Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang korupsi dan kolusi di negeri kita tercinta ini
sangat tidak asing dan bahkan sering disorot oleh media masa, seakan
korupsi dan kolusi menjadi makanan yang empuk bagi para pejabat baik
tingkat daerah maupun nasional. kendati sudah ada institusi negara yang
sangat besar yang khusus mengatasi korupsi, namun masih banyak
mereka masih tetap tenang untuk makan uang haram ini. Adapun
menurut hukum Islam sudah jelas itu hukumnya haram dan banyak hadishadis Nabi yang menerangkan tentang hal itu.
Terdapat banyak ungkapan yang dapat di pakai untuk menggambarkan
pengertian korupsi, meskipun tidak seutuhnya benar. Akan tetapi tidak terlalu
menjauh dari hakikat dan pengertian korupsi itu sendiri. Ada sebagian yang
menggunakan istilah ikhtilas untuk menyebutkan prilaku koruptor, meskipun
dalam kamus di temukan arti aslinya yaitu mencopet atau merampas harta orang
lain. Sementara itu terdapat pengungkapan Ghulul dan mengistilahkan Akhdul
Amwal Bil Bathil, sebagaimana disebutkan oleh al-quran dalam surat al-baqarah
: 188


.

Artinya:
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadist Larangan Korupsi



) :












.(.











:
.

:












.










)
1

(.

Artinya :
Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita
kepada kami Sufyan dari 'Amru dari Salim bin Abi Al Ja'di dari
'Abdullah bin 'Amru berkata; Ada seseorang yang ditugaskan
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam menjaga harta (rampasan
perang) bernama Kirkirah kemudian dia meninggal dunia. Lalu
Beliau Rasulullah Shallallahu'alaiwasallam berkata tentang orang
itu; "Dia di neraka". Maka orang-orang pergi untuk menengoknya
dan ternyata mereka temukan ada barang curian (baju selimut)
yang dicurinya. Abu 'Abdullah berkata, Ibnu Salam berkata;

"Nama orang itu Karkarah (huruf Kaaf berbaris fathah),dan itulah


yang lebih kuat.
Abdullah bin Umar bin Khattab atau sering disebut Abdullah bin
Umar atau Ibnu Umar (lahir 612 wafat 696 ) adalah seorang
sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia
adalah anak dari Umar bin Khattab. Ibnu Umar masuk Islam
bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah
bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai
ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya.
Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq.
Ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadist
terbanyak kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2.630
hadits, karena ia selalu mengikuti kemana Rasulullah pergi.
Bahkan Aisyah istri Rasulullah pernah memujinya dan
berkata :"Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di
tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan
Ibnu Umar".2
Dalam hukum Islam klasik belum dikemukakan oleh para fuqaha tentang
pidana korupsi. Tetapi dilihat dari asas pidana bahwa korupsi dan pencurian
mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama merugikan sepihak. Perbedaan antara
keduanya hanya dari teknis bukan prinsip. Atas dasar itu korupsi merupakan delik
pidana ekonomi yang sanksi hukumannya dapat disamakan dengan pidana
pencurian.
Dalam hukum Islam seorang koruptor sama halnya dengan pelaku illegal
fishing, hanya berbeda objek yang dicuinya saja, oleh karena itu seorang koruptor
akan dijatuhi hukuman qishash, yaitu potong tangan dan harus mengembalikan
hasil korupsinya. Dalil yang dipakai sama halnya dengan pelaku illegal fishing
yaitu firman Allah swt. dan sabda Rasulullah saw.:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
)Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Maidah:38






Diriwayatkan dari Aisyah ra. Katanya: Rasulullah saw. memotong tangan
seseorang yang mencuri harta yang senilai satu perempat dinar ke atas.
B. Hadist Larangan Pejabat Menerima Hadiah



) :

.



(..(.










) :


.(.




:




.















:
:












)
3
(..
Artinya :
Diceritakan dari Abu Yamin telah mengabarkan kepadaku dari
Syuaib dari Zuhriy berkata: Urwah telah mengabarkan kepadaku
dari Abu Humaid As- saidi ra bahwasanya dia memberi kabar
bahwa Rasulullah SAW mengangkat seorang aamil atau pegawai
untuk menerima shadaqah/ zakat, kemudian sesudah selesai ia
datang kepada Nabi SAW dan berkata: Ya Rasulullah ini untukmu
dan ini hadiah yang diberikan orang kepadaku, maka Nabi SAW
bersabda kepadanya: mengapakah engkau tidak duduk saja
dirumah ayah atau ibu untuk melihat apakah diberi hadiah atau
tidak? Kemudian Rasulullah berdiri pada sore hari sesudah shalat
lalu beliau membaca tasyahud dan memuji Allah SWT yang
sudah selayaknya disandang-Nya kemudian bersabda: :
Ammabadu, mengapakah seorang aamil yang diserahi amal,
kemudian ia datang lalu berkata: ini hasil untuk kamu dan ini aku
diberi hadiah, mengapa ia tidak duduk saja dirumah ayah atau
ibunya untuk mengetahui Apakah diberi hadiah atau tidak, demi
Allah yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, tiada seseorang yang
menyembunyikan sesuatu (korupsi) melainkan ia akan
menghadap dihari kiamat memikul diatas lehernya, jika berupa
unta bersuara, atau lembu yang menguak atau kambing yang
mengembek, maka sungguh aku telah menyampaikan. Abu
Hamid berkata: kemudian Nabi SAW mengangkat kedua
tangannya sehingga aku dapat melihat kedua ketiaknya. Berkata
Abu Humaid, benar saya mendengar hal itu bersama Zaid bin
Tsabit dari Nabi SAW. Maka tanyalah kepada Zaid bin Tsabit.

Nabi SAW mempekerjakan seorang laki-laki maksudnya


adalah seorang laki-laki dari suku Azad yang bernama Ibnu
Lutbiyah untuk mengurus sedekah (zakat). Sedangkan hadits Abu
Hamid, sesungguhnya Nabi SAW mencela perbuatan Ibnu
Luthbiyah yang menerima hadiah yang diberikan kepadanya,
karena kedudukannya sebagai seorang pegawai pemerintah.
Kemudian kalimat mengapa dia tidak duduk dirukmah ibunya
memberi faidah bahwa sekiranya dia diberi hadiah dalam kondisi
seperti itu, niscaya hukumnya makruh, karena tidak ada factor
yang menimbulkan kecurigaan.
Ibnu Baththal berkata, dalam hadits ini terdapat
keterangan bahwa hadiah yang diberikan kepada pegawai
pemerintah harus dimasukkan ke dalam kas Negara (baitul
maal), dan pegawai yang diberi hadiah itu tidak dapat
memilikinya kecuali jika pemimpinnya [imam] menyerahkan
kepadanya. Selain itu, tidak disukai menerima hadiah orang yang
meminta pertolongan.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa para ulama telah
mengatakan, Sesungguhnya pemberian hadiah kepada wali amriorang yang
diberikan tanggung jawab atas suatu urusanuntuk melakukan sesuatu yang tidak
diperbolehkan, ini adalah haram, baik bagi yang memberikan maupun menerima
hadiah itu, dan ini adalah suap yang dilarang Nabi saw.4

C. Hadist Larangan Suap

(.

















)5
Artinya :
Diceritakan dari Qutaibah diceritakan dari Abu Uwanah dari Amru
bin Salamah dari ayahnya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam telah melaknat orang yang menyuap
dan yang menerima suap dalam masalah hukum.
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (lahir 598 - wafat 678),
yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah adalah
seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat
hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh kaum
Islam Sunni.
Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah
Abdullah bin Amin dan ada pula yang mengatakan nama aslinya
ialah Abdur Rahman bin Shakhr.6
Risywah secara bahasa berarti pemberian yang diberikan
kepada seseorang agar mendapatkan kepentingan tertentu.
Sedangkan menurut istilah risywah berarti pemberian yang
bertujuan membatalkan yang benar atau untuk menguatkan dan
memenangkan yang salah.

Para Fuqaha berkata dibolehkan memberi risywah apabila


dalam keadaan tertekan. Dan apabila untuk mendhalimi atau
bertujuan untuk keburukan tidak dibenarkan.7
Praktik suap menyuap di dalam agama Islam hukumnya
haram berdasarkan dalil-dalil syari berupa Al-Quran, Al-Hadits,
dan ijma para ulama. Pelakunya dilaknat oleh Allah dan RasulNya.
Imam Ash-Shanani mengatakan, Dan suap-menyuap itu
haram berdasarkan Ijma, baik bagi seorang qodhi (hakim), bagi
para pekerja yang menangani shadaqah atau selainnya.
Sebagaimana firman Allah Taala, Dan janganlah sebahagian
kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah:
188).

DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Bukhari,
Shohih Bukhori (Kairo : Mathbaah al-Salafiyah, 1982M).
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Bukhari,
Shohih Bukhori (Bairut : Dar Al Fikri, 1401/1981M).
Al-Asimy, Abd al-Rahman, Majmuat Fatawa, Syeikh al-Islam Ibn
Taimiyah, Juz II, tp, tt hal. 161.
At-Turmudzi, Al-Imam Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Saurah Ibn
Musa Ibn ad Dahak as-Salami,al-Jamiu al-Mukhtasar Min alSunani An Rasulullahi Shalallahu Alaihi Wasallam, Kairo:
Masriyah, 1931.
Muhammad Anwarsyah bin Mudhimsyah, al-Arfu alSyadzi (Bairut : Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 2004M).
http://id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai