Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian Jujur
Apa pengertian jujur ? Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau
“shiddiq” yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam
bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:

(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;

(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;

(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan

(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.

Dalam bahasa Indonesia, jujur merupakan kata dasar dari kejujuran, menurut jenis katanya,
jujur merupakan kata sifat sedangkan kejujuran merupakan kata benda. Menurut KBBI, kata "jujur"
berarti lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misal dalam
permainan, dng mengikuti aturan yg berlaku): mereka itulah orang-orang yg jujur dan disegani; 3
tulus; ikhlas; Sedangkan "kejujuran" berarti sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati): ia
meragukan kejujuran anak muda itu. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa saat ini kejujuran
sudah menjadi barang langka. Terlepas dari benar atau tidaknya pendapat tersebut, kita harus tetap
optimis bahwa masih banyak kejujuran di sekeliling kita, dan kita harus tetap menggemakan
semangat kejujuran. Contoh kisah nyata yang menarik diperlihatkan oleh Bapak Abdul Mukti dari
Kediri. Ia mampu menggemakan semangat kejujuran tidak hanya dengan omongan, tapi dengan
tindakan jujur yang nyata. Sejak tahun 2011, Pak Mukti menjual bensin dengan menaruhnya ke
dalam botol-botol yang ditatanya di atas sebuah rak di depan rumahnya. Di rak tersebut ditulisnya
tulisan 'Kejujuran', 'Ambil sendiri', 'Bayar dengan pas dan masukkan ke dalam toples', Kios bensin
"kejujuran" tersebut tidak pernah dijaga, karena Pak Mukti percaya bahwa "kejujuran" masih
banyak berada di sekelilingnya. (dikutip dari detik.com) 2. Pembagian Sifat Jujur Imam al-Gazali
membagi sifat jujur atau benar (shiddiq) sebagai berikut.

1. Jujur dalam niat atau berkehendak maksudnya adalah tiada dorongan bagi seseorang dalam
segala tindakan dan gerakannya selain karena dorongan dari Allah Swt.
2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan berita yang
disampaikan. Setiap orang harus bisa memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali kata-
kata yang jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan selalu menyampaikan berita yang
sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji juga termasuk
jujur jenis ini.
3. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan
akhirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.

Kejujuran merupakan pondasi utama atas tegaknya nilai-nilai kebenaran karena jujur itu identik
dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman dala al-Qur'an yang Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-
Ahzāb/33:70) Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya (jujur) karena
sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan
perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman, “Wahai
orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu)
sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. ash-
¤aff/61:2-3)

Pesan moral dari ayat tersebut tidak lain adalah untuk memerintahkan satunya perkataan
dengan perbuatan, atau dengan kata lain berkata dan berbuat jujur. Dosa besar di sisi Allah Swt., jika
mengucapkan sesuatu yang tidak disertai dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat
menghantarkan manusia yang melakukannya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat
jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan rasul Allah. Orang-orang yang selalu
istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah mamiliki separuh dari
sifat kenabian.

Jujur merupakan sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik itu
berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanah disebut al-Amin, yakni
orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai al-Amin karena segala sesuatu yang diamanatkan
kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik gangguan yang datang
dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu hal yang
sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perusahaan,
perniagaan, dan hidup bermasyarakat. Sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil dalam membangun masyarakat
Islam. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayat
beliau sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).

Kejujuran akan membuat seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridhaan Allah Swt.
Sedangkan kebohongan adalah kejahatan yang tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang
dapat mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang api neraka.

Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman, yang harus dimiliki
oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada
anak-anaknya sejak dini hingga diharapkan mereka dapat menjadi generasi yang meraih sukses
dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah sumber dari segala keburukan dan
muara dari segala kecaman karena akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya
adalah kekejian. Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalah namimah (mengadu domba), dan
namimah dapat melahirkan kebencian, sedangkan kebencian adalah awal dari permusuhan. Dalam
permusuhan tidak ada keamanan, kenyamanan, dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang
yang tidak jujur niscaya akan sedikit temannya dan lebih dekat kepada kesengsaraan.”

Anda mungkin juga menyukai