Anda di halaman 1dari 5

Menghindari Ekstremisme

dalam Beragama dan


Berkehidupan

Rasulullah saw. mengajarkan agama Islam yang selaras dengan nilai-nilai


kemanusiaan, sesuai fitrah manusia. Islam yang mudah, yang indah, tidak sulit
dan tidak menakutkan. Beliau bersabda: Yassiru wa laa tu’assiruu wa basy-
syiruu wa laa tunaffiruu (mudahkanlah dan janganlah menyulitkan,
gembirakanlah dan jangan menakuti, HR. Bukhari-Muslim, dari Anas bin Malik).
Karenanya, semua ajaran Islam dan tentunya pemahaman terhadap ajaran
Islam haruslah bersifat memudahkan dan menggembirakan. Dengan demikian
semua pemahaman keagamaan yang cenderung membelenggu, mengekang
kehidupan, dan tidak memberikan pilihan, perlu ditinjau kembali. Apakah ada
kekeliruan dalam memahami teks atau keliru dalam melihat konteks suatu teks
hadir (asbabun-nuzul atau asbabul-wurud), sebab pada dasarnya agama Islam
tidak mengajarkan pemahaman dan pengamalan agama secara ekstrem, baik
ekstrem kaku maupun ekstrem kendor.

َ َ‫ ف‬، ُ‫ َولَنْ يُشَا َّد الدِّينَ أَ َح ٌد إِالَّ َغلَبَه‬، ‫س ٌر‬


‫س ِّددُوا َوقَا ِربُوا‬ ْ ُ‫عَنْ أَبِى ُه َر ْي َرةَ ع َِن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل « إِنَّ الدِّينَ ي‬
‫ستَ ِعينُوا بِا ْل َغ ْد َو ِة َوال َّر ْو َح ِة َوش َْى ٍء ِمنَ ال ُّد ْل َج ِة‬ ِ ‫» َوأَ ْب‬
ْ ‫ َوا‬، ‫ش ُروا‬

Artinya :

“Dari Abu Hurairah, dari Nabi  saw.. bersabda:  “Sungguh  agama Islam ini
mudah. Tidak satupun orang yang mempersulit/memperkeras  agama ini,
kecuali ia akan terkalahkan. Berlaku benarlah (dalam  kata dan
perbuatan),  saling mendekatlah, dan gembirakanlah, serta  bermohonlah
pertolongan (kepada Allah) di waktu pagi, sore, dan sedikit dari malam.”  (HR.
Bukhari, no. 39).

Selanjutnya beberapa riwayat hadis berikut menunjukkan bahwa Nabi


Muhammad saw. mengajarkan pentingnya prinsip keseimbangan dan anti
terhadap ekstremisme, antara lain:

 « ُ‫س ْم َحة‬ ِ ‫» أَ َح ُّب الد‬  


َّ ‫ال‬ ُ‫ِّين إِلَى هَّللا ِ ا ْل َحنِيفِيَّة‬

Nabi saw. bersabda:  “Beragama yang paling dicintai Allah adalah bersikap lurus
dan berlapang hati”. (HR. Bukhari, no. 30).

Maksudnya: keberagamaan yang lurus menuju kebenaran dan Ridha Allah serta
tidak belok menuju kebatilan dan pelanggaran. Lapang hati artinya luas
pandangan dan tidak sulit/mempersulit serta mempersempit diri sendiri
sehingga membuat diri jadi tenang, damai, dan tenteram. Lapang hati juga
bermakna tidak sempit sehingga dapat memahami dan menampung perbedaan
pendapat, perbedaan madzhab, perbedaan metode berpikir yang dengan
demikian akan beragama secara inklusif atau terbuka, tidak eksklusif, selama
masing-masing mendasarkan pada dalil yang dapat dipertanggungjawabkan,
bukan berdasar hawa nafsu dan pemikiran sempit. Jika suatu pendapat yang
ditetapkan dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan benar akan
mendapatkan 2 pahala. Sebaliknya, jika terjadi kekeliruan, tetap mendapatkan
1 pahala karena telah bersungguh-sungguh dalam merumuskan suatu hukum.

Juga ditegaskan bahwa Nabi saw. tidak mengajarkan keberlebihan dalam


menjalankan praktik keagamaan sebagaimana disebutkan dalam riwayat
berikut:

َ ْ‫ ت َْذ ُك ُر ِمن‬.‫ قَالَتْ فُالَنَةُ الَ تَنَا ُم‬.» ‫ د ََخ َل َعلَ ْي َها َو ِع ْن َدهَا ا ْم َرأَةٌ فَقَا َل « َمنْ َه ِذ ِه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫شةَ أَنَّ النَّبِ َّى‬
‫ فَقَا َل‬.‫صالَتِ َها‬ َ ِ‫عَنْ عَائ‬
ُ‫احبُه‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫ َو َكانَ أَ َح ُّب الد‬.» ‫« َم ْه َعلَ ْي ُك ْم ِمنَ ا ْل َع َم ِل َما ت ُِطيقُونَ فَ َوهَّللا ِ الَ يَ َم ُّل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل َحتَّى تَ َملُّوا‬.
َ ‫ِّين إِلَ ْي ِه َما دَا َم َعلَ ْي ِه‬
Artinya:

Dari Aisyah  RA.,  bahwa Nabi saw.   masuk ke ruang Aisyah dan di sisinya
terdapat seorang perempuan. Nabi bertanya, siapa perempuan ini? Aisyah
menjawab: Si Fulanah. Ia tidak tidur. Dan menyebutkan sebagian shalatnya.
Lalu Nabi bersabda: “Mah, tidaklah begitu. Kewajibanmu dalam beramal adalah
apa yang kalian mampu/sanggupi  (maksimal). Demi Allah, Allah tidak pernah
bosan hingga kalian  merasa  bosan  dan agama yang paling dicintai Allah adalah
amal ibadah yang dilakukan secara mudawamah (kontinyu dan istikamah dalam
hati yang rela). (HR. Nasa’i, no. 5052)

Kejadian serupa juga dialami oleh sahabat bernama ‘Abdullah ibn ‘Amr yang
hendak berlebihan dalam berpuasa, sebagai berikut:

‫ د ََخ َل َعلَ ْي ِه بَ ْيتَهُ فَقَا َل « يَا َع ْب َد هَّللا ِ بْنَ َع ْم ٍرو أَلَ ْم أُ ْخبَ ْر أَنَّ َك تَ َكلَّفُ قِيَا َم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو أَنَّ َر‬
‫ش ُر أَ ْمثَالِ َها فَ َكأَنَّ َك‬
ْ ‫سنَةُ َع‬ َ ‫ش ْه ٍر ثَالَثَةَ أَيَّ ٍام ا ْل َح‬
َ ‫صو َم ِمنْ ُك ِّل‬ ُ َ‫سبَ َك َوالَ أَقُو ُل ا ْف َع ْل أَنْ ت‬
ْ ‫ فَقَا َل « إِنَّ َح‬.‫ قَا َل إِنِّى ألَ ْف َع ُل‬.» ‫صيَا َم النَّ َها ِر‬ ِ ‫اللَّ ْي ِل َو‬
‫صو َم ِمنْ ُك ِّل ُج ُم َع ٍة ثَالَثَةَ أَيَّ ٍام‬ ُ َ‫سبِ َك أَنْ ت‬ ْ ‫ قَا َل « إِنَّ ِمنْ َح‬.َ‫ قَا َل فَ َغلَّ ْظتُ فَ ُغلِّظَ َعلَ َّى قَا َل فَقُ ْلتُ إِنِّى ألَ ِج ُد قُ َّوةً ِمنْ َذلِك‬.» ُ‫ص ْمتَ ال َّد ْه َر ُكلَّه‬ ُ ‫قَ ْد‬
‫صفُ ال َّد ْه ِر‬ْ ِ‫صيَا ُم دَا ُو َد ن‬ ِّ ‫ « أَ ْع َد ُل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ فَقَا َل النَّبِ ُّى‬.ً‫ قَا َل فَ َغلَّ ْظتُ فَ ُغلِّظَ َعلَ َّى فَقُ ْلتُ إِنِّى ألَ ِج ُد بِى قُ َّوة‬.»
ِ ِ ‫الصيَ ِام ِع ْن َد هَّللا‬
‫ضعْفُ َكانَ يَقُو ُل‬ ِّ ‫الصيَا َم َحتَّى إِ َذا أَ ْد َر َكهُ ال‬
َّ ‫سنُّ َوال‬ ِّ ‫صو ُم َذلِ َك‬ ٌّ ‫ق َوألَ ْهلِ َك َعلَ ْي َك َح‬
ُ َ‫ قَا َل فَ َكانَ َع ْب ُد هَّللا ِ ي‬.» ‫ق‬ ِ ‫ ثُ َّم قَا َل « لِنَ ْف‬.»
ٌّ ‫س َك َعلَ ْي َك َح‬
‫ أَ َح ُّب إِلَ َّى ِمنْ أَ ْهلِى َو َمالِى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ َ ‫ألَنْ أَ ُكونَ قَبِ ْلتُ ُر ْخ‬.
ُ ‫صةَ َر‬

Artinya:

Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bahwa Rasulullah  saw.. singgah ke rumahnya dan
bersabda: “Wahai Abdullah, benarkah  aku mendapat kabar bahwa engkau
memaksakan diri shalat sepanjang malam dan puasa sepanjang siang?”
Abdullah berkata: “Sungguh aku bisa melakukannya”. Lalu Nabi
menasehatinya: “Sungguh cukup bagimu, namun aku tidak mengatakan
‘kerjakan’, untuk berpuasa 3 hari di tiap bulan (tanggal 13, 14, dan 15 bulan
Qamariyah). Kebaikan itu pahalanya sepuluh kali lipat maka puasa demikian
setara dengan puasa setahun penuh”.   Kemudian Abdullah berkata: “Aku masih
kuat lebih dari itu”. Nabi menyarankan: “Sungguh cukup bagimu untuk puasa 3
hari dalam sejumat/sepekan”. Abdullah menyatakan masih kuat. Lalu Nabi
mengatakan: “Puasa yang paling banyak adalah puasa Nabi Dawud, separuh
tahun (sehari puasa, sehari berbuka). Kemudian Nabi memesankan: “Jiwa
ragamu  punya hak  atasmu  dan keluargamu punya hak  pula  atas
dirimu”. Kemudian Abdullah menjalankan puasa Dawud hingga usia lanjut dan
kondisi fisik lemah. Abdullah mengatakan: “Kalau sekiranya aku menerima
rukhsah (keringanan) dari Rasulullah saw. tentu lebih aku senangi dari keluarga
dan hartaku”. (HR. Ahmad, no. 7057)

Juga ada hadis berikut yang mengingatkan kepada 3 orang tamu di rumah Nabi
agar tidak menjalankan praktik keberagamaan secara berlebihan:

‫سأَلُونَ عَنْ ِعبَا َد ِة‬ ْ َ‫اج النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – ي‬ ِ ‫ت أَ ْز َو‬ِ ‫س بْنَ َمالِ ٍك – رضى هللا عنه – يَقُو ُل َجا َء ثَالَثَةُ َره ٍْط إِلَى بُيُو‬ َ َ‫عَنْ أَن‬
‫م‬fَ ‫النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – فَلَ َّما أُ ْخبِ ُروا َكأَنَّ ُه ْم تَقَالُّوهَا فَقَالُوا َوأَيْنَ نَ ْحنُ ِمنَ النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – قَ ْد ُغفِ َر َلهُ َما تَقَ َّد‬
َ‫سا َء فَال‬ َ ‫ َوقَا َل‬. ‫صو ُم ال َّد ْه َر َوالَ أُ ْف ِط ُر‬
َ ِّ‫آخ ُر أَنَا أَ ْعتَ ِز ُل الن‬ ُ َ‫آخ ُر أَنَا أ‬ َ ُ‫ قَا َل أَ َح ُد ُه ْم أَ َّما أَنَا فَإِنِّى أ‬. ‫ِمنْ َذ ْنبِ ِه َو َما تَأ َ َّخ َر‬
َ ‫ َوقَا َل‬. ‫صلِّى اللَّ ْي َل أَبَدًا‬
‫ لَ ِكنِّى‬، ُ‫م لَه‬fْ ‫سو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – فَقَا َل « أَ ْنتُ ُم الَّ ِذينَ قُ ْلتُ ْم َك َذا َو َك َذا أَ َما َوهَّللا ِ إِنِّى ألَ ْخشَا ُك ْم هَّلِل ِ َوأَ ْتقَا ُك‬ ُ ‫ فَ َجا َء َر‬. ‫أَتَ َز َّو ُج أَبَدًا‬
‫س ِمنِّى‬ َ ‫سنَّتِى فَلَ ْي‬ ُ ْ‫ب عَن‬ َ ‫ فَ َمنْ َر ِغ‬، ‫سا َء‬ َ ُ‫ َوأ‬، ‫صو ُم َوأُ ْف ِط ُر‬
َ ِّ‫صلِّى َوأَ ْرقُ ُد َوأَتَ َز َّو ُج الن‬ ُ َ‫ » أ‬.

Artinya:

Dari Anas bin Malik  ra.. Ia berkata: Ada 3 orang datang ke rumah istri
Nabi  saw.. Mereka bertanya tentang praktik ibadah Nabi  saw.. Ketika diberi
kabar tentang ibadah Nabi, mereka saling berbincang dan menyatakan: “Di
mana posisi kita dibanding Nabi, padahal Nabi sudah dibersihkan dari salah dan
dosa yang lalu maupun yang kemudian”.  Kemudian  salah seorang dari
mereka  berkata:  “Kalau begitu aku akan shalat malam terus-menerus
sepanjang malam (tanpa tidur)”. Yang lain berkata: “Aku akan berpuasa
sepanjang waktu dan tidak berbuka. Dan yang lain lagi berkata: “Aku akan
menjauhi perempuan dan aku tidak menikah selamanya”. Kemudian
Rasulullah  saw.. datang dan berkata: “Apakah kalian yang telah berkata seperti
tadi itu? Adapun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah
dan menjaga ketakwaan, namun aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur,
dan akupun menikah dengan istri. Siapa yang membenci sunnah tradisiku,
bukanlah golonganku”. (HR. Bukhari, no. 5063 dan juga no. 745).
Dan masih banyak hadis lain senada yang memberi pesan jelas bahwa dalam
praktik beragama tidak dibenarkan bersikap berlebihan, tatharruf, ekstremitas,
serta menafikan hak-hak jiwa raga dan juga hak keluarga, yakni orang-orang
yang menjadi tanggung jawab perlindungan kita. Dalam praktik beragama tidak
dibenarkan ghuluw dan tafrith (berlebihan mengerjakan) dan
juga ifrath (berkekurangan). Munculnya sikap berlebihan disebabkan ada
kekeliruan dalam memahami pesan utama agama, karena pada dasarnya
agama itu mudah (al-dinu yusrun), tidak ada beban sulit atau berlebih
(‘adamul-haraj), dan semua diajarkan serba berangsur (al-tadrij fi al-tasyri’).

Anda mungkin juga menyukai