Hadist Akhlak
JUJUR
Sebagai Tugas Mata Kuliah Hadis Akhlak
Oleh:
Mulyono
Dosen Pengampu :
FIDDIAN KHAIRUDDIN, S.Th.I., MA
Ketakutan akan respon negatif dari masyarakat akhirnya mendorong banyak orang
enggan dan tidak berani berkata jujur terutama ketika melakukan suatu kesalahan.
Hingga akhirnya terjadilah krisis kejujuran pada masyarakat kita. Maka jangan heran
jika korupsi merajalela di Negara kita ini lantaran krisisnya sifat jujur dalam diri setiap
individunya. Yang akhirnya tidak hanya merugikan diri sendiri, akan tetapi juga
merugikan orang banyak, terutama merugikan Negara. Di Negara kita krisis kejujuran
tergolong besar, hal ini terbukti dari banyaknya kasus korupsi yang merajalela.
“Korupsi sudah menjadi cara atau jalan hidup bagi sebagian besar lapisan masyarakat
Indonesia”.1 Korupsi di Indonesia bagaikan sebuah penyakit yang sulit untuk
disembuhkan dan sudah menjadi sebuah permasalahan yang rumit. Untuk memberantas
korupsi di Indonesia tidak cukup hanya dengan melakukan tindakan pemberantasan,
namun juga perlu diadakan pencegahan agar tindak pidana korupsi jangan sampai terjadi
lagi. mencegah lebih baik dari pada mengobati). Salah satu upaya pencegahannya adalah
dengan cara menumbuhkan sikap peduli untuk melawan korupsi dan juga menanamkan
pendidikan akhlak khususnya sifat jujur dalam segala hal kepada anak.2
1
Anshori LAL, Pendidikan Islam Transformatif, (Ciputat: Referensi, 2012), Cet. I, h. 113
2
Eko Handoyo, dkk., Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Anti Korupsi Di Sma 6
Kota Semarang, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, (Portal Garuda: Jurnal) h. 1
Pada dasarnya, segala ilmu yang diberikan kepada anak semestinya harus selalu
memiliki nuansa pendidikan akhlak. Sehingga ketika ilmu tersebut diamalkan, akan
diamalkan untuk kebaikan bukan untuk sebaliknya. “Ini merupakan suatu upaya untuk
memagari dan memberikan rambu-rambu kepada setiap ilmu dan keterampilan yang
telah diberikan kepada anak, sehingga ilmu dan keterampilannya tidak digunakan untuk
menyusahkan orang lain, tetapi sebaliknya, selalu digunakan untuk kemakmuran,
keamanan, dan ketentraman hidup bagi manusia”. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan akhlak memiliki peran yang penting dalam pendidikan, karena akhlak
merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan manusia agar selalu
bermanfaat bagi bangsa maupun agama.
Menanamkan sifat jujur pada diri tidaklah mudah, butuh waktu dan proses yang
lama, agar sifat jujur tidak hanya sekedar diketahui dan dipelajari saja, akan tetapi juga
harus menjadi bagian dari akhlak seseorang dilakukan oleh pelakunya tanpa pikir-pikir
terlebih dahulu. Itulah mengapa penting sekali menanamkan sifat jujur sedini mungkin,
sehingga jujur itu sudah menjadi bagian dalam diri, dan ketika ia melakukan sebaliknya
ada rasa berdosa dan penyesalan yang sangat mendalam dalam dirinya sehingga ia
berani menanggung segala konsekuensi dari perbuatan yang telah ia lakukan.
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, kita harus meniru akhlak mulia
Rasulullah Saw. Karena salah satu tujuan Rasulullah diutus ke dunia ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Pembentukan akhlak mulia ini bisa dilakukan melalui
pendidikan. Dengan demikian masalah akhlak harus diperhatikan. Akhlak terbagi
menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Sifat jujur termasuk ke dalam
akhlak terpuji,3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jujur
3
Yunia Rahma Utami, dkk., Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak
Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I Dan Ii Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013,
(Portal Garuda: Jurnal), h. 3
Kata jujur secara etimologi memiliki banyak arti, antara lain: “lurus hati, tidak
berbohong, tidak curang, tulus, ikhlas”. Dalam bahasa Arab kejujuran disebut juga as-
Shidq yang berasal dari kata shadaqa. َJujur (as-Shidq) juga merupakan antonim dari
kata bohong (al-Kadzb). Secara istilah, jujur atau as-Shidq berarti antara berita dan
kenyataan yang terjadi sebenarnya bersesuaian, sedangkan bohong atau al-Kadzb berarti
sebaliknya, yaitu tidak adanya kesesuaian antara berita dan kenyataan yang terjadi
sebenarnya. Menurut Imam Raghib al-Ashfahani sebagaimana yang dikutip oleh
Yanuardi Syukur dalam bukunya yang berjudul Terapi Kejujuran, “kejujuran adalah
kesesuaian perkataan hati nurani dan informasi terhadap perkataan itu bersama-sama”.
Jujur juga berarti “adanya kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan”. 4
َ ي اِلَى ْال
(جنَّ ِة (رواه البخارى ومسل Uْ ق يَ ْه ِديْ اِلَى ْالبِ ِّر اِ َّن ْالبِ ِّريَ ْه ِد ِّ ق فَاِ َّن ال
َ ص ْد ِّ عَلَ ْي ُك ْم بِال
ِ ص ْد
Artinya:“Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa
kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Artinya: “Tanda orang munafik itu ada tiga, jika berkata dia berdusta, jika
berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia khianati.” (HR. Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah).
4
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. IV, h. 16
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang jujur. (Q.S At-Taubah: 119)
B. Keutamaan Jujur
Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang jujur dengan mudah dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Salah satu
contoh misalnya, kisah Nabi Muhammad Saw sebelum menjadi Nabi, ketika beliau
diberikan tugas oleh Siti Khadijah untuk menjalankan usaha dagang. Karena kejujuran
beliau dalam berdagang, maka usaha tersebut berhasil dan meraih keuntungan yang
besar. Di samping itu nama beliau sebagai seorang yang jujur semakin terkenal di mana-
mana.
Keutamaan lainnya dari sifat jujur adalah sebagai jembatan yang mengantarkan
manusia menjadi orang yang baik. Sebaliknya, sifat bohong juga jembatan yang
mengantar menuju yang buruk. “Mereka yang jujur akan diantarkan menuju surga,
sedangkan yang bohong akan mengarah pada neraka”. Pernyataan di atas secara jelas
sudah tercantum di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang
juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi di bawah ini:
Artinya : Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebajikan, dan
kebajikan akan mengantarkanke surga. Dan orang yang berlaku jujur itu di tetapkan
oleh Allah sebagai orang yang shiddiq. Dan sesungguhnya bohong itu akan
mengantarkan kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa akan mengantarkan ke
neraka. Dan orang yang berbohong akan di tetapkan oleh Allah sebagai pendusta. (HR.
Muslim)
Rasulullah Saw terkenal sebagai manusia yang paling jujur. Bahkan, sebelum
kedatangan Islam, beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir
Makkah pun mengakui kejujuran Rasulullah Saw, sekalipun mereka tidak beriman.
Bahkan, mereka memberi gelar al-Amin (orang yang tepercaya) kepada Rasulullah.
Selain itu, mereka juga selalu menitipkan barang berharga kepada Rasul Saw.
Rasulullah Saw pernah mengatakan kira-kira begini buni hadist nya “bahwa
seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan transaksi perdagangannya
maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika menipu maka Allah akan mencabut
keberkahan dagangannya.” (HR. Bukhari Muslim).
C. Manfaat Kejujuran
Sifat jujur sangatlah bermanfaat bagi diri kita maupun orangorang disekeliling
kita. Ada tiga golongan manfaat yang bisa didapat kalau kita bersifat jujur. Pertama,
manfaat bagi pribadi. Kedua, manfaat bagi keluarga. Ketiga, manfaat bagi sosial.
1. Manfaat Pribadi
Kejujuran memiliki manfaat pribadi atau personal. Sebagai contoh orang yang
jujur itu disenangi oleh orang lain, “kalau kita bertemu dengan orang jujur, kita merasa
senang karena mereka tidak akan mengkhianati kita”. Dari sini jelas sekali manfaat
kejujuran bagi diri kita pribadi, disenangi oleh orang banyak, dipercaya oleh orang
banyak, bahkan karna sifat jujur bisa mendatangkan rejeki yang berlimpah. Orang yang
jujur senantiasa merasakan damai dihatinya, hidupnya pun selalu tenang, dan
kecintaannya kepada kebenaran pun semakin bertambah. Kebahagiaan inilah yang akan
selalu orang jujur rasakan dalam dirinya.
2. Manfaat Keluarga
Kejujuran juga bermanfaat bagi keluarga, diantaranya adalah sifat jujur dapat
menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga yang sakinah
mawaddah dan rahmah tidak bisa didapatkan jika tidak ada kejujuran dalam berumah
tangga. Sebagai contoh, jika tidak ada kejujuran antara suami dan istri, maka hilanglah
kepercayaan antara keduanya. Karena kejujuran dalam berumah tangga senantiasa
melahirkan rasa percaya antara satu dengan lainnya. Dan jika sudah saling percaya antar
satu dan lainnya, pastilah akan tercipta kerukunan dan kebahagiaan dalam keluarga.
3. Manfaat Sosial
DAFTAR ISI
Anshori LAL, Pendidikan Islam Transformatif, (Ciputat: Referensi, 2012), Cet. I,
h. 113
Yunia Rahma Utami, dkk., Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai
Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I Dan Ii Desa Teba Jawa
Kabupaten Pesawaran Tahun 2013, (Portal Garuda: Jurnal), h. 3
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. IV, h. 16