Anda di halaman 1dari 4

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN MATERI BINGLUH

Nama : Gufron Aziz

Jabatan : Pai Non Pns

Kelompok Binaan : Majelis Taklim

………………………………………………………………

Tujuan Umum : Dapat Mengetahui Sifat dan Abab Hati

Tujuan Khusus : 1. Menilai Diri Apakah Sifat Tersebut Ada Dalam Diri Kita
2. Dapat Merealisasikan ADab Tersebut Dalam Kehidupan Sehari-hari

Judul Materi : ADAB-ADAB HATI

1. Jujur
2. Adil
Butur-Butur Bahasan : 3. Komit
4. Amanat
5. Tawadhu’
6. Pemaaf
Sumber Rujukan : Buku yang Berjudul Membentuk Karakter Muslim (Anis Matta)

Judul : ADAB-ADAB HATI


Jujur
Jujur
Seorang Muslim harus jujur, tidak suka berdusta. Berani mengatakan yang benar, meskipun mengandung resiko bagi dirinya,
tanpa takut celaan orang. Dusta merupakan salah satu sifat buruk dan tercela serta merupakan pintu gerbang menuju godaan-
godaan syetan. Menjaga diri dari dosa dusta, akan menciptakan imunitas dalam jiwa yang melindungi dari bisikan dan godaan
syetan, sehingga ia tetap di dalam kebersihan, kesucian dan ketinggiannya.
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan (ta’at) dan kebaikan itu membawa ke sorga. Dan
seseorang membiasakan dirinya berkata benar hingga tercatat di sisi Allah siddiq. Dan dusta membawa
kepada dosa sedang dosa membawa ke neraka. Dan seseorang suka berdusta hingga tercatat di sisi Allah
sebagai pendusta.” (HR. Bukhari, Muslim)
Manusia yang selalu melatih diri untuk kebaikan, akhirnya kebaikan itu menjadi tabi’at kebiasaannya. Dan apabila telah menjadi
demikian, maka mudahlah ia melakukannya.
“Tinggalkan apa yang kau ragu-ragukan dan kerjakan apa yang tidak kau ragu-ragukan. Sesungguhnya
kebenaran membawa ketenangan dan dusta itu menimbulkan keragu-raguan.” (HR. Tirmidzi.)
Perintah kepada orang-orang beriman agar berteman dengan orang-orang yang jujur :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar.” (QS. At Taubah 9:119)
Tidak Dusta
“Tanda orang munafiq itu tiga. Jika berkata-kata dusta, dan jika berjanji menyalahi dan jika dipercaya khianat.”
(HR. Bukhari, Muslim)
Dan sesungguhnya orang-orang munafik akan dilemparkan ke dalam kerak api neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka dan kamu
sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An Nisa 4:145)
Bersabda Rasulullah saw.: Siapa yang mengambil hak seorang muslim dengan sumpah palsunya, maka Allah
telah mewajibkan baginya neraka, dan mengharamkan dari sorga. Seorang bertanya: Walaupun barang sedikit
ya Rasulullah? Jawab Nabi: Walau sekecil batang kayu arok (sikat untuk gosok gigi)
Mengambil hak orang lain itu sudah berdosa, maka kalau pengambilan itu disertai dengan sumpah palsu, yang berarti orang itu
merasa seolah-olah barang yang diambil itu telah menjadi halal baginya, karena telah menang perkara dengan sumpah palsunya,
maka Allah akan menetapkan baginya neraka dan mengharamkannya dari sorga.
1.A. ADIL
Adil
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu (untuk) menyam-paikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguh-nya Allah Memberi Pengajaran yang sebaik-baiknya kepada-mu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisa’ 4:58)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berbuat yang tidak adi. Beraku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah 5:8)
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia
dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak Memikulkan Beban kepada
seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku
adil kendatipun dia adalah kerabat(mu), dan penuhilah Janji Allah. Yang demikian itu Diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat.” (QS. Al An’am 6:152)
Adil yang dikenal oleh individu muslim dan masyarakat Islam adalah keadilan hakiki yang penuh ketulusan, tidak berat sebelah
meskipun terhadap musuh yang sangat dibenci. Harus ditegakkan keadilan yang tidak pandang bulu, sekalipun menghadapi sanak
saudara/keluarga atau orang-orang yang disegani.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh dalam hal bertindah adil :


Ketika datang Usamah bin Zaid mengusulkan agar diberikan keringanan hukuman bagi seorang perempuan
dari Bani Mahzum yang mencuri, padahal Rasulullah SAW bermaksud untuk memotong tangannya. Rasulullah
bersabda kepada Usamah: “Apakah Anda bermaksud hendak meringankan (membebaskan) hukuman
terhadap seorang yang telah menjadi ketentuan Allah, Hai Usamah? Demi Allah, seandainya Fatimah binti
Muhammad mencuri, pasti akan kupotong tangannya.” (HR. Bukhari, Muslim)
Dalam sejarah Islam pernah terjadi kasus hilangnya baju besi Ali bin Abi Thalib r.a. yang ketika itu menjabat sebagai khalifah.
Seorang Yahudi dicurigai sebagai pencurinya. Ali bin Abi Thalib dan Yahudi itu dihadapkan ke muka pengadilan. Di depan
pengadilan yang dipimpin oelh Syuraih, khalifah Ali tidak dapat memberikan kesaksian atau bukti yang jelas tentang keterlibatan si
pencuri, walau sebenarnya barang bukti curian (baju besi) itu dilihat dari ciri-cirinya jelas milik khalifah. Tetapi karena bukti tidak
kuat, maka hakim tidak dapat menghukum si Yahudi, malah dalam pengadilan itu khalifah kalah dan si tertuduh bebas. Melihat
betapa adilnya hukum Islam si Yahudi yang memang telah mencuri baju besi itu tergetar hatinya. Akhirnya dia mengakui bahwa
dialah pencurinya, baju besi itu dikembalikannya kepada Ali, dia sendiri masuk Islam.
Karena itulah, seorang muslim dituntut untuk selalu berbuat adil baik dalam ucapan maupun dalam tindakan. Sikap adil merupakan
akar yang kuat di dalam masyarakat dan melambangkan kesucian akidah.

1.B. KOMIT
Komit
“… dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’ 17:34)
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-
sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai Saksi-mu (terhadap
sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An Nahl 16:91)
“Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengata-kan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh
besar murka Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaaf 61:3-4)
Balasan terhadap yang melanggar janji :
“Bahwasannya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada
Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia
melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri; dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah
akan Memberinya Pahala yang besar.” (QS. Al-Fath 48:10)
Jauhi Nifaq
Berkata Rasulullah saw. bersabda: Empat sifat, siapa yang lengkap ada pada dirinya maka ia munafiq betul-
betul. Dan siapa yang mempunyai salah satu daripadanya; maka berarti mempunyai salah satu sifat munafiq
hingga ditinggal-kannya. Jika dipercaya khianat. Bila bicara dusta. Jika berjanji ia menyalahi dan bila berdebat
(bertengkar) melam-paui batas. (HR. Bukhari, Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan : sekalipun orang itu berpuasa, shalat dan mengaku bahwa dirinya seorang muslim!
1.C. AMANAT
Amanat
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan (mengembalikan) amanat kepada yang berhak (ahlinya).”
(QS. An-Nisa’ 4:58)
Jangan Khianat
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang diperca-yakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(QS. Al-Anfal 8:27)
“… Sesungguhnya Allah tidak Menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfal 8:58)
“Tanda orang munafiq itu tiga. Jika berkata-kata dusta, dan jika berjanji menyalahi dan jika dipercaya khianat.”
(HR. Bukhari, Muslim)
1.D. TAWADHU’
Tawadhu’
Terutama dikalangan saudara-saudaranya sesama Muslim. Jangan hen-daknya ia membeda-bedakan antara yang kaya dengan
yang miskin. Rasu-lullah saw. sendiri pernah berlindung kepada Allah dari sifat sombong.
“Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan kaum
yang kasih kepada Allah, dan dikasihi oleh Allah, merendah diri kepada sesama kaum mu’min; keras hati
terhadap orang kafir.” (Al-Maidah:54)
“Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami Berikan
kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu) dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. An Nahl 16:88)
“Negeri akhirat itu, Kami Jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al
Qashash 28:83)
Bersabda Rasulullah saw. :Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya: Bertawadhu’ (merendah
dirilah) hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya
terhadap lainnya.” (HR. Muslim)
“Tiada berkurang harta karena sedekah dan Allah tiada menambah pada seorang yang mema’afkan melainkan
kemuliaan. Dan tiada seorang yang bertawadhu’ (merendah diri) karena Allah, melainkan dimuliakan oleh
Allah. (HR. Muslim)
Anas r.a. berkata: Biasa unta Nabi saw. yang bernama Al’adhba tidak pernah dapat dikejar, tiba-tiba pada
suatu hari ada seorang badwi berkendaraan unta yang masih muda dan dapat mengejar unta Al’adhba itu,
hingga kaum muslimin merasa jengkel, lalu Rasulullah saw. bersabda: Layak sekali bagi Allah, tiada sesuatu di
dunia ini yang akan menyombongkan diri melainkan direndahkan oleh-Nya. (HR. Bukhari)
Jangan Sombong
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak Menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (HR. Luqman 31:18)
Bersabda Nabi saw.: Tiada masuk ke sorga, siapa yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah (atom yang kecil)
dari sombong. Maka seorang berkata: Adakalanya seorang itu suka berpakaian bagus. Sabda Nabi saw.:
Sesungguhnya Allah indah dan suka keindahan. Sombong itu ialah menolah hak kebenaran dan merendahkan
orang. (HR. Muslim)
Haritsah bin Wahab r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sukakah saya beritahukan
kepadamu orang-orang ahli neraka? Ialah tiap-tiap orang yang kejam, rakus dan sombong. (HR. Bukhari,
Muslim)
“Ketika seorang berjalan dengan pakaian yang indah, bersisir rambut dengan sombong dan congkak jalannya.
Tiba-tiba Allah membinasakannya, hingga ia timbul tenggelam di tanah sampai hari qiamat (ialah Qorun di
zaman Musa a.s.) (HR. Bukhari, Muslim)
Kisah Qarun dan kekayaannya yang harus menjadi pelajaran bagi manusia:
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah
Menganuge-rahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kunci-nya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu
bangga; sesungguhnya Allah tidak Menyukai orang-orang yang terlalu membangga-kan diri.” Dan carilah pada
apa yang telah Dianugerahkan Allah kepa-damu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat
Baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak Menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. Qarun berkata, “Sesungguh-nya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu
yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasannya Allah sungguh telah Membinasakan umat-
umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpul-kan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada
kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga
kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguh-nya ia benar-benar
mempunyai keberuntungan yang besar.” Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan yang
besarlah bagimu, Pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak
diperoleh Pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami Benamkan Qarun beserta rumahnya ke
dalam bumi. Maka tidak aa baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap Azab Allah, dan tiadalah
ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al Qashash 28: 76-81)
Balasan bagi orang yang sombong :
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-
tekanan sakratulmaut, sedang pada malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah
nyawamu.” Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap Ayat-ayat-Nya.” (QS. Al An’am 6:93)
“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka
Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Baqarah 2:206)
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-
kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta
masuk ke lubang jarum. DemikianlahKami Memberi Pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.”
(QS. Al-A’raf 7:40)
Tidak akan dibukakan pintu langit maksudnya doa dan amal mereka tidak diterima Allah.
1.E. PEMAAF
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-
orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf 7:199)
“Dan bersegeralah kamu kepada Ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah Menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran 3:133-134)
Bersabar dan memberi maaf lebih baik daripada mengambil pembalasan : (pahala bagi orang yang memberi maaf)
“Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada
Sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka
bertawakal, dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji dan apabila
mereka marah mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan-nya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari Rezeki yang Kami Berikan kepada mereka. Dan (bagi) orang-orang yang apabila
mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak Menyukai orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya, orang-orang yang membela
diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang
berbuat zaalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab
yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesung-guhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy Syura 42:36-43)
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa
mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kamu kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang
yang berhijrah pada Jalan Allah dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
ingin bahwa Allah Mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nur
24:22)
“Tiada berkurang harta karena sedekah dan Allah tiada menambah pada seorang yang mema’afkan melainkan
kemuliaan. Dan tiada seorang yang bertawadhu’ (merendah diri) karena Allah, melainkan dimuliakan oleh
Allah. (HR. Muslim)
“Bukan seorang yang kuat itu, yang kuat bergulat. Tetapi orang yang sungguh kuat, yaitu yang dapat menahan
hawa nafsu ketika marah.” (HR. Bukhari, Muslim)

Anda mungkin juga menyukai