Anda di halaman 1dari 2

Salah satu bahaya lisan yang sedang merebak luas adalah tentang ghibah.

Ini terjadi di mana saja, baik di pasar,


warung, halaman rumah, dapur, ruang tamu, tempat kerja, dan bahkan di masjid dan mushala. Ironisnya, hal ini
sudah dianggap biasa dan menjadi hidangan keseharian dalam pergaulan. Juga tak kalah serunya dengan adanya
acara-acara infotainmen tentang ghibah di berbagai media massa, yang kerapkali menyebut-nyebut keburukan
orang lain. Berkenaan dengan hal ini, Allah swt memberikan peringatan dalam Al-Qur’an:

  ُ‫ض ُكم بَ ْعضًا ۚ َأيُ ِحبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأن يَْأ ُك َل لَحْ َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموه‬ ۟ ‫ْض ٱلظَّنِّ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسس‬
ُ ‫ُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬ َ ‫ُوا َكثِيرًا ِّمنَ ٱلظَّنِّ ِإ َّن بَع‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا ٱجْ تَنِب‬
‫ِإ‬ َ
‫هَّلل‬ ‫هَّلل‬
ِ ‫ ۚ َوٱتقوا ٱ َ ۚ ِإ َّن ٱ َ تَوَّابٌ ر‬ 
‫َّحي ٌم‬ ۟ ُ َّ

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain dan janganlah kamu
menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang
telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut)
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-
Hujurat: Ayat 12)

  Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini (QS al-Hujurat: 12) turun
berkenaan dengan peristiwa salah seorang sahabat Rasul saw yang bernama Salman al-Farisi yang bila selesai
makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang menggunjing perbuatannya. Maka
turunlah QS al-Hujurat ayat 12 yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.  

Selaras dengan larangan Allah swt tersebut, Rasulullah saw juga melarang mengumbar aib orang lain.
ِ ‫ ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَِإ َّن الظَّ َّن َأ ْك َذبُ ْال َح ِدي‬ 
Sebagaimana sabdanya:   ‫ث َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل تَ َح َّسسُوا َواَل تَبَا َغضُوا َو ُكونُوا ِإ ْخ َوانًا‬

“Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian
mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang
bersaudara” (HR al-Bukhari).   Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), kata aib itu memiliki arti malu, cela, noda, salah ataupun keliru. Menurut al-Fairuz Abadzi
dalam Al-Qamus al-Muhith, secara bahasa, aib (‫ )العيب‬bermakna cacat atau kekurangan. Bentuk jamaknya
adalah uyub. Adapun sesuatu yang memiliki aib, dalam bahasa Arab disebut ma’ib. Sementara itu dalam kitab -
ad-Dur al-Mukhtar, Al-Hasfaki menyampaikan bahwa sebagian ulama mazhab Hanafi menjelaskan aib dengan
ْ ِ‫ َما يَ ْخلُو َع ْنهُ َأصْ ل ْالف‬  “Suatu bagian yang tidak ada dari
pengertian: ADVERTISEMENT   ‫ط َر ِة ال َّسلِي َم ِة ِم َّما يُ َع ُّد بِ ِه نَاقِصًا‬
asal penciptaannya dan hal itu dianggap sebagai bentuk kekurangan”.   Secara psikologis, jika kita mendengar
suatu informasi dari orang lain lalu menjadikan hati kita merasa tidak enak, maka hal ini dapat disebut aib. Aib
dapat berupa peristiwa, keadaan, atau suatu penjelasan. Seringkali aib sendiri maupun orang lain diumbar secara
sadar/tidak sadar kita sebarkan ke orang lain, bahkan diviralkan ke media massa atau media sosial. Aib
merupakan sesuatu yang digambarkan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Aib adalah suatu cela atau kondisi yang
tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu yang membawa kepada
efek psikologi yang negatif. Korban akan merasa terzalimi, disudutkan, dan bahkan dilemahkan jatidirinya.  
Aib terbagi menjadi dua, yaitu aib khalqiyah yang bersifat kodrati dan Aib khuluqiyah yang berkenaan dengan
perilaku. Aib khalqiyah merupakan aib karena terdapat cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang
membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain, sedangkan yang kedua yaitu aib khuluqiyah yang bersifat fi’li
(perilaku) merupakan aib dari perbuatan maksiat, baik yang dilakukan sembunyi-sembunyi atau terang-
terangan.

  Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ADVERTISEMENT Rasulullah bersabda:   ‫ َستَ َرهُ هَّللَا ُ فِي اَل ُّد ْنيَا‬,‫َو َم ْن َست ََر ُم ْسلِ ًما‬
‫ َواآْل ِخ َر ِة‬  “Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim).  
Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tapi juga
seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Hal ini sebagaimana yang disinyalir oleh hadits Nabi saw
yang berbunyi: “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi
yang dikubur hidup-hidup” (HR Abu Daud).  

Untuk itu, mari kita jauhi ghibah, dusta, prasangka, dan mencari-cari kesalahan orang lain serta
menyebarluaskan aib sesama. Jagalah aib orang lain sebagaimana kita menjaga aib pribadi. Dan mari kita
amalkan doa yang biasa dibaca Rasulullah pada pagi dan petang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu
Umar ra:   ‫اللّهُ َّم ا ْستُرْ عَوْ َرتِ ْي‬ ٰ ‫ك ْالع ْفو و ْالعافيةَ في ديني و ُد ْنياي وَأ ْهلي ومالي‬ ٰ ٰ   “Yaa
ْ ِ َ َ ْ ِ َ َ َ َ ْ ِ ِ ْ ِ َ ِ َ َ َ َ َ ُ‫ك ْال َعافِيَةَ فِى ال ُّد ْنيَا َواآل ِخ َر ِة اللّهُ َّم ِإنِّ ْي َأ ْسَأل‬ َ ُ‫اللّهُ َّم ِإنِّ ْي َأ ْسَأل‬
Allah sesungguhnya aku meminta kepada Mu ‘Afiyah di dunia dan akhirat. Yaa Allah aku memohon kepada
Mu ‘‘Afwaa dan ‘Afiyah pada urusan agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Yaa Allah tutupi auratku (aib-
aibku)”   Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.   ،‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬ َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
ُ‫ َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَك ْم‬،‫ ِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬،ُ‫ َوتَقَبَ َّل هللاُ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَه‬،‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ْ ُ َ
ِ ‫َونَف َعنِ ْي َوِإيَّاك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا‬
ُ َ ْ ّ ْ َ َ ْ ْ
ِ ‫ت فا ْستغفِرُوْ هُ ِإنهُ ه َُو الغفوْ ُر الر‬
‫ّح‬ ِ ‫َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما‬

Anda mungkin juga menyukai