Anda di halaman 1dari 12

HADITS

TINGKAH LAKU TERPUJI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits yang diampu oleh
Bapak H. Ahmad Munadirin, M.Pd.I

Oleh :
Muhammad In’amul Muttaqin
NIM : 2213079

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL
Tahun Akademik 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Dengan segala
rahmat, petunjuk serta karunia-Nya. Akhirnya, makalah matkul Hadits ini dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini menjelaskan tentang Tingkah Laku Terpuji. Makalah ini dikerjakan
dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah Al-Qur’an dan tentunya untuk menambah
wawasan kita,tentang Munasabah Al-Quran itu sendiri.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah referensi baru bagi seluruh
pembaca.”Tiada gading yang tak retak” begitu pula dengan makalah ini, makalah yang
masih jauh dari kesempurnaan. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
mohon maaf. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
guna menyempurnakan tugas makalah untuk selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendal, 11 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB 1....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B.Tujuan Pembahasan...................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
D. Tujuan Penulian........................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
1.Pengertian Jujur..........................................................................................................................2
2. Pentingnya kejujuran.................................................................................................................2
3.Kejujuran membawa kebajikan...................................................................................................4
4.Orang yang jujur mendapat pertolongan Allah...........................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................7
PENUTUP........................................................................................................................................7
1. Kesimpulan............................................................................................................................7
2. Saran......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................0

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak keterangan yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam
perkataan maka akan menjadi karakternya dan barang siapa sengaja berdusta atau berusaha untuk
dusta maka dusta menjadi karakternya.Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan
berlanjut sifat- sifat baik dan buruk.

Banyak hadits yang menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung- ujungnya akan
akan membawa orang yang jujur ke Jannah serta menunjukkan akan besarnya keburukan dusta
dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri orang yang
jujur adalah senantias berbuat kebajikan. Diantara kekemanisa yang didapat oleh seorang yang
jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah S.W.T.

Lantas sperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satutingkah laku
terpuji?.berikut penjelasan mengenaikejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasarpada
hadits Rosulullah S.A.W.

B.Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pentingnya kejujuran

2. Mengetahui bahwa sanya kejujuran itu membawa kebajukan

3. Menyadari bahwa kejujuran menebabkan seseorang mendapatkan pertolongan Allah S.W.T

C. Rumusan Masalah
1. Pengertian Jujur

2. Pentingnya kejujuran

3. Kejujuran membawa kebajikan

4. Orang yang jujur mendapat pertolongan Allah

D. Tujuan Penulian
1.Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah Hadits

2. Untuk menjelaskan tingkah laku terpuji yang dianjurkan dan di Ridhoi Allah S.W.T

iv
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Jujur
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan
memahami makna kata jujur ini maka mereka dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak
tahu sama sekali dan ada juga yang hanya tahu maknanya secara samar samar. Indikator kearah itu
sangat mudah ditemukan yakni masih saja banyak orang belum jujur jika dibandingkan orang yang
telah jujur . Berikut ini saya akan mencoba memberikan penjelasan sebatas kemampuan saya tentang
makna dari kata jujur ini.

Kata Jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada
seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh gambaran
tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Jika orang itu menyampaikan informasi tentang gambaran
tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang
seperti itulah yang disebut dengan jujur.

Kejujuran merupakan suatu fondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya
iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal kecil saja ia sudah terlatih
untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.

Menjadi orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan masing-masing
pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih menjalani hidupnya dengan penuh
kejujuran dari segala aspek kehidupannya, maka ia akan memiliki citra yang baik dimata orang orang
yang mengenalnya. Ketika seseorang selalu berkata jujurdan berbuat benar, maka akan diterima
ucapannya dihadapan orang orang dan diterima kesaksiannya dihadapan para hakim serta disenangi
pembicaraannya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak
akan memiliki pandangan yang baik oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

2. Pentingnya kejujuran

َ‫ َوِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ َخان‬، َ‫ َوِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَف‬، ‫ب‬


َ ‫َّث َك َذ‬
َ ‫ث ِإ َذا َحد‬ ِ ِ‫ قَا َل آيَةُ ا ْل ُمنَاف‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫عَنْ َأبِى ُه َر ْي َرةَ ع َِن النَّبِ ِّى‬
ٌ َ‫ق ثَال‬

Artinya
“Dari Abu Hurairah R.A ; bahwa sanya rasulullah S.A.W bersabda : Tanda orang yang
munafiq itu ada 3: Apabila ia berbicara maka ia berdusta, apabila dia berjanji dia tidak menepatinya,
apabila dia dipercaya dia berhianat (mutafaq’alyh)”

Penjelasa Hadits

v
Hadits ini menerangkan perilaku penting yang mendaptkan jaminan surga dari Rasulullah bagi
mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiaban lainnya
yang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku tersebut ialah :

a) Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar


Berdebat atau berbantah-bantah adalah sutu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang
lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela
ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahannya karena
kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dari berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia
berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.

Sebenarnya, tidak semua jenis perdebatan dilarang dalam islam apalagi berdebat dalam
mempertahankan aqidah. Hanya saja perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutema kalau
perdebatannya dilandasi keegoannya masing-masing, bukan di dasarkan pada keinginan untuk mencai
kebenaran.

Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau dikalahkan oleh orang lain
ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe seperti itu, biasanya selalu berusaha
untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalau dilayani, yang terjadi bukan lagi adu mulut
melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap
salah satu perbuatan sesat.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah, kecuali kaum mendatangkan
perdebatan “ (H.R At-Tirmidzi, dari Abu Ummah)
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam perdebatan, Nabi
menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang
dalam perdebatannya tersebut. Dengan berperilaku seperti ini, bukan berarti kalah dalam perdebatan
tersebut, melainkan menang disisi Allah dan mendapatkan pahala yang besar, sebagaimana Nabi
bersabda : dijaminkannya surga baginya.

b) Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau

Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta
dilararang dalam islam. Karena merugikan orang lain juga merugikan diri sendiri. Sebaliknya, islam
sangat menghargai orang yang bersifat jujur walaupundalam bercanda. Orang- orang yang selalu jujur,

vi
sekalipun dalam bercanda sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas dijaminkan oleh Rasulullah
SAW satu tempat ditengah surga.

c) Orang yang baik budi pekertinya

Sifat lainnya yang meningkatkat derajat disisi Allah SWT,dan juga dalam pandangan manusia
adalah Akhlaq Terpuji. Sifat orang yangg berakhlaq mulia, diantaranya bermuka manis, berusaha
membantu orang laindalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang
memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga sebagai mana dinyatakan dalam hadits diatas, juga
dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia lain.

Dalam Hadits diatas, yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shohih itu yang telah
ditulis dan diterangkan didalam makalah ini bahwa sanya ada 3 perilaku pergauan di masyarakat yaitu

1. Meninggalkan perdebatan meskipun ia benar


2. Tidak berdusta meskipun bergurau
3. Dan baik budi pekertinya

Bahwasanya didalam hadits tersebut dilarang untuk berdebat dengan dilandasi keegoan , berdebat
yang benar ialah didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.

Dalam hadits ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena dudta
itu perbuatan tercela walau tujuan bergurau itu mengundang tawa orang. Alasan apapun bergurau
dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam. Dalam hadist ini juga mengajarkan pada
manusia ntuk memiliki sifat budi pekerti yang baik. Karena orang yang baik budi pekertinya akan
ditingkatkan derajatnya disisi Allah SWT dan juga dijanjikan surga serta dianggap sebagai orang yang
paling baik diantara sesama manusia yang lain.

3.Kejujuran membawa kebajikan

Artinya :

Abdullah bi Mas’ud RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya


benar(jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kesurga, dan seseorang itu
berlaku benar sehingga mencatat disisi Allah seorang siddia ( yang sangat jujur benar). Dan dusta
menuntun ke kelancangan, dan lancang (curang) itu menuntun kedalam neraka. Dan seseorang itu
berdusta sehingga tercatat disisi Allah sebagai pendusta (Bukhori dan Muslim)

Penjelasan hadits

vii
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha jujur dalam perkataan maka
akan menjadi karakternya dan barang siapa sengaja berdusta dan berusha untuk dusta maka dusta
menjadi karakternya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh.akan berlanjut sifat-sifat baik dan
buruk.
Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran diman ujung-ujungnya akan
membawa orang yang jujur ke jannah serta akan menunjukkan besarnya keburukan dusta diaman
ujung-ujungnya membawa orang yang dusta keneraka.
Sebagai mana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada
orang yang jujur, baik didunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukkan kedalam surga dan
mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq artinya orang yang sangat jujur dan benar, bahkan
dalam Alqur’an dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa.
sebagaimana firman Allah SWT :
“Orang-orang yang datang menyampikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah
orang-orang yang taqwa” (QS.Az Zumar : 33)
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berhianat
kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan
melaksanakan segala perintah Allah, dan menjahui segala larangannya, serta mengikuti segala sunnah
Rasulullah SAW, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat
syahadat.
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT. Dalam
sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui yang meminta nasehat kepada Rasulullah SAW,
Beliau hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan Rasulullah terus mengiang- ngiang ditelinga sang
badui sehingga setiap kali dia akan melakukan perbuatan yang tercela, dia berfikir bahwa Rasulullah
pasti akan menanyakannya dan dia harus jujur, diapun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang
tersebut.
Analisi hadits diatas sesuai dengan kacamata pendidik serta kaitannya dengan aspek segala
bentuk kehidupan
Pada prinsipnya hadits diatas memberikan makna bahwa :

 Setiap perbuatan akan mendapat imbalan sesuai perbuatan yang dilakukannya


 Siddiq sebagai cerminan kebaikan
Jika seseorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi
juga orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatannya itu selain
merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang mempercayainya.
Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan
cepat hancur.
Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk surga, dan
ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya kepada perbuatan
curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia diatat sebagai pendusta.

Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang, karena kejujuran seseorang itu sangat diperlukan
oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti dia bertaqwa kepada Allah, karena
selalu mengungkapkan kebanaran.Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa

viii
takut ketika mengucaapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat roqib atid
akan mencatat amal baik dan buruknya.

4.Orang yang jujur mendapat pertolongan Allah

a. Terjemahan hadits

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “siapa yang mengambil harta
manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya
untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan masuk merusaknya (merugikannya) maka
Allah akan merusak orang itu”.(HR. Al Bukhori, Ibnu Majjah dan yang lainnya)
b. Penjelasan Hadits
Dalam kehidupan masysrakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada
orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah
SWT akan menolong mereka, sebab meka menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat
untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan mrnggunakan uang yang dipinjamnya
untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk
menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal karena akan menghentikan usahanya, yang sangat
penting untuk membiayai keluarganya.

Dalam hadits diatas mengajarkan kita untuk bekata jujur karena orang yang jujur akan mendapat
pertolongan Allah SWT. Hadits ini juga mengajarkan kita bagaiman cara pinjam meminjam
(menggunakan harta orang lain) dengan baik, karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu amanat
yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.

Faedah yang bisa diambil dari hadits diatas :

1) Kejujuran termasuk akhlaq terpuji dan juga dianjurkan dalam islam


2) Diantara petunjuk islam hendaknya perkataan seseorang sesuai dengan isi hatinya
3) Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat
4) Seorang mu’min yang bersifat jujur dicintai disisi Allah dan disisi manusia
5) Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan didunia dan akhirat
6) Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan
kewajiaban
7) Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang dalam islam
8) Wajib menasehati orang yang berbuat dusts

ix
9) Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah bagi mereka yang
memilikinya. Tentu saja , ke tiga perilaku ini harus diiringi dengan berbagai kewajiban laiinya
yang ditentukan islam. Ke tiga perilaku tersebut ialah :

a. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar

Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk


menjadikan orang lain memahami suatu pendapat ataupun mengurangi kewibawaan lawan
debat dengan mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis
perasalahan, karna kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah
keegoannya sediri sehinnga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.

Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam islam apalagi dalam
berdebat mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan sering kali membuat orang lupa diri
terutama kalau perdebatannya oleh keegoan masing- masing, bukan didasarkan pada
keinginan untuk mencari kebenaran.

b. Orang yang tidak berdusta medkipun bergurau


Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Dusta sangat dilarang dalam islam, karena selain merugikan orang lain juga merugikan diri
sendiri.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walaupun dalam bercanda.
Orang -orang yang selalu jujursekalipun dalam bercanda sebagaimana disebutkan dalam
hadits diatas dijaminkan oleh Rasulullah SAW satu tempat ditengah surga.
c. Orang yang baik budi pekertinya

lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah SWT. Dan juga dalam
pandangan manusia adalah akhlaq terpuji. Sifat orang yang berakhlaq mulia, diantaranya
adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta
menjaga diri dari berbuat jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga
sebagaimana dijanjikan dalam hadits di atas, juga dianggap sebagai orang yang paling baik
diantara sesama manusia lainnya. Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena

x
kejujuran seseorang itu sangat diperlukan orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur
berarti ia telah bertaqwa kepada Allah SWT, karena ia selalu mengungkapkan kebenaran.
Orang yang benar-benar sudah memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap akan
mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat roqib atid akan
mencatat kebaikan dan buruknya.

2. Saran

Dari pembahasan yang telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah
kita mempelajari pelajaran mengenai akhlaq terpuji ini, agar bisa kita jadikan rujukan dalm
melakukan pergaulan dalam kehidupan, baik berhubungan dengan Allah atau bergaul sesama
manusia, kemudian kami selaku pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini
agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam
makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama-sama aktif dalam mencari buku-buku dan sumber
lainnya yang membahas masalah akhlaq terpuji ini secara mendalam, sehinnga lebih
memantapakan pengetahuan kita mengenai pembahasa akhlaq terpuji tersebut.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah Mz. Ba, dkk, 1993, sahih bukhori, Surabaya, Bintang Timir

Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al- Ghazali, ihya’ ulumuddin,
Semarang,Thaha Putr, t.t.
Racmat Syafe’, I, Prof. Dr. H.,_2000, Al hadits, Bandung: Pustaka Setia

Syafe’i, 2000, Al hadits aqidah,akhlaq,social dan hukum. Bandung: Pustaka Setia

Khalil Al-Musyawa, 2011, terapi akhlaq, Jakarta ZAYTUNA PT Ufuq publising house

Abdul Qadir Ahmad Atha,1999, Adabun Nabi, Jakarta, Pustaka Azzam

xii

Anda mungkin juga menyukai