Anda di halaman 1dari 10

Tugas Pendidikan Agama islam

Berani Hidup Jujur

Pentingnya Memiliki Sifat Syaja’ah


Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak menjadi
penakut dan pengecut. Karena rasa takut dan pengecut akan membawa kegagalan dan
kekalahan. Keberanian adalah tuntutan keimanan. Iman pada Allah Swt. mengajarkan
kita menjadi orang-orang berani mnghadapi beragam tantangan dalam hidup ini.
Tantangan utama yang harus kita hadapi adalah memperjuangkan kebenaran, meskipun
harus menghadapi berbagai rintangan. Rasulullah saw. menjelaskan dalam sabdanya :
Artinya: “Katakanlah yang benar walaupun itu pahit” (H.R Ahmad)
Islam tidak menyukai orang yang lemah/penakut. Orang yang lemah/penakut
biasanya tidak berani untuk mempertahankan hidup sehingga gampang putus asa.
Ketakutan itu diantaranya karena takut dikucilkan dari lingkungannya. Takut karena
berlainan sikap dengan banyak orang atau takut untuk membela seuah kebenaran dan
keaadilan.
Makna Syaja’ah
Syaja’ah menurut bahasa artinya berani. Adapun menurut istilah adalah keteguhan
hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan
dan terpuji. Jadi, Syaja’ah dapat diartikan keberanian yang berlandaskan kebenaran,
dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan
Allah Swt.
Keberanian (syaja’ah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan
dalam keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan takut bagi muslim saat mengemban
tugas bila ingin meraih kegemilangan. Semangat keimanan akan selalu menuntun mereka
untuk tidak takut dan gentar sedikit pun. Allah Swt. Berfirman :
Artinya : “ Dan janganlah kamu merasa (lemah) dan jangan (pula) bersedih hati, sebab
kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (Q.S Ali Imran, 3: 139)
Terdapat beberapa bentuk syaja’ah, yaitu sebagai berikut.
1. Keberanian menghadapi musuh dalam jihad fi sabilillah.
2. Berani menegakkan kebenaran
3. Kemampuan mengendalikan nafsu
4. Keberanian mengakui kesalahan
Jujur
Pengertian
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya

benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai

dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga

disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.

Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta

adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula

yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus

terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang

ada. Jadi kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau

jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.

B.     Pentingnya Perilaku Jujur

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan
bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia
dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang
yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala
keadaan, walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah
SWT telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:
ۚ ِ‫ َرب‬A‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ ِب ۡٱلقِ ۡس ِط ُشهَدَٓا َء هَّلِل ِ َولَ ۡو َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ِو ۡٱل ٰ َولِد َۡي ِن َوٱأۡل َ ۡق‬
ٗ Aِ‫ا أَ ۡو فَق‬AAًّ‫ينَ إِن يَ ُك ۡن َغنِي‬
ُ ‫يرا فَٱهَّلل‬A ْ ُ‫وا ُكون‬ ْ ُ‫۞ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
١٣٥ ‫يرا‬ ٗ ِ‫ُوا فَإ ِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ َما ت َۡع َملُونَ َخب‬ ْ ۚ ُ‫ى أَن ت َۡع ِدل‬
ْ ‫وا َوإِن ت َۡل ُٓۥو ْا أَ ۡو تُ ۡع ِرض‬ ٓ ٰ ‫ُوا ۡٱلهَ َو‬
ْ ‫أَ ۡولَ ٰى بِ ِه َم ۖا فَاَل تَتَّبِع‬

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ),.

Allah selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan
maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya :
َّ ٰ ‫وا َم َع ٱل‬
, ١١٩ َ‫ص ِدقِين‬ ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ُكون‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )

Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang
melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani
mengatakan “tidak” untuk korupsi, maka ia harus berusaha menjauhi korupsi, bukan
malah hanya mengatakan tetapi ia sendiri melakukan korupsi.
Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya dusta merupakan sifat
orang yang munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. Bersabda “Tanda orang
munafik itu ada 3, yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan
apabila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari Muslim)
,
Allah Swt. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang
mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).

ُ‫ ۚه‬A‫وا ع َۡن‬ ٰ َّ ٰ ‫قَا َل ٱهَّلل ُ ٰهَ َذا يَ ۡو ُم يَنفَ ُع ٱل‬


ْ A‫ض‬ ِ ‫ت ت َۡج ِري ِمن ت َۡحتِهَا ٱأۡل َ ۡن ٰهَ ُر ٰ َخلِ ِدينَ فِيهَٓا أَبَ ٗد ۖا ر‬ٞ َّ‫ص ۡدقُهُمۡۚ لَهُمۡ َجن‬
ُ ‫َّض َي ٱهَّلل ُ ع َۡنهُمۡ َو َر‬ ِ َ‫ص ِدقِين‬
١١٩ ‫ك ۡٱلفَ ۡو ُز ۡٱل َع ِظي ُم‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
Artinya : “Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang
yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar" ( Q.S al-Maidah : 119 )

C.    Keutamaan Perilaku Jujur


Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni
Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah
٥٠ ‫ق َعلِ ٗيّا‬ ِ َ‫َو َوه َۡبنَا لَهُم ِّمن ر َّۡح َمتِنَا َو َج َع ۡلنَا لَهُمۡ لِ َسان‬
ٍ ‫ص ۡد‬
Artinya : “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )

Dan Ismail dipuji karena jujur, sebagaimana firman Allah :


٥٤ ‫ق ۡٱل َو ۡع ِد َو َكانَ َر ُسواٗل نَّبِ ٗيّا‬ ِ َ‫َو ۡٱذ ُك ۡر فِي ۡٱل ِك ٰت‬
َ ۚ ‫ب إِ ۡس ٰ َم ِع‬
َ ‫يل إِنَّهۥُ َكان‬
َ ‫َصا ِد‬
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan
dia adalah seorang rasul dan nabi” ( Q.S Maryam : 54 )
Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena
kejujuran merupakan akhlak yang mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada
kebajikan, sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Saw.
Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya
jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga…” ( HR.
Bukhari )

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si
pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan
akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang
mulia dan selamat dari segala keburukan. Orang jujur akan dipermudah rezeki dan segala
urusannya.
Contoh yang perlu diteladani, karena kejujurannya, Nabi Muhammad saw. Di percaya
oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi
Muhammad saw akan mendapatkan keuntungan lebih besar lagi dan tentu saja apa yang
dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala
urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi
kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya.
Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati menjadi was-was.
Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tummpuk beresiko menjadi
penyakit.

D.    Macam-Macam Kejujuran


Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu :
1.      Shidq Al-Qalbi (Jujur dalam niat dan kehendak), yaitu motivasi bagi setiap gerak dan
langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt, dan ingin mencapai rida-
Nya. Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam
berbuat.
Rasulullah Saw. Bersabda,
“Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh
tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (HR. Bukhari)

2.      Shidq Al-Hadits (Jujur dalam ucapan), yaitu memberikan, yaitu memberikan sesuatu
sesuai dengan realitas yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh
syari’at seperti dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan,
semisalnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan,
dianjurkan menghindari kata-kata sindiran Karena hal itu sepadan dengan kebohongan,
kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak
berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis
kejujuran yang paling tampak dan terang diantara macam-macam kejujuran.
3.      Shidq Al-Amal (Jujur dalam perbuatan), yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah
hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga
berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang di ridhai Allah Swt, dan
melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
Orang jujur tentu akan sejalan dengan semua kebaikan dan sebagai penegak segala
kebagusan, sedangkan kebaikan itu adalah jalan menuju ke syurga, bahkan kebajikan itu
sebagai kunci masuk syurkan, kunci tersebut tak lain untuk membuka syurga,
sebagaimana firman Allah :
ٍ Aُ‫ق َّم ۡخت‬A
‫وم‬A ٖ A‫َّحي‬ ۡ ‫ ت َۡع ِرفُ فِي ُوجُو ِه ِهمۡ ن‬٢٣ َ‫ك يَنظُرُون‬
ِ ‫قَ ۡونَ ِمن ر‬A ‫ ي ُۡس‬٢٤ ‫ َرةَ ٱلنَّ ِع ِيم‬A ‫َض‬ ِ ِ‫ َعلَى ٱأۡل َ َرٓائ‬٢٢ ‫ار لَفِي ن َِع ٍيم‬ َ ‫إِ َّن ٱأۡل َ ۡب َر‬
٢٦ َ‫س ۡٱل ُمتَ ٰنَفِسُون‬ ۡ ٰ ۚ ٰ
ِ َ‫ك َوفِي َذلِكَ فَليَتَنَاف‬ٞ ‫ ِختَ ُمهۥُ ِم ۡس‬٢٥
Artinya : “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan
yang besar (surga). mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu
dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.
Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). layaknya adalah
kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Q.S Al-
Mutoffifin : 22-26)

4.      Shidq Al-Wa’d (Jujur bila berjanji), janji membuat kita selalu berharap. Janji yang
benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah
memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt, sangat membenci oran-
orang yang selalu mengingkari janji. Sebagaimana dalam firman-Nya .
٩١ َ‫ُوا ٱأۡل َ ۡي ٰ َمنَ بَ ۡع َد ت َۡو ِكي ِدهَا َوقَ ۡد َج َع ۡلتُ ُم ٱهَّلل َ َعلَ ۡي ُكمۡ َكفِياًل ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡعلَ ُم َما ت َۡف َعلُون‬
ْ ‫وا بِ َع ۡه ِد ٱهَّلل ِ إِ َذا ٰ َعهَدتُّمۡ َواَل تَنقُض‬
ْ ُ‫َوأَ ۡوف‬
Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat” (Q.S. An-Nahl : 91)

‍ُٔAُٔۡ ‫وا بِ ۡٱل َع ۡه ۖ ِد إِ َّن ۡٱل َع ۡه َد َكانَ َم‬


٣٤ ‫سواٗل‬ ْ ُ‫ال ۡٱليَتِ ِيم إِاَّل بِٱلَّتِي ِه َي أَ ۡح َسنُ َحتَّ ٰى يَ ۡبلُ َغ أَ ُش َّد ۥۚهُ َوأَ ۡوف‬ ْ ‫َواَل ت َۡق َرب‬
َ ‫ُوا َم‬
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al-Israa : 34)

5.      Shidq Al-Haal (Jujur dalam kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas
kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah
memaksa orang lain untuk masuk kedalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin
tidak hidup berada dibahawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai
dengan keadaan diri kita sendiri.

Merealisasikan kejujuran adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah, ada kalanya pula
menjadi kuat.
,
E.     Petaka Kebohongan
Betapa berbahayanya sebuah kebohongan, kebohongan akan mengantarkan
pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain.
Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran
untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu
telah membawa kepada apa yang telah dikhianatinya itu.
ُ ‫فَ َم ۡن َحٓاجَّكَ فِي ِه ِم ۢن بَ ۡع ِد َما َجٓا َءكَ ِمنَ ۡٱل ِع ۡل ِم فَقُ ۡل تَ َعالَ ۡو ْا ن َۡد‬
ۡ A‫ ُكمۡ ثُ َّم ن َۡبتَ ِه‬A‫نَا َوأَنفُ َس‬A‫ٓا َء ُكمۡ َوأَنفُ َس‬A‫ع أَ ۡبنَٓا َءنَا َوأَ ۡبنَٓا َء ُكمۡ َونِ َسٓا َءنَا َونِ َس‬
‫ل‬A
٦١ َ‫فَن َۡج َعل لَّ ۡعنَتَ ٱهَّلل ِ َعلَى ۡٱل ٰ َك ِذبِين‬
Artinya : “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang
meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak
kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri
kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat
Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (Q.S Ali-Imran : 61)

١٦١ َ‫س َّما َك َسبَ ۡت َوهُمۡ اَل ي ُۡظلَ ُمون‬ ۡ ۚ ۡ ِ ‫َو َما َكانَ لِنَبِ ٍّي أَن يَ ُغ ۚ َّل َو َمن يَ ۡغلُ ۡل يَ ۡأ‬
ٖ ‫ت بِ َما َغ َّل يَ ۡو َم ٱلقِ ٰيَ َم ِة ثُ َّم تُ َوفَّ ٰى ُكلُّ نَف‬
Artinya : “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada
hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap
diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya” ( Q.S Ali-Imran : 161 )

Dalam hadits Rasulullah Saw mengingatkan :


Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dia berkata ; Rasulullah saw., bersabda, “Akan
datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta
dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya,
sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu,
Ruwaibidhah berbicara.” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam
urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
٣ َ‫وا َما اَل ت َۡف َعلُون‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫ َكب َُر َم ۡقتًا ِعن َد ٱهَّلل ِ أَن تَقُول‬٢ َ‫وا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل ت َۡف َعلُون‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)

Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah menunaikan


dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. Dan hak-hak manusia tanpa terpengaruh oleh
perubahan keadaan, baik susah maupun senang.

F.     Hikmah Perilaku Jujur


Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai
berikut.
1.      Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut
akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
٢٨ ُ‫وا َوت َۡط َمئِ ُّن قُلُوبُهُم بِ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ۗ ِ أَاَل بِ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ ت َۡط َمئِ ُّن ۡٱلقُلُوب‬
ْ ُ‫ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”
(Q.S. Ar-Ra’d : 28)
2.      Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
3.      Selamat dari azab dan bahaya.
ِّ ِ‫ ٓا َء ب‬A‫ َوٱلَّ ِذي َج‬٣٢ َ‫رين‬A ٰۡ ۡ َ ‫ ٓا َء ۚ ٓۥهُ أَلَ ۡي‬A‫ق إِ ۡذ َج‬ َّ A‫ب َعلَى ٱهَّلل ِ َو َك‬َ ‫ َذ‬A ‫۞فَ َم ۡن أَ ۡظلَ ُم ِم َّمن َك‬
‫ق‬ِ ‫ ۡد‬A ‫ٱلص‬ ِ Aِ‫ ٗوى لِّل َكف‬A‫س فِي َجهَنَّ َم َمث‬ ِ ‫ ۡد‬A ‫ٱلص‬
ِّ ِ‫ب ب‬
َ ‫ذ‬A
ْ Aُ‫ َوأَ ٱلَّ ِذي َع ِمل‬A ‫ لِيُ َكفِّ َر ٱهَّلل ُ ع َۡنهُمۡ أَ ۡس‬٣٤ َ‫نِين‬A‫ لَهُم َّما يَ َشٓاءُونَ ِعن َد َربِّ ِهمۡۚ ٰ َذلِكَ َجزَ ٓا ُء ۡٱل ُم ۡح ِس‬٣٣ َ‫ق بِ ِٓۦه أُوْ ٰلَٓئِكَ هُ ُم ۡٱل ُمتَّقُون‬
‫وا‬A َ ‫ص َّد‬
َ ‫َو‬
٣٥ َ‫وا يَ ۡع َملُون‬ْ ُ‫َويَ ۡج ِزيَهُمۡ أَ ۡج َرهُم ِبأ َ ۡح َس ِن ٱلَّ ِذي َكان‬
Artinya : “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di
neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir. Dan orang yang
membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang
yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan
mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Agar Allah akan
menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka
kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)
4.    Dijamin masuk surga.
5.      Dicintai oleh Allah Swt. Dan rasul-Nya.

Kesimpulan
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam
kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya, tidak
berbuat basa basi , tidak membuat-buat, tidak menambah atau mengurangi. Apa yang ia
yakini sebagai kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat dan Allah selalu
membalas perbuatan dengan ganjaran yang setimpal.

Anda mungkin juga menyukai