Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Hadist Akhlak

JUJUR
Sebagai Tugas Mata Kuliah Hadis Akhlak

Oleh:
Mulyono

Dosen Pengampu :
FIDDIAN KHAIRUDDIN, S.Th.I., MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jujur, satu kata yang sering diucapkan tetapi untuk dipraktikkan dalam
kesehariannya menemui berbagai kendala. Setiap orang tua yang peduli dengan
pendidikan akhlak anak-anaknya pasti selalu menekankan mereka untuk berperilaku
jujur di setiap waktu dan tempat. Jujur itu adalah perbuatan yang terpuji, semua orang
setuju dengan itu. Mengatakan sesuatu berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dilakukan
dan dirasakan itulah kejujuran. Dengan berkata jujur dapat menenangkan batin walaupun
nantinya timbul konsekuensi yang harus dihadapi, entah itu berbentuk apresiasi atau
hukuman. Syukur-syukur kalau mendapat apresiasi, kalau mendapat hukuman
bagaimana? Orang yang berkata jujur juga belum tentu mendapatkan apresiasi yang
setimpal dari masyarakat.

Ketakutan akan respon negatif dari masyarakat akhirnya mendorong banyak orang
enggan dan tidak berani berkata jujur terutama ketika melakukan suatu kesalahan.
Hingga akhirnya terjadilah krisis kejujuran pada masyarakat kita. Maka jangan heran
jika korupsi merajalela di Negara kita ini lantaran krisisnya sifat jujur dalam diri setiap
individunya. Yang akhirnya tidak hanya merugikan diri sendiri, akan tetapi juga
merugikan orang banyak, terutama merugikan Negara. Di Negara kita krisis kejujuran
tergolong besar, hal ini terbukti dari banyaknya kasus korupsi yang merajalela.
“Korupsi sudah menjadi cara atau jalan hidup bagi sebagian besar lapisan masyarakat
Indonesia”.1 Korupsi di Indonesia bagaikan sebuah penyakit yang sulit untuk
disembuhkan dan sudah menjadi sebuah permasalahan yang rumit. Untuk memberantas
korupsi di Indonesia tidak cukup hanya dengan melakukan tindakan pemberantasan,
namun juga perlu diadakan pencegahan agar tindak pidana korupsi jangan sampai terjadi
lagi. mencegah lebih baik dari pada mengobati). Salah satu upaya pencegahannya adalah
dengan cara menumbuhkan sikap peduli untuk melawan korupsi dan juga menanamkan
pendidikan akhlak khususnya sifat jujur dalam segala hal kepada anak.2

1
Anshori LAL, Pendidikan Islam Transformatif, (Ciputat: Referensi, 2012), Cet. I, h. 113
2
Eko Handoyo, dkk., Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti Korupsi Di Sma 6
Kota Semarang, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, (Portal Garuda: Jurnal) h. 1
Pada dasarnya, segala ilmu yang diberikan kepada anak semestinya harus selalu
memiliki nuansa pendidikan akhlak. Sehingga ketika ilmu tersebut diamalkan, akan
diamalkan untuk kebaikan bukan untuk sebaliknya. “Ini merupakan suatu upaya untuk
memagari dan memberikan rambu-rambu kepada setiap ilmu dan keterampilan yang
telah diberikan kepada anak, sehingga ilmu dan keterampilannya tidak digunakan untuk
menyusahkan orang lain, tetapi sebaliknya, selalu digunakan untuk kemakmuran,
keamanan, dan ketentraman hidup bagi manusia”. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan akhlak memiliki peran yang penting dalam pendidikan, karena akhlak
merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan manusia agar selalu
bermanfaat bagi bangsa maupun agama.

Menanamkan sifat jujur pada diri tidaklah mudah, butuh waktu dan proses yang
lama, agar sifat jujur tidak hanya sekedar diketahui dan dipelajari saja, akan tetapi juga
harus menjadi bagian dari akhlak seseorang dilakukan oleh pelakunya tanpa pikir-pikir
terlebih dahulu. Itulah mengapa penting sekali menanamkan sifat jujur sedini mungkin,
sehingga jujur itu sudah menjadi bagian dalam diri, dan ketika ia melakukan sebaliknya
ada rasa berdosa dan penyesalan yang sangat mendalam dalam dirinya sehingga ia
berani menanggung segala konsekuensi dari perbuatan yang telah ia lakukan.

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus meniru akhlak mulia
Rasulullah Saw. Karena salah satu tujuan Rasulullah diutus ke dunia ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Pembentukan akhlak mulia ini bisa dilakukan melalui
pendidikan. Dengan demikian masalah akhlak harus diperhatikan. Akhlak terbagi
menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Sifat jujur termasuk ke dalam
akhlak terpuji,3

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jujur

3
Yunia Rahma Utami, dkk., Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak
Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I Dan Ii Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013,
(Portal Garuda: Jurnal), h. 3
Kata jujur secara etimologi memiliki banyak arti, antara lain: “lurus hati, tidak
berbohong, tidak curang, tulus, ikhlas”. Dalam bahasa Arab kejujuran disebut juga as-
Shidq yang berasal dari kata shadaqa. َJujur (as-Shidq) juga merupakan antonim dari
kata bohong (al-Kadzb). Secara istilah, jujur atau as-Shidq berarti antara berita dan
kenyataan yang terjadi sebenarnya bersesuaian, sedangkan bohong atau al-Kadzb berarti
sebaliknya, yaitu tidak adanya kesesuaian antara berita dan kenyataan yang terjadi
sebenarnya. Menurut Imam Raghib al-Ashfahani sebagaimana yang dikutip oleh
Yanuardi Syukur dalam bukunya yang berjudul Terapi Kejujuran, “kejujuran adalah
kesesuaian perkataan hati nurani dan informasi terhadap perkataan itu bersama-sama”.
Jujur juga berarti “adanya kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan”. 4

Dalam Hadist Rasulullah Saw :

Dari Abdullah Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫ي اِلَى ْال‬
(‫جنَّ ِة (رواه البخارى ومسل‬ Uْ ‫ق يَ ْه ِديْ اِلَى ْالبِ ِّر اِ َّن ْالبِ ِّريَ ْه ِد‬ ِّ ‫ق فَاِ َّن ال‬
َ ‫ص ْد‬ ِّ ‫عَلَ ْي ُك ْم بِال‬
ِ ‫ص ْد‬
Artinya:“Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa
kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

  َ‫ب َوِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَفَ َوِإ َذا اْئتُ ِمنَ َخان‬


َ ‫ث َك َذ‬ ِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ َ‫ق ثَال‬
َ ‫ث ِإ َذا َح َّد‬

Artinya: “Tanda orang munafik itu ada tiga, jika berkata dia berdusta, jika
berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia khianati.” (HR. Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah).

Dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman :

۟ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ُكون‬


َّ ٰ ‫وا َم َع ٱل‬
َ‫ص ِدقِين‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا ٱتَّق‬
َ

4
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. IV, h. 16
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang jujur. (Q.S At-Taubah: 119)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejujuran adalah suatu


pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat dipercaya dan
dapat memberikan pengaruh bagi karakter seseorang. Kejujuran itu ada pada ucapan dan
juga pada perbuatan, sebagaimana seseorang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai
dengan apa yang ada pada batinnya. Orang yang berbuat riya tidaklah dikatakan sebagai
orang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang
dia sembunyikan dalam batinnya. Begitu pula orang yang munafik tidaklah dikatakan
sebagai orang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang
bertauhid, padahal tidak demikian adanya.

B. Keutamaan Jujur

Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang jujur dengan mudah dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Salah satu
contoh misalnya, kisah Nabi Muhammad Saw sebelum menjadi Nabi, ketika beliau
diberikan tugas oleh Siti Khadijah untuk menjalankan usaha dagang. Karena kejujuran
beliau dalam berdagang, maka usaha tersebut berhasil dan meraih keuntungan yang
besar. Di samping itu nama beliau sebagai seorang yang jujur semakin terkenal di mana-
mana.

Di bawah ini beberapa keutamaan sifat jujur, diantaranya:

1. Jembatan Menuju Kebaikan

Keutamaan lainnya dari sifat jujur adalah sebagai jembatan yang mengantarkan
manusia menjadi orang yang baik. Sebaliknya, sifat bohong juga jembatan yang
mengantar menuju yang buruk. “Mereka yang jujur akan diantarkan menuju surga,
sedangkan yang bohong akan mengarah pada neraka”. Pernyataan di atas secara jelas
sudah tercantum di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang
juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi di bawah ini:
Artinya : Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebajikan, dan
kebajikan akan mengantarkanke surga. Dan orang yang berlaku jujur itu di tetapkan
oleh Allah sebagai orang yang shiddiq. Dan sesungguhnya bohong itu akan
mengantarkan kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa akan mengantarkan ke
neraka. Dan orang yang berbohong akan di tetapkan oleh Allah sebagai pendusta. (HR.
Muslim)

2. Jujur Akan Melahirkan Ketenangan.

Rasulullah Saw bersabda,

Artinya : “… maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan


adalah keraguan .…” (HR. Turmidzi).

Orang yang selalu jujur akan selalu tenang, sebab ia selalu membawa kebenaran.


Sebaliknya, para pembohong selalu membawa kebusukan dan kebusukan itu membawa
kegelisahan akibat kebusukannya. Ia akan selalu dihantui dengan kebohongannya dan
takut hal itu akan terbongkar. Dan, bila seorang pembohong seperti ini menjadi
pemimpin maka ia tidak akan sempat mengurus rakyatnya, karena ia sibuk
menyembunyikan kebusukan dalam dirinya.

3. Jujur Disukai Semua Manusia.

Rasulullah Saw terkenal sebagai manusia yang paling jujur. Bahkan, sebelum
kedatangan Islam, beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir
Makkah pun mengakui kejujuran Rasulullah Saw, sekalipun mereka tidak beriman.
Bahkan, mereka memberi gelar al-Amin (orang yang tepercaya) kepada Rasulullah.
Selain itu, mereka juga selalu menitipkan barang berharga kepada Rasul Saw.

4. Jujur Akan Mengantarkan Pelakunya Pada Derajat Tertinggi.


Rasulullah Saw bersabda, Artinya : “Siapa yang memohon dengan jujur untuk
mati syahid, (maka ketika ia wafat) ia akan tergolong syuhada sekalipun mati di atas
kasurnya.” (HR. Muslim).

5. Jujur Akan Mengantarkan Pada Keberkahan.

Rasulullah Saw pernah mengatakan kira-kira begini buni hadist nya “bahwa
seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan transaksi perdagangannya
maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika menipu maka Allah akan mencabut
keberkahan dagangannya.” (HR. Bukhari Muslim). 

C. Manfaat Kejujuran

Sifat jujur sangatlah bermanfaat bagi diri kita maupun orangorang disekeliling
kita. Ada tiga golongan manfaat yang bisa didapat kalau kita bersifat jujur. Pertama,
manfaat bagi pribadi. Kedua, manfaat bagi keluarga. Ketiga, manfaat bagi sosial.

1. Manfaat Pribadi

Kejujuran memiliki manfaat pribadi atau personal. Sebagai contoh orang yang
jujur itu disenangi oleh orang lain, “kalau kita bertemu dengan orang jujur, kita merasa
senang karena mereka tidak akan mengkhianati kita”. Dari sini jelas sekali manfaat
kejujuran bagi diri kita pribadi, disenangi oleh orang banyak, dipercaya oleh orang
banyak, bahkan karna sifat jujur bisa mendatangkan rejeki yang berlimpah. Orang yang
jujur senantiasa merasakan damai dihatinya, hidupnya pun selalu tenang, dan
kecintaannya kepada kebenaran pun semakin bertambah. Kebahagiaan inilah yang akan
selalu orang jujur rasakan dalam dirinya.

2. Manfaat Keluarga

Kejujuran juga bermanfaat bagi keluarga, diantaranya adalah sifat jujur dapat
menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga yang sakinah
mawaddah dan rahmah tidak bisa didapatkan jika tidak ada kejujuran dalam berumah
tangga. Sebagai contoh, jika tidak ada kejujuran antara suami dan istri, maka hilanglah
kepercayaan antara keduanya. Karena kejujuran dalam berumah tangga senantiasa
melahirkan rasa percaya antara satu dengan lainnya. Dan jika sudah saling percaya antar
satu dan lainnya, pastilah akan tercipta kerukunan dan kebahagiaan dalam keluarga.

3. Manfaat Sosial

Kejujuran juga bermanfaat secara sosial. Diantaranya adalah terciptanya sebuah


ikatan sosial yang kuat, juga akan tercipta keadilan dalam segala hal, serta mengundang
keberkahan dari Allah Swt. Jika sesama masyarakat saling berlaku jujur, maka akan
timbul rasa saling percaya antara sesama masyarakat. Jika sudah terdapat rasa saling
percaya dalam kehidupan bermasyarakat, terjalinlah sebuah ikatan yang kuat antara satu
dengan lainnya. Juga keadilan dalam hidup bermasyarakat, akan terwujud jika pemimpin
dan yang dipimpin memiliki sifat jujur dalam diri masing-masing. Kesemuanya itu
pastinya akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt.

DAFTAR ISI
Anshori LAL, Pendidikan Islam Transformatif, (Ciputat: Referensi, 2012), Cet. I,
h. 113

Eko Handoyo, dkk., Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti


Korupsi Di Sma 6 Kota Semarang, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang,
(Portal Garuda: Jurnal) h. 1

Yunia Rahma Utami, dkk., Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai
Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I Dan Ii Desa Teba Jawa
Kabupaten Pesawaran Tahun 2013, (Portal Garuda: Jurnal), h. 3

Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. IV, h. 16

Anda mungkin juga menyukai