Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB KEJUJURAN

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr . Wb
Pertama , marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahakan Rahmat , Hidayah serta Inayah-Nya ,kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik tanpa halangan yang berarti. Tanpa pertolongan dan petunjukNYA, penyusun tidak
akan menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang pentingnya sikap dan
sifat jujur dalam  Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada bapak /ibu
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada
pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kami
masih mengharap kritik dan saran dari para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr . Wb
                       
                                                                                    Karanganyar , 27 Oktober 2013

                                                                                                Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................1   


KATA PENGANTAR          ................................................................................2   
DAFTAR ISI ........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN    
A.    Latar Belakang            ..........................................................................................4
B.     Rumusan Masalah       .........................................................................................5
C.     Tujuan Penulisan         .........................................................................................5
D.    Manfaat Penulisan     ...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan hakikat kejujuran      ...................................................................6
B.     Hadist  bab kejujuran      .....................................................................................8
C.     kejujuran pembawa kebaikan..............................................................................10
D.    kisah inspiratif tentang kejujuran ........................................................................11
E.     Mutiara hikmah....................................................................................................14

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan  ........................................................................................................16     
B.     Saran....................................................................................................................16      

Daftar Pustaka...........................................................................................................17

        
BAB I
A.     LATAR BELAKANG

             Kejujuran adalah harta yang tak ternilai harganya, karena kelangkaannyalah orang jujur
sangat sulit untuk kita jumpai. Terutama di pasar-pasar yang kebanyakaan pembeli dan
pedagangnya sudah melalaikan kejujuran dalam urusan jual beli dikarenakan ingin mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dan sang pembeli ketika dalam keadaan tawar menawar berpura-
pura cuma bawang uang paspasan, padahal si pembeli hanya ingin mendapatkan barang yang ia
beli dengan harga yang sangat murah. Maka tidak salah sebuah hadis mengatakan bahwa tempat
yang paling jelek adalah pasar dan di anjurkan pula membaca doa ketika memasuki pasar, agar
terhindar dari kejelekan – kejelakan yang ada di pasar.
   Bagi sahabat semua yang ingin meraih kesuksesan, namun hanya memiliki modal yang
paspasan. Maka jadikanlah sifat jujur sebagai modal utama dan terbesar yang anda jadikan modal
dalam hidup anda, karena kejujuran adalah harta berharga yang tidak akan pernah habis.
Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang menjadi sesuatu
yang langka dan sangat tinggi harganya. Memang ketika kita merasa senang dan segalanya
berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit, namun pada saat sebuah
nilai kejujuran yang kita pegang bertolak belakang dengan perasaan, kita mulai tergoncang
apakah akan tetap berpegang teguh, atau membiarkan tergilas oleh suatu keadaan.
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dibandingkan
makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Manusia lebih sempurna dibandingkan dengan
binatang. Berbeda dengan binatang, manusia diberi oleh Allah berupa fitriyah, khawasiyah, dan
akliyah. Dengan menggunakan akliyah manusia dapat membedakan baik dan buruk sehingga
dapat memilikib ahlak yang terpuji dan ahlak yang tercela.
Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi ini maka manusia di
tuntut untuk beraklak terpuji karena dengan aklak terpuji maka manusia akan selamat di dunia
dan akhirat dan hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik
terhadap diri sendiri ,lingkungan keluarga dan masyarakat, dan salah satu akhlak terpuji yang
harus dimiliki setiap manusia adalah besikap jujur karena kejujuran itu membawa kebaikan.
sebagai mana sabda Nabi SAW:
:‫ال‬dd‫وآله وسلم ق‬  ‫عن أبى ذ ّرجندب بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذبن جبل رضي هللا تعالى عنهما عن رسول هللا صلى هللا عليه‬
ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
.‫ق َح َس ٍن‬ ٍ ِ‫ْث َما ُك ْنتَ َواَ ْتبِ ِع ال َّسيِئَةَ ْال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا َوخَ ال‬
َ َّ‫ق الن‬ ُ ‫ق هللاَ َحي‬
ِ َّ‫إِت‬
Artinya :”Berkata Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adz r.a., RAsulullah
saw. Bersabda: “Bertaqwalah pada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah keburukan itu
dengan kebaikan yang akan menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang
baik.” (H.R. Tirmidzi)

B . RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian kejujuran sebagai awal meraih suatu kebaikan ?
2.      Apa dasar atau hadist tentang kejujuran?
3.      Apa manfaat kejujuran dalam kehidupan?
4.     Apa saja hikmah yang bisa kita ambil dari kisah inspiratif dari kejujuran ?
5.     Alasan mengapa orang harus berperilaku jujur ?
6.     Alasan mengapa banyak orang masih berbohong ?

                             
C . TUJUAN PENULISAN

1.      Memahami pengertian kejujuran adalah pembawa keberkahan.


2.      Mengetahui dasar atau hadist tentang kejujuran.
3.      Mengetahui manfaat kejujuran.

D . MANFAAT PENULISAN

1.       Kita dapat memahami hakikat dan pengertian dari kejujuran


2.       Kita dapat memahami makna bahwa kejujuran adalah perhiasan yang sangat mulia
3.       Kita dapat mengetahui , memahami dasar – dasar perilaku jujur
4.       Kita dapat menerapakn perilaku jujur dalam kehidupan kita sehari – hari berdasarkan pembahasan yang telah kita
pelajari
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian dan hakikat kejujuran


Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur
mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini  maka
mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu
maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan yakni   masih saja banyak orang belum
jujur  jikadibandingkan dengan orang  yang telah jujur.  Berikut ini saya akan mencoba memberikan penjelasan
sebatas kemampuan  saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan
dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena
tersebut. Jika  orang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada
“perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah
membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk
urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menjadi orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan masing-masing pilihan
memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran dalam
segala aspek kehidupannya, maka ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya. Ketika 
seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan
diterima kesaksiannya di hadapan para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu
berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik oleh orang-orang di sekitarnya.

Hakekat Kejujuran
Seorang muslim adalah orang yang jujur, mencintai kebenaran dan senantiasa menetapi kebenaran,
lahir maupun batin, di dalam berkata dan berbuat, karena kebenararn itu menunjukkan kepada kebaikan dan
kebaikan itu menunjukkan kepada surga, sedangkan surga itu puncak citi-cita tertinggi seorang muslim dan
angan-anganya yang terjauh.Sedangkan kedustaan menunjukkan ke neraka,dan neraka itu seburuk-buruk
tempat yang ditakuti setiap muslim dan menjaga diri darinya.

Seorang muslim memandang kejujuran bukan sekedar akhlak yang utama saja yang wajib dilakukan
tanpa lainnya,akan tetapi ia memandangnya lebih jauh daripada itu, ia berpendapat bahwa kejujuran adalah
penyempurna imannya, penyempurna islamnya, sebab Allah k yang memerintahkan demikian, seraya memuji
hamba yang menyandang sifat ini.

Sebagaimana Rasulullah `menganjurkan dan mengajak kepadanya. Allah berfirman di dalam memerintahkan
kejujuran,

”Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah,dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar.”(At Taubah 119).
Dia memuji orang-orang yang bersifat jujur,”Orang-orang yang membuktikan janjinya kepada Allah.”(Al
Ahzab 23).”Orang laki-laki yang jujur dan perempuan yang jujur.”(Al ahzab 35),”Dan orang-orang yang
membawa kebenaran (muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”(Az
Zumar 33).

Rasulullah ` bersabda,

َ ‫ َوإِيَا ُك ْم َوال َك ِذ‬, ً ‫ص ِديْقا‬


‫ب‬ ِ ِ‫ق ويَتَ َحرَّى َحتَّى يُ ْكتَبُ ِع ْن َد هللا‬ ُ ‫ َو َما يَزَا ُل ال َر ُج ُل يَصْ ُد‬, ‫ َوإِ ََّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدي إِلَى ال َجنَّ ِة‬, ِّ‫ق يَ ْه ِدي إِلَى ْالبِر‬
َ ‫الص ْد‬ ِ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِالصِّ ْد‬
ِ ‫ق فَإِ َّن‬
ً ‫ب َحتَّى يُ ْكتَبُ ِع ْن َد هللاِ ك ََّذابا‬ ِ َّ‫ َوإِ َّن الفُجُوْ ِر َي ْه ِدي إِلَى الن‬, ‫ب يَ ْه ِدي إِلَى الفُجُوْ ِر‬
َ ‫ َو َما َيزَا ُل ال َر ُج ُل َي ْك ِذبُ َويَتَ َحرَّى ال َك ِذ‬,‫ار‬ َ ‫فَإِ َّن ال َك ِذ‬.

”Hendaklah kanu bersikap jujur,sebab sesungguhnya kejujuran itu menunjukan kepada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan kepada surga,tidak henti-hebtinya seseorang berlaku jujur dan
memilih kejujuran sampai dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.Hindarilah dusta karena dusta itu
sungguh menunjukkan kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa menunjukkan ke neraka.Dan seseorang
tidak henti-hentinya berdusta dan memilih dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.’(HR
Muslim)
HAKIKAT DAN TINGKATAN KEJUJURAN

Bisyr al Hafy berkata, “Barangsiapa bermuamalah dengan Allah secara jujur, maka orang-orang akan merasa
enggan padanya.

Ketahuilah bahwa istilah jujur bisa berlaku untuk beberapa makna,di antaranya ;

         Jujur dalam perkataan.Setiap orang harus menjaga perkataannya,tidak berkata kecuali yang benar dan secara
jujur.Jujur dalam perkataan merupakan jenis jujur yang paling terkenal dan jelas.Dia harus menghindari
perkataan yang dibuat-buat,karena hal itu termasuk jenis dusta,kecuali jika ada keperluan yang mendorongnya
berbuat begitu dan dalam kondisi tertentu yang bisa mendatangkan maslahat.Jika Nabi hendak pergi ke suatu
peperangan,maka beliau menciptakan move selain peperangan itu agar musuh tidak mendengar kabar sehingga
mereka bisa bersiap-siap .
         Jujur dalam niat dan kehendak.Hal ini dikembalikan kepada ikhlas.Jika amalannya ternodai bagian-bagian
nafsu,maka gugurlah kejujuran niatnya dan pelakunya bisa di kategorikan orang yang berdusta seperti yang
disebutkan dalam hadits tentang tiga orang,yaitu;orang berilmu,pembaca Al Quran dan mujahid.Pembaca Al
Quran berkata,’’Aku sudah membaca al quran sampai akhir ‘’.Dustanya terletak pada kehendak dan
niatnya,bukan pada bacaannya.begitu pula yang terjadi pada dua orang lainnya,
         Jujur dalam hasrat dan pemenuhan hasrat itu.Contoh yang pertama seperti berucap’’Jika Allah
menganugerahkan harta benda kepadaku,maka aku akan menshadaqahkan semuanya’’,Boleh jadi hasrat ini
jujur dan boleh jadi ada keraguan di dalamnya.Contoh yang kedua,seperti jujur dalam hasrat an berjanji di
dalam diri sendiri.Sampai disini tidak ada yang sulit dan berat.Hanya saja hal ini perlu dibuktikan jika benar-
benar terjadi,apakah hasrat itu benar ataukah justru dia dikuasai nafsu. Karena itu Allah berfirman,
‘’Di antara orann -orang mukmi itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah, maka diantara mereka ada yang gugur , dan diantara mereka ada (pula) yang menuggu-nunggu dan
mereka tidak sedikitpun tidak merubah (janjinya).”(Al Ahzab; 23).
‘’Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah,’’Sesungguhnya jika Allah memberikan
sebagian karuniaNya kepada kami,pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang
yang shalih’.Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karuniaNya mereka kikir dengan
karunia itu dan berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).Maka
Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah,karena
mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan (juga)karena
mereka selalu berdusta,’’(At Taubah;75-77).

         Jujur dalam amal perbuatan.Artinya harus menyelaraskan antara yang tersembunyi dan yang tampak, agar
amalan-amalannya yang zhahir tidak terlalu menampakkan kekusyu’an atau sejenisnya,dengan mengalahkan
apa yang ada didalam hatinya.Tapi untuk batin harus kebalikannya.Mutharif berkata,’’Jika apa yang
tersembunyi di dalam hati seseorang selaras daengan apa yang tampak,maka Allah berfirman ‘’Inilah
hambaKu yang sebenarnya.”
         Jujur dalam merealisasikan perintah agama. Ini merupakan derajat jujur yang paling tinggi, seperti jujur dalam
rasa takut, mengharap, zuhud, riddha, cinta, tawakal, dan lain-lainnya. Semua masalah ini memiliki prinsip-
prinsip yang menjadi dasar di gunakannya beerbagai istilah tersebut, yang juga mepunyai tujuan dan hakikat.
Orang yang jujur dan mencari hakikat, tentu akan mendapat hakikat itu.
” Bukanlah menghadapkan wajah kalian kearah timur dan barat itu suatu kebaikan, akan tetapi
sesungguhnya kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir, dan orang- orang yang meminta-minta, memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat, dan orag-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-ornag yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan
mereka itulah orang-orang yag bertaqwa.” (Al Baqarah: 177)
” Sesungguhya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak radu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar.” (Al H ujurat: 15).

B . DALIL TENTANG KEJUJURAN


Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan
sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫َب ِع ْن َد هَّللا‬
َ ‫ق َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫ص ْد‬ِّ ‫ق َويَت ََحرَّى ال‬ ُ ‫ق يَ ْه ِدى إِلَى ْالبِ ِّر َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدى إِلَى ْال َجنَّ ِة َو َما يَزَا ُل ال َّر ُج ُل يَصْ ُد‬ َ ‫ص ْد‬ِّ ‫ق فَإ ِ َّن ال‬ ِ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِالصِّ ْد‬
‫ب َحتَّى‬ َ ‫ار َو َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل يَ ْك ِذبُ َويَتَ َحرَّى ْال َك ِذ‬ ِ َّ‫ُور َوإِ َّن ْالفُجُو َر يَ ْه ِدى إِلَى الن‬ ِ ‫ب يَ ْه ِدى إِلَى ْالفُج‬ َ ‫ب فَإ ِ َّن ْال َك ِذ‬ َ ‫صدِّيقًا َوإِيَّا ُك ْم َو ْال َك ِذ‬
ِ
َّ َ ‫هَّللا‬
‫َب ِعن َد ِ كذابًا‬ ْ َ ‫يُكت‬ْ
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan
pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang
senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika
seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta.”[1]
Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam  bersabda,
ٌ‫ب ِريبَة‬ َ ‫ق طُ َمأْنِينَةٌ َوإِ َّن ْال َك ِذ‬ َ ‫ص ْد‬ِّ ‫ك فَإ ِ َّن ال‬َ ُ‫ك ِإلَى َما الَ يَ ِريب‬َ ُ‫َد ْع َما يَ ِريب‬
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya
kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”[2] 
Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya
kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa
kegelisahan dalam jiwa.
Hadits tentang kejujuran membawa kebaikan
‫ق بِ ٌّر َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدى ِإلَى ْال َجنَّ ِة َوإِ َّن ْال َع ْب َد لَيَت ََحرَّى‬
َ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم إِ َّن الصِّ ْد‬ َ َ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد ق‬
َّ
‫َب َكذابًا‬ ْ
َ ‫ب َحتى يُكت‬ َّ ْ َ ْ
َ ‫ار َوإِ َّن ال َع ْب َد ليَتَ َحرَّى ال َك ِذ‬ َّ َ ُ ْ ُ
ِ ‫ب فجُو ٌر َوإِ َّن الفجُو َر يَ ْه ِدى إِلى الن‬ ْ ً ِ ِ ‫َب ِع ْن َد هَّللا‬
َ ‫صدِّيقا َوإِ َّن ال َك ِذ‬ َ ‫ق َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫الصِّ ْد‬
)‫(متفق عليه‬
Artinya:
Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu
membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu
bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi  Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka.
Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”.
(Muttafaqun ‘Alaih)

َ ‫ ْد‬d‫الص‬
‫ق‬ ِّ ‫ رَّى‬d‫ق َويَت ََح‬ ُ ‫ ُد‬d‫ص‬ْ َ‫ ُل ي‬dُ‫الجنَّ ِة َو َما يَ َزا ُل ال َّرج‬
َ ‫ق يَ ْه ِدي إِل َى البِ ِّر َوإِ َّن الب َّر يَ ْه ِديْ ِإل َى‬ ِّ ‫ق فَإ ِ َّن ال‬
َ ‫ص ْد‬ ِّ ‫ َعلَ ْي ُك ْم بِال‬: ‫هللا عليه وسلم‬
ِ ‫ص ْد‬
ْ
ُ‫ ِذب‬d‫ ُل يَك‬d‫زَ ا ُل ال َّر ُج‬ddَ‫ا ي‬d‫ار َو َم‬َّ
ِ ‫لى الن‬ ُ َّ ُ
َ ِ‫ ِدي إ‬dْ‫وْ َر يَه‬dُ‫وْ ِر َوإِن الفج‬dd‫ ِدى إِل َى الف ُج‬d‫ب يَ ِه‬ َ َّ َ
َ ‫ ِذ‬d‫إِن الك‬d‫ب ف‬ َ ‫ص ِديْقا ً َوإِيَّاك ْم َوالك ِذ‬
َ ُ ِ ِ‫َب ِع ْن َد هللا‬ َ ‫ى يُ ْكت‬
َّ ‫َحت‬
. ‫ رواه مسلم‬ ً ‫َب ِع ْن َد هللاِ كذابا‬ َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫َويتَ َحرَّى ال َك ِذ‬

Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya
jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang
senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan
dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha
untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim) Shohih
Muslim hadits no : 6586

Alasan mengapa kita harus jujur


Sudah di tegaskan dalm Al Quran tentang kewajiban berkata jujur , maka kita harus menaati
pedoman tersebut .alasan mengapa kita harus jujur
  Anda tidak akan terperangkap dalam kebohongan jika anda berkata jujur
  Berkata jujur berarti tidak ada orang lain yang akan di salahkan gara gara perbuatan anda
  Membantu anda merasa lebih tenang di dalam hati
  Kebohongan adalah sebuah jebakan
  Kebenaran adalah argument yang paling kuat
Alasan banyak orang masih berbohong
Ada dua factor penyebab kebohongan yaitu:
1.faktor internal
  Menutupi kelemahan yang ada pada dirinya
  Ingin dianggap wah oleh orang lain
  Bertujuan menipu orang lain
2.faktor eksternal
  Pengaruh kebohongan
  Alas an bisnis
  Karena basa basi
  Karena profesi

KEJUJURAN MEMBAWA KEBAIKAN


‫ ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل‬: ‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه عن النبي صلعم قال‬
‫ليصدق حتى يكتب عند هللا صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند هللا‬
} ‫كذابا { متفق عليه‬

Artinya:
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu
membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang
membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai orang yang
benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan itu
membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi
Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)

            Sesuai dengan hakikat hidup bahwa setiap hal yang kita lakukan , maka akan
mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Maka dari itu , kita harus
senantiasa melakukan hal – hal positif agar dapat menuai hal yang positif pula. Sama halnya
dengan jujur , dengan kejujuran kita akan menuai keberkahan dari ALLAH SWT karena jujur
merupakan akhlak mahmudah yang harus dimiliki oleh setiap kaum muslim.
Jika ada yang menanyakan mengenai arti kejujuran yang hakiki. Maka jawaban atas semua itu
adalah kebaikan. Kejujuran memang pembuka pintu gerbang dari keberkahan. Kejujuran adalah
teman sejati kebaikan.

Karakter ini sangat sulit untuk dibangun, contohnya mendapatkan kepercayaan dari orang
terdekat, mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan kepercayaannya, tapi hanya
perlu waktu sekejap saja untuk menghancurkannya. Maka dari itu, kejujuran membutuhkan
sebuah kontinuitas juga konsistenitas. Tidak ada fluktuasi naik turun dan tidak mengenal tempat
maupun waktu. Kejujuran tidak mengenal kata "lupa".

Banyak kisah mengharukan menyentuh hati berkat seseorang yang berprilaku jujur. Akibat dari
kejujurannya selalu saja berdampak pada kebaikan. Contohnya kisah dibawah ini...

Balasan dari Sebuah Kejujuran ( kisah 1 )


August 28, 2013  
Di antara tanda-tanda kejujuran adalah takut kepada Allah dan zuhud dalam urusan dunia. Orang yang
jujur dalam urusan dunia. orang yang takut dalam keyakinannya akan takut memakan barang-barang
haram. Dia lebih memikul kemiskinan dan kesulitan demi mengharap surga. Jika dia berdosa, maka dia
tidak tidur hingga dia kembali kepada Tuhannya dan berlepas diri dari dosanya.
Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “Pada musim haji aku berada di Mekah. Aku melihat seorang laki-laki dari
Khurasan mengumumkan ‘Wahai para jamaah haji, wahai penduduk Mekah, di kota maupun di pedesaan,
aku kehilangan sebuah kantong berisi seribu dinar. Siapa yang mengembalikannya kepadaku, semoga
Allah membalasnya dengan kebaikan dan membebaskannya dari neraka, serta dia mendapat pahala
balasan pada hari kiamat.”
Berdirilah seorang laki-laki tua dari penduduk Mekah. Dia berkata, “Wahai orang Khurasan, negeri kami
ini tabiatnya keras, musim haji adalah waktu yang terbatas, hari-harinya terhitung, dan pintu-pintu usaha
tertutup. Mungkin hartamu itu ditemukan oleh seorang mukmin yang miskin atau orang lanjut usia dan
dia mendapatkan janjimu. Seandainya dia mengembalikannya padamu, apakah kamu bersedia
memberinya sedikit harta yang halal?”
Khurasani menjawab, “Berapa jumlah hadiah yang dia inginkan?”
Orang tua menjawab, “Sepuluh persen, seratus dinar.”
orang Khurasan itu tidak mau. Dia berkata, “Tidak, tetapi aku menyerahkan urusannya kepada Allah dan
akan aku adukan dia pada hari dimana kita semua meghadap kepada-Nya. Dialah yang mencukupi kita
dan sebaik-baik pelindung.”
Ibnu Jarir berkata, “Hatiku berkata bahwa orang tua itu adalah orang miskin. Dialah penemu kantong
dinar tersebut dan ingin memperoleh sedikit darinya. Aku menguntitnya sampai dia tiba di rumahnya.
Ternyata dugaanku benar, aku mendengarnya memanggil, ‘Wahai Lubabah’. Istrinya menjawab, ‘Baik
Abu Ghiyats’. Orang itu berkata lagi, “Baru saja aku berjumpa dengan pemiliki kantong yang
mengumumkan kehilangan kantong ini, tetapi dia tidak mau memberi penemunya sedikit pun. Aku telah
mengatakan kepadanya untuk memberi seratus dinar, tapi ia menolak dan menyerahkan urusannya kepada
Allah. Apa yang harus aku lakukan wahai Abu Lubabah? Haruskah dikembalikan? Aku takut kepada
Allah. Aku takut dosaku bertumpuk-tumpuk.”
Lubabah, istrinya menjawab, “Suamiku, kita telah menderita kemiskinan selama 50 tahun. Kamu
mempunyai empat anak perempuan, dua saudara perempuan, aku istrimu dan juga ibuku, lalu kamu yang
kesempbilan. Kita tidak mempunyai kambing, tidak ada padang gembala. Ambil semua uangnya.
Kenyangkan kami, karena kami semua lapar. Beli pakaian untuk kami. Kamu lebih mengerti tentang
keadaan kita. Dan semoga Allah membuatmu kaya sesudah itu. Maka kamu bisa mengembalikan uang itu
setelah kamu memberi makan keluargamu, atau Allah melunasi utangmu ini di hari kiamat.”
Pak tua itu berkata pada istrinya, “Apakah aku makan barang haram setelah aku menjalani hidup selama
86 tahun? Aku membakar perutku dengan neraka setelah sekian lama aku bersabar atas kemiskinanku dan
mengundang kemarahan Allah, padahal aku sudah di ambang pintu kubur. Demi Allah aku tidak akan
melakukannya.”
Ibnu Jarir berkata, “Aku pergi dengan terheran-heran terhadap bapak tua itu dan istrinya. Keesokan
harinya pada waktu yang sama dengan kemarin, aku mendengar pemiliki dinar mengumumkan, “Wahai
penduduk Mekah, wahai para jamaah haji, wahai tamu-tamu Allah dari desa maupun dari kota, siapa yang
menemukan sebuah kantong berisi seribu dinar, maka hendaknya dia mengembalikannya kepadaku dan
baginya balasan pahala dari Allah.”
Bapak tua itu berdiri dan berkata, “Hai orang Khurasan, kemarin aku telah mengatakan kepadamu, aku
telah memberimu saran. Di kota kami ini, demi Allah, tumbuh-tumbuhan dan ternaknya sedikit.
Bermurah hatilah sedikit kepada penemu kantong itu sehingga dia tidak melanggar syariat. Aku telah
mengatakan kepadamu untuk memberi orang yang menemukan kantong tersebut seratus dinar, tetapi kau
menolaknya. Jika uang tersebut ditemukan oleh seseorang yang takut kepada Allah, apakah sudi kau
memberinya sepuluh dinar saja, bukan seratus dinar? Agar bisa menjadi penutup dan pelindung baginya
dalam kebutuhannya sehari-hari.”
Orang Khurasan itu menjawab, “Tidak. Aku berharap pahala hartaku di sisi Allah dan mengadukannya
pada saat kita bertemu dengan-Nya. Dialah yang mencukupi kami dan Dialah sebaik-baik penolong.”
Orang tua itu menariknya sambil berkata, Kemarilah kamu. Ambillah dinarmu dan biarkan aku tidur di
malah hari. Aku tidak pernah tenang sejak menemukan harta itu.”
Ibnu Jarir berkata, “Orang tua itu pergi bersama pemiliki dinar. Aku membuntuti keduanya hingga orang
tua itu masuk rumahnya. Dia menggali tanah dan mengeluarkan dinar itu. Dia berkata, ‘Ambil uangmu.
Aku memohon kepada Allah agar memaafkanku dan memberiku rezeki dari karunia-Nya’.”
Orang Khurasan itu mengambil dinarnya, dan ketika dia hendak keluar, ia kembali bertanya, “Pak tua,
bapakku wafat -semoga Allah merahmatinya- dan meninggalkan untukku tiga ribu dinar. Dia
mewasiatkan kepadaku, ‘Ambil sepertiganya dan berikan kepada orang yang paling berhak menerimanya
menurutmu’. Maka aku menyimpannya di kantong ini sampai aku memberikannya kepada yang berhak.
Demi Allah, sejak aku berangkat dari Khurasan sampai di sini aku tidak melihat seseorang yang lebih
berhak untuk menerimanya kecuali dirimu. Ambillah! Semoga Allah memberkahimu. Semoga Allah
membalas kebaikan untukmu atas amanahmu dan membalas kesabaranmu atas kemiskinanmu.” Lalu dia
pergi dan meninggalkan dirinya.
Bapak tua itu menangis. Dia berdoa kepada Allah, “Semoga Allah memberi rahmat kepada pemiliki harta
di kuburnya. Dan semoga Allah memberi berkah kepada anaknya.”
Ibnu Jarir berkata, “Maka aku pun meninggalkan tempat itu dengan berjalan di belakang orang Khurasan
itu, tetapi Abu Ghiyats menyusulku dan meminta kembali. Dia berkata kepadaku, ‘Duduklah, aku
melihatmu mengikutiku sejak hari pertama. Kamu mengetahui berita ini kemarin dan hari ini. Dari
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar dan
Ali radhiallahu ‘anhuma, “Apabila Allah memberi kalian berdua hadiah tanpa meminta dan tanpa
mengharapkan, maka terimalah dan jangan menolaknya. Karena jika demikian, maka kalian berdua telah
menolaknya kepada Allah”. Dan ini adalah hadiah dari Allah bagi siapa saja yang hadir.”
Abu Ghiyats lalu memanggil, “Wahai Lubabah, wahai Fulanah, wahai Fulanah.” Dia memanggil putri-
putrinya, dua saudara perempuannya, istrinya dan mertuanya. Dia duduk dan memintaku untuk duduk.
Kami semua bersepuluh. Dia membuka kantong dan berkata, “Beberkan pengakuan kalian.” Maka aku
membeberkan pengakuanku. Adapun mereka, karena tidak memiliki pakaian, maka mereka tidak bisa
membentangkan pengakuan mereka. Mereka menadahkan tangan mereka. Pak tua itu mulai menghitung
dinar demi dinar, sampai pada dinar kesepuluh dia memberikannya kepadaku sambil berkata, “Kamu
dapat dinar.” Isi kantongnya yang seribu dinar itu pun habis dan aku diberinya seratus dinar.
Ibnu Jarir berkata, “Kebahagian mereka atas karunia Allah lebih membahagiakan diriku daripada
mendapatkan 100 dinar ini. Manakala aku hendak pergia, dia berkata kepadaku, “Anak muda, kamu
penuh berkah. Aku tidak pernah melihat uang ini dan juga tidak pernah memimpikannya. Aku berpesan
kepadamu bahwa harta itu halal, maka jagalah dengan baik. Ketahuilah, sebelum ini aku shalat subuh
dengan baju usang ini. Kemudia aku melepasnya sehingga anakku satu per satu bisa memakainya untuk
shalat. Lalu aku pergi bekerja antara zuhur dan asar. Pada petang hari aku pulang dengan membawa
rezeki yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku, kurma dan beberapa potong roti. Kemudian
aku melepas pakaian usang ini untuk digunakan shalat zuhur dan asar oleh putri-putriku. Begitu pula
shalat maghrib dan isya. Kami tidak pernah membayangkan melihat dinar-dinar ini. Semoga harta ini
bermanfaat, dan semoga apa yang aku dan kamu ambil juga bermanfaat. Semoga Allah merahmati
pemiliknya di kuburnya, melipatgandakan pahala bagi anaknya, dan berterima kasih kepadanya.”
Ibnu Jarir berkata, “Aku berpamitan dengannya. Aku telah mengantongi seratus dinar. Aku
menggunakannya untuk biaya mencari ilmu selama dua tahun. Aku memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
Aku membeli kertas, bepergian dan membayar ongkosnya dengan uang itu. Enam belas tahun kemudian
aku kembali ke Mekah. Aku bertanya tentang bapak tua itu dan ternyata dia telah wafat beberapa bulan
setelah peristiwa itu. Begitu pula istrinya, mertuanya, dan dua saudara perempuanya, semuanya telah
wafat kecuali putri-putrinya. Aku bertanya tentang mereka. Ternyata mereka telah menikah dengan para
gubernur dan raja. Hal itu karena berita kebaikan orang tuanya yang menyebar di seantero negeri. Aku
singgah di rumah suami-suami mereka dan mereka menyambutku dengan baik, memuliakanku, hingga
Allah mewafatkan mereka. Semoga Allah memberkahi mereka dengan apa yang mereka dapat.”
Firman Allah Ta’ala, “Demikianlah diberi pengajaran kepada orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan keperluannya.”
Lihatlah bagaimana rezeki yang didapatkan Abu Ghiyats, rezeki yang Allah tetapkan tidak berkurang
karena kejujuran dan tidak pula bertambah dengan kebohongan atau dusta demikian pula jatah rezeki
tersebut tidak bertambah dengan Korupsi.

MUTIARA HIKMAH
Jika jujur merupakan sikap mulia dan dusta suatu sikap yang hina-dina, betapa pentingnya kita memahami
bahwa kejujuran adalah timbangan allah untuk mengukur nilai keadilan. Adapun dusta adalah timbangan setan
yang mengajak kepada kedhaliman.

Para alim ulama dan ahli zuhud serta ahli hikmah sangat anti terhadap kedustaan karena mengurangi harga diri
dan merendahkan jati diri. Oleh sebab itu Ibnu Samak berkata,”Saya tidak mengira bila diriku bisa disewa
untuk kedustaan karena saya meninggalkannya dengan penuh ketidak sukaan kepadanya.”

Sebagian yang lain berkata,”Tidak mungkin seorang yang berakal berdusta sebab hal itu merusak muru’ah,
apalagi melakukan dosa dan maksiat.”

Imam Sya’bi berkata:”Tetaplah kalian berada diatas kejujuran meskipun terlihat merugikan maka ketahuilah
suatu ketika berguana bagimu. Dan hati-hatilah dari berdusta meskipun terlihat menguntungkan ketahuilah
suatu saat akan merugikan kamu.”

Sebagian orang jujur berkata:”Kejujuran bukti ketakwaan,keindahan dalam bicara dan kesempurnan perkara
agama dan dunia.”

Dalam kata-kata mutiara berbunyi:”Segala sesuatu memiliki hiasan dan hiasan pembicaraan adalah kejujuran.”

Ahli hikmah berkata:”Barang siapa yang jujur tutur katanya maka akan selalu benar hujjah-hujjahnya.”

Dari Muhalab bin Abu Shafrah bekata:”Tidak ada pedang di tangan ksatria yang lebih hebat dari pada
kejujuran.”

Sebagian ahli adap berkata:”Sebaik-baik perkataan adalah orang yang bearkata jujur dan orang yang
mearndengar mengambil manfaat.”

Sebagian mereka berkata, ”Mati membawa kejujuran lebih baik daripada hidup bersama kedusaan.”

Di antara kata-kata mutiara adalah ucapan sebagian ahli balaghah, ”Bila dilukiskan maka kejujuran adalah
laksana singa yang meraung dan kedustaan adalah serigala yang menguak. Kamu berada di kandang singa
yang gagah maka itu lebih baik daripada kamu berada dikandang serigala.”
Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang senantiasa berbuat jujur, baik dalam
perkataan dan perbuatan kita. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurrah kepada Nabi Muhammad
beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang tsiqah dala mengikuti manhaj beliau sampai hari kiamat.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari pembahasan  diatas , maka dapat kita simpulkan bahawa islam merupakan agama paling sempurna dan
sebagai penyempurna ajaran – ajaran tauhid sebelum Rasulullah SAW. Dalam islam , kita selalu daiajarkan
dan menjadikan suatu keharusan untuk senantiasa berbuat baik kepada diri sendiri mauaoun orang lain . salah
satunya adalah perilaku jujur. Setiap umat islam harus mempunyai perilaku jujur dalam segala hal. Karena
telah dijelaskan dalam firman ALLAH SWT maupun sunnah  bahwa terdapat keberkahan dalam setiap
kejujuran . karena dalam jujur kita dilatih untuk berperilaku terbuak , baik dan mamu mengikhlaskan hal yang
terkadang begitu berharg a bagi kita . dengan sifat dan sikap yang jujur pula maka akan dibukakan oleh Allah
SWT pintu – pintu rahmat dan keberkahan  .
            Maka dari itu , kita sebagai umat islam harus senantiasa berperilaku jujur dan fastabihul khairat.
B.      Saran
         Hindari sikap dusta  karena itu merupakan awal dari kehancuran umat manusia
         Mari kita jujur dalam segala hal dan keadaan ,jangan sampai terprofokasi”yang jujur ga makan “
itu tidak benar
         Akuilah dan jujur bahwa Allah adalah Tuhan kita .kita adalah hambanya maka marilah kita
beribadah dengan sepenuh jiwa ,ikhlas hanya karena mengharap ridho-Nya
 Mulailah bersikap jujur dari sekarang.
 Selalu bersikap jujurlah walau itu pahit. Karena dengan tidak jujur, masalah tidak akan
selesai. Justru akan menambah masalah pada kita.
 Ingatlah bahwa Allah selalu tahu, walaupun itu tak tampak.
DAFTAR PUSTAKA

(1)   Jalius HR. http://jalius12.wordpress.com/2010/03/28/pengertian-jujur/


(2)   Abatasa. http://dahlan.abatasa.com/post/detail/2236/makna-sebuah-kejujuran
(3)   Masbro. http://www.acacicu.com/2011/08/jujur-adalah-tidak-berbohong.html
(4)   Abatasa. http://dahlan.abatasa.com//indonesiajujur-kumpulan-motivasi.html
(5)   Tafsir Ibnu Katsir 4/160
(6)   Qur’an surat : At-Taubah: 119
(7)   http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/09/13/membiasakan-dan-menanamkan-sifat-
kejujuran/
(8)   HR. Al-Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607
(9)   HR. Al-Bukhari no. 33 dan Muslim no. 107
(10) HR. Abu Dawud no. 4991, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t
(11)  http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2171366-manfaat-utama-berlaku-jujur-
dalam/#ixzz1by7Z9liZ
(12) Tahzhib Madarijus salikin hal. 399.

Anda mungkin juga menyukai