Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang
Al-Quran adalah wahyu dari Allah yang sampai saat ini masih terjamin keotentikannya.
Selain keaslianya, al-Quran juga bukan hanya diperuntukkan kepada umat Islam saja
melainkan kepada seluruh umat manusia. Bagi muslim, keyakinan akan keaslian dan
kebenaran al-Quran adalah satu prinsip keimanan. Allah Swt berfiman-Nya yang memiliki
arti:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya kami benar-
benar memeliharanya.”
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan yang cepat manusia dalam kehidupan di
zaman modern yang penuh tantangan dan kompetitif dalam berbagai aspek, setumpuk
masalah berat dan ringan yang memerlukan solusi atau pemecahan masalah yang bukan saja
membutuhkan kekuatan otot dan otak tetapi lebih dari itu dengan aspek mentalitas yang
tenang, sejuk dan mantap mungkin disebut dengan karakter sabar. Seperti dikatakan dalam
slogan ekonomi bahwa hidup adalah kebutuhan. Sejak lahir manusia diperhadapkan dengan
kebutuhan, sejak itu pula manusia berhadapan dengan masalah faktor pemenuhan kebutuhan
kebutuhan tidak pernah akan habis dan selesai, karena setelah pemenuhan pertama akan
muncul.
B. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud dengan jujur?
2) Apa saja bentuk-bentuk dari kejujuran?
3) Apa yang dimaksud dengan sabar?
4) Bagaimana sabar dalam kehidupan sehari-hari?
5) Apa saja hadist tentang jujur dan sabar?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui perngertian dari jujur
2) Untuk mengetahui bentuk-bentuk kejujuran
3) Untuk mengetahui pengertian dari sabar
4) Untuk mengetahui sabar dalam kehidupan sehari-hari
5) Untuk mengetahui hadist-hadist tentang jujur dan sabar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jujur
Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah
mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila ada yang
mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak lagi menarik bagi
kebanyakan orang. Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah
mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah ada orang yang ingin dan
selalu bersikap jujur, tapi mereka belum sepenuhnya tahu apa saja sikap yang
termasuk kategori jujur. Jujur tidaklah dimulai dari “warung kopi”, sebagaimana
asumsi sementara orang, jujur sebuah nilai abstrak, sumbernya hati, bukan pada
omongannya. Jadi “jujur” sebuah nilai kesadaran “imani”, dimulai dari suara hati,
bukan di warung munculnya kejujuran. Kualitas imanlah yang dapat
mengantarkan seseorang menjadi jujur. Kata jujur adalah kata yang digunakan
untuk menyatakan sikap seseorang.

Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena, maka orang
itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Jika
orang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain
tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya) maka sikap yang seperti itulah
yang disebut dengan jujur. Dengan kata lain seseorang dikatakan jujur, bila
ucapannya sejalan dengan perbuatannya.

Jadi yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya
menyesuaikan atau mencocokkan antara informasi dengan fenomena atau realitas.
Dalam agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur
itu ber-nilai tak terhingga. Karena semua sikap yang baik selalu bersumber pada
“kejujuran”. Merupakan suatu keindahan bila setiap individu bersikap jujur
terhadap dirinya, pedagang senantiasa jujur dalam usaha dagangannya, demikian
pula pemimpin yang jujur dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Kejujuran adalah sifat yang melekat di dalam diri seseorang dan merupakan hal
pentinguntuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut tabrani rusyan arti jujur dalam bahasa arabmerupakan terjemahan dari
kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya, dengan kata lain, jujur adalah
perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-
sifat terpuji (mahmudah). Jujur disebut dengan benar memberikan sesuatuyang benar
atau sesuai dengan kenyataan.1 Kejujuran menurut kamus besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata “jujur” yang mendapat imbuhan ke-an yang artinya “lurus hati, tidak
berbohong, tidak curang, tulus, dan ikhlas”2 dapat disimpulakan bahwa kejujuran
adalah suatu pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan faktanya sehingga dapat
dipercaya dan memberikan pengaruh bagi kesuksesan seseorang. Kejujuran itu ada
pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seseorang melakukan suatu
perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatan sebagai orang yang jujur karena dia
telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan
(didalam batinnya). Begitu pula orang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang
yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai sesorang yang bertauhid, padahal
sebaliknya. Jujur adalah sifat penting bagi islam, salah satu pilar aqidah islam adalah
jujur. Kejujuran adalah perhiasan bagi orang berbudi mulia dan orang yang
berilmu,oleh sebab itu, sifat jujur sangat di anjurkan untuk dimiliki setiap umat
rasullullah SAW. Hal ini sesuai dengan firman allah3 :

َّ ‫ظ ُك ْم ِب ِه ۗ ِإ َّن‬
َ َ‫َّللاَ َكان‬
‫س ِميعًا‬ َّ ‫اس أ َ ْن تَحْ ُك ُموا ِب ْال َعدْ ِل ۚ ِإ َّن‬
ُ ‫َّللاَ نِ ِع َّما يَ ِع‬ ِ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰى أ َ ْه ِل َها َو ِإذَا َح َك ْمت ُ ْم بَيْنَ الن‬ َّ ‫ِإ َّن‬
‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ ‫َب‬

“ sesungguhnya allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah kepada


yang berhak menerimanya.” (Q.S AN-Nisa : 58)

1
A.Tabrani Rusyan, pendidikan budi pekerti, (Jakarta: inti media cipta nusantara:2006),25.
2
Muhammad Arifin bin Badri, sifat perniagaan nabi , (bogor: pustaka darul ilmi:2008), 76.
3
Irma Febvania, “ kejujurran pedagang muslim dalam timbangan dan kualitas beras dipasar beras bendul merisi
Surabaya ( skrispsi-universitas airlangga,surabaya,2013), 27.
َ‫سو َل َوتَ ُخونُوا أ َ َمانَاتِ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت َ ُخونُوا‬
َّ ‫َّللاَ َو‬

“ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati allah dan rosul-
nya dan jangan lah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan
kepadamu.”(Q.S AN-Anfaal:27)

Dari kedua ayat tersebut didapat pemahan bahwa manusia, selain dapat berlaku
tidak jujur terhadap dirinya dan orang lain, adakalanya berlaku tidak jujur juga
kepada allah dan rosul-nya. Maksud ketidakjujuran kepada allah dan rosul-nya adalah
tidak memenuhi perintah mereka, dengan demikian, sudah jelas bahwa kejujuran
dalam memelihara amanah merupakan salah satu printah allah dan dipandang sebagai
salah satu kebajikan bagi orang yang beriman.
B. Bentuk-Bentuk Kejujuran

Adapun bentuk macam pengelompokan kejujuran sebagai berikut:

1.) Jujur niat dan kemauan


Niat adalah melakukan sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hanya mengharap
ridha allah SWT. Nilai sebuah amal dihadapan allah SWT, sangat ditentukan oleh niat
atau motivasi. Rosullullah SAW dalam sebuah hadist yang sangat popular menyatakan
bahwa sesungguhnya segala amal manusia di tentukan oleh niatnya. selain itu, seorang
muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan
dilakukan apakah kebenaran dan bermanfaat sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa
ragu-ragu lagi akan dilakukan.

2.) Jujur dalam perkataan

Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran kejujuran yang paling populer
di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan selalu dikasihi allah SWT dan
dipercayai oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta , meski hanya sekali apalagi
sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Rosullullah mengingatkan4:

“jaminlah kepadaku enam perkara dari kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian
surga: jujurlah jika berkata, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya,
jagalah kemahian keahlian, tunduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan
kalian.”(HR. Ahmad).
3.) Jujur ketika berjanji
Seorang muslim yang jujur senantiasa akan menepati berjanji-janjinya kepada
siapapun, meskipun hanya terhadap anak kecil, sementara itu, allah memberi pujian
kepada orang-orang yang jujur dalam berjanji. Dia memuji nabi ismail a.s yang menepati
janjinya sebagai berikut:

ً ‫س‬
‫وَل نَبِيا‬ ُ ‫صادِقَ ْال َو ْع ِد َو َكانَ َر‬ ِ ‫َواذْ ُك ْر فِي ْال ِكت َا‬
َ َ‫ب إِ ْس َما ِعي َل ۚ إِنَّهُ َكان‬

“dan ceritakanlah ( hai muhammad) kisah ismail di dalam ai-quran. Sesungguhnya ia


adalah seorang yang jujur janjinya. Dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi.”
(QS.Maryam[15]:54)

4.) Jujur dalam bermu’amalah


Jujur dalam niat, lisan dan jujurlah dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak
dilengkapi dengan jujur ketika berintekrasi atau bermu’amalah dengan orangn lain.
Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekali terhadap non
muslim.tidak menjual tidak akan mengurangi takaran dan timbangan. Pada saat membeli
tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran.
5.) Jujur dalam berpenampilan sesuia kenyataan
Seorang yang jujur senantiasa akan menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan
yang sebenarnya.

4
Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, meneladani akhlak nabi membangun kepribadian muslim, (bandunng:
rosdakarya, 2006), 189.
C. Pengertian Sabar

Kata “sabar” artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati, ia juga
berarti ketabahan. Imam al-Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati
melaksanakan tuntutan agama menghadapi rayuan nafsu.

Secara umum kesabaran dapat dibagi dalam dua pokok:

1) Sabar jasmani
yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintahperintah keagamaan
yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang
melibatkan keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran. Termasuk
pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa
jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya.
2) sabar rohani
yaitumenyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar
kepada kejelekan, seperti sabar menahan amarah, atau menahan nafsu lainnya.5

Secara etimologi sabar dalam bahasa Indonesia, sabar berarti: “tahan


menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu.6

Pengertian sabar menurut para ahli:

1) Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, sabar adalah menahan jiwa untuk tidak
berkeluh kesah, menahan lisan untuk tidak meratap dan menahan untuk tidak
menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
2) Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya menahan
diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Selain itu, ia
menjelaskan bahwa kesabaran secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, sabar
jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah
keagamaan yang melibatkan anggota tubuh seperti sabar dalam menunaikan ibadah
haji yang menyebabkan keletihan. Termasuk pula, sabar dalam menerima cobaan
jasmaniyah seperti penyakit, penganiayaan dan sebagainya. Kedua, sabar rohani

5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’a (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.181
6
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 763
menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada
kejelekan semisal sabar dalam menahan marah, atau menahan nafsu seksual yang
bukan pada tempatnya.
Pendapat Quraish Shihab, sama dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibnu al-
Qayyim bahwa sabar, berdasarkan bentuknya terdiri dari dua macam, kesabaran
jasmani dan kesabaran jiwa7Pendapat Quraish Shihab, sama dengan apa yang telah
disampaikan oleh Ibnu al-Qayyim bahwa sabar, berdasarkan bentuknya terdiri dari
dua macam, kesabaran jasmani dan kesabaran jiwa.4 Kesabaran jasmani dibagi
menjadi dua: 1) kesabaran jasmani secara sukarela, misalnya sabar dalam melakukan
pekerjaan berat atas pilihan dan kehendaknya sendiri dan 2) kesabaran jasmani oleh
faktor keterpaksaan, misalnya sabar dalam menahan rasa sakit akibat pukulan, sabar
menahan penyakit, menahan dingin, panas dan sebagainya.
Sebagaimana kesabaran jasmani, kesabaran jiwa juga dibagi menjadi dua macam,
yakni:
a. Kesabaran jiwa secara sukarela, misalnya kesabaran menahan diri untuk
melakukan perbuatan yang tidak baik berdasarkan pertimbangan syariat agama
dan akal
b. Kesabaran jiwa oleh faktorketerpaksaan, seperti kesabaran berpisah dengan orang
yang dikasihi jika cinta terhalang.

D. Sabar Dalam Kehidupan Sehari-hari

Kehidupan manusia sebenarnya penuh dengan pergulatan, dan kemenangan


dalam pergulatan ini sangat tergantung pada sejauh mana kesabaran yang dimiliki
seseorang dalam menghadapi pergulatan itu. Karena sabar merupakan jalan yang bisa
membawa seseorang pada kemenangan yang di inginkan, senjata yang efektif untuk
menaklukkan musuh, apapun bentuknya, baik yang tersembunyi maupun yang
tampak

7
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, sabar adalah menahan jiwa untuk tidak berkeluh kesah, menahan
lisan untuk tidak meratap dan menahan untuk tidak menampar pipi, merobek baju dan sebagainya. Lihat dalam kitab
Ibnu al-Qayyim Al-Jauziyyah, ahli bahasa oleh A.M. Halim, Uddatu Ash-Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin,
(Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), hlm. 37.
Jika kita telusuri berbagai ayat al-Qur’an maupun hadis, maka akan kita dapati
bahwa kata “sabar” kerap kali diungkapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Namun kesemuanya tetap bermuara pada satu tujuan, yaitu kesuksesan dan
kemenangan. Dan kesabaran tersebut antara lain meliputi tempat dan situasi dalam
bukunya ash-Shabr fi Al-Qur’an membagi sabar ke dalam enam macam yitu:

1) Sabar menerima cobaan hidup


Cobaan seperti ini bersifat alam, tak ada satu manusia pun yang dapat
menghindarinya. Oleh karena itu, kita harus dapat menerimanya dengan penuh
kesabaran seraya memulangkan segala sesuatunya kepada-Nya. Allah SWT.
berfirman:

Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun",
mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka Itulah orangorang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah:
155-157).
Contohnya seperti dengan bersabar kita dapat berfikir positif atas sebuah hal yang
terjadi dalam kehidupan kita. Orang yang mempunyai sifat sabar akan selalu
mengingatkan dirinya untuk bersyukur dikarenakan dirinya yang sabar mendapatkan
hasil sekecil apapun itu. Ia akan banyak bersyukur.
2) Sabar dari keinginan hawa nafsu
Hawa nafsu mempunyai kecenderungan untuk menginginkan segala macam
kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikannya
diperlukan kesabaran, al-Qur’an bahkan mengingatkan kita agar jangan sampai harta
benda dan anak-anak dapat menyebabkan seseorang lalai dari mengingat Allah Swt.
berfirman:
َ‫َّللاِ ۚ َو َم ْن َي ْف َع ْل ٰذَلِكَ فَأُو ٰلَئِكَ ُه ُم ْالخَا ِس ُرون‬
َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت ُ ْل ِه ُك ْم أ َ ْم َوالُ ُك ْم َو ََل أ َ ْو ََلد ُ ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر‬

Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu


melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. ( QS. al-Munafiqun: 9)

Sabar membangkitkan tetap pendirian menegakkan agama di dalam


menentangkan hawanafsu. Ketika kesabaran itulah yang perlu di perhatikan
dalam berbagai usaha dan kegiatan dalam memperjuangkan kehidupan dari
godaan hawa nafsu untuk meperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagian di
akhirat kelak. Pada saat itulah kita akan terhindar dari sifat yang sering mengeluh.
Oleh karena itu jalan terbaik untuk menghadapi berbagai macam urusan adalah
sabar, karena orang yang sabar akan memperoleh pahala yang besar dan jalan
kemudahan dari Allah Swt.

Contohnya seperti hawa nafsu kita menginginkan kita buat benda yang mungkar,
kita lawan dengannya tidak ikut buat yang disuruh oleh nafsu itu dikatakan nama
bersabar dari keinginan hawa nafsu.

3) Sabar dalam taat kepada Allah Swt


Diperlukan kesabaran dalam beribadah, karena syaitan tak pernah berhenti
menggoda hamba-Nya yang taat melaksanakan perintahperintah-Nya. Allah Swt
berfirman:

َ ُ‫طبِ ْر ِل ِعبَادَتِ ِه ۚ ه َْل ت َ ْعلَ ُم لَه‬


‫س ِميا‬ َ ‫ص‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ْ ‫ض َو َما َب ْي َن ُه َما فَا ْعبُدْهُ َوا‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫َربُّ ال‬
Artinya: Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apaapa yang ada di
antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang
patut disembah)? (QS. Maryam: 65)

Mengerjakan semua yang diperintahkan Allah Swt dan menghindari


larangan-Nya. Pada dasarnya adalah kewajiban. Karena, itu merasa berat sehingga
memerlukan usaha yang gigih agar bisa mengalahkan musuhnya yang nyata,
sehingga ia kokoh dalam pendirian dan menjadikan nafsunya mengikuti syari’at
Allah Swt, kesungguhan tersebut meliputi kesabaran, pengorbanan dan usaha
yang gigih. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mampu menahan nafsunya
sehingga sesuai dengan apa yang diridhai Allah, yang tercermin dalam ketaatan
dan konmitmennya dalam meninggalkan kemaksiatan, mengalahkan nafsu dan
syaitan yang selalu berusaha menyesatkannya.

Contohnya seperti orang yang melaksanakan ibadat setiap waktu shalat,


maka ia tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan. Walaupun ia
tidak melihat Allah Swt, namun ia sadar bahwa Allah Swt senantiasa bersamanya
dan selalu menjadi penolongnya. Dengan kondisi kejiwaan seperti itu ia mampu
mengungkapkan perasaannya kepada Allah Swt, ia akan berdoa memohon dan
mengadu kepada Allah Swt.

4) Sabar dalam berdakwah.


Luqman Hakim menasehati putranya agar tetap bersabar menerima cobaan
ketika berdakwah. Saking indahnya nasihat itu, Allah Swt menyampaikannya
dalam al-Qur’an:
ٰ ِ ‫ص ََلة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر‬
ِ ‫صابَكَ ۖ إِ َّن ذَلِكَ ِم ْن َع ْز ِم ْاْل ُ ُم‬
‫ور‬ ْ ‫وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوا‬
َ َ‫صبِ ْر َعلَ ٰى َما أ‬ َّ ‫ي أَقِ ِم ال‬
َّ َ‫يَا بُن‬

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17)
Sebagai aktivitas muslim, kita tahu bahwa kita harus tetap berusaha
menyampaikan berita gembira dan peringatan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada
lingkungan sekitar.
Contohnya seperti yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kita harus menyadari,
diingat-ingat dalam pikiran dan terus dihujamkan ke dalam jiwa, bahwa dakwah akan
tetap terus berjalan mesti bersama atau pun tanpa diri kita.

5) Sabar dalam perang

Dalam keadaan terdesakseorang prajurit Islam tidak boleh lari meninggalkan


medan perang, kecuali apabila itu bagian dari siasat perang. Sebab di antara sifat-sifat
orang yang bertaqwa adalah sabar dalam peperangan, sebagaimana firman-Nya:

‫الزكَاة َ َو ْال ُموفُونَ ِب َع ْه ِد ِه ْم ِإذَا‬


َّ ‫ص ََلةَ َوآت َى‬ َّ ‫ام ال‬َ َ‫ب َوأَق‬ ِ ‫الرقَا‬
ِ ‫س ِبي ِل َوالسَّائِلِينَ َوفِي‬ َّ ‫ساكِينَ َوابْنَ ال‬ َ ‫َعلَ ٰى ُح ِب ِه ذَ ِوي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْاليَت َا َم ٰى َو ْال َم‬
َ‫صدَقُوا ۖ َوأُو ٰلَئِكَ ُه ُم ْال ُمتَّقُون‬ ٰ
َ َ‫اء َو ِحينَ ْال َبأ ْ ِس ۗ أُولَئِكَ الَّذِين‬
ِ ‫اء َوالض ََّّر‬ ِ ‫س‬َ ْ ‫صا ِب ِرينَ فِي ْال َبأ‬ َّ ‫َعا َهد ُوا ۖ َوال‬

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS.
al-Baqarah: 177)

6) Sabar dalam pergaulan


Dalam pergaulan adakalanya kita tersinggung ketika mendengar atau
mendapatkan perlakukan yang kurang menyenangkan dari orang lain. Namun,
sebagai Muslim kita diwajibkan untuk bersabar menghadapinya, karna boleh jadi hal
itu ternyata akan mendatangkan banyak kebaikan bagi diri kita. Allah Swt berfirman:
ۚ ‫ش ٍة ُم َب ِينَ ٍة‬ ِ َ‫ض َما آتَ ْيت ُ ُموه َُّن ِإ ََّل أَ ْن َيأْتِينَ ِبف‬
َ ‫اح‬ ِ ‫ضلُوه َُّن ِلتَذْ َهبُوا ِب َب ْع‬
ُ ‫سا َء ك َْرهًا ۖ َو ََل ت َ ْع‬ َ ِ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل َي ِح ُّل لَ ُك ْم أ َ ْن ت َِرثُوا الن‬
‫يرا‬ ً ‫َّللاُ ِفي ِه َخي ًْرا َك ِث‬ َ ‫س ٰى أ َ ْن ت َ ْك َرهُوا‬
َّ ‫ش ْيئًا َو َيجْ َع َل‬ َ ‫وف ۚ فَإ ِ ْن ك َِر ْهت ُ ُموه َُّن فَ َع‬ِ ‫َو َعا ِش ُروه َُّن ِب ْال َم ْع ُر‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan
mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. al-Nisa’: 19)

Di dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, pekerjaan, maupun


masyarakat luas aka ditemui hal-hal yang tidak menyenangkan atau atau
menyinggung perasaan. Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari diperlukan
kesabaran, sehingga tidak cepat marah, atau memutuskan hubungan apabila
menemuihal yang tidak disukai.
Contonya seperti suami diingatkan untuk bersabar terhadap hal-hal yang disukai
pada diri isterinya, karena boleh jadi yang dibenci itu ternyata mendatangkan banyak
kebaikan.

Sedangkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Mendulang Faidah dari


lautan Ilmu (Fawa’idul-Fawa’id) berkata, “Sabar menghindari syahwat lebih mudah
daripada sabar menghadapi akibat dari syahwat, karena akibatnya itu bisa berupa:
1) Siksaan dan penderitaan.
2) Hilangnya kenikmatan secara Total
3) Kerugian dan penyelesalan8
4) Kehormatan diri yang terkoyak, yang andaikan kehormatan itu dijaga akan lebih
bermanfaat bagi hamba
5) Harta yang melayang, yang andaikan harta ituntetap ada akan lebih baik bagi
hamba.

8
Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah, (Jakarta: Maghfirah, 2005), hlm.409-410
6) merendahkan kedudukan, yang andaikan kedudukan itu terjaga akan lebih baik
kedudukan itu jatuh
7) Menghilangkan nikmat, yang andaikan nikmat itu tetap ada akan lebih baik
daripada mengumbar syahwat.
8) Membuka jalan kea rah kehinaan, yang tidak pernah dilalui sebelumnya.
9) menimbulkan kekhawatiran, kesedihan, kesusahan dan ketakutan, yang tidak
sebanding dengan kenikmatan syahwat.
10) Melalaikan ilmu.
11) Menyenangkan musuh dan menyedihkan penolong.
12) Memotong nikmat yang akan datang.
13) Mendatangkan aib yang sifatnya sulit dihilangkan. Karena amal itu tentu akan
mendatangkan sifat dan akhlak.

Contohnya, seorang pemuda yang bersabar menjalankan ibadah kedapa


Allah SWT., padahal ia berada dalam desakan hawa nafsunya. Imam ‘ali bin Abi
Thalib berkata, “Sabar adalah tirai untuk menutupi, dan akal adalah pedang yang
tajam. Karena itu simpanlah kelemahan dalam perilaku Anda dengan kesabaran
dan bunuhlah hawa nafsu anda dengan akal anda.9

E. hadist tentang jujur dan sabar


1. Hadist tentang jujur
a.) kejujuran mempunyai ikatan kuat dengan iman, maka Rasulullah
memaafkan (memakluminya) terjadinya sifat yang tidak terpuji dari
seorang mukmin, namun beliau menolak bahwa seorang mukmin
terjerumus dalam kebohongan, karena sangat jauhnya hal itu dari seorang
mukmin. Para sahabat pernah bertanya:

.َ‫ َل‬:َ‫ أ َ َي ُك ْونُ ْال ُمؤْ ِمنُ َكذَّابًا؟ قَال‬:ُ‫ قِ ْي َل لَه‬.‫ نَ َع ْم‬:َ‫ أ َ َي ُك ْونُ ا ْل ُمؤْ ِمنُ َب ِخ ْيَلً؟ قَال‬:ُ ‫ فَ ِق ْي َل لَه‬.‫ نَ َع ْم‬:َ‫ أ َ َي ُك ْونُ ْال ُمؤْ ِمنُ َجبَّانًا؟ قَال‬,ِ‫س ْو َل هللا‬
ُ ‫ار‬
َ ‫َي‬

9
Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah, (Jakarta: Maghfirah, 2005), hlm.411
412
"Ya Rasulullah, apakah orang beriman ada yang penakut? Beliau
menjawab,'Ya.' Maka ada yang bertanya kepada beliau, 'Apakah orang
beriman ada yang bakhil (pelit, kikir).' Beliau menjawab, 'Ya.' Ada lagi yang
bertanya, 'Apakah ada orang beriman yang pendusta?' Beliau menjawab,
'Tidak10
b.) Setiap akhlak yang baik, bisa diusahakan dengan membiasakannya dan
bersungguh-sungguh menekuninya, serta berusaha mengamalkannya,
sehingga pelakunya mencapai kedudukan yang tinggi, naik dari tingkatan
pertama kepada yang lebih tinggi darinya dengan akhlaknya yang baik.
Karena itulah, Rasulullah bersabda:

‫صد ُُق َويَتَ َح َّرى‬ َّ ‫ َو َما يَزَ ا ُل‬.‫الصدْقَ يَ ْهدِي إِلَى ْالبِ ِر َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْهدِي إِلَى ْال َجنَّ ِة‬
ْ َ‫الر ُج ُل ي‬ ِ ‫ق فَإ ِ َّن‬ ِ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِال‬
ِ ْ‫صد‬
‫ص ِد ْيقًا‬ َ ‫الصدْقَ َحتَّى يُ ْكت‬
ِ ِ‫َب ِع ْندَ هللا‬ ِ

"Kamu harus selalu bersifat jujur, maka sesungguhnya kejujuran


menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan membawa ke
surga. Dan senantiasa seseorang bersifat jujur dan menjaqa kejujuran,
sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.11"

c.) Di antara pengaruh kejujuran adalah teguhnya pendirian, kuatnya hati, dan
jelasnya persoalan, yang memberikan ketenangan kepada pendengar. Dan
di antara tanda dusta adalah ragu-ragu, gagap, bingung, dan bertentangan,
yang membuat pendengar merasa ragu dan tidak tenang. Dan karena itulah
Rasulullah saw bersabda:

َ ‫ط َمأْنِ ْينَةٌ َو ْال َكذ‬


ٌ‫ِب ِر ْيبَة‬ ُ َ‫الصدْق‬
ِ ‫فَإ ِ َّن‬

"Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan."12

10
HR. Malik dalam al-Muwaththa` 2/990 secara mursal dalam ucapan…dan ia termasuk hadits hasan mursal (Jami'
al-Ushul 10/598, hadits no. 8183.

11
HR. Muslim dan Abu Daud (Jami' al-Ushul 10/600, no. 8189.
12
HR. al-Bukhari, Muslim, al-Muwaththa`, Abu Daud, dan at-Tirmidzi, dan ini adalah lafazhnya (Jami' al-Ushul
6/442, hadits no. 4641.
2. Hadist tentang sabar

‫ام َرأَة‬
ْ ‫ي َما ِلك ب ِْن أَن َِس الله َع ْن اتَّ ِقي فَقَا َل قَبْر ندَ عِ تَ ْب ِكي ِب‬ ِ ‫النَّبِي ِإنَّه ل َها َ فَ ِقي َل ت َ ْع ِر ْفه َول ْمََ ِبم‬
ِ ‫صي َب ِتي َع ْنه هللا َر‬
َ ‫ض‬
‫صبِ ِري‬ ْ ‫ت قَا َوا‬ ْ َ‫بوََ ا ِبينَ ِع ْندَه ت َِجدْ فَلَ ْم فَإِنَّكَ َعنِي إِلَيْكَ ل‬
َّ ‫ت ََف‬ ْ َ‫اب ل ْمََ قَال‬ ْ ‫صبْ ل ْمََ فَأَت‬
َ َ‫َت ال َّنبِي ِ ب‬ َ ‫َم َّر ا َل ََق ت‬
َ‫صبْر إِنَّ َما فَقَا َل أَع ِْر ْفك‬ َّ ‫ ْاْلولَى ال‬.‫النَّبِي‬
َّ ‫صدْ َم ِة ِع ْندَ ال‬

Dari Anas bin Mālik ra. dia berkata: Nabi saw. melewati seorang wanita
yang sedang menangis di sisi kuburan maka beliau bersabda bertakwalah kepada
Allah dan bersabarlah. Wanita itu berkata: “Menjauh-lah dariku karena
sesunguhnya engkau tidak mendapatkan musibah seperti yang ku hadapi.”
Wanita itu belum mengetahui beliau, maka dikatakan kepadanya, sesung-guhnya
ia adalah Nabi saw, lalu wanita itu datang kepada Nabi saw dan tidak
menemukan penjaga pintu, lalu dia berkata: “Aku belum mengenalmu.” Nabi
saw. bersabda: “Sesung-guhnya kesabaran itu adalah pada awal terjadinya
musibah.13”

13
Dari hasyiyah Risalah al-Mustarsyidin, tahqiq Syaikh Abu Ghuddah hal. 72.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

.Kejujuran terkait dengan iman.Orang yang membicarakan segala yang


didengar terkadang jauh dari kebenaran.Jujur bisa diperoleh dengan
usaha.Di antara pengaruh jujur adalah ketenangan dan teguhnya
hati.Jujur adalah keselamatan, sekalipun yang berbicara menduga adanya
keburukan.Orang yang jujur adalah berani dan orang yang bohong
tergagap. Bohong terbesar adalah bohong terhadap Allah  dan Rasul-Nya
Para sahabat sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits, karena
khawatir terjatuh dalam kebohongan
Kesabaran bukan berarti “lemah” dan “pasrah” atau menerima apa
adanya,tetapi ia merupakan perjuangan yang menggambarkan kekuatan jiwa
pelakunya (mengendalikan) keinginan hawa nafsu sehingga urgensi kesabaran bagi
setiap muslim terletak pada situasi dan kondisi apa pun dihadapi dengan kata lain
kesabaran saja dibutuhkan ketika menghadapi kebutuhan ketika menghadapi kesulitan
atau malapetaka, tetapi kesabaran juga dibutuhkan ketika menghadapi kesuksesan
atau kebahagiaan.
B. SARAN

Kajian tentang makalah ini akan memberikan pengetahuan dan wawasan. Hal ini
sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan pada giliranya kelak terhadap
dinamika pendidikan itu sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah
pengetahuan yang mereka dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

A.Tabrani Rusyan, pendidikan budi pekerti, (Jakarta: inti media cipta nusantara:2006),25.
Muhammad Arifin bin Badri, sifat perniagaan nabi , (bogor: pustaka darul ilmi:2008),
Irma Febvania, “ kejujurran pedagang muslim dalam timbangan dan kualitas beras
dipasar beras bendul merisi Surabaya ( skrispsi-universitas airlangga,surabaya,2013), 27.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’a (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hlm.181
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.
763Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah, (Jakarta: Maghfirah, 2005), hlm.411-
412
HR. Malik dalam al-Muwaththa` 2/990 secara mursal dalam ucapan…dan ia termasuk
hadits hasan mursal (Jami' al-Ushul 10/598, hadits no. 8183.
HR. Muslim dan Abu Daud (Jami' al-Ushul 10/600, no. 8189.
HR. al-Bukhari, Muslim, al-Muwaththa`, Abu Daud, dan at-Tirmidzi, dan ini adalah
lafazhnya (Jami' al-Ushul 6/442, hadits no. 4641
Dari hasyiyah Risalah al-Mustarsyidin, tahqiq Syaikh Abu Ghuddah hal. 72.

Anda mungkin juga menyukai