Disusun Oleh :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
A....Latar Belakang.......................................................................... 1
B.... Rumusan Masalah..................................................................... 1
C.... Tujuan Masalah......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2
A.... Pengertian Sam’iyyah Syafahiyyah.......................................... 2
B.... Proses Pelaksanaan Metode Sam’iyyah Syafahiyyah............... 3
C.... Kelebihan serta Kekurangan Metode Sam’iyyah Syafahiyyah 5
BAB III PENUTUP....................................................................................... 7
A....Kesimpulan............................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah pembelajaran bahasa Arab bisa dikatakan berhasil
apabila ada indikasi yang ditimbulkan dari pembelajaran tersebut, sedangkan
untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran tersebut, harus memiliki
metode-metode yang efektif yang bisa diterapkan, seperti halnya
metode qowaid wa tarjamah, thariqah basyariyah, thariqah Qir’ah dan lain-
lain. Adapun metode-metode pembelajaran bahasa tersebut sangat banyak
sekali salah satunya adalah metode Sam’iyyah Syafahiyah yaitu sebuah metode
yang menerapkan tentang pendekatan pendengaran dan berbicara. Dimana
metode ini pernah dipraktekkan oleh tentara Amerika dalam perang Dunia ke II
untuk mempelajari bahasa negara yang dijajah negara tersebut. Dan terbukti
bahwa metode ini sangat efektif dalam pembelajaran bahasa khususnya
mengenai maharoh istima’ dan kalam. Maka dari itu perlu adanya pemahaman
yang lebih mendalam untuk mengetahui makna serta praktek dari
metode Sam’iyyah Syafahiyah tersebut dalam pembelajaran bahaasa arab serta
bagaimana cara pengaplikasiannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode Sam’iyyah Syafahiyah?
2. Bagaimana proses pelaksanaan metode Sam’iyyah Syafahiyah?
3. Apa kelebihan serta kekurangan metode Sam’iyyah Syafahiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari metodologi Sam’iyyah Syafahiyah dalam
pembelajaran bahasa Arab
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan metode Sam’iyyah Syafahiyah dalam
pembelajaran bahasa Arab
3. Untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan metode Sam’iyyah
Syafahiyah dalam pembelajaran bahasa Arab
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Sam’iyyah Syafahiyah
Sebelumnya akan kami jelaskan terlebih dahulu apa itu metode? Secara
bahasa Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh yaitu berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui1.
Sedangkan secara istilah adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki2. Menurut Acep
Hermawan metode adalah tingkat perencanaan progam yang bersifat menyeluruh
yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran
secara prosedural, tidak saling bertentangan, dan tidak bertentangan dengan
pendekatan3.
1http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-metode-
menurut.html di akses pada jumat, 16, April 2021 pukul 09:00 WIB
2 Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
Keempat, Cet.I, (Jakarta: PT Gramedi Pustaka Utama, 2008).
3 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, cet.II, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), hal. 168
4 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah), hal.
179
5 Ibid, hal. 200
2
1. Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat
simbol-simbol suara yang dikenal oleh anggota masyarakat untuk
mengadakan komunikasi diantara mereka. Maka tujuan pokok
pembelajaran bahasa adalah memberi bekal kemampuan bagi selain
penutur arab agar mampu berkomunikasi aktif dengan penutur arab dengan
berbagai keterampilan dan dalam berbagai situasi.
2. Guru dalam mengajarkan keterampilan bahasa mengikuti urutan asli
pemerolehan bahasa pertama yaitu dari keterampilan mendengar dahulu
baru kemudian menirukan pembicaraan dan mengucapkan kata-kata,
membaca dan terakhir mmenulisnya. Jadi urutan empat keterampilan
bahasa menurut metode ini adalah dimulai dari istima’, kalam, qiro’ah,
kitabah.
3. Metode ini didasarkan pada pandangan ahli Antropologi kebudayaan.
Bahwasanya budaya bukanlah sekedar bentuk seni atau sastra akan tetapi
budaya merupakan gaya hidup yang melingkupi kehidupan suatu
kelompok yang berbicara dengan bahasa mereka. Oleh sebab itu metode
ini lebih banyak mengajarkan tentang percakapan yang berlangsung
seputar kebiasaan hidup yang melingkupi manusia, seperti tentang makan,
menyampaikan ucapan selamat, bepergian, pernikahan dan berbagai
macam bentuk kebudayaan. 6
6 Bisri Musthofa dan M. Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajarn Bahasa Arab,
Cet. II, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012), hal. 47-48
3
e. Kemungkinan-kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam
memberikan respon harus dihindarkan, sebab penguatan positif
dianggap lebih efektif dari pada penguatan negatif, atau biasa disebut
dengan prinsip “penghindaran kesalahan (error prevention/tajannub al-
khata’).
2. Langkah-langkah spesifik/khusus
a. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang
akan di sajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi,
atau yang lainnya.
b. Penyajian dialog/bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang
kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teksnya.
c. Peniruan dan penghapalan dialog/bacaan pendek dengan teknik meniru
setiap kalimat secara serentak dan menghapalkannya. Di dalam
pengajaran bahasa, teknik ini dikenal dengan teknik “peniruan-
penghapalan”
d. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog/bacaan yang
dianggap sulit karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan sulit.
Hal ini bisa dikembangkan dengan drill dengan teknik ini dilatih
struktur dan kosa kata.
Contohnya sebagai berikut:
Drill yang mengganti satu unsur
Guru : S1
أنا تلميذ
Pelajar : R1
أنا تلميذ
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru): S2
Pelajar:R2
نحن تلميذ
Dan seterusnya.
Drill tanya jawab
Guru : S1
يكتب أحمد الدرس في الفصل
4
Guru: S2 ماذا يعمل
أحمد؟
Pelajar: R1 يكتب
الدرس
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru): S3
صحيح, ...وأين يكتب أحمد؟
Pelajar : R2
في الفصل.
Dan seterusnya.
Drill menyatukan kalimat
Guru : S1
"()لن... " "هو مريض,"إبراهيم ل يذهب إلى المدرسة
Pelajar : R1
إبراهيم ل يذهب إلى المدرسة لنه مريض
Guru : S2
"()لكن..." إبراهيم يقرأ الكتاب في بيته,"إبراهيم مريض
Pelajar : S2
إبراهيم مريض, لكنه يقرأ الكتاب في بيته
Dan lain-lain.
e. Dramatisasi dari dialog/bacaan yang sudah dilatihkan di atas pelajar
yang sudah hapal disuruh mempergunakannya (memperagakan) di
muka kelas;
f. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola
kalimat yang sudah dilatihkan;
g. Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk
dikerjakan dirumah. Dalam hal ini pelajar disuruh belatih kembali
dengan menggunakan pola-pola yag sudah dipelajarinya di sekolah.7
5
Sebagaimana metode langsung, metode audiolingual memiliki
kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan karakteristik metode ini, kita bisa
melihat beberapa aspek kelebihan dan kekurangannya:
Aspek kelebihannya antara lain:
1. Para pelajar menjadi terampil dalam mebuat pola-pola kalimat yang sudah
di-drill.
2. Para pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar.
3. Para pelajar tidak tinggal diam dalam dialog tetapi harus terus menerus
memberi respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru.8
Aspek kelemahannya antara lain:
1. Para pelajar cenderung untuk memberi respon secara serentak (atau secara
individual) seperti “membeo”, dan sering tidak mengetahui makna yang
diucapkannya. Respon ini terlalu mekanistis.
2. Para pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat
yang dilatih berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya
menguasai satu makna atau arti dari suatu kalimat, dan komunikasi hanya
dapat lancar apabila kalimat-kalimat yang digunakan diambil dari kalimat-
kalimat yang sudah dilatihkan di kelas, bahkan pengajaran struktur kalimat
lebih menekankan aspek reseptif.
3. Sebetulnya para pelajar tidak berperan aktif tetapi hanya memberikan
respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru. Jadi gurulah yang
menentukan semua latihan dan materi pelajaran di kelas. Dialah yang
mengetahui jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan di kelas.
Dengan kata lain penguasaan kegiatan dalam kelas dapat disebut “dikuasai
sepenuhnya oleh guru”;
4. Metode ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal para pelajar
tidak/ belum mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak
dianggap sebagai hal yang meresahkan. Selanjutnya dengan menyimak apa
yang dikatakan oleh guru, memberi respon yang benar, dan melakukan
semua tugas tanpa salah, pelajar sudah dianggap belajar bahasa tujuan
dengan benar. Jika dianalisa pendirian ini kurang dapat diterima, sebab
meniru tanpa mengetahui makna adalah suatu aktivitas yang mubadzir.
Kecuali itu, hapalan pola-pola kalimat dengan ucapan yang baik dan benar
belum berarti bahwa para pelajar dengan “sendirinya” akan mampu
berkomunikasi dengan wajar. Oleh sebab itu diperlukan bimbingan yang
intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.9
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya pengertian dari metode Sam’iyyah Syafahiah itu sendiri
adalah langkah atau cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan meteri
pelajaran bahasa kepada peserta didik dengan dengan cara memaksimalkan
pendengaran dan mulut. Yang lebih menitik beratkan pada praktek-praktek
langsung bahasa arab itu sendiri.
Metode ini juga memiliki kelebihan yaitu siswa lebih terampil dalam
penggunaan bahasa arab, mempunyai lafal yang baik dan benar dan tidak tinggal
diam dalam dialog tetapi terus menerus memberi respon pada rangsangan yang
diberikan oleh guru. Selain itu metode ini juga memiliki kekurangan yang tidak
sedikit seperti, siswa cenderung untuk memberi respon secara serentak, tidak
diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih berdasarkan
konteks, siswa tidak berperan aktif tetapi hanya memberikan respon pada
rangsangan yang diberikan oleh guru, metode ini berpendirian bahwa jika pada
tahap-tahap awal para pelajar tidak/ belum mengerti makna dari kalimat-kalimat
yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan.
7
DAFTAR PUSTAKA