Anda di halaman 1dari 23

Belajar Modern

Kamis, 12 November 2015


MAKALAH PERILAKU JUJUR '' SMABAR ''

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan

dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas kebohongan,

penghianatan serta perbuatan curang.

Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat dengan para

rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT

bahwasannya jujur mempunyai kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT, juga dalam

pandangan islam juga dalam pandangan islam serta dalam pandangan orang-orang beradab

dan juga akibatnya yang baik, serta betapa bahayanya berbohong dan mendustakan

kebenaran.

Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial sekarang bahwa

kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter seseorang, sudah jarang kejujuran

diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan keseharian seseorang. Bahkan sekarang

kebohongan, lawan dari kejujuran malah secara tidak langsung diajarkan kepada anak-anak.

Seorang guru disekolah dengan terang-terangan mengajarkan anak didiknya untuk bebohong,

membiarkan anak didiknya mencontek ketika ujian, bahkan yang sangat memprihatinkan

adalah sekarang banyak sekolah-sekolah yang mengkoordinasi pembelian kunci jawaban atas

para siswanya sebagai jalan pintas dan sebagai bahan mencontek untuk menjawab soal ujian

negara. Karena itu dalam makalah ini saya akan mencoba membahs tentang kejujuran.
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku jujur?

2. Apa pentingnya perilaku jujur ?

3. Sebutkan keutamaan perilaku jujur?

4. Tuliskan macam-macam kejujuran?

5. Apa saja hikmah dari perilaku jujur?

C. Batasan masalah

1. Menerapkan perilaku jujur

2. Efek dari perilaku jujur

3. Mengetahui macam kejujuran

4. Keutamaan perilaku jujur

5. Hikmah perilaku jujur

D. Tujuan

Untuk mengetahui pentingnya perilaku jujur agar Kita dapat saling mengingatkan dan

menyadarkan antara satu sama lain serta berfikir untuk hidup dan berkarya lebih baik lagi dengan modal

kejujuran. Serta dengan mengetahui macam-macam dari kejujuran.

BAB II
PEMBAHASAN

HIDUP NYAMAN DENGAN PERILAKU JUJUR

A. Pengertian jujur

Jujur memiliki arti kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat

dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada,

dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, dikatakan dusta. Allah Swt. Memerintahkan

kepada kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana

firman-Nya:

Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah

kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9:119)

B. Keutamaan perilaku jujur

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan

bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di

dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-

orang yang mulai dan selamat dari segala keburukan.

Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan

dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani, karena
kejujurannya, Nabi Muhammad saw. Dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa

barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw. Akan

mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang dilakukan

Nabi akan mendapatkan kemudahan. Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari

tentang hikmah perilaku jujur.

Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan

segala urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk

menutupi kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi.

Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong sekali kemudian sadar dan mengakui

kebohongannya itu sehingga terputus mata rantai kebohongan.

Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak

percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati jadi was-

was. Contoh seorang siswa yang tidak jujur kepada orang tua dalam hal uang saku,

pasti nuraninya tidak akan tenang apabila bertemu. Apabila orang tuanya mengetahui

ketidakjujuran anaknya, runtuhlah kepercayaan terhadap anak tersebut. Kegundahan

hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit.

Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur . karena kejujuran merupakan akhlak

mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan , sebagaimana dijelaskan oleh

Nabi Muhammad saw.


Artinya : ‘’dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. Bersabda : ‘’sesungguhnya

jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga…. “ ( HR

.BUKHARI )

C. Macam-Macam kejujuran

Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau

niat, dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.

1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri

dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa

dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah,

yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah

berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.

2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali

dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling

tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.

3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah

memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang

seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta. Hal ini

sebagaimana firman Allah:


“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka

janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada

(pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-

Ahzab: 23)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah

memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah

kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka

sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka

memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah: 75-76)

4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda

antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama

antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku

yang benar/jujur.’”

5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur

dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini

mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya.

Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini

adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah

dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa

mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)

Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin seseorang manggapai

kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya secara sempurna. Setiap kedudukan

(kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Ada kalanya lemah, ada kalanya pula

menjadi kuat. Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada

setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi

di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan

dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.

D. Petaka kebohongan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, betapa berartinya sebuah kejujuran karena

kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke surga.

Sebaliknya, betapa berbahayanya sebuah kebohongan. Kebohongan akan mengantarkan

pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain.

Ketika sesorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan

kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang

dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.


Artinya: “...Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa

apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna

sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.” (Q.S. Ali ‘Imran/3:161)

Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah

menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. Dan hak-hak manusia tanpa

terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.

E. Hikmah perilaku jujur

Beberapa hikmah perilaku jujur yang dapat dipetik antara lain sebagai berikut.

a. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan

diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.

b. Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.

c. Selamat dari azab dan bahaya.

d. Dijamin masuk surga.

e. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.

Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berperilaku jujur, baik kepada

Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku

jujur, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus menyadari dan mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa menjauhi

sifat buruk tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnya kepercayaan orang lain

terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, susah mendapat

pekerjaan karena tidak dipercaya. Berperilaku jujur terkadang sangat pahit pada awalnya,

tetapi percayalah, buah manis akan didapat di akhirnya.

Perilaku jujur bisa diterapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di

sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Berikut ini cara

menerapkan perilaku jujur.

Di sekolah, kita bisa meluruskan niat untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan oleh ibu bapak guru, tidak menyontek pekerjaan teman, melaksanakan piket sesuai

jadwal, menaati peraturan yang berlaku di sekolah, berbicara secara benar baik kepada guru,

teman ataupun orang- orang yang ada di lingkungan sekolah.

Di rumah, kita bisa meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua, memberitakan hal yang

benar. Contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan suatu hal, tidak menutup-nutupi suatu

masalah pada orang tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua

senang.

Di masyarakat, kita bisa melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan

yang baik, tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita yang membuat suasana di

lingkungan tidak kondusif, tidak membuat gosip. Ketika diberi kepercayaan untuk melakukan

sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya.
Berlaku jujurlah dari mulai sekarang, Insya Allah kalian akan memperoleh hikmah dari

perilaku jujur kalian tersebut.

Hikmah Perilaku Jujur - Kejujuran menyelamatkan dari murka Allah

Dalam sebuah hadis panjang yang berasal dari Syihab diceritakan bahwa ketika Rasul kan

melakukan ghazwah (penyerangan) ke Tabuk untuk menyerang tentara Romawi dan orang-

orang Kristen di Syam salah seorang sahabat yang bernama Ka'ab bin Malik mangkir dari

pasukan perang, Ka'ab menceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan tersebut bukan

karena ia sakit ataupun ada suatu masalah tertentu, bahkan menurutnya hari itu justru ia

sedang dalam kondisi prima dan lebih prima dari hari-hari sbelumnya. Tetapi entah mengapa

ia merasa enggan untuk bergabung bersama pasukan Rasul sampai akhirnya ia ditinggalkan

oleh pasukan Rasul. Sekembalinya pasukan Rasul ke Madinah iapun bergegas menemui

Rasul dan berkata jujur tentang apa yang ia lakukan, akibatnya Rasul menjadi murka begitu

pula shahabat-shahabat lainnya. Iapun dikucilkan bahkan diperlakukan seperti bukan orang

Islam, sampai-sampai Rasul memerintahkannya untuk berpisah dengan istrinya. Setelah 50

hari berselang maka turunlah wahyu kepada Rasul yang menjelaskan bahwa Allah telah

menerima taubatnya Ka'ab dan dua orang lainnya:

“Allah benar-benar telah menerima taubatnya Nabi, orang-orang muhajirin dan anshor yang

mengikutinya dalam saat-saat sulit setelah hampir-hampir saja hati sebagian mereka

bermasalah lalu Allah menerima taubat mereka dan taubat 3 orang yang mangkir dari jihad

sampai-sampai mereka merasa sumpek dan menderita, sesungguhnya Allah maha pengasih

dan penyayang”

Ketika ia diberi kabar gembira bahwa Allah telah menerima taubatnya, dan Rasul telah

memaafkannya ia Ka'ab berkata:

“Ka'ab berkata demi Allah tidak ada ni'mat terbesar dari Allah setelah ni'mat hidayah Islam
selain kejujuranku kepada Rasulullah dan ketidak bohonganku kepada beliau sehingga saya

tidak binasa seperti orang-orang yang berdusta, sesungguhnya Allah berkata tentang mereka

yang berdusta dengan seburuk-buruk perkataan”

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Jujur adalah mengatakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Lawan

jujur adalah dusta, yaitu mengatakan atau melakukan sesuatu tidak sesuai dengan apa

yang sebenarnya.

2. Jujur merupakan sebagian dari ruh agama. Barang siapa yang berbuat jujur, ia akan

memperoleh kebaikan, dan sedang menuju surga.


3. Ada beberapa jenis jujur dilihat dari perilakunya, yaitu: jujur dalam berbuat, jujur

dalam perkataan, jujur dalam niat, jujur dalam berjanji.

4. Kejujuran bisa melemah karena melemahnya tekad, kejujuran juga bisa melemah

akibat pergaulan.

5. Jujur bisa dilakukan di mana saja: di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan

masyarakat.

B. SARAN-SARAN

Sebagai manusia biasa yang penuh kekurangan . kami menyadari bahwa makalah

hasil. Karya kami itu tidaklah sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan pihak-pihak

yang berkompoten untuk berkenan member masukan.

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan agama islam dan Budi pekerti kelas XI.

http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_kejujuran_islam

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/06/12/3309/efek_keutamaan kejujuran

_di_masyarakat/

http://munawar.8m.net/rmh_islamiah.htm

http://www.antaranews.com/berita/1318863686/efek-hikmah- kejujuran islam

http://iklimkarbon.com/perubahan perilaku masyarakat dalam menerapkan sikap jujur

http://maryah-ulfah.blogspot.com/2010/01/-di.html www.google.com
Diposkan oleh Nurul Hidayah di 17.40
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Nurul Hidayah
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (4)
o ▼ November (2)
 MAKALAH PERILAKU JUJUR '' SMABAR ''
 Materi Laju Reaksi XI
o ► Oktober (2)

Template Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.


Kumpulan Makalah
Minggu, 01 Januari 2017
Makalah Tentang Perilaku Jujur

BAB I

PEENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia.
Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas kebohongan, penghianatan
serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat dengan para rosul dan
orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat Az-zumar ayat 33-34
yang artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka
memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang
yang berbuat baik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT diatas bahwasannya jujur mempunyai
kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT, juga dalam pandangan islam juga dalam pandangan
islam serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga akibatnya yang baik, serta betapa
bahayanya berbohong dan mendustakan kebenaran.
Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial sekarang bahwa
kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter seseorang, sudah jarang kejujuran
diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan keseharian seseorang. Bahkan sekarang kebohongan,
lawan dari kejujuran malah secara tidak langsung diajarkan kepada anak-anak. Seorang guru
disekolah dengan terang-terangan mengajarkan anak didiknya untuk bebohong, membiarkan anak
didiknya mencontek ketika ujian, bahkan yang sangat memprihatinkan adalah sekarang banyak
sekolah-sekolah yang mengkoordinasi pembelian kunci jawaban atas para siswanya sebagai jalan
pintas dan sebagai bahan mencontek untuk menjawab soal ujian negara.
Berdasarkan uraian di atas kami akan membahas tentang perilaku jujur yang dikaitkan
dengan QS. Al-Maidah ayat 8 dan QS. At-taubah ayat 119.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang dapat dibuat Rumusan Masalah sebagai berikut:

1. Apa arti perilaku jujur berdasarkan QS. Al-Maidah ayat 8 dan At-taubah ayat 119 ?
2. Bagaimana hikmah perilaku jujur dikaitkan dengan QS. Al-Maidah ayat 8 dan At-taubah ayat 119 ?
3. Bagaimana mengaplikasikan dan membiasakan berperilaku jujur sesuai dengan isi kandungan QS. Al-
Maidah ayat 8 dan At-taubah ayat 119 dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Sebagai wahana untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang nilai-nilai keislaman,
terutama bagaiman berprilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sebagai bentuk tanggung jawab siswa dalam memenuhi tugas sekolah.
3. Untuk ikut berperan serta dalam kegiatan syiar Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Masalah QS. Al-Maidah ayat 8 dan AT-Taubah ayat 119
a. QS. Al-Maidah ayat 8
ْ‫علَ َّٰ َٰٓى أ َ ََّل ت َعۡ ِدلُو ْۚا‬
َ ‫ان َق ۡو ٍم‬ ُ ِ‫َّٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ َّٰ َّو ِمينَ ِ َّّلِل‬
َ ‫ش َهدَآَٰ َء ِب ۡٱل ِق ۡس ِِۖط َو ََل َي ۡج ِر َمنَّ ُك ۡم‬
ُ َ‫شن‬
٨ َ‫ير ِب َما ت َعۡ َملُون‬ ُ ُۢ ‫ٱّلِلَ َخ ِب‬
َّ ‫ٱّلِلَ ِإ َّن‬ ُ ‫ٱع ِدلُواْ ُه َو أ َ ۡق َر‬
ْۚ َّ ْ‫ب ِللت َّ ۡق َو َّٰ ِۖى َوٱتَّقُوا‬ ۡ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
b. QS. AT-Taubah ayat 119

َّ ْ‫َّٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ٱتَّقُوا‬


َّ َّٰ ‫ٱّلِلَ َو ُكونُواْ َم َع ٱل‬
١١٩ َ‫ص ِدقِين‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar”.

2.2 Pengertian Perilaku Jujur


Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat
dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai
dengan kenyataan seperti yang tertera dalam QS. Al-Miadah ayat 8 “Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah..... “ dan dalam
QS. At-Taubah ayat 119 “.......dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah
menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang berpendapat
bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur
berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita sesuai dengan
keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seseorang yang
melaksanakan sesuatu perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang ada pada batinnya. Seseorang yang
berbuat riya’ tidaklah dikataka sebagai orang yang jujur karena dia telah menampakan sesuatu yang
berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (didalam batinnya). Begitu pula orang yang munafik
tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena ia menampakan dirinya sebagai seorang yang
bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama juga berlaku pada pelaku bid’ah; secara lahirlah
tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tapi hakikatnya dia berbeda dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran
merupakan sifat seorang beriman, sedangkan lawannya dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Selain mempunyai sifat jujur kita juga harus mempunyai sifat adil, dalam QS. Al-Maidah ayat
8. Dikatakan bahwa sekalipun terhadap para musuh-musuh kita juga harus bersikap adil dan
janganlah kita keluar dari garis hak dan keadilan. Dasar-dasar dendam dan permusuhan akan dapat
menciptakan suatu pembalasan, sehingga hak-hak orang lain diabaikan. Dalam pergaulan
kemasyarakatan baik terhadap kawan maupun lawan, maka senantiasa ingatlah kepada Allah SWT
dan bertindaklah adil meski terhadap diri kalian sendiri, lalu sadarilah bahwa Allah SWT mengetahui
semua pekerjaan kalian, dan berdasarkan keadilan-lah Allah memberikan pahala dan siksa.
Dari QS. Al-Maidah ayat 8 terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik tentang keadilan.
1. Keadilan kemasyarakatan hanya dapat diterima dalam naungan iman kepada Allah dan pelaksanaan
perintah-perintah-Nya.
2. Keadilan bukan hanya sebuah nilai dan norma akhlak, tetapi ia merupakan sebuah perintah Ilahi
dalam semua urusan kehidupan dalam rumah tangga, dalam masyarakat baik terhadap kawan
maupun terhadap lawan.
3. Kelaziman Takwa ialah keterjauhan dari segala bentuk diskriminasi, dan tidak memberi peluang bagi
timbulnya dendam dan permusuhan.
Kemudian Menurut Ibnu Katsir QS. At-Taubah ayat 119 mengajarkan kepada kita untuk
berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi
orang jujur, jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Semoga kalian
mendapatkan kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut. "

2.3 Hikmah Berperilaku Jujur


Berperilaku jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi percayalah, buah manis akan
kita dapat di akhirnya. Perilaku tidak jujur hanya dapat menghindarkan kita dari masalah secara
sementara, bukan untuk menghilangkannya, bahkan akan menambah rumit masalah tersebut. Sekali
kita bersikap tidak jujur, maka suatu saat kita akan berada lagi dalam kondisi untuk menambah
ketidak jujuran untuk menutupi ketidak jujuran yang dilakukan sebelumnya.
Ada beberapa hikmah perilaku jujur yang dapat kita petik antara lain sebagai berikut.
1. Perasaan nyaman dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, nyaman, tidak takut
akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2. Memperoleh kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat dari azab dan bahaya.
4. Dijamin masuk surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berperilaku jujur, baik kepada
Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita sudah terbisa berperilaku jujur, kita akan
mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin memang sulit, tapi
harus kita lakukan agar hidup kita menjadi berkah baik di dunia maupun di akhirat.
Kita juga harus menyadari dan mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa
menjauhi sifat buruk tersebut. Contoh akibat dari ketidak jujuran adalah hilangnya kepercayaan
orang lain terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, susah untuk
mendapat pekerjaan karena tidak dipercaya.

2.4 Membiasakan Perilaku Jujur dalam Kehidupan sehari-hari


Memulai sikap jujur tentunya dari diri sendiri sebelum mengajak orang lain untuk bersikap
jujur. Dengan kesadaran dari hati, pasti sikap jujur akan tertanam dalam diri secara cepat, yang
didasari niat yang ikhlas karena Allah SWT. Untuk diri kita sendiri bisa berubah menjadi lebih baik.
Sikap jujur seharusnya dimulai sejak kanak-kanak karena dengan semenjak kanak-kanak sikap jujur
tersebut akan selalu melekat pada diri seseorang tersebut, karena pada dasarnya sikap jujur itu
tumbuh dengan membiasakan diri yang dibekali rasa percaya diri dan tanpa ada keraguan sedikit
pun dari dalam diri.

Cara membiasakan sikap jujur:

a. Menghindari sifat dusta


b. Yakin bahwa jujur itu perintah ALLAH SWT
c. Berteman dengan orang yang jujur
d. Mengetahui bahwa jujur itu akan mendapat pahala dan berbohong itu akan mendapatkan dosa
e. Tahu akibat dari perbuatan tidak jujur
f. Membiasakan jujur dari hal yang kecil
Perilaku jujur dapat kita terapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah, di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Contoh cara-cara
menerapkan perilaku jujur adalah sebagai berikut.

1. Di sekolah, luruskanlah niat kita untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
ibu bapak guru, tidak menyontek saat ujian, melaksanakan piket sesuai jadwal, menaati peraturan
yang berlaku di sekolah, berbicara dengan benar dan baik kepada guru, teman ataupun orang- orang
yang ada di lingkungan sekolah kita.
2. Di rumah, kita bisa meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua, memberitakan mereka hal-hal
yang benar. Contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan suatu hal, tidak menutup-nutupi
masalah pada orang tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang.
3. Di masyarakat, kita dapat melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik,
tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita yang membuat suasana di lingkungan menjadi tidak
kondusif, tidak membuat gosip. Ketika diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang
diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari materi dalam makalah ini adalah :
a. Jujur kepada Allah, yaitu menepati janji untuk taat terhadap semua perintah Allah dan meninggalkan
laranganNya. Larangan Allah yang berkaitan dengan kejujuran ialah sifat munafik. Sifat minafik
ditandai; apabila berbicara ia berbohong, kalau berjanji ia mengingkari janjinya, dan jika dipercaya ia
berkhianat. Sifat-sifat munafik ini kelihatannya tumbuh subur dan sangat mengakar sekali.
b. Jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikannya
kepada yang berhak menerimanya. Kejujuran seperti ini sangat dituntut untuk dapat diterapkan
terutama oleh para penguasa dan Ulama’ dalam membimbing masyarakat.
c. Jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk membedakan yang hak
dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati dirinya sendiri dengan mengambil
harta yang bukan miliknya. Prilaku seperti inilah yang membuat suburnya korupsi di tanah air ini.
d. Membiasakan perilaku jujur harus dilakukan dimana pun kita berada dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Jujur harus betul-betul kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari karena sifat jujur akan
mendatangkan kebahagiaan bagi diri kita maupun orang lain dan juga akan mendatangkan
pertolongan dan kasih sayang Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

http://detakberita.com/pengertian-dan-hakikat-jujur-menurut-islam/

http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/hikmah-perilaku-jujur.html

http://akmal-muballigh.blogspot.com/2012/02/meneladani-kejujuran-nabi-muhammad-saw.html

http://rockzandianto.blogspot.co.id/2013/11/prilaku-jujur-dalam-kehidupan-sehari.html

http://mulyanitanita.blogspot.co.id/2014/10/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html

http://asbabunnuzulquran.blogspot.com/2014/07/quran-surat-at-taubah9-ayat-117.html

http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/54612-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Maidah_Ayat_7-11

http://titiantasbih.blogspot.com/2012/07/jujur-menuai-berkah.html

Diposkan oleh USE It Well di 18.55

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Blog Ini


Arsip Blog
 ▼ 2017 (51)
o ► Februari (12)
o ▼ Januari (39)
 Makalah Tentang Seks Bebas
 Makalah Tentang Filsafat
 Makalah Tentang Nilai-nilai Pancasila
 Makalah Tentang Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
 Makalah Tentang Pelaksanaan Demokrasi di
Indonesia...
 Makalah Tentang Berpegang Teguh Kepada Islam
 Makalah Akhlak Terpuji
 Makalah Tentang Perilaku Jujur
 Makalah Tentang Penyakit Sifilis
 Makalah Kerajaan Kalingga
 Makalak Kebudayaan Sunda
 Makalah Tentang Otonomi Daerah
 Makalah Tentang Tari Jaipong dalam Bahasa Sunda Mengenai
 Makalah Narkoba dalam Bahasa Sunda
 Makalah Tentang Salman Al-Farisi Saya
 Makalah Tentang Ijtihad
 Makalah Energi Nuklir
 Makalah Tentang Reproduksi Bakteri
 Makalah Budaya Politik
 Makalah Aplikasi Karbon
 Makalah Tentang Bakteri
 Makalah Tentang Virus USE It Well
 Makalah Tentang Permasalahan Biologi
 Makalah Tentang Protozoa Lihat profil lengkapku
 Makalah Tentang Ganggang Biru
 Makalah Tentang Hipertensi
 Makalah Tentang Nata De Coco
 Makalah Tentang Suku Baduy
 Makalah Tentang Pergaulan Bebas
 Makalah Tentang Menumbuhkan Kesadaran
Berkonstitus...
 Makalah Tentang Bola Basket
 Makalah Tentang Bank
 Makalah Tentang Sistem Perekonomian Indonesia
 Makalah Tentang Bola Voli
 Makalah Tolak Peluru
 Makalah Lempar Lembing
 Makalah Lompat Tinggi
 Makalah Bulu Tangkis
 Makalah Tentang Melestarikan Budaya Sunda

 ► 2016 (10)
Daftar Blog Saya
Template Sederhana. Gambar template oleh Veronica Olson. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai