يد بْ َن الْ َعْي َزا ِر ذَ َك َرِ ِ ٍ ِ ُ ِاح ح َّدثَنَا حُمَ َّم ُد بن س ابِ ٍق ح َّد َثنَا مال
َ ت الْ َول
ُ ك بْ ُن م ْغ َول قَ َال مَس ْع َ َ َ ُْ َ َح َّدثَنَا احْلَ َس ُن بْ ُن
َ ٍ َّص ب
ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه ٍ
ِ َ س َألْت رس:ود ر ِض ي اللَّه عْن ه قَ َال ِ
َ ول اللَّه َُ ُ َ ُ َ ُ َ َ ُالش ْيبَايِن ِّ قَ َال َعْب ُد اللَّه بْ ُن َم ْس ع
َّ َع ْن َأيِب َع ْم ٍرو
ِ ِ هِت ُّ ول اللَّ ِه
ُ َأي قَ َال مُثَّ بِ ُّر الْ َوال َديْ ِن ُق ْل
ت ٌّ َّت مُث َ َْأي الْ َع َم ِل َأف
ُ ض ُل قَ َال الصَّاَل ةُ َعلَى مي َقا َا ُق ْل ُ َو َس لَّ َم ُق ْل
َ ت يَا َر ُس
اسَتَز ْدتُهُ لََز َاديِن ِ ِ ِ ُّ اد يِف َسبِ ِيل اللَّ ِه فَ َس َك ِ
ْ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َولَ ْو
َ ت َع ْن َر ُسول اللَّه ُ َأي قَ َال اجْل َه
ٌّ َّمُث
Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin Shobbah telah bercerita kepada kami
Muhammad bin Sabiq telah bercerita kepada kami Malik bin Mighwal berkata; aku
mendengar Al Walid bin Al 'Ayzar menyebutkan dari Abu 'Amru Asy Syaibaniy berkata
'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, aku katakan: "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling
utama?" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya". Kemudian aku tanyakan lagi: "
Kemudian apa?" Beliau menjawab: "Kemudian berbakti kepada kedua orang tua". Lalu
aku tanyakan lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah". Maka
aku berhenti menyakannya lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Seandainya aku tambah terus pertanyaan, Beliau pasti akan menambah jawabannya
kepadaku".
B. Bografi perawi A'la, Asbabul Wurud, Syarah Hadis atau penjelasan kualitas
Hadis
1. Biografi Abdullah bin Mas'ud
Nama lengkap beliau ialah Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil bin Habib al-
Hudzali. Abdullah lahir di Mekah. Nasab beliau dari Bani Hudzail, namun
dikarenakan ayahnya pada masa Jahiliyyah termasuk mitra Bani Zuhrah, maka
untuk selanjutnya ia juga dikenal dengan mitra Bani Zuhrah. Demikian juga
dikarenakan ibunya juga dari kalangan sahabat, maka mereka memanggilnya
dengan Ibnu Ummi Abd. Ia juga bergelar Abu Abdurrrahman. Abdullah di masa
kecil sibuk mengembala kambing Uqbah bin Abi Mu'aith dan karenanya Abu
Jahal melecehkannya. Sebelum memeluk Islam, ia tinggal di rumah Arqam dan
setelah memeluk Islam, ia diterima menjadi pembantu rumah Rasulullah saw.
Beliau wafat tahun 32 H/653. Beliau juga dikenal dengan Ibn Mas'ud,
termasuk salah seorang sahabat Rasulullah saw, muhaddis dan mufassir Alquran di
era permulaan Islam. Menurut penuturannya, ia adalah orang keenam pertama
yang memeluk Islam. Ibnu Mas'ud termasuk kelompok muhajirin pertama yang
pergi ke Habasyah. Ia berhijrah dari Mekah menuju Madinah dan ikut
berpartisipasi dalam pertempuran Badar dan Uhud. Setelah Rasulullah wafat, ia
juga ikut serta dalam peperangan Riddah dan penaklukan Syam. Pada tahun 21
H/642, Umar bin Khattab mengutus Ibnu Mas'ud bersama Ammar untuk
mengawasi Baitul Mal dan pengadilan. Ibnu Mas'ud pada masa
kekhilafahan Utsman berseteru dengan Sa'ad bin Abi Waqqash dan Utsman pun
mengembalikannya lagi ke Madinah. Ia meninggal di Madinah, dua tahun sebelum
Utsman bin Affan meninggal.
Ia termasuk orang pertama yang hafiz Alquran dan mendengar langsung
sekitar 70 surah dari Rasulullah saw sendiri. Ashim mengambil riwayat
Alqurannya dari Ibnu Mas'ud. Ia membacakan mushaf Alquran kepada sebagian
orang dan mereka menulisnya dan ketika Utsman memerintahkan untuk
mengumpulkan semua mushaf yang ada, awalnya ia menolak, namun akhirnya ia
terpaksa melakukan hal tersebut. Ibnu Mas'ud termasuk kalangan sahabat yang
dihormati semua kaum muslim, baik Syiah maupun Ahlusunah. Riwayat tentang
jumlah para imam (berjumlah 12 orang) diriwayatkan dari dirinya.
Abdullah bin Mas'ud memeluk Islam pertama kali pada dakwah Rasulullah
saw dikarenakan melihat sebuah mukjizat darinya. Karenanya ia disebut sebagai
orang pertama pembawa Islam dan menurut penuturannya ia adalah muslim yang
keenam. Beliau termasuk kelompok Muhajirin pertama yang hijrah ke
Habasyah dan referensi yang ada menuturkan tentang hijrah dua kalinya ke
Habasyah. Setelah hijrah Rasulullah saw, Ibnu Mas'ud pergi ke Madinah dan
Rasulullah saw mempersaudarakannya dengan Muadz bin Jabal atau Zubair bin
Awwam. Ia berpartisipasi dalam pertempuran Badar dan telah membunuh Abu
Jahal. Rasulullah saw gembira atas tewasnya Abu Jahal, Nabi menghadiahkan
pedangnya kepada Ibnu Mas'ud. Ibnu Abbas menyebutnya sebagai sejumlah
sahabat setia Rasulullah saw yang tidak meninggalkan Nabi dalam
pertempuran Uhud dan dikatakan, ia banyak sekali berpartisipasi dalam
peperangan Rasulullah saw . Ia sering kali bersama Nabi dan melayaninya.
2. Syarah Hadis
Ad-Dawudi mengemukakan pandangan terkesan ganjil. Menurutnya, “ jika
seseorang melaksanakan shalat pada awal waktunya maka jihad lebih didahulukan
daripada berbakti kepada kedua orang tua, tapi bila diakhirkan maka berbakti
kepada kedua orang tua lebih didahulukan daripada jihad”.
Adapun yang tampak dari hadits di atas yaitu shalat lebih dahulu daripada
jihad dan berbakti kepada kedua orang tua, karena shalat adalah kewajiban bagi
mukallaf dalam setiap komdisi. Sedangkan berbakti kepada orang tua disebutkan
lebih dahulu daripada jihad, karena jihad itu tergantung izin orang tua.
Ath-Thabari berkata, “Nabi Saw menyebutkan tiga perkara ini secara khusus,
karena ketiganya merupakan tanda dan ciri bagi ketaatan yang lain. Barangsiapa
melalaikan shalat fardhu hingga keluar waktunya tanpa ada udzur, padahal shalat
itu sangat ringan dan keutamaannya sangat besar, maka dapat dipastikan dia lebih
melalaikan kewajiban yang lain. Barangsiapa yang tidak berbakti kepada kedua
orang tua, padahal hak keduanya demikian besar maka tentu dia lebih tidak
berbakti kepada orang lain. Barangsiapa meninggalkan jihad memerangi orang
kafir, padahal permusuhan mereka sangat keras terhadap agama islam, tentu dia
akan lebih meninggalkan jihad melawan orang-orang fasik. Maka jelas barangsiapa
memelihara ketiga perkara ini, dia akan memelihara pada ketaatan-ketaatan yang
lain, dan demikian sebaliknya.
Penguat hadis di atas Rasululah Saw. juga bersabda sebagai berikut :
Ibnu Daqiq Al-Id berkata, “Secara logika dapat diterima bahwa jihad
merupakan perbuatan paling utama di antara perbuatan-perbuatan yang bersifat
sebagai sarana. Karena jihad merupakan sarana untuk meninggikan agama,
menyebarkannya dan memadamkan kekufuran serta menghancurkannya. Al-
jauhari berkata,”Makna kata layatannu adalah mengangkat kakinya lalu
menjatuhkannya secara bersamaan”. Sementara pakar bahasa selainnya
mengatakan, “Maknanya adalah kuda itu masuk ke tengah musuh dan bergerak ke
sana kemari”.
Keadaan orang yang berpuasa dan shalat disamakan dengan keadan orang
yang berjihad di jalan Allah dalam mendapatkan pahala di setiap gerak dan
diamnya. Karena yang dimaksud dengan orang yang berpuasa dan shalat adalah
orang yang tidak pernah berhenti ibadah sehingga pahalanya terus-menerus.
Demikian pula orang yang berjihad, tidak sesaat pun waktunya yang tersia-
siakan tanpa ada pahala.
Orang yang gugur dalam berjihad akan masuk surga tanpa hisab dan
adzab, atau Allah memasukkannya ke dalam surga saat kematiannya.
Sedangakan orang yang tidak gugur dalam jihad atau kembali dengan selamat
mendapatkan harta rampasa atau Ghanimah.
Kaki seorang yang jihad di jalan Allah tidak disentuh oleh api neraka
karena adanya debu. Hal ini merupakan isyarat keagungan nilai suatu perbuatan
dalam berjuang di jalan Allah. Jika sekadar sentuhan debu pada kaki
menyebabkan diiharamkannya dari api neraka.
ِ ِ ٍ
َّه ُم
َ اس الشَّاعَر َو َكا َن اَل يُت ُ يب بْ ُن َأيِب ثَابِت قَ َال مَس ْع
ِ َّت َأبَا الْ َعب ِ
ُ آد ُم َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ َح َّد َثنَا َحب
َ َح َّدثَنَا
Telah bercerita kepada kami Adam telah bercerita kepada kami Syu'bah
telah bercerita kepada kami Habib bin Abi Tsabit berkata aku mendengar Abu Al
'Abbas Asy-Sya'ir, dia adalah orang yang tidak buruk dalam hadits-hadits yang
diriwayatkannya, berkata aku mendengar 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma
berkata: "Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu
meminta izin untuk ikut berjihad. Maka Beliau bertanya: "Apakah kedua orang
tuamu masih hidup?" Laki-laki itu menjawab: "Iya". Maka Beliau berkata:
"Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti) ".
Hadits di atas menerangkan tentang bahwa anak tidak wajib ikut perang
fardhu kifayah, jika kedua atau salah satu orang masih hidup dan mereka tertimpa
masalah jika anak ikut berperang, terkecuali jika mereka (kedua orang tua)
mengizinkan anak mereka agar ikut perang. Berhukum haram jika kedua orang
tua atau salah satu orang tuanya melarang dengan syarat mereka Muslim. Sebab
berbakti kepada orang tua hukumnya fardhu ‘ain, sedangkan jihad hukumnya
fardhu kifayah. Jika jihad hukumnya fardhu ‘ain, maka tidak perlu izin mereka
maupun ridha mereka, demikian pendapat jumhur ulama.
3) Muhajirin
Imam Ali as • Hamzah • Ammar bin Yasir • Abu Dzar al-
Ghifari • Miqdad bin 'Amr • Bilal al-Habsyi • Arqam bin Abi
Arqam • Budail bin Warqa' • Abu Rafi' • Abdullah bin Mas'ud • Abbas bin
Abdul Muththalib • Khabbab bin Arat • Usamah bin Zaid• Abu
Hudzaifah • Abu al-'Ash bin Rabi' • Thalhah • Zubair bin 'Awwam • Ibnu
Abbas • Salman al-Farisi • Syurahbil bin Hasanah • Khalid bin
Sa'id • Utsman bin Mazh'un • Utsman bin Affan • Sa'ad bin Abi
Waqqash • 'Amr bin Hamiq al-Khuza'i • Shuhaib bin Sinan • Abu
Bakar • Umar bin Khattab • Zaid bin Haritsah • Abu Ubaidah bin
Jarrah • Ubaidillah bin Abbas bin Abdul Muttalib • Jabir bin
Samurah • Abdullah bin Umar • Abdullah bin Jakfar bin Abi Thalib
Fatimah az-Zahra sa • Fatimah binti Asad • Ummu Aiman • Ummu
Salamah • Aisyah • Zainab binti Jahsy • Ruqayyah binti
Muhammad • Shafiyah binti Abdul Mutthalib • Saudah binti Zam'at bin
Qais
4) Anshar
Jabir bin Abdillah al-Anshari • Khuzaymah bin Tsabit • As'ad bin
Zurarah • Abul Haytsam bin Tayyihan • Abu Qatadah Anshari • Sahl bin
Hunaif • Utsman bin Hunaif • Abu Lubaba Anshari • Zaid bin Arqam.
Jabir bin Abdillah al-Anshari • Khuzaymah bin Tsabit • As'ad bin
Zurarah • Abul Haytsam bin Tayyihan • Abu Qatadah Anshari • Sahl bin
Hunaif • Utsman bin Hunaif • Abu Lubaba Anshari • Zaid bin
Arqam • Buraidah bin Hushaib al-Aslami • Abu Sa'id al-
Khudri • Hanzhalah bin Abi 'Amir • Abu Ayyub al-Anshari • Abu
Thalhah • Zaid bin Tsabit • Bara' bin 'Azib • Aus bin Tsabit •Syaddad bin
Aus • Abu Dujanah • Khubaib bin 'Adi • Sa'ad bin 'Ubadah • Sa'ad bin
Mu'adz • Hudzaifah bin Yaman • Hassan bin Tsabit • Muadz bin
Jabal • Bilal bin Harits • Qais bin Sa'ad bin 'Ubadah • Abdullah bin
Rawahah • Sa'id bin Sa'ad • Sahl bin Sa'ad Sa'idi
Ummu 'Umarah • Rumaisha binti Milhan
5) Badriyyun
Imam Ali as • Hamzah • Sahl bin Hunaif • Bilal al-Habasyi • Abdullah
bin Mas'ud • Usman bin Mazh'un • Shuhaib bin Sinan • Abdullah bin
Abdul Asad • 'Ammar bin Yasir • Miqdad bin 'Amr • Abu al-Haitsam bin
al-Tayyihan • Ubay bin Ka'ab • Basyir bin Sa'ad • Mush'ab bin
Umair • Zaid bin Haritsah • Ka'ab bin Amr dari pihak wanita tidak ada.
7) Sahabat lain
Salman al-Farsi • Aqil bin Abi Thalib • Hanzalah bin Rabi' • Sulaiman
bin Shurad al-Khuzai • Sa'ad bin Mas'ud al-Tsaqafi • Hujr bin 'Adi • Amru
bin Ash • Malik bin Nuwairah • Khalid bin Walid • Aban bin
Sa'id • Tamim al-Dari • Abu Musa al-Asy'ari • Mushayyib bin
Najabah • Amir bin Watsilah
Shafiyah binti Huyay • Maimunah binti Harits • Umamah binti Abi
al-'Ash
C. Fiqhul Hadis
Ketika berbicara tentang jihad maka tidak lepas dari dua term lain yang
terkadang dikaitkan dengannya, al-qitâl dan al-harb. Sekilas, tiga kata ini
memiliki kesamaan makna, namun jika ditelurusi lebih lanjut, akan terdapat
perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Secara etimologi, jihad berasal dari kata kerja jâhada-yujâhidu, masdarnya
jihâdan wa mujâhadatan. Dalam Lisan al-‘Arab, Ibnu Mandzur menjelaskan
bahwa jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-tâqah (kekuatan), al-wus’u (usaha)
dan al-masyaqqah (kesulitan). Pendapat Ibnu Mandzur ini senada dengan
Muhammad Murtadha al-Husain al-Zabidi dalam Tâju al-‘Arus, namun sedikit
berbeda dengan Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abdi al-Qadir alRazi dalam
Mukhtar al-Shahâh yang menyebutkan jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-
tâqah, atau al-jahd artinya almasyaqqah. Dengan demikian, asal kata jihad adalah
al-jahdu dengan mem-fathah-kan huruf jîm atau al-juhdu dengan mendhammah-
kan huruf jîm, yang artinya al-tâqah (kekuatan), al-wus’u (usaha) dan al-
masyaqqah (kesulitan).
Jihad adalah salah satu syariat Islam yang mulia dan tinggi kedudukannya
di sisi Allah Subahanahu wa Taala. Bahkan, Allah menjanjikan pahala yang besar
untuk orang yang berjihad di jalanNya dengan ikhlas dan demi meninggikan
kalimat tauhid.
Tetapi, akhir-akhir ini kata jihad berubah menjadi sebuah kata yang
menakutkan dan menjadi momok masyarakat akibat ulah sekelompok orang.
Sejumlah orang melakukan tindakan kekerasan seperti pengeboman rumah ibadah
atau bom bunuh diri dengan mengatasnamakan jihad. Akibatnya, pengertian jihad
dalam Islam menjadi kabur, bahkan di kalangan muslim sendiri. Bahkan, ada
yang merasa risih menggunakan istilah mulia ini.
Dari Hadits-hadits di atas telah diketahui bahwa jihad hukumnya fardhu
kifayah, namun juga akan menjadi fardhu ‘ain jika dalam keadaan tertentu.jihad
bagi kalaki-laki wajib hukumnya, namun bagi perempuan tidak wajib, bahkan haji
lebih utamadari berjihad bagi perempuan. Bahkan perumpaman nya orang yang
berjihad derajatnya masih lebih tinggi daripada mukmin yang berada di satu
lembah pegunungan, kemudia dia bertakwa kepada allah dan menghindar dar
kejahatan.
Dari hadits di atas juga paparkan bahwa kaki orang yang berjihad jika
terkena debu, tidak akan tersentuh oleh api neraka. Sungguh sangat mulia orang
yang berjuang untuk pembelaan agama, mempertahankan agama Allah. Bahkan
orang yang telah gugur dalam jihad di jalan Allah, matinya tanpa hisab dan siksa,
artinya langsung di masukkan ke dalam surga. Dari hadits di atas juga terdapat,
bahwa orang yang berjihad harus atas seizin kedua orang tuanya. Jika kedua
orang tuanya ataupun salah satunya tidak mengizinkan maka berbakti kepada
orang tua sudah dihitung jihad. Kecuali jihad ataupun perang nya berhukum
fardhu ‘ain, maka tanpa seizin pun boleh mengikuti perang, hal ini pendapat
jumhur ulama’.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Albani, Muhammad Nshiruddin. T. Th. Ringkasan Shahih Muslim, Jilid II. T. Tmp:
Pustaka Azam.
Imran, Abdurrahman bin Hamad Ali. 1390 H. al-Jihâdu. Riyadh: al-Qashim, Cetakan I.
Abu Dawud, Sulaiman, Sunan, riset. Muhammad Muhyiddin, Abdul Hamid, Kairo, Dar
Ihya al-Sunnah al-Nabawiyyah.
Abu Amr al-Dani, Utsman, al-Taysir, riset. Otto Pretzel, Istanbul, 1930 M.
Abu Ishaq Syirazi, Ibrahim, Thabaqât al-Fuqahâ, riset. Ihsan Abbas, Beirut, 1401 H/
1981 M.