Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI MAKNA

KEJUJURAN
1. KELOMPOK 5
2. AUDRIA SINKA NAHARISTA PUTRI (02)
3. AYU FITRIANI NINGSIH (03)
4. DINA FARAMITHA (08)
5. GANDHIS SABRINA RAYA (13)
6. KHOLIFATUL NUR HIDAYAH (16)
7. MILA OKTAVIANI (24)

X OTP 2
PENGERTIAN JUJUR

 Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq


yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur
adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga
disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
 Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya
dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang berpendapat
bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan
terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara
berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar
atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
PENTINGNYA SIFAT JUJUR

 Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga


tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik
kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan
akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan
mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari
segala keburukan.
 Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat
jujur dalam segala keadaan, walaupun secara lahir
kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah SWT
telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang
berbunyi:
‫علَ َّٰ َٰٓى أَنفُ ِس ُك ۡم أَ ِو ۡٱل َّٰ َو ِل َد ۡي ِن‬
َ ‫ّلِل َولَ ۡو‬ ُ ‫ ۞ َّٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ َّٰ َّو ِمينَ ِب ۡٱل ِق ۡس ِط‬
ِ َّ ِ ‫ش َه َدآَٰ َء‬
‫ٱّلِلُ أ َ ۡولَ َّٰى بِ ِه َم ۖا فَ ََل تَتَّبِعُواْ ٱ ۡل َه َو َّٰ َٰٓى أَن تَعۡ ِدلُو َۚاْ َو ِإن‬ َّ َ‫غنِيًّا أَ ۡو فَ ِق ٗيرا ف‬
َ ‫ينَ ِإن يَ ُك ۡن‬َۚ ِ‫َو ۡٱۡل َ ۡق َرب‬
١٣٥ ‫ٱّلِلَ َكانَ ِب َما تَعۡ َملُونَ ََ ِب ٗيرا‬ ُ ‫تَ ۡل ُوۥَٰٓاْ أَ ۡو تُعۡ ِر‬
َّ ‫ضواْ فَإِ َّن‬

 Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang


benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ),.
Keutamaan Perilaku Jujur

 Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya


dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq,
dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah
٥٠ ‫ع ِل ٗيا‬ ٍ ‫ص ۡد‬
َ ‫ق‬ َ ‫ َو َو َه ۡبنَا لَ ُهم ِمن َّر ۡح َمتِنَا َو َجعَ ۡلنَا لَ ُه ۡم ِل‬
ِ َ‫سان‬
 Artinya : “Dan Kami anugerahkan kepada mereka
sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka
buah tutur yang baik lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )
Pembagian Sifat Jujur

 Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (siddiq) sebagai berikut.
a. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang
dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
b. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan
yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia
tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya
dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang
sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.
c. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguhsungguh
sehingga perbuatan zahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam
batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya. Kejujuran merupakan fondasi atas
tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran, karena jujur identik dengan kebenaran.
 Allah Swt. berfirman:

ُ ُ
‫ّٰللا َوق ْول ْوا قَ ْو اًل‬ َّٰ َّ
‫َّٰيـاَيُّ َها ال ِذي َْن ا َمنُوا ات َّقُوا َه‬ٰۤ
‫س ِد ْيداا‬
َ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada
Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb/33:70)

Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya


karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu
menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di
lidah dan apa yang diperbuat.
 Allah Swt. berfirman,

ْ ُ ٰ َّ
‫ٰياَيُّ َها ال ِذ ْي َن ا َمن ْوا ِل َم تَق ْول ْو َن َما َ تَََُْ ْو َن‬
ُ َ ُ ُ ٰۤ
)٢(

‫ّٰللا ا َ ْن تَقُ ْولُ ْوا َما ََ ت َ ََُُْْ ْو َن‬


ِ ‫َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد ه‬
)٣(
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu
mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-Śaff/61:2-3)
 Pesan moral ayat tersebut tidak lain memerintahkan satunya perkataan
dengan perbuatan. Dosa besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang tidak disertai
dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan pelakunya menuju kesuksesan
dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan
rasul. Artinya, orang-orang yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan
kejujuran, sesungguhnya ia telah memiliki separuh dari sifat kenabian.
 Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang
diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan
amanat disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamakan demikian
karena segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari
segala bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat
jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek
kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup
bermasyarakat.
 Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil
dalam membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat
terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai
akhir hayatnya, sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau
jujur).
MACAM – MACAM KEJUJURAN

 Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu :


1. Shidq Al-Qalbi (Jujur dalam niat dan kehendak), yaitu motivasi bagi setiap
gerak dan langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt, dan
ingin mencapai rida-Nya. Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur
berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Shidq Al-Hadits (Jujur dalam ucapan), yaitu memberikan, yaitu
memberikan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi, kecuali untuk
kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang,
mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan, semisalnya.
3. Shidq Al-Amal (Jujur dalam perbuatan), yaitu seimbang antara lahiriah dan
batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam
perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang di
ridhai Allah Swt, dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
4. Shidq Al-Wa’d (Jujur bila berjanji), janji membuat kita
selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji
palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah
memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt,
sangat membenci oran-orang yang selalu mengingkari janji.
5. Shidq Al-Haal (Jujur dalam kenyataan). Orang mukmin
hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan
menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah
memaksa orang lain untuk masuk kedalam jiwanya. Dengan
kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada dibahawah
bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai
dengan keadaan diri kita sendiri.
PETAKA KEBOHONGAN

 Betapa berbahayanya sebuah kebohongan, kebohongan akan mengantarkan


pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain.
 Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan
kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang
dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang telah dikhianatinya itu.

ُ ‫ فَ َم ۡن َحا َٰٓ َّج َك فِي ِه ِم ۢن بَعۡ ِد َما َجا َٰٓ َء َك ِم َن ۡٱل ِع ۡل ِم فَقُ ۡل تَعَالَ ۡواْ ن َۡد‬
‫ع أ َ ۡبنَا َٰٓ َءنَا‬
َ ُ‫سنَا َوأَنف‬
‫س ُك ۡم ث ُ َّم ن َۡبت َ ِه ۡل فَن َۡجعَل‬ َ ُ‫سا َٰٓ َء ُك ۡم َوأَنف‬ َ ِ‫َوأ َ ۡبنَا َٰٓ َء ُك ۡم َون‬
َ ِ‫سا َٰٓ َءنَا َون‬
٦١ ‫ين‬ َ ‫علَى ۡٱل َّٰ َك ِذ ِب‬ ِ َّ ‫َت‬
َ ‫ٱّلِل‬ َ ‫لَّعۡ ن‬
 Artinya : “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang
meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak
kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri
kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat
Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (Q.S Ali-Imran : 61)
HIKMAH PERILAKU JUJUR

1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan


membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan
diketahui kebohongannya karena memang tidak
berbohong.
2. Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat dari azab dan bahaya.
4. Dijamin masuk surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. Dan rasul-Nya.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai