Anda di halaman 1dari 2

Khutbah Jum’at Terbaru PDF Menyambut Tahun Baru Hijriyah, Mari Intropeksi Diri

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam sistem penanggalan Hijriah atau bulan kedua belas. Sebentar lagi kita pun akan memasuki
bulan baru dan tahun baru Hijriah, yakni bulan Muharram 1443 H. Oleh karenanya tidak ada salahnya kita terus melakukan muhasabah,
yakni menghitung kedirian kita atau introspeksi atas apa yang kita lakukan selama satu tahun, sehingga dapat menjadi pijakan kita
dalam melangkah tahun-tahun berikutnya. Dalam rangka hal tersebut, kiranya pantas kita mengingat kembali pesan Sayyidina Ali
karramallahu wajhah, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar al-Asqalani:

“Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah, dan jadilah manusia yang paling jelek dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia
biasa di hadapan orang lain.”

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Pesan ini memberikan arahan yang sangat luar biasa bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia, demi memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pertama, kita diharapkan terus meningkatkan ketakwaan dan amal kebaikan di hadapan Allah subhanahu wata‘ala. Menjalankan
perintah-Nya dan sedapat mungkin menjauhi apa yang menjadi pantangan atau larangan dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan
agama. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang baik di sisi-Nya.

Kedua, kita harus merasa kurang atas amal kebaikan yang kita lakukan dengan terus merasa diri kita jelek. Hal ini bukan berarti
merendahkan diri, namun untuk menjauhkan kita dari sikap ujub (sombong), riya (pamer), dan sum’ah (mengharap pujian orang lain).
Ketiga, kita harus menundukkan diri di hadapan orang lain dengan tidak merasa lebih baik. Mungkin banyak di antara kita ketika melihat
orang lain, merasa dirinya lebih baik atau lebih mulia.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Lantas bagaimana kita mampu mendorong diri kita untuk terus berbuat kebaikan tersebut? Syekh
Abdul Qadir al-Jailani memiliki tips sederhana yang dapat kita lakukan dalam keseharian kita.

Pertama, jika kita melihat orang lain hendaknya kita memandangnya bahwa dia memiliki kelebihan daripada diri kita sendiri, mungkin
dia lebih bertakwa, lebih banyak amal kebajikannya, lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah subhanahu wata‘ala.

Kedua, jika kita melihat anak kecil atau lebih muda, jangan kita merasa lebih baik darinya. Katakanlah, “Mungkin dia dosanya lebih
sedikit daripada diriku, karena umurnya lebih sedikit dariku.” Sebaliknya jika kita melihat orang lebih tua, hendaknya kita melihat bahwa
dia telah berbuat kebaikan lebih banyak dari diri kita.

Ketiga, jika kita melihat orang alim, orang yang memiliki ilmu, hendaknya kita menilainya dia memiliki cara yang baik dan benar
mengamalkan pengetahuannya dan telah berbuat kebaikan dengan ilmunya tersebut. Sebaliknya jika kita melihat orang bodoh,
hendaknya kita katakan, “Mungkin dia berbuat dosa atau salah akibat ketidaktahuannya, sementara kita lebih berdosa karena berbuat
salah pengetahuan pengetahuan yang kita miliki.” Orang bodoh berbuat salah bisa jadi karena ketidaktahuannya, sementara orang alim
(memiliki pengetahuan) berbuat dosa bukan karena tidak tahu. Ilustrasi sederhana yang mungkin dapat kita pakai, siapakah yang bisa
berbuat korupsi? Tentu ia yang memiliki akses, pengetahuan bagaimana mengambil dan memanfaatkan uang tersebut untuk dirinya
atau golongannya. Bukan orang yang tidak memiliki pengetahuan bagaimana menyelewengkan uang negara.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Instrospeksi diri bukan hanya dilakukan sekali, namun harus menjadi bagian yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari.
Muhasabah adalah cara mengendalikan hidup kita, yang akan memiliki efek luar biasa pada diri kita, keluarga, dan lebih luas lagi pada
masyarakat. Keteledoran kita untuk melakukan introspeksi bukan hanya dapat mengakibatkan kerusakan pada kehidupan kita, tetapi
juga kehidupan yang lebih luas yakni keluarga dan masyarakat. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah
kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah” (HR
Ahmad).

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mampu terus introspeksi dan berbenah diri. Sehingga kita mampu menjadi
penyokong tumbuhnya keluarga dan masyarakat yang baik menuju baldatunn thayyibatunn warabbun ghafuur.

Anda mungkin juga menyukai