Oleh :
Muhammad In’amul Muttaqin
NIM : 2213079
Semester 2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, serta Inayah-
NYA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab .
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Kesimpulan................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
1. Pengertian metodologi pembelajaran bahasa Arab..............................................................2
2. Sejarah perkembangan pembelajaran bahasa Arab.............................................................2
3) Perkembangan metode pembelajaran bahasa Arab.............................................................4
4) Tujuan metodogi pembelajaran bahasa Arab.......................................................................6
5) Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab..........................................................................8
1. Prinsip Prioritas.....................................................................................................................8
2. Prinsip korektisitas ...................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
Walaupun dianggap sebagai bahasa asing oleh bangsa Indonesia, bahasa Arab tidak
asing di telinga mereka, terutama umat Islam. Sayangnya, sebagian mereka masih
beranggapan bahwa bahasa Arab hanyalah bahasa agama sehingga perkembangannya
terbatas di lingkungan kaum muslimin yang memperdalam ilmu-ilmu agama. Hanya
lingkungan kecil saja yang menyadari betapa bahasa Arab merupakan bahasa multidimensi
yang digunakan oleh para cendikiawan dalam memproduksi karya-karya besar diberbagai
bidang disiplin ilmu seperti sejarah, filsafat, matematika, fisika, sastra, dan lain-lain. Kalau
saja umat Islam dan umat lainnya mau melihat sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan di abad
pertengahan memuncak, tentu akan mengetahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa pertama
kali menjaga dan mengembangkan sains dan teknologi. Karena itu tidaklah berlebihan jika
dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan peletak dasar pertumbuhan ilmu pengetahuan
modern yang berkembang pesat dewasa ini.
Sebagai upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran, sekaligus meningkatkan
kualitas pembelajaran yang telah dan sedang dilaksanakan, perlunya metode pembelajaran
bahasa Arab sebagai upaya mencari cara yang tepat dalam mengajarkan bahasa Arab agar
para pelajar menguasai bahasa Arab secara umum yang dijabarkan kedalam empat
keterampilan berbahasa.
Berbagai metode pembelajaran bahasa Arab dam inovasinya akan menjadi
tantangan tersendiri bagi setiap guru Bahasa Arab. Tidak hanya aspek konsep yang harus
dikuasai tetapi juga aspek praktek yang langsung bersentuhan dengan materi dan pelajar.
Aplikasi akan semakin efektif jika penggunaan disertai dengan penggunaan teknologi media.
Tentu saja penggunaan teknologi juga menuntut setiap guru Bahasa Arab untuk
memahaminya dengan baik, apalagi sekarang adalah zaman teknologi canggih yang telah
menyentuh berbagai ranah kehidupan, termasuk pembelajaran Bahasa Arab. Jika alur
perkembangan teknologi bisa diikuti dengan baik, maka dapat dipastikan kualitas
pembelajaran bahasa Arab tidak ketinggalan.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian metodologi pembelajaran bahasa Arab
2) Sejarah perkembangan pembelajaran bahasa Arab
3) Perkembangan metode pembelajaran bahasa Arab
4) Tujuan metodogi pembelajaran bahasa Arab
5) Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Arab
C. Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
iv
1. Pengertian metodologi pembelajaran bahasa Arab
Secara etimologi istilah metodologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata
Metodos yang berarti cara atau jalan, dan Logos artinya ilmu. Sedangkan secara
semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara
atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan
efisien. (Ahmad Izzan, 2009:72)
Dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan pengertian dari metodologi
pengajaran bahasa Arab ialah sistem atau cara yang digunakan oleh pengajar ketika
mengajar agar pelajaran atau materi yang disampaikan mudah diterima dan dipahami
oleh peserta didik.
v
Bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan
memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa
tersebut. hal ini berdasarkan fakta-fakta sebagai berikut :
1. Adanya kesamaan waktu antara penyebaran dan dominasi bahasa latin di
Eropa dengan penyebaran dan dominasi bahasa Arab di wilayah kekhalifaan
Islam, yaitu sekitar abad 1- 9 H atau 7- 15 M.
2. Adanya kesamaan tujuan belajar mengajar bahasa yaitu untuk mengkaji teks-
teks sastra dan keagamaan.
3. Adanya hubungan yang intens antara Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu
pengetahuan Yunani kuno, melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab
kemudian dari Arab ke latin
Perjalanan sejarah masa lalu membuktikan betapa besar peranan bahasa Arab dalam
menyelamatkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, yang menurut bangsa Eropa
berbahaya bagi agama mereka. Sehingga setelah mereka memasuki zaman
kebangkitan (renaissance) ilmu pengetahuan dan filsafat yunani itu diambil alih
kembali dari umat Islam. Dan sampai sekarang dapat kita saksikan keunggulan mereka
di berbagai aspek kehidupan. Termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. (Abdul
Mu’in, 2004: 37)
Kemajuan yang terjadi di Eropa menggiring dunia Arab dan Islam untuk
berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan yang pada awalnya berasal dari kemajuan
peradaban mereka sendiri. Disinilah teori dialektika Hegel terjadi. Peradaban barat
maju karena kemajuan peradaban Islam dan Arab kemudian dipengaruhi oleh
kemajuan peradaban barat. Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun
1798 M, dunia Arab dan Islam mulai terbuka kembali untuk melihat dan meneladani
berbagai kemajuan yang terjadi di Eropa. (Walfajri.fajristainjusi.blogspot.com/
perkembangan-pengajaran-bahasa-Arab.html)
vi
waktu itu, Syiria dan Libanon merupakan salah satu pusat pengembangan bahasa
Arab. Banyak buku mengenai ilmu bahasa termasuk kamus-kamus yang ditulis dan
diterbitkan di kedua negeri itu. Diantara mereka yang giat dalam pengembangan
bahasa Arab itu banyak yang Beragama Nasrani, seperti Louis Ma’luf yang kamusnya,
Al Munjid, terkenal hingga hari ini. Tidak diragukan lagi bahwa hubungan Arab
dengan Amerika yang dimulai oleh para missionaries ini, berpengaruh terhadap
perkembangan metodologi pengajaran bahasa Arab. Hubungan ini terus berlanjut,
lebih terbuka dan lebih intens pada masa-masa sesudahnya.
Pada fase ini bidang pengajaran bahasa diperkenalkan dengan unsur baru yang
lain, yaitu ilmu fonetik deskriptif. Biarpun masalah ini sudah dipelajari sejak
pertengahan abad ke-19 oleh Brucke, Ellis, Bell, Sweet, Sievers, Klinghardt, Passy
dan lain-lain. Namun Vietor lah yang menjalinkannya kedalam metode mengajar
bahasa. Dengan menggunakan bahasa lisan sebagai titik tolak, Vietor dan para
pengikutnya mengembangkan suatu metode yang intisarinya sebagai berikut :
vii
bacaan murid akan mengenal negara asing dan kebudayaannya. Negara
asing yang dimaksud disini ialah negara yang bahasanya dipelajari si
murid;
5. Pengetahuan tatabahasa diperoleh secara induktif dengan mempelajari teks.
(Muljanto Sumardi, 1974:. 21)
Fase kedua, antara tahun 1920-1940. Pada fase ini di Amerika dan Canada
dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasilkan aplikasi metode-
metode yang bersifat kompromi (al thariqah al-ittifaqiyyah/ compromise method) dan
metode membaca (al-thariqah al-qira’ah/ reading method).
Pada fase ketiga ini ada tiga periode yang dapat diamati, yaitu :
1. Periode 1940-1950, adalah periode lahirnya metode efisien dan praktis dari
dunia ketentaraan. Metode ini terkenal dengan sebutan American Army
Method (al-thariqah al-jundiyyah al amrikiyyah), yakni metode yang lahir
dari markas tentara Amerika untuk kepentingan ekspansi perang.
2. Periode 1950-1960 adalah periode munculnya metode audiolingual (al-
thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah) di Amerika dan audiovisual (al-
thariqah al-bashariyyah) di Inggris dan Prancis, sebagai akibat langsung
dari sukses army method.
3. Periode 1960-1970, adalah periode munculnya keraguan dan kaji ulang
terhadap hakikat belajar bahasa. Periode ini merupakan awal runtuhnya
metode audiolingual, dan populernya analisis kontrastif, yang berupaya
membantu mencari landasan teori dalam dalam pembelajaran bahasa.
Fase keempat, antara tahun 1970-1980. Fase ini dipandang sebagai titik balik
dan merupakan periode yang paling inovatif dalam studi pemerolehan bahasa kedua
dan asing. Hasilnya adalah pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang dikenal
dengan pendekatan komunikatif (al-madkhal al-ittishali/communicative approach)
dalam belajar bahasa.
viii
mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan adalah studi pemerolehan bahasa seperti
yang telah dihasilkan pada dasawarsa tujuh puluhan.
ix
Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang
berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai
alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam
pengajarannya adalah metode langsung (thariqah al–mubasyarah). Munculnya metode
ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu
harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa
Menurut Conny R. Semiawan tujuan dan fungsi dari pengajaran bahasa Arab
ialah membentuk pengertian yang berarti mengajarkan perkataan-perkataan baru
dengan artinya sekaligus kepada anak-anak. Oleh karena itu, pada saat anak belajar
membaca permulaan, jangan mulai menghapal huruf tetapi mulai dari pola kalimat
sederhana. Biasakan anak mendengar, membaca, dan menuliskan arti (Conny R.
Semiawan, 1984 : 10).
Menurut Najieb Taufiq tujuan dan fungsi dari pengajaran bahasa Arab ialah
mangajar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dengan
sesamanya dan lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan pengajaran
bahasa adalah untuk menguasasi ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa Arab, seperti
muthala’ah, muhadatsah, insya’, nahwu dan sharaf, sehingga memperoleh kemahiran
berbahasa yang meliputi empat aspek kemahiran, yaitu:
x
produktif, menghasilkan atau menyampaikan informasi kepada orang lain (penyimak)
di dalam bentuk bunyi bahasa .
1. untuk dapat memahami al-Quran dan hadist sebagai sumber hukum ajaran
Islam
2. untuk dapat memahami buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis
dalam bahasa Arab
3. untuk dapat berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab
4. untuk dapat digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (supplementary)
5. untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi
pengajaran bahasa Arab ialah mengajar peserta didik agar mampu berkomunikasi
dengan bahasa Arab secara lisan maupun tulisan dengan baik dan dapat memahami
isi Al Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum di dalam Islam.
Ada lima prinsip dasar dalam pengajaran bahasa Arab asing, yaitu prinsip prioritas
dalam proses penyajian, prinsip koreksitas dan umpan balik, prinsip bertahap, prinsip
penghayatan, serta korelasi dan isi;
1. Prinsip Prioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam
penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan
bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata.
Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari
sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
a) Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis.
Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik
adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami
pada manusia2, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan
bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal
itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih
xi
dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya
seperti membaca dan menulis.
b) Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa Dalam mengajarkan
struktur kalimat,
sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat/nahwu, baru
kemudian masalah struktur kata/sharaf. Dalam mengajarkan
kalimat/jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks/bacaan
yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih
kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung
kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang
hendaknya di penggal – penggal).
2. Prinsip korektisitas
Maksud dari
prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa
menyalahkan pada peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan pembetulan
dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut: Pertama,
korektisitas dalam pengajaran (fonetik). Kedua, korektisitas dalam pengajaran
(sintaksis). Ketiga, korektisitas dalam pengajaran (semiotic)
xii
c. Korektisitas dalam pengajaran semiotik Dalam bahasa Indonesia pada
umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah
dimasukan dalam satu kalimat. Tetapi, dalam bahasa Arab, hampir semua
kata mempunyai arti lebih dari satu, yang lebih dikenal dengan istilah
mustarak (satu kata banyak arti) dan mutaradif (berbeda kata sama arti).
Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar
terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat
dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan
petunjuk.
3. Prinsip Berjenjang
Jika dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, yaitu:
pertama, pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang
detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan
antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan
selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang
selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
a. Jenjang Pengajaran mufrodat Pengajaran kosa kata hendaknya
mempertimbangkan dari aspek penggunaannya bagi peserta didik, yaitu
diawali dengan memberikan materi kosa kata yang banyak digunakan
dalam keseharian dan berupa kata dasar. Selanjutnya memberikan
materi kata sambung. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat
menyusun kalimat sempurna sehingga terus bertambah dan
berkembang kemampuannya.
b. Jenjang Pengajaran qowaid (Morfem) Dalam pengajaran qowaid, baik
qowaid nahwu maupun qowaid sharaf juga harus mempertimbangkan
kegunaannya dalam percakapan/ keseharian. Dalam pengajaran qawaid
nahwu misalnya, harus diawali dengan materi tentang kalimat
sempurna (jumlah mufiidah), namun rincian materi penyajian harus
dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
c. Tahapan pengajaran makna Dalam mengajarkan makna
kalimat atau kata-kata, seorang guru bahasa Arab hendaknya
memulainya dengan memilih kata-kata/kalimat yang paling banyak
digunakan/ditemui dalam keseharian meraka. Selanjutnya makna
kalimat lugas sebelum makna kalimat yang mengandung arti idiomatik.
xiii
Dilihat dari teknik materi pengajaran bahasa Arab, tahapan-tahapannya
dapat dibedakan sebagai berikut: pertama, pelatihan melalui
pendengaran sebelum melalui penglihatan. Kedua, pelatihan
lisan/pelafalan sebelum membaca. Ketiga, penugasan kolektif sebelum
individu.
2. Kalimat-kalimat Dasar
Pelajar disini lebih di tekankan pada hafalan dari kalimat-kalimat percakapan dasar
dengan secermat mungkin. Sehingga palajar sudah terbiasa mengucapakan bahasa arab dalam
kesehariannya di kelas.
Mengajarkan struktur system bunyi untuk di gunakan dengan cara demontrasi, tiruan,
bantuan, kontras, dan drill. Jika pelajar selalu dilatih untuk mendengarkan lafadz bahasa arab,
maka mereka akan lebih mudah memahami serta menirukan apa yang telah mereka dengar.
5. Control Vokabulari
6. Pengajaran Problema-Problema
xiv
Unit-unit dan Pola-pola yang menunjukan perbedaan struktur antara bahasa dengan
bahasa yang kedua. Makin banyak problema dalam bahasa kedua, maka makin banyak pula
waktu yang akan di gunakan untuk melatih pelajar.
Mengajarkan bacaan dan tulisan sebagai usaha penyajian grafis unit-unit dan pola-pola
bahasa yang telah diketahui pelajar. Prinsip ini merupakan kelanjutan dari prinsip yang
pertama, sehingga apa yang sudah bisa dilafadzkan oleh pelajar, maka mereka juga bisa
merekamnya dalam bentuk tulisan yang benar.
8. Pola-Pola Bertahap
Bahasa hendaknya diajarkan terlebih dahulu, sesudah itu terjemahan boleh diajarkan
seebagai keterampilan tersendiri, jika hal itu diinginkan.
xv
Meperbanyak waktu belajar untuk mempraktekan bahasa. Dalam sebuah petuah
bahwa sia-sia saja belajar bahasa jika dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari secara
continue.
Pelaksanaan yang terganggu tidak bisa dibenarkan sebagai tujuan hasil praktek.
Pengalaman dan bimbingan sebagai langkah sementara menuju pengalaman penuh. Gaya
dalam proses belajar juga merupakan aspek pendukung dalam belajar seseorang.
16. Isi
Mengajarka arti isi bahasa kedua itu secara asli. Ba merupakan indeks yang lebih
sempurna akan suatu kebudayaan.
Mengajarkan bahasa untuk menghasilkan belajar bukan hanya untuk menggembirakan atau
untuk menghibur.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
xvi
Dalam proses pembelajaran... Kita memerlukan ilmu atau cara agar kita dapat
menyampaikan pelajaran dengan baik sehingga dapat tersampaikan dan dipahami
oleh murid .
Dalam bahasa arab itu sendiri terdapat beberapa keterampilan diperlukan dlm
proses belajar mengajar yaituDalam proses pembelajaran... Kita memerlukan ilmu
atau cara agar kita dapat menyampaikan pelajaran dengan baik sehingga dapat
tersampaikan dan dipahami oleh murid .
Dalam bahasa arab itu sendiri terdapat beberapa keterampilan diperlukan dlm
proses belajar mengajar yaitu :
1. Keterampilan mendengar
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
Proses perkembangan metode pembelajaran sudah berkembang sejak zaman
dahulu... Siring berjalannya waktu manusia mempunyai cara sendiri utk
mengembangkan keterampilan2 tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
xvii