Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat menyebabkan tersebar luasnya informasi

ke seluruh dunia dengan cepat yang menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak negatif
tersebut seperti banyaknya tersebarnya berita hoax yang ada di masyarakat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia hoax berarti berita bohong. Hoax berasal dari kata “hocus pocus” yang berasal
dari bahasa Latin “hoc est corpus”, artinya ini adalah tubuh. Kata ini digunakan oleh para
penyihir untuk mengklaim tentang sesuatu yang belum jelas kebenarannya tetapi oleh mereka
dianggap benar. Kata hoax dalam bahasa Inggris berarti kebohongan, tipuan, berita yang palsu,
dan suatu kabar burung atau kabar yang kebenarannya tidak jelas. Dalam bahasa Arab hoax
ٌ ‫)بُه‬, dan iftiraun (‫ )إِ ْفتِ َرا ٌء‬yang
diartikan dengan beberapa makna yakni kadzibun ( ٌ‫) َك ِذب‬, buhtun (‫ْت‬
berarti berita bohong, kata ini terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diartikan bahwa hoax merupakan suatu pemberitaan
palsu dalam rangka untuk menipu atau mempengaruhi pembaca atau pendengar untuk
mempercayai sesuatu yang kebenarannya belum diketahui secara pasti. Maraknya penyebaran
berita hoax di masa sekarang, bukanlah menjadi fenomena yang baru. Sejak masyarakat mulai
memahami bahwa media online memiliki kekuatan untuk memengaruhi pemikiran publik, berita
hoax menjadi salah satu alat yang efektif untuk meraih perhatian publik. Berita hoax mudah
meluas di masyarakat dikarenakan informasi yang disebarkan umumnya bersifat mengagumkan,
sensasional, dan membuat penerimanya merasa perlu untuk menyebarkan kembali informasi
tersebut tanpa terlebih dahulu melakukan konfirmasi atas kebenarannya. Salah satu faktor yang
paling sering terjadi adalah karena informasi tersebut merupakan terusan dari orang terdekat atau
orang yang dapat dipercaya, sehingga dengan demikian para penerima berasumsi bahwa kabar
tersebut adalah benar adanya.
Di Indonesia untuk setiap orang dilarang membuat dan menyebarkan berita hoax sesuai
dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-
Undang ITE (UU ITE) yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik” dan dapat diancam pidana berdasarkan Pasal 45A ayat (1) Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2016, yang berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Penyebaran hoax yang beredar di masyarakat bukan hanya sebagai salah satu perbuatan
kriminal yang dilarang oleh aturan pemerintah, namun agama Islam juga memandangnya sebagai
suatu perbuatan yang dibenci oleh Allah Swt. Adapun hadis yang menjelaskan terkait berita hoax
diantaranya sebagai berikut :

)‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ِ َ ‫َن النَّيِب َّ صلى اهلل عليه وسلم قَ َال " َك َفى بِالْمر ِء إِمْثًا أَ ْن حُيَد‬
َّ ‫ أ‬،‫َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة‬
َ " ‫ِّث ب ُك ِّل َما مَس َع‬ َْ

Dari Abu Huraiah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: telah Bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasalam: “Cukup seseorang telah berbohong dengan menceritakan setiap apa yang didengar."
(HR. Muslim)
Ibnu Jauzy menafsirkan hadis tersebut dengan dua penafsiran yakni yang pertama maksudnya
adalah orang yang mengetahui apabila berita tersebut merupakan berita bohong atau hoax namun
ia tidak menjelaskannya, maka ia termasuk orang yang berbohong. Yang kedua seseorang
dikatakan berbohong karena setiap perkataan yang diucapkan sudah tidak dapat dipercaya lagi
karena tidak jelas sumber kebenarannya. Jadi dalam hadis tersebut menjelaskan mengenai orang
yang menyebarkan hoax tanpa mencari kebenaran atau mengkroscek ulang, maka orang tersebut
termasuk dalam golongan pendusta.
-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ول اللَّ ِه‬ ِ ُ ‫ َي ُق‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ول اللَّ ِه‬ ِ ٍ ِ ِ
ُ ‫ قَ َال مَس ْع‬.» ‫ول ىِف « َز َع ُموا‬
َ ‫ت َر ُس‬ َ ‫قَ َال أَبُو َعْبد اللَّه ألَىِب َم ْس ُعود َما مَس ْع‬
َ ‫ت َر ُس‬
)‫الر ُج ِل َز َع ُموا » (رواه ابو داود‬ َّ ُ‫س َم ِطيَّة‬ ِ ُ ‫ي ُق‬
َ ‫ول « بْئ‬ َ

Abu Abdillah yaitu Hudzaifah bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “Apa yang pernah kau dengar
dari Rasulullah tentang katanya?”. Ibnu Mas’ud berkata, Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sejelek-jelek kendaraan yang ditunggangi seseorang
adalah katanya, katanya.” (HR. Abu Daud no 4972 dan dinilai shahih oleh al Albani)
Dalam hadis tersebut berisi mengenai larangan untuk menyampaikan sebuah perkataan yang
diperoleh dari orang lain yang kebenarannya belum pasti, atau memberikan sebuah berita kepada
orang lain dengan mengatakan “katanya”, yang mana sumber aslinya belum diketahui secara
pasti, hal seperti ini dicela dalam agama Islam dan tidak diperbolehkan.
Perilaku menyebarkan informasi setiap yang didengar tanpa mengkroscek terlebih dahulu
dapat memberikan resiko yang besar terhadap kehidupan masyarakat. Kesalahan dalam
memberikan informasi palsu termasuk berita hoax merupakan salah satu perbuatan dosa. Oleh
sebab itu hendaknya apabila ingin membagikan informasi kepada yang lainnya harus dicek
terlebih dahulu kebenarannya. Caranya dengan tidak tergesa-gesa dalam menyebarkannya,
informasi yang diterima perlu di selidiki terlebih dahulu asal-usul informasinya apakah benar
atau hanya berita hoax. Sikap kehati-hatian dalam memberikan sebuah informasi sangatlah
diperintahkan dalam Islam, karena apabila dalam menyampaikan berita secara tergesa-gesa yang
beritanya belum pasti kebenarannya dapat menimbulkan efek yang negatif bagi masyarakat
banyak. Apabila sebuah berita sudah viral di media sosial, maka untuk mengklarifikasi dan
meralat berita tersebut sangat susah. Berita yang ada di media sosial dapat diakses sampai
dengan penjuru dunia dan akan selalu terekam dalam jejak digital.
Dalam agama Islam setiap sikap atau perbuatan pasti ada konsekuensinya, baik perbuatan
positif maupun negatif, konsekuensi itu ada berbentuk hukuman fisik ada pula yang berbentuk
hukuman mental, dan hukuman itu bisa dialami pelaku di dunia atau di akhirat kelak. Sebagai
umat yang mempercayai adanya hari kiamat maka nantinya pelaku hoax akan mendapat balasan
di akhirat kelak dalam bentuk dilemparkan ke dalam neraka, kedalamnya melebihi jarak antara
timur dan barat. Hal ini sesuai dengan hadis :

)‫ َيْن ِز ُل هِبَا يِف النَّا ِر أ َْب َع َد َما َبنْي َ الْ َم ْش ِر ِق َوالْ َم ْغ ِر ِب (رواه مسلم‬،‫ إِ َّن الْ َعْب َد لَيَتَ َكلَّ ُم بِالْ َكلِ َم ِة‬: ‫ قاَ َل‬5‫ول اللّ ِه صلى اهلل عليه وسلم‬
َ ‫َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرةَ اَ َّن َر ُس‬

Dari Abu Huraiah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat dimana ia tidak memperdulikan
kebenarannya, menyebabkan ia dilemparkan ke dalam neraka, kedalamnya lebih jauh dari jarak
antara timur dan barat.”(HR. Muslim)
Dalam agama Islam hoax dengan segala ragam dan modelnya merupakan sebuah tindakan
yang sangat dilarang dan diharamkan dalam hadis-hadis yang merupakan sumber hukum kedua
dalam syariat Islam setelah Al-Qur’an yang mulia. Pelakunya berhak untuk dihukum di dunia
secara pidana atau mendapatkan azab yang keras di akhirat kelak, sesuai dengan efek dan tajuk
dari kebohongan yang dia lakukan. Beredarnya hoax di masa sekarang ini menimbulkan beragam
dampak negatif, baik bagi masyarakat (publik) dan bagi pihak yang menjadi sasaran hoax.
Berikut beberapa dampak dari penyebaran hoax bagi masyarakat diantaranya :
Meresahkan masyarakat, karena hoax berisi berita bohong dan fitnah.
Menimbulkan perpecahan, karena kesalahpahaman dalam menafsirkan sebuah berita.
Terpengaruhinya opini publik, karena hoax menjadi profokator pemikiran publik.
Dapat menciptakan rasa ketakutan serta kehebohan masyarakat.
Selain itu, beberapa dampak bagi pihak yang menjadi sasaran adalah :
Merugikan suatu pihak akibat opini buruk tentangnya.
Reputasi menjadi buruk atau merusak image suatu pihak.
Tersebarnya fitnah atau informasi yang tidak benar.
Hoax yang beredar di masyarakat juga berbahaya bagi agama Islam. Penyebaran berita hoax
menyangkut agama dilakukan agar dapat memengaruhi dan menyesatkan pemikiran orang-orang
Islam. Sekarang ini, sering terdengar terkait isu terorisme yang sering kali dituduhkan kepada
agama Islam. Sehingga muncullah persepsi bahwa apapun bentuk dari teror yang ada pasti
pelakunya berasal dari kelompok agama Islam. Hal ini dilakukan dalam rangka menumbuhkan
islamophobia yang akan menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Dalam menyikapi
maraknya penyebaran hoax di era sekarang, sebaiknya kita tidak mudah percaya dengan berita
yang beredar. Kita harus mengujinya dengan mencari kebenaran dari kabar tersebut. Dalam
islam dikenal dengan istilah tabayyun. Menurut Imam As-Syaukhani tabayyun adalah memeriksa
sesuatu dengan teliti, dan maksud dari tatsabbut adalah tidak tergesa-gesa dan berhati-hati,
melihat dengan pengetahuan yang mendalam terhadap suatu kabar atau peristiwa yang datang
sampai benar-benar terbukti secara jelas.

Anda mungkin juga menyukai