Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Sifat Jujur


Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq”
yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam
bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan
sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus
dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak
seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga
kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan
perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan
dengan golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang
merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa
senang dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani
karena benar, takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh
orang yang tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan
taqwanya itu merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang.
Karena orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting.
Hal ini disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan
tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar
bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui,
kejujuran sekarang ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang
jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan
dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut dicontoh
kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran adalah
perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.

B. Pembagian Sifat Jujur


Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang
membahana. Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena
seringnya ber dusta dan kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya
kita dibohongi sehingga kita menjadi heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melakukan dan
mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan
melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi
Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh
para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua
ucapan. Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di
semua lini kedudukan.”
Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat
seseorang, perbuatan, bahkan pikiran seseorang.
Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima Bentuk Kejujuran. Yaitu :
1. Jujur dalam ucapan
Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan
mengandung kebenaran. Bukan gunjingan, gosip, dan fitnah. Jujur dalam perkataan
adalah bentuk kejmasyhur. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni
berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karna hal itu sepadan
dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada
saat-saat tertentu. Jujur dalam perkataan hanya boleh dilanggar dalam 3 hal, yakni
ketika Istri memuji suaminya atau sebaliknya, ketika mengatakan orang yang dicari
tidak ada ketika orang tersebut hendak dihakimi namun tidak bersalah, dan ketika
menyalahi kejujuran untuk mendamaikan orang yang sedang berselisih hingga
damai kembali. Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau
diam.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Jujur dalam berniat
Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di
lapangan kehidupan. Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan
kejujuran bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.
Allah Swt. Mengingatkan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya bahwa jika
mereka berniat mendapatkan Ridha-Nya, mengorbankan harta dan jiwanya demi
tegaknya Agama Islam berarti dia telah mempersembahkan yang terbaik bagi
agama, dunia, dan akhirat mereka. Misalnya jika seseorang telah berniat dan berikrar
bahwa ia senantiasa menyembah kepada Allah SWT., namun ternyata ia jarang
mengingat Allah karna kepentingan Duniawinya maka dikatakan orang tersebut
tidak jujur dalam niatnya.
3. Jujur dalam kemauan dan merealisasikannnya Jujur dalam kemauan merupakan
usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan kebenaran.
Berpikir masak-masak sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan
‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini.  Pada saat seseorang telah
jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain melakukan perkara
yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kemauan atau tekad yang dimaksudkan
adalah seperti perkataan seseorang, “jika Allah memberiku harta, aku akan
menginfakkan semuanya”. Keinginan seperti ini adakalanya benar-benar jujur dan
ada kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merealisasikan
keinginan, seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah. Tekad
tersebut bisa terlaksana juga bisa tidak karna tiba-tiba ia memiliki kebutuhan
mendesak, sehingga tekadnya hilang. Atau lebih mengedepankan kepentingan
nafsunya. Berkaitan dengan hal ini Allah Swt. Berfirman: ”Di antara orang mukmin
itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah
Swt. Dan diantara itu ada yang gugur, dan ada pula yang menunggu-nunggu dan
mereka tidak sedikitpun mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab 33/23.
4. Jujur dalam menepati janji. Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering
terngiang. Karena hutang, maka wajib untuk dibayar sesuai dengan nilainya.
Menepati janji bukan sembarang sikap. Menepati janji berarti mempertaruhkan
harkat dan martabat dirinya di hadapan orang lain demi memberi keyakinan pada
orang tersebut bahwa ia sanggup untuk membayarnya. Dengan sikap jujur, janji
akan tertunai dan amanah akan dijalankan.
5. Jujur dalam perbuatan. Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat
dan perkataan, pada traktak bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggaris
bawahi agar kita melengkapi diri dengan jujur dalam perbuatan. Ucapan yang baik
dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam kenyataan.
Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-
basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini
sebagai kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah
Subhannahu wa Ta'ala bersama orang-orang yang benar-benar sebenar-benarnya.
C. Manfaat Perilaku Jujur
1) Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan melaksanakannya,
diantaranya yaitu:
2) Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena
ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda,
‘’Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu,
sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR
Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
3) Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan
mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas
kasurnya.’’ (HR Muslim).
4) Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan
tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah
bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu
mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-
Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
5) Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah
kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika
engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat,
jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad
dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
6) Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin
dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah,
jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR
Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala
aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus
di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan
hati nurani seseorang.
7) Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga tersebut
menjadi nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling
membantu apabila ada maslah dalam satu pihak keluarga.
8) Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila kita
jujur tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal lisan
secara otomatis dapat berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang harus
dibicarakan dan bisa mengungkapkan kata-kata secara leluasa dan mencritakan segala
yang terjadi. Sedangkan dalam hal perbuatan tidak ada yang harus disembunyi-
sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas melakukan sesuatu tanpa takut ketahuan
oleh siapapun.
9) Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan
sesuatunya tanpa ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun
hasil yang tidak memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan dengan rasa percaya
diri akan terasa senang karena dapat sebagai ukuran kemampuaannya. Tentunya
dimasa yang akan datang akan sangat mempengaruhi dalam kehidupan di dalam
banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga, hubungan masyarakat,
hubungan pertemanan dan banyak lagi.
10) Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa dampak
positif. Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada lagi yang suap
menyuap. Fakta dalam masyarakat kalau ada pemilihan pemimpin baru, entah itu
Presiden atau Gubernur atau Bupati hingga sampai pemilihan ketua RTpun banyak
yang melakukan suap agar memenangkan dalam pemilihan. Bahkan yang menerima
itu termasuk sama dengan yang menyuap. Karena dengan menerima suap tadi, maka
dengan terpaksa harus memilih yang sudah diperintahkan orang yang meyuap, dan
bukan dari hati nurani sendiri.
11) Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah, dengan
mempunyai perilaku yang jujur tentunya akan mempermudah untuk mendapatkan dan
lebih-lebih menciptakan sebuah pekerjaan yang di inginkan. Hal ini dikarenakan
seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia akan mudah mengerti jika diberikan
sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada seseorang tersebut.
Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan tugas-tugasnya dan cepat
tanggap dengan segala masalah-masalah yang menghadang.

D. Contoh Penerapan Perilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Perilaku jujur bukan hanya dijadikan teori, namun harus dipahami dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari kita. Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya sebagai berikut:
1) Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi kemanapun, sehingga
orang tua kita akan percaya dan yakin bahwa kita pergi ketujuan yang baik.
2) Tidak meminta sesuatu diluar kesanggupan orang tua kita agar orang tua tidak
terbebani.
3) Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya,
sehingga orang tua akan percaya dan kadang memberi kita uang yang lebih lagi.
4) Melaporkan hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.
5) Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian
sekolah meskipun teman akrab.
6) Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke
sekolah, bukan dengan mengarang alasan.
7) Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain meskipun
barang tersebut tampak tidak begitu berharga.
8) Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalangi.
9) Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi.
10) Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang
bertanggung jawab.
11) Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati. Misalnya ketika
membayar makanan yang diambil tanpa mengurangi meskpiun si penjual tidak
mengetahui.

Anda mungkin juga menyukai