KHUTBAH
"Dunia berjalan membelakangi kita, sedangkan akhirat berjalan menghampiri kita" (al-Hadits)
Khutbah I
Saudara-saudaraku seiman,
Di akhirat kelak, seseorang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban atas pendengaran,
penglihatan dan hatinya, sebagaimana ia akan dihisab atas apa yang dilakukan oleh seluruh
anggota badannya. Oleh karena hati adalah pemimpin anggota badan, maka perbuatan-perbuatan
anggota badan sejatinya mencerminkan apa yang ada dalam hati. Jika hati baik, maka anggota
badan menjadi baik. Dan jika hati rusak, maka rusaklah anggota badan.
Hadirinyang berbahagia,
Dalam kesempatan ini, kita akan membahas enam sifat yang dibenci oleh Allah subhanahu wa
ta’ala. Marilah kita berintrospeksi dan bermuhasabah, apakah hati kita sudah bersih dan terhindar
dari enam sifat tersebut, ataukah sebaliknya, justru enam sifat yang dibenci oleh Allahsubhanahu
wa ta’ala tersebut tertanam kuat dan bercokol di hati kita. Na’udzu billahi min dzalik.
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam hadits shahih dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu
‘anhubahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Yakni orang yang takabbur atau sombong. Sombong ada dua macam.
Pertama, menolak kebenaran yang disampaikan oleh orang lain padahal ia tahu bahwa hal itu
benar, dikarenakan penyampai kebenaran lebih muda usianya, lebih miskin hartanya, lebih rendah
status sosialnya atau karena hal lain. Padahal fir’aun tidaklah binasa kecuali karena sifat
takabburnya. Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa ‘alaihissalam, namun ia tidak
beriman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Haman, perdana menteri Fir’aun ketika itu berkata
kepada Fir’aun: “Jika engkau beriman kepada Musa, maka engkau akan kembali menjadi hamba
yang menyembah, padahal selama ini engkau sudah menjadi tuhan yang disembah.” Demikian
pula Bani Isra’il yang diutus kepada mereka Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah mereka melihat
mu’jizat Nabi Isa ‘alaihissalam, tidak ada yang membuat mereka tidak beriman kecuali sifat
takabbur mereka. Mereka selalu mengatakan bahwa jika mereka beriman, maka akan lenyaplah
kehormatan dan kekuasaan mereka. Demikian pula Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir Quraisy,
setelah mereka melihat mu’jizat al-Qur’an dan mengakui bahwa al-Qur’an tidak seperti puisi dan
prosa yang mereka kenal, tidak ada yang membinasakan mereka dan membuat mereka tidak
beriman kecuali sifat takabbur mereka.
Jenis takabbur yang kedua adalah merendahkan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat
takabbur jenis kedua ini dalam hatinya, ia akan menganggap dirinya memiliki keistimewaan lebih
atas orang lain sehingga melihat dirinya dengan pandangan kesempurnaan dan penuh kebaikan.
Dia melupakan bahwa itu semua adalah anugerah yang Allah berikan kepadanya.
2. ٍَﺟ ﱠواظ
Yaitu seseorang yang rakus dan gandrung untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
dengan niat yang tidak benar dan didorong kecintaannya yang sangat besar terhadap harta. Ia
tidak peduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari sumber yang halal ataukah haram. Dengan
itu, ia bertujuan untuk memenuhi keinginan hawa nafsunya yang haram dan membanggakan diri di
hadapan para hamba yang lain.
3. ِ ب ِﺑ ْﺎﻷَﺳ َْوا
ق ٍ ﺳ ﱠﺧﺎ
َ
Artinya orang yang karena kerakusan dan kegandrungannya pada harta, ia memperbanyak
omongan dengan tujuan supaya bisa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli
apakah omongannya halal ataukah haram.
Menjadi bangkai di malam hari. Yakni menghabiskan seluruh waktu malamnya untuk tidur. Ia tidak
peduli untuk melakukan shalat sama sekali.
https://islam.nu.or.id/post/read/114956/khutbah-akhir-tahun--muhasabah-6-sifat-yang-dibenci-allah 2/4
1/1/2020 Khutbah Akhir Tahun: Muhasabah 6 Sifat yang Dibenci Allah
Menjadi keledai di siang hari. Yakni yang ia pikirkan hanya bagaimana bisa memakan berbagai
menu makanan dan banyak menikmati berbagai kemewahan hidup. Dengan sebab itu, ia lalai
melakukan hal-hal yang Allah wajibkan kepadanya.
Mengetahui perkara dunia namun bodoh mengenai perkara akhirat. Yakni mengetahui bagaimana
cara mencari dan mengumpulkan harta, akan tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bagian
ilmu agama yang fardlu ‘ain untuk dipelajari, yang disebut para ulama dengan istilah ِﻋ ْﻠ ُم اﻟ ِ ّدﯾ ِْن
ِي
ّ ( اﻟﺿ ُﱠر ْو ِرilmu agama yang pokok). Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah bersabda:
ﺷ ُر ْو ِر أ َ ْﻧﻔُ ِﺳﻧَﺎ َو ِﻣ ْن ُ َوﻧَﻌُ ْوذُ ﺑِﺎ ِ ِﻣ ْن،ُإِ ﱠن ْاﻟ َﺣ ْـﻣ َد ِ ِ ﻧ َْﺣ َﻣ ُدهُ َوﻧَ ْﺳﺗ َ ْﻐ ِﻔ ُرهُ َوﻧَ ْﺳﺗ َ ِﻌ ْﯾﻧُﮫُ َوﻧَ ْﺳﺗ َ ْﮭ ِد ْﯾ ِﮫ َوﻧَ ْﺷ ُﻛ ُره
َ ﻋ ٰﻠﻰ
ﺳ ِﯾّ ِدﻧَﺎ َ ﺳ َﻼ ُم ﺻ َﻼة ُ َواﻟ ﱠ َواﻟ ﱠ،ُِي ﻟَﮫ َ ﺿ ِﻠ ْل ﻓَ َﻼ ھَﺎد ْ ُﺿ ﱠل ﻟَﮫُ َو َﻣ ْن ﯾ ِ َﻣ ْن ﯾَ ْﮭ ِد ﷲُ ﻓَ َﻼ ُﻣ،ت أ َ ْﻋ َﻣﺎ ِﻟﻧَﺎ ِ ﺳ ِﯾّﺋَﺎ
َ
، َت ْاﻟ ُﻣؤْ ِﻣﻧِﯾْن ِ ﻋ ْن أ ُ ﱠﻣ َﮭﺎ َ ُﻲ ﷲ َ ﺿ َ ﻋ ٰﻠﯨﺈِ ْﺧ َواﻧِ ِﮫ اﻟﻧﱠ ِﺑ ِﯾّﯾْنَ َو ْاﻟ ُﻣ ْر
ِ َو َر، َﺳ ِﻠﯾْن َ و،َ ق ْاﻟ َو ْﻋ ِد ْاﻷ َ ِﻣﯾ ِْن
ِ ﺻﺎ ِدُﻣ َﺣ ﱠﻣ ِد ِن اﻟ ﱠ
ﻋ ِن ْاﻷ َ ِﺋ ﱠﻣ ِﺔ َ ﻲ ٍ َو َ ﻋﺛْ َﻣﺎنَ َو
ّ ﻋ ِﻠ ُ أ َ ِﺑ ْﻲ ﺑَ ْﻛ ٍر َو، َاﻟرا ِﺷ ِدﯾْن
ُ ﻋ َﻣ َر َو ﺎء ﱠ ِ َﻋ ْن ْاﻟ ُﺧﻠَﻔ َ َو، َاﻟطﺎ ِھ ِرﯾْنت ﱠ ِ َوآ ِل ْاﻟﺑَ ْﯾ
. َﺻﺎ ِﻟ ِﺣﯾْنﺎء َواﻟ ﱠ َ ﻲ ِ َوأ َ ْﺣ َﻣ َد َو
ِ َﻋ ِن ْاﻷ َ ْو ِﻟﯾ ّ ﺷﺎﻓِ ِﻌ أَﺑِ ْﻲ َﺣﻧِ ْﯾﻔَﺔَ َو َﻣﺎ ِﻟكٍ َواﻟ ﱠ، َْاﻟ ُﻣ ْﮭﺗ َ ِدﯾْن
ﺎء ِﻣ ْﻧ ُﮭ ْم َو ْاﻷ َ ْﻣ َواتَِ ،رﺑﱠﻧَﺎآﺗِﻧَﺎ ِﻓﻲ ت ْاﻷ َ ْﺣﯾَ ِواﻟ ُﻣؤْ ِﻣﻧِﯾْنَ َو ْاﻟ ُﻣؤْ ِﻣﻧَﺎ ِ ت ْ اَﻟﻠﱣ ُﮭ ﱠم ا ْﻏ ِﻔ ْر ِﻟ ْﻠ ُﻣ ْﺳ ِﻠ ِﻣﯾْنَ َو ْاﻟ ُﻣ ْﺳ ِﻠ َﻣﺎ ِ
ﺿ ِﺎﻟّﯾْنَ َوﻻَ ﻏﯾ َْر ٰ اﺟﻌَ ْﻠﻧَﺎ ُھ َداة ً ُﻣ ْﮭﺗ َ ِدﯾْنَ َ ﺎر،اَﻟﻠﱣ ُﮭ ﱠم ْ
اب اﻟﻧﱠ ِ ﻋ َذ َﺳﻧَﺔً َوﻗِﻧَﺎ َﺳﻧَﺔً َوﻓِﻲ ْاﻵ ِﺧ َرةِ َﺣ َ اﻟ ﱡد ْﻧﯾَﺎ َﺣ َ
ف.ﺧو ُﻋﺎ ِﺗﻧَﺎ َوا ْﻛ ِﻔﻧَﺎ َﻣﺎ أ َ َھ ﱠﻣﻧَﺎ َو ِﻗﻧَﺎ ﺷ ﱠَر ﻣﺎ ﻧَﺗ َ ﱠ وآﻣ ْن ﱠر ْو َ
ﻋ ْو َرا ِﺗﻧَﺎ ِ ﺿ ِﻠّﯾْنَ ،اَﻟﻠﱣ ُﮭ ﱠم ا ْﺳﺗ ُ ْر َ ُﻣ ِ
ﺎء َو ْاﻟ ُﻣ ْﻧ َﻛ ِر َواﻟﺑَ ْﻐﻲِ،
ﻋ ِن اﻟﻔَ ْﺣ ٰﺷ ِ ﺎء ذِي ْاﻟﻘُ ْر ٰﺑﻰ وﯾَ ْﻧ ٰﮭﻰ َ ﺎن َو ِإ ْﯾﺗ َ ِﺳ ِﷲ ﯾَﺄ ْ ُﻣ ُر ﺑِ ْﺎﻟﻌَ ْد ِل َو ْاﻹ ْﺣ َإن َ ِﻋﺑَﺎ َد ﷲِ ،ﱠ
ﻋ ٰﻠﻰ ﻧِﻌَ ِﻣ ِﮫ ﯾَ ِز ْد ُﻛ ْم َوا ْﺳﺄَﻟُ ْوهُ ِﻣ ْن ﷲ ْاﻟﻌَ ِظﯾ َْم ﯾَ ْذ ُﻛ ْر ُﻛ ْم َوا ْﺷ ُﻛ ُر ْوهُ َ ظ ُﻛ ْم ﻟَﻌَﻠﱠ ُﻛ ْم ﺗ َ َذ ﱠﻛ ُر ْونَ .ﻓَﺎذ ُﻛ ُروا َ ﯾَ ِﻌ ُ
ﷲ أ َ ْﻛﺑَ ُر.ﺿ ِﻠ ِﮫ ﯾُ ْﻌ ِط ُﻛ ْم َواﺗﱠﻘُ ْوهُ ﯾَ ْﺟﻌَ ْل ﻟَ ُﻛ ْم ِﻣ ْن أ َ ْﻣ ِر ُﻛ ْم َﻣ ْﺧ َر ًﺟﺎَ ،وﻟَ ِذ ْﻛ ُر ِ ﻓَ ْ
https://islam.nu.or.id/post/read/114956/khutbah-akhir-tahun--muhasabah-6-sifat-yang-dibenci-allah 4/4