A. Al-Mu’min 1. Makna al-Mu’min Kata al-Mu’min terambil dari kata “amina” yang melahirkan banyak bentuk, antara lain iman, amanah, dan aman. Al-Mu’min adalah pemberi rasa aman. Al-Mu’min berarti Allah Maha Memberi Keamanan. Allah Swt adalah Zat yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan. Mukmin yang sejati adalah mukmin yang hanya mengharapkan keamanan dari Allah Swt, bukan dengan yang lainnya. Seorang Mukmin tidak takut pada selain Allah, apalagi saat menegakkan kebenaran, sebab dia yakin bahwa Allah akan memberi rasa aman baginya dari segala bahaya jika ia tetap berada dalam kebenaran. Jadi, iman merupakan benteng yang melindungi seseorang dari segala bahaya. Karena itu, tidak akan ada rasa takut di dalam hati orang beriman kecuali takut kepada Allah Swt. Allah al-Mu’min berarti Allah sebagai pemberi rasa aman kepada hamba-Nya yang beriman atau orang yang merasa aman hanyalah orang yang diberi rasa aman oleh Allah Swt. Imam al-Ghazali berkata: “Tidak ada keamanan di dunia kecuali dihasilkan oleh perantara yang hanya diciptakan dan diberitahukan penggunaannya oleh Allah. Allah-lah pemberi keamanan secara mutlak”. Lawan kata dari rasa aman adalah al-Khauf (rasa takut). Allah Swt berfirman dalam Q.S. Quraisy [106]: 4 ٍ وع وآمَنهم ِّمن خو ِ ﴾ )٤( ف ْ َ ْ ُ َ َ ٍ ﴿الَّذي َأطْ َع َم ُهم ِّمن ُج Artinya: “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” Ayat ini menunjukkan bahwa kaum kafir pun memperoleh rasa aman, namun rasa aman yang sempurna dirasakan oleh orang-orang beriman. Seperti Firman Allah Swt.: ِ َّ ﴾ )٨٢( اَأْلم ُن َو ُهم ُّم ْهتَ ُدو َن َ ين َآمنُوا َومَلْ َي ْلبِ ُسوا ِإميَا َن ُهم بِظُْل ٍم ُأولَِٰئ ْ ك هَلُ ُم َ ﴿الذ Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Qs. Al-An’am (6): 82] 2. Dalil al-Mu’min الساَل ُم الْ ُمْؤ ِم ُن الْ ُم َهْي ِم ُن الْ َع ِز ُيز اجْلَبَّ ُار الْ ُمتَ َكِّبُرۚ ُسْب َحا َن اللَّ ِه ِ ِ َّ ُّوس ُ ﴿ه َو اللَّهُ الَّذي اَل ِإٰلَهَ ِإاَّل ُه َو الْ َمل ُ ك الْ ُقد ُ ﴾ )٢٣( َع َّما يُ ْش ِر ُكو َن Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [Al Hashr: 23] 3. Akhlak yang Meneladani Allah al-Mu’min a. Yakini Allah Maha Pemberi rasa aman dan berimanlah pada-Nya secara sempurna. b. Jadilah pribadi yang amanah c. Beri rasa aman bagi lingkungan sekitar َع ْن،ُّ َأخَبَريِن َأبُو َهانٍِئ اخْلَْواَل يِن ْ : قَ َال، ث َ َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن ِإ ْس َح ٌ َأْنبََأنَا لَْي: قَ َال، َح َّد َثنَا َعْب ُد اللَّ ِه: قَ َال، اق صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يِف َح َّج ِة ِ ُ قَ َال رس: قَ َال، ح َّدثَيِن فَضالَةُ بن عبي ٍد: قَ َال، ك اجْل ْنيِب ِ َ ول اللَّه َُ ْ َُ ُ ْ َ َ ِّ َ ٍ َع ْم ِرو بْ ِن َمال َّاس ِم ْن لِ َسانِِه ِ ِ ِِ ِهِل ُ َوالْ ُم ْسل ُم َم ْن َسل َم الن، َّاس َعلَى َْأم َوا ْم َوَأْن ُفسه ْم ِ ِ ِ ” َأاَل رِب:اع ُ ُأخ ُ ُك ْم بالْ ُمْؤ م ِن ؟ َم ْن َأمنَهُ النْ ِ الْ َو َد “ وب َّ اجر َم ْن َه َجر اخْلَطَايَا َو ِ ِ َّ ِ َاه ُد من جاه َد َن ْفسه يِف ط ِ ِِ َ ُالذن َ ُ َوالْ ُم َه، اعة الله َ ُ َ َ َ ْ َ َوالْ ُم َج، َويَده Artinya: “Ali bin Ishaq menuturkan kepadaku, ia berkata: Abdullah (bin Mubarak) menuturkan kepadaku, ia berkata: Laits mengabarkanku, ia berkata: Abu Hani’ Al Khaulani mengabarkanku, dari Amr bin Malik Al Janbi, ia berkata: Fadhalah bin Ubaid menuturkan kepadaku, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda ketika haji wada’: “Maukah aku kabarkan kalian tentang ciri seorang mukmin? Yaitu orang yang orang lain merasa aman dari gangguannya terhadap harta dan jiwanya. Dan muslim, adalah orang yang orang lain merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan mujahid, adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah. Dan muhajir (orang yang hijrah), adakah orang yang meninggalkan kesalahan-kesalahan dan dosa” (HR. Ahmad). 4. Kisah: Sarang Laba-laba dan Suraqah Ketika dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW dan Abu Bakar Shiddiq dikejar oleh para kafir Quraisy. Rasulullah SAW dan Abu Bakar pun bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari. Sebenarnya, para kafir Quraisy telah menemukan gua tersebut dan hendak memasukinya. Namun Allah Swt melindungi Rasulullah SAW dan Abu Bakar dengan cara memerintahkan laba-laba dan burung merpati untuk membuat sarang di mulut gua tersebut. Melihat itu, para kafir Quraisy membatalkan niatnya untuk memasuki Gua Tsur karena menyangka gua tersebut kosong. Pada hari ketiga, Rasulullah SAW dan Abu Bakar keluar dari persembunyiannya, dan melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Di tengah perjalanan, Rasulullah dikejar oleh Suraqah yang hendak menangkap beliau. Namun Allah Swt kembali menyelamatkan Rasulullah SAW dengan cara menggelincirkan dan menenggelamkan keempat kaki kuda yang ditunggangi Suraqah. Akhirnya Rasulullah SAW dan Abu Bakar pun bisa melanjutkan perjalanannya ke Madinah dengan aman dan selamat. Dari kisah di atas, kita dapat belajar tentang arti pertolongan Allah SWT. Jika kita beriman dan beribadah kepada Allah SWT, kita akan selalu mendapatkan perlindungan-Nya, dan dihindarkan dari segala bahaya. Allah SWT-lah Maha Pemberi Keamanan. B. Al-Muhaimin 1. Makna al-Muhaimin Al-Muhaimin artinya Maha Pemelihara. Allah SWT mengawasi dan menyaksikan seluruh makhluk-Nya, berkuasa atas diri mereka dengan penuh perhatian dan kekuasaan, memberi mereka rezeki dan kehidupan. Imam al-Ghazali menulis: Allah yang menangani/mengawasi urusan makhluk-Nya dari sisi amal perbuatan mereka, rezeki, dan ajal mereka. Penanganan ini adalah dengan pengetahuan, penguasaan, dan pemeliharaan- Nya, karena semua yang menguasai hakikat sesuatu, bertanggung jawab, dan memeliharanya, adalah Muhaimin. Pengawasan merujuk kepada pengetahuan, penguasaan kepada kudrat, dan pemeliharaan kepada akal. Karena itu siapa yang memiliki ketiga unsur di atas, maka dia adalah Muhaimin. Dan tentu saja tidak ada yang dapat menghimpun ketiganya secara sempurna kecuali Allah Swt. Dengan nama ini, Allah SWT mengetahui seluruh perbuatan kita, baik itu yang kita tampakkan atau pun kita sembunyikan, di siang hari atau pun malam hari. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang tersembunyi dari penglihatan-Nya. Bahkan gerakan mata yang cepat dan lintasan niat dalam hati, dapat diketahui-Nya. Allah SWT selalu memerhatikan perkembangan dan pertumbuhan makhluk-Nya. Allah SWT juga membimbing makhluk-Nya ke mana pun harus berjalan. Tak ada yang terlewat dari perhatian-Nya, meskipun sekejap. Misalnya, Allah SWT memelihara/merawat maka kita dengan memberikan bulu mata untuk melindunginya dari debu dan kotoran yang akan masuk ke mata kita. 2. Dalil al-Muhaimin الساَل ُم الْ ُمْؤ ِم ُن الْ ُم َهْي ِم ُن الْ َع ِز ُيز اجْلَبَّ ُار الْ ُمتَ َكِّبُرۚ ُسْب َحا َن اللَّ ِه ِ ِ َّ ُّوس ُ ﴿ه َو اللَّهُ الَّذي اَل ِإٰلَهَ ِإاَّل ُه َو الْ َمل ُ ك الْ ُقد ُ ﴾ )٢٣( َع َّما يُ ْش ِر ُكو َن Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [Al Hashr: 23] 3. Akhlak Meneladani al-Muhaimin a. Meyakini bahwa Allah Swt bernama al-Muhaimin Yakini bahwa Allah Swt memiliki nama Al-Muhaimin, yaitu Maha Pemelihara secara sempurna atas segala makhluk-Nya. b. Jangan bermaksiat, sebab Allah senantiasa mengawasi setiap perbuatan manusia. Penghayatan kita terhadap nama al-Muhaimin ini akan membuat kita merasa malu kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Kita merasa selalu diawasi Allah SWT disetiap tempat dan waktu. Maka dengan itu, kita tidak akan berbuat maksiat. Motto kita setiap saat adalah: “Allah SWT melihat dan mengawasiku, bagaimana mungkin aku mendurhakai-Nya?” c. Rajinlah beramal shaleh dengan niat dan motivasi karena Allah SWT. Seseorang yang menghayati makna sifat ini akan menyadari bahwa Allah menguasai dan mengetahui gerak geriknya, bahkan detak jantungnya, karena itu buah dari sifat ini dalam kehidupan kesehariannya adalah pengawasan sempurna terhadap perilaku lahir dan batinnya, disertai pelurusan niat dan motivasi hanya karena Allah SWT. 4. Kisah: Kemenangan pada Perang Hunain Ketika terjadi perang Hunain, pasukan Islam banyak yang gugur. Rasulullah SAW pun maju melawan musuh. Melihat hal itu, semangat para sahabat bangkit kembali. Rasulullah SAW mengambil segenggam pasir dan melemparkannya kea rah musuh. Allah SWT membantu menerbangkan pasir-pasir itu hingga mengenai mata musuh-musuh pasukan Islam. mereka pun tidak bisa melihat dan sangat terganggu. Melihat keadaan musuh yang semakin kacau, Rasulullah SAW berteriak untuk membangkitkan semangat pasukan Islam, “Aku adalah Nabi, Aku bukanlah pendusta, dan aku adalah putra Abdul Muthalib”. Seruan Rasulullah SAW membuat pasukan Islam lebih bersemangat. Akhirnya, pasukan Islam menang, dan musuh pun mundur karena kalah. Allah SWT memang akan memelihara hamba-hamba-Nya yang berjuang membela agama.