Anda di halaman 1dari 12

PENEGAK KEBENARAN SELALU MUNCUL (LM.

1249)

MAKALAH

DI SUSUN OLEH:

RIDWAN FAUZAN (30700119093)

ANDRI SAPUTRA (30700120046)

DOSEN:

DR. TASMIN TANGNGARENG, M.AG.

JURUSAN ILMU HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penegak kebenaran selalu muncul”.
Makalah ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana cara
memahami perintah untuk menunaikan amanah semoga makalah ini dapat
berguna untuk para pembaca sebelumnya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
makalah oleh ustadz Dr. Tasmin Tangngareng., M.Ag, pada bidang studi/mata
kuliah Hadis dakwah dan komunikasi . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang hadis yang dipelajari. bagi para pembaca dan
juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ustadz Dr. Tasmin Tangngareng.,


M.Ag, selaku dosen pembimbing mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah wawasan pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang akan membangun kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini

ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang. ............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

A. Pengertian Kebenaran ................................................................................... 2


B. Matan Hadist ................................................................................................. 3
C. Takhrij Hadist ................................................................................................ 3
D. Penjelasan Hadist ........................................................................................... 3
E. Kandungan Hadist .......................................................................................... 5
F. Asababul Wurud ............................................................................................ 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 8

A. Kesimpulan .................................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia ini adalah tempat persinggahan untuk semua makhluk. Terkhususnya


manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan
sempurnanya bentuk. Manusia memiliki nafsu dan juga akal fikiran. Bercermin
pada kesempurnaan yang disandang manusia diantara mahluk Allah yang lainnya,
maka dapat dilihat berbagai perbuatan yang mampu dilakukan manusia dengan
kesempurnaan itu. Terlepas dari segala kemaslahatan yang dilakukannya, manusia
juga mampu menciptakan kesengsaraan.

Rasulullah Saw, diutus oleh Allah untuk menjadi penyempurna ahlak


manusia. Rasulullah menjadi salah satupenegak kebenaran yang paling
berpengaruh didunia sepanjangzaman. Selepas Rasulullah, maka tidak diragukan
lagi, Allah akanselalu mengutus hambanya untuk membawa kebenaran,
danmenghancurkan kedzaliman.

Kebenaran dan kebatilan sudah ada di atas muka bumi sejak penciptaan
manusia. Setiap kali keimanan dalam jiwa meredup, maka Allah SWT mengutus
seseorang yang akan mengokohkan dan menghidupkannya kembali.Allah SWT
juga menyiapkan para pembela kebenaran yang akan bangkit dan senantiasa
membelanya, sehingga para pengusung kebatilan dan kesesatan takluk dan kalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran?
2. Bagaimana Hadist tentang Penegak Kebenaran Selalu Muncul?
3. Bagaimana kandungan Hadist tentang Penegak Kebenaran Selalu Muncul?
4. Apa penjelasan Hadist tentang Penegak Kebenaran Selalu Muncul dari
Asbabul Wurud?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kebenaran.
2. Mengetahui Hadist tentang Penegak Kebenaran Selalu Muncul.
3. Mengetahui kandungan Hadist tentang Penegak Kebenaran Selalu Muncul.
4. Mengetahui penjelasan Hadist tentang Penegak Kebenaran Selalu Muncul
dari Asbabul Wurud.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebenaran

Kebenaran adalah sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan oleh akal


sehat, yang tidak akan dapat ditumbangkan oleh perkisaran zaman, yang
menolak dari segala yang salah, menentang yang bobrok, angan-angan yang
tak mendasar. Yang secara nyata Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW
dengan membawa perkara yang tetap, tegas dan tak akan menyesatkan umat
manusia, yang akan membahagiakan bagi siapa saja yang mengambil sebagai
petunjuk, adapun yang ingkar di neraka.

Al-Qur’an menjelaskan arti kebenaran dalam dua hal, pertama menjelaskan


makna kebenaran berarti sesuatu yang real dan jelas artinya pembenaran
terhadap realitas, makna yang kedua melalui penjelasan tentang lawan kata
“benar” yaitu kata “bathil” atau “dhalal” (kesesatan). Allah SWT berfirman:

“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan.”

Secara etimologis, kata al-Haq yang terdapat dalam al-Qur’an


mempunyai arti, sesuatu yang wajib dinyatakan dan wajib ditetapkan, dan akal
tidak akan bisa mengingkari eksistensinya. Arti ini terdapat dalam surah al-
Baqarah :

2
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpaman berupa nyamuk
atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,
maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini
untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak yang disesatkan
Allah, dan dengan perumpamaan itu(pula) banyak orang yang diberi-Nya
petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang
fasik.

B. Matan Hadis

Penegak Kebenaran Selalu Muncul (LM.1249)

ُْ ‫ ُ ََلي َزالُ ُالنَّاسُُ ِم‬:َ‫ ُقَال‬,‫سلَّ َم‬


ُ‫ن‬ َ ‫علَ ْي ُِه ُ َو‬ ُ َ‫صل‬
َ ُ ُ‫ىُللا‬ ُِ ‫ ُع‬,َ‫ْنُش ْع َبة‬
ُِ ‫َن ُالنَّ ِب‬
َ ُ‫ى‬ ُِ ‫َح ِديْثُ ُاْلم ِغي َْر ُِة ُب‬
َ ُ‫ىُيَاْتِيَه ُْمُا َ ْمرُُللاُُِ َوه ُْم‬
)‫ (متفقُعليه‬. َ‫ظاهِر ْون‬ َ ُ‫ى‬
ُ َّ ‫ظاه ِِريْنَُُ َحت‬ ُ ِ‫أ َّمت‬
“Dari Al-Mughairah bin Syu’bah dari Nabi saw, ia berkata : sekelompok dari
umatku selalu memperjuangkan (kebenaran) sehingga datang kepada mereka
keterangan Allah, sedang mereka menempuh jalan yang benar”.

C. Takhrij Hadist
Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Ad-darimi, dan At-Thabrani. Para
ahli hadist menilai hadist ini shahih

D. Penjelasan Hadist
Nabi SAW mengungkapkan kelebihan untuk sekelompok ummatnya yang
senantiasa bersikap dan berperilaku di atas garis kebenaran. Mereka merupakan
segolongan ummatnya yang berusaha memelihara dan memperjuangkan

3
kebenaran agama Allah, menganjurkan kepada manusia berbuat yang ma’ruf dan
mencegah perbuatan yang mungkar. Diantara sekalian banyak ummat Nabi Saw.
Merekalah sekelompok manusia yang mendapat pujian Allah Swt.
Allah Swt berfirman:

ُ‫ُوت َ ْنه َْونَ ُع َِنُا ْلم ْنك َِر‬


َ ‫ف‬ِ ‫اسُتَأْمر ْونَ ُ ِبا ْل َم ْعر ْو‬
ِ َّ‫ك ْنت ْمُ َخي َْرُا َّمةٍُا ْخ ِرجَتْ ُ ِللن‬
ُ َ‫ُۗم ْنهمُا ْلمؤْ ِمن ْون‬ ِ ‫ُۗولَ ْو ُٰا َمنَ ُا َ ْهلُا ْل ِك ٰت‬
ِ ُ‫بُلَكَانَ ُ َخي ًْراُلَّه ْم‬ ِ ‫َوتؤْ ِمن ْونَ ُ ِب ه‬
َ ُ‫اّٰلل‬
َُ ‫َوا َ ْكثَرهمُا ْل ٰفسِق ْو‬
‫ن‬

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”. (Surat Ali Imran : 110)

Dalam ayat lain Allah SWT menjelaskan:

ُ‫ُويَ ْنه َْونَ ُع َِن‬


َ ‫ف‬ َ ‫ُم ْنك ْمُا َّمةٌُيَّدْع ْونَ ُاِلَىُا ْل َخي ِْر‬
ِ ‫ُويَأْمر ْونَ ُبِا ْل َم ْعر ْو‬ ِ ‫َو ْلتَك ْن‬
ٰٰۤ
َُ ‫ول ِٕىكَ ُهمُا ْلم ْف ِلح ْو‬
‫ن‬ َ ُ‫ا ْلم ْنك َِر‬
‫ُۗوا‬

“Dan hendaklah ada diantara kita kamu segolongan umat yang menyeruh
kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, Merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
Dan keterangan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa penegak kebenaran
ataupun amar ma’ruf nahi mungkar adalah kaum muslimin. Ayat diatas juga
menjelaskan bahwa ada segolongan/sebagian umat Muslim ada yang berfungsi
sebagai penyeru kebaikan dan ada yang mencegah kemungkaran.
Dalam situs lain juga terdapat maksud dari diatas menjelaskan bahwa di akhir
zaman nanti walaupun orang sudah banyak meninggalkan ajaran Allah SWT di

4
muka bumi dan tidak lagi melakukan perintah Allah, namun orang yang akan
membela agama Allah pasti ada, yaitu yang mana pada akhir zaman nanti orang
orang tidak mau lagi mengerjakan perintah Allah SWT, namun dalam hal itu
Allah swt akan mengutuskan hambanya yang akan membela agama nya seperti
Imam Mahdi dan Nabi Isa.

E. Kandungan Hadis
Rasulullah memerintahkan, ''Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit
(mengatakannya)!'' Menegakkan kebenaran merupakan bagian dari dakwah.
Artinya, kegiatan ini menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam. Ibnu Katsir,
ketika menafsirkan surat Ali Imran (QS 3) ayat 104, mengatakan maksud dari
ayat tersebut adalah ''hendaklah kamu sekalian menjadi sekelompok orang yang
melaksanakan kewajiban dakwah''.

ُ‫ى يَّدْع ْونَُ ا َّم ُةٌ ِم ْنك ُْم َو ْلتَك ْن‬


ُ َ‫ف َويَأْمر ْونَُ ا ْل َخي ُِْر اِل‬
ُِ ‫َن َويَ ْنه َْونَُ ِبا ْل َم ْعر ْو‬ُِ ‫ۗ ا ْلم ْنك َُِر ع‬
ُۗ
ٰٰۤ
َُ‫ول ِٕىك‬ َُ ‫ا ْلم ْف ِلح ْو‬
‫ن همُ َوا‬
Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Kalau tidak
mampu, hendaklah ia mengubah dengan lisannya. Kalau tidak mampu,
hendaklah ia mengubah dengan hatinya.

Dan itulah selemah-lemah iman.'' (HR Bukhari dan Muslim). Hadis di atas
menunjukkan ragam pilihan yang dapat kita lakukan dalam menegakkan
kebenaran. Jika kita memiliki kekuasaan, maka tegakkanlah kebenaran tersebut
dengan kekuasaan. Dan, jangan dengan kekuasaan justru memutarbalikkan
kebenaran yang dikarenakan kebencian dan tekanan dari pihak atau kelompok
tertentu.

5
‫اميْنَُ ك ْون ْوا ٰا َمن ْوا الَّ ِذيْنَُ ٰيٰٓاَيُّهَا‬ ِ ‫ط قَ َّو‬
ُِ ‫س‬ ْ ‫ّٰلل ش َهد َٰۤا َُء بِا ْل ِق‬ ُِ‫ى َولَ ُْو ِ ه‬ ُ ٰٓ‫ا َ ُِو ا َ ْنفسِك ُْم ع َٰل‬
ُِ ‫ِن ُۗ َو ْاَلَ ْق َربِيْنَُ ا ْل َوا ِل َدي‬
‫ْن‬ ُْ ‫ن ا‬ َ ‫اّٰلل فَ ِقي ًْرا ا َ ُْو‬
ُْ ‫غنِيًّا يَّك‬ ُ‫ى فَ ه‬ ُ ‫ل بِ ِه َمُۗا ا َ ْو ٰل‬َُ َ‫ا ْله ٰ َٰٓوى تَتَّبِعوا ف‬
ُْ ‫ّللا فَاِنَُّ ت ْع ِرض ْوا ا َ ُْو ت َ ْل ٰٓوا َوا‬
ُ‫ِن ُۗ ت َ ْعدِل ْوا ا َ ْن‬ َُ‫َخ ِبي ًُْر ت َ ْع َمل ْونَُ ِب َما كَانَُ ه‬
Dalam masalah ini, Allah memerintahkan, ''Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS 4: 135).

ُ‫ُوت َ ْنه َْونَُُع َِنُا ْلم ْنك َِر‬


َ ‫ف‬ِ ‫اسُتَأْمر ْونَ ُبِا ْل َم ْعر ْو‬
ِ َّ‫ك ْنت ْمُ َخي َْرُا َّمةٍُا ْخ ِرجَتْ ُ ِللن‬
ُ َ‫ُۗم ْنهمُا ْلمؤْ ِمن ْون‬ ِ ‫ُۗولَ ْو ُٰا َمنَ ُا َ ْهلُا ْل ِك ٰت‬
ِ ُ‫بُلَكَانَ ُ َخي ًْراُلَّه ْم‬ ِ ‫َوتؤْ ِمن ْونَ ُ ِب ه‬
َ ُ‫اّٰلل‬
َُ ‫َوا َ ْكثَرهمُا ْل ٰفسِق ْو‬
‫ن‬
Menegakkan kebenaran merupakan salah satu prasyarat menuju masyarakat dan
umat terbaik. Perhatikan firman Allah, ''Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.'' (QS 3: 110).

F. Asbabul Wurud
Tercantum dalam Shahih Bukhari dari Aisyah, katanya: "Sesungguhnya
seorang perempuan bani Makhzum tertangkap basah mencuri. Orangorang
Quraisy ada kepentingan untuk membelanya (supaya tidak dijatuhi hukuman -
pen). Mereka bertanya: "Siapa yang akan menyampaikan hal ini kepada
Rasulullah?" Siapa lagi kalau bukan Usamah blrrZaid. Tentu dia berani
menyampaikannya kepada beliau, (karena) dia seorang yang disayangi beliau.
Maka Usamah membicarakan hal itu dengan Rasulullah (agar perempuan
temebut dibebaskan dari hukuman). Tetapi Nabi dengan tegas mengatakan:
'Apakah engkau akan meminta keringanan (membela)nya supaya terlepas dari
hukuman Allah?" Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah di hadapan orang

6
banyak: "Wahai manusia, sesungguhnya telatr hancur orang-orang sebelum
kamu. Apabila yang mencuri seorang mulia (bangsawan) tidak mereka tegakkan
hukum terhadapnya . . ." daJr seterusnya bunyi hadits di atas. Beliau lanjutkan:
"Demi Allah, seandainya Fathimah puteri Muhammad mencuri, pasti aku potong
tangannya." Tercantum dalam al Jami'ul Kabir dari Aisyah, katanya: "Adalah
seorang perempuan bani Makhzum tertangkap mencuri barang dagangan. Dia
membantahnya. Maka Nabi SAW memerintalkan tangannya dipotong.
Keluarganya mendatangi Usamah, dan menyampaikan putusan tersebut (dan
mengharapkan agar Usamah membujuk Rasulullah agar tidak melaksanakan
hukum potong tangan itu - pen). Usamah membicarakannya dengan Rasulullah.
Tetapi Nabi (memberikan teguran keras kepada Usamah) dan bersabda: "Hai
Usamah, saya berpikir engkau tidak sepatutnya membicarakan fteringanan)
hukum dari hukum Allah." Kemudian Nabi berdiri menyampaikan khutbah
kepada orang banyak: "Sesungguhnya umat sebelum kamu hancur . . . . " dan
seterusnya bunyr hadits di atas.
Keterangan:
Sebagian riwayat menyebutkan, bahwa Rasul menolak usaha Usamah
meminta pembebasan hukuman setelah perkaranya disampaikan telah kepada
beliau : "Jangan engkau membela, karena hukuman (yang harus dilaksanakan
itu) bila telah sampai ke tangan saya tidaklah akan ditinggalkan. " Dengan
demikian terdapat kemungkinan (pembelaannya) sebelum sampai di tangan
hakim. Maka apabila pelaksanaan hukuman itu telah berada di tangan hakim,
maka Allah melaknat orang yang memberikan pembelaan dan orang yang dibela.
Bukhari nreletakkan hal ini dalam bab tentang "maknth memberikan
pembelaan."
Catatan: Pada zaman Rasulullah, khulafaur rasyidin dan beberapa waktu
sesudahnya, kekuasaan kehakiman masih berada di tangan khalifah sebagai
kepala negara. Jadi belum terpisah seperti pada masa sekarang, di mana badan
peradilan berdiri sendiri, meskipun pelaksanaan hukuman mati khususnya
memerlukan persetujuan Presiden, seperti sistem yang berlaku di negara kita.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tiada kata yang pantas kita ucapkan kecuali rasa syukur kepada Sang
Pencipta, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai
berikut:
Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran
(Amar Ma’ruf Nahi Mugkar) adalah perintah agama, karena itu ia wajib
dilaksanakan oleh setiap umat manusia sesuai dengan kemampuan dan
kekuatannya.
Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka
sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan
berbenah diri, sebab cara Menegakkan kebenaran adalah yang diiringi
dengan keteladanan.
Menyampaikan kebenaran disandarkan kepada keihklasan karena
mengharap ridho Allah semata.

B. Saran
Dan kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini pasti terdapat
banyak kesalahan, kekeliruan dan kekurangan, baik itu dari segi tulisannya,
bahasanya ataupun yang lain, oleh karena itu kami mengharapkan kepada
teman-teman sekalian serta segenap pihak yang bersangkutan, untuk dapat

8
memberikan kritik dan sarannya, agar dapat kita benahi bersama dan dapat
kita ambil manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayubi, S. Al (2018) ‘Konsep Kebenaran Dalam Perspektif Al-Qur’an’, Fikroh:


Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 11(1), pp. 54–78.

Syeikh, A. K. (2019) ‘Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’Ruf


Nahi Munar Berdasarkan Al-Qur’an’, Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, 2(2), p. 1. doi: 10.22373/al-idarah.v2i2.4009.

http://el-unsa.blogspot.com/2012/11/hadist-tentang-amar-maruf-nahi-
mungkar.html

https://rindufidati.wordpress.com/amar-maruf-nahi-mungkar-dalam-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai