benar terjadi dan tidak
dimanipulasi dengan cara meniru atau berbohong agar mendapatkan keuntungan
untuk dirinya sendiri.
Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa jujur adalah salah satu
sifat terpuji berupa perkataan maupun perbuatan yang sesuai dengan kebenaran atau
kenyataan yang ada dan itu benar-benar terjadi dan tidak dimanipulasi.

b. Urgensi Sifat Jujur


Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak contoh yang menunjukkan bahwa orang jujur selalu disenangi oleh orang
lain. Bahkan orang yang jujur dengan mudah dapat meningkatkan martabatnya. Salah
satu contoh misalnya sikap Nabi Muhammad SAW sebelum beliau menjadi seorang
Nabi, ketika Beliau diserahi tugas oleh Siti Khodijah untuk menjalahkan usaha
dagang. Karena kejujuran Nabi Muhammad SAW dalam berdagang, maka usaha
tersebut berhasil dengan meraih keuntungan yang besar. Di samping itu, nama Beliau
sebagai seorang yang jujur semakin terkenal di mana-mana dan mendapat gelar Al-
Amin. Gelar Al-Amin adalah nilai mutlak dari kejujuran beliau yang tidak diragukan
oleh siapapun.
Peserta didik dapat mencontoh perilaku jujur seperti Nabi Muhammad SAW di
atas, sehingga dia akan dapat dipercaya oleh gurunya, teman-temannya, orang tuanya
dan bahkan orang yang bau dikenalnya sekalipun. Hal ini karena tidak ada masa
depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan
disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa
mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah
kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa
percaya diri dan optimisme.

c. Dalil Al-Qur’an tentang jujur


Ayat pertama : (QS. Al- Anfaal: 58)

Artinya: “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongam, Maka kembalikaanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang
.jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat

Ayat kedua:
Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang
pendusta.”(QS. An-Nahl: 105)

Ayat ketiga:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.”(QS. At-Taubah: 119)

d. Keutamaan Perilaku Jujur


Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni
Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah

٥٠ ّٗ‫ق ععلل يييا‬ ‫عوعوهعدبنعاّٗ لعههم ممنِّ رردحعمتلنعاّٗ عوعجععدلنعاّٗ لعهه دم للعساّٗعن ل‬
‫صدد ق‬
Artinya : “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan
Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )

Dan Ismail juga dipuji karena jujur, sebagaimana firman Allah :

٥٤ ّٗ‫ق ٱدلعوُدعلد عوعكاّٗعن عرهسوُيل نربل يييا‬ ‫عوٱدذهكدر لفيِ ٱدللك متع ل‬
‫ب إلدسمعملعيلعل إلنرهۥُه عكاّٗنع ع‬
‫صاّٗلد ع‬
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya,
dan dia adalah seorang rasul dan nabi” ( Q.S Maryam : 54 )
Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena
kejujuran merupakan akhlak yang mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada
kebajikan, sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Saw.
Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. Bersabda.
“Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa
ke surga…” ( HR. Bukhari ).

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan
bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di
dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat
orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Orang jujur akan
dipermudah rezeki dan segala urusannya.

e. Implementasi perilaku jujur


Sebenarnya ada banyak sekali contoh perilaku jujur yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Adapun beberapa
contoh perilaku jujur adalah sebagai berikut:
1. Di Lingkungan Keluarga
a. Berterus terang kepada orang tua ketika melakukan kesalahan.
b. Mengembalikan kelebihan uang belanja kepada orang tua.
c. Membayarkan uang SPP sesuai dengan amanat dari orang tua.
d. Memberitahukan hasil ujian sekolah kepada orang tua dengan
sebenarnya.

2. Di Lingkungan Sekolah
a. Mengerjakan ujian sesuai kemampuan tanpa mencontek.
b. Mengembalikan buku yang dipinjam dari perpustakaan sesuai dengan
ketentuan.
c. Berkata jujur kepada guru dan teman-teman di sekolah

3. Di Lingkungan Masyarakat
a. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas saat berkendara.
b. Tidak berusaha menyuap petugas polisi ketika ditilang.
c. Memberikan informasi yang sebenarnya kepada orang lain di lingkungan
masyarakat.
2. Bohong
a. Pengertian Bohong
Bohong berarti mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Apabila
kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang munafik. Contohnya
seperti seorang anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak itu mengatakan
tempat yang bukan dikunjunginya.
Pada dasarnya, berbohong hukumnya haram, tetapi dalam keadaan tertentu, Islam
memberikan kelonggaran. Namun, hal itu bukan dalam konteks yang terlalu ketat.
Rasulullah SAW menyatakan, seseorang tidak dianggap berbohong jika dilakukan
dengan niat ingin mendamaikan orang lain atau untuk tujuan kebaikan dalam
masyarakat, jadi hukumnya boleh, bahkan bisa hukumnya menjadi wajib berbohong
bila tujuannya untuk menyelamatkan jiwa sesorang.
Berbohong dalam Islam bahkan dipandang sebagai salah satu sifat kekufuran dan
kemunafikan. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya yang
mengada-adakan kebohongan hanyalah mereka yang tidak mengimani (mempercayai)
tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka adalah kaum pendusta”. (An-Nahl: 105)
Rasulullah juga menggolongkan mereka yang berbohong termasuk orang-orang
yang memiliki karekteristik kemunafikan. Beliau bersabda, “Empat hal jika semuanya
ada pada seseorang ia adalah munafik semurni-murninya munafik. Jika satu di antara
yang empat itu ada pada dirinya maka padanya terdapat satu sifat kemunafikan hingga
ia dapat membuangnya; Jika berbicara ia berdusta, jika diberi amanah ia khianat, jika
berjanji ia melanggar dan jika membantah ia berbohong.” (HR. BukhoriMuslim)

b. Urgensi bohong dan dalilnya


Islam sangat mengharamkan perbuatan berbohong atau dusta, karena perbuatan
tersebut merupakan penyebab timbulnya kejelekan serta kerendahan bagi umat
manusia. Jadi mereka yang suka berbohong, islam menganggap bahwa itu adalah
perilaku orang yang tidak beriman. Allah SWT berfirman :

‫إنماّٗ يفتري الكذب الذينِّ ل يؤمنوُن بآياّٗت ا وأولئك هم الكاّٗذبوُن‬

Artinya “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah oran gyang


tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.” (QS. An-Nahl
ayat 105)
Dan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam telah menganggap orang-orang yang
suka berbohong sebagai golongan orang-orang munafik.

‫ وإذا اؤتمنِّ خاّٗن‬, ‫ وإذا وعد أخلف‬, ‫ إذا حدث كذب‬: ‫آية المناّٗفق ثالثاة‬

Artinya “Tanda orang munafik ada tiga: berkata bohong, ingkar janji, mengkhianati
amanah.” (HR Bukhari & Muslim)

Akan tetapi, dalam beberapa kondisi atau situasi, islam membolehkan


perbuatan tersebut untuk dilakukan. Sebagaimana firman Allah SWT berikut :

‫شصصرح بصصاّٗلكفر صصصدراا‬ ِّ‫ ولكنِّ من‬.‫منِّ كفر باّٗل بعد إيماّٗنه إل منِّ أكره وقلبه مطمئنِّ باّٗليماّٗن‬
‫فعليهم غضب منِّ ا ولهم عذاب عظيم‬

Artinya “Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab
yang besar.” (QS. An Nahl ayat 106)

Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga pernah bersabda :

ِّ‫كل الكذب ييكتب على إبنِّ آدم ل محاّٗلصصة إل أن يكصذب الرجصل فصى الحصرب فصإن الحصرب خدعصة أو يكصوُن بيصن‬
ّٗ‫الرجلينِّ شحناّٗء فيصلح بينهماّٗ أو يحدث امرأته فيرضيها‬

Artinya “Setiap kebohongan itu terlarang bagi anak cucu Adam kecuali : dalam
peperangan, karena peperangan adalah tipu daya menjadi juru damai di antara dua
orang yang sedang bertikai, suami berbohong untuk menyenangkan istri.”

c. Dampak dari Bohong


1. Hilangnya petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT
Islam telah mengharamkan perbuatan berbohong, karena itu termasuk ke
dalam dosa besar. Dan Allah SWT tidak akan memberikan petunjuk-Nya kepada
orang-orang seperti itu. Dalam sebuah ayat Al-Quran, Allah SWT berfirman, yang
artinya “Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui
batas, lagi pendusta.” (QS. Al- Mu’min ayat 28).

2. Allah SWT melaknat orang-orang yang suka berbohong lagi pendusta.

‫ب أعللييم بلعماّٗ عكاّٗهنوُا يعككلذهبوُعن‬


‫ضاّٗ عولعههكم عععذا ي‬ ‫ض فععزاعدهههم ر‬
‫اه عمعر ا‬ ‫لفيِ قههلوُبللهكم عمعر ي‬

Artinya “dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al- Baqarah
ayat 10)

3. Kebohongan akan menghantarkan pelakunya kepada api neraka


Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

Artinya “Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan


kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh
Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan
menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah
neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah
sebagai pembohong.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Hilangnya kepercayaan dari orang-orang disekitarnya


Ini adalah akibat lain yang bisa ditimbulkan dari perbuatan berbohong,
yaitu menghilangnya kepercayaan orang lain kepada si pelaku kebohongan
tersebut. Ingatlah, bahwa kepercayaan itu mahal harganya. Jadi jika kita
menginginkan orang lain mempercayai kita, maka jaga kepercayaan yang telah
mereka berikan itu, yaitu dengan senantiasa berkata dan berbuat jujur dalam
keadaan apapun.

5. Dikucilkan dari pergaulan


Jika kepercayaan orang lain terhadap diri seseorang telah hilang, maka
yang terjadi selanjutnya bisa jadi adalah orang tersebut akan dikucilkan dari
pergaulan di lingkungan tempat ia tinggal.

6. Kebohongan dapat berakibat pada timbulnya berbagai


penyakit
Ketika seseorang sedang berbohong, pikirannya tidak akan pernah tenang
dan akan selalu merasakan kecemasan dan was-was. Hal ini bisa memicu
timbulnya berbagai macam penyakit seperti depresi, obesitas, insomnia, dan
berbagai jenis penyakit lainnya. Dengan berbohong mungkin bisa menyelamatkan
seseorang pada kondisi yang terjadi pada saat itu, akan tetapi itu hanya untuk
sementara waktu saja. Sedangkan dampak dari kebohongan itu, nantinya justru
akan dirasakan oleh si pelaku selamanya.

Daftar Rujukan

Sa’aduddin, Iman Abdul Mukmi. 2006. Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian
Muslim. Bandung : Rosdakarya.

Tabrani, A. Rusyan. 2006. Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta : Inti Media Cipta Nusantara
RESUME
BUDI PEKERTI
Tentang
“ Jujur dan Bohong”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Desi Oktaviani (18129238)
2. Yelni Afriyanti ( 18129334)
3. Dina Aryanti (18129106 )

Seksi :
18 BB 02

Dosen Pembimbing :
Dra. Mayarnimar

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

Anda mungkin juga menyukai