ً ون َحد
ِيثا َ ال َه ُؤاَل ِء ْال َق ْو ِم اَل َي َكاد
َ ُون َي ْف َق ُه ِ ► َف َم
► Artinya:
“...Maka mengapa orang-orang
itu hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan. Q.S. al-Nisa’ (4): 78
SYARI’AH
Perundangan
Ilahi
USHUL FIQH
Metodologi
FIQH
Hukum
Dengan melihat illustrasi di atas,
dapat dipastikan bahwa fiqh
merupakan produk yang dihasilkan
dari sumber hukum (syari’ah) melalui
proses metode tertentu yang
dilakukan oleh mujtahid. Hasil-hasil
tersebut kemudian disimpulkan
menjadi prinsip umum yang disebut
dengan kaidah fiqh.
Dengan demikian, kaidah fiqh
dipandang sebagai lambang
kearifan fiqh yang
mendampingi ushul al-fiqh
sebagai cara berpikir hukum di
dalam fiqh untuk memecahkan
masalah-masalah baru yang
timbul.
Hukum Islam dam Pembagiannya
Hukum Islam adalah ketentuan-ketentuan
hukum yang berhubungan dengan amal
perbuatan manusia berdasarkan nash al-
Qur’an dan al-Hadits melalui penalaran
atau ijtihad para ulama’
Dengan demikian hukum Islam itu sifatnya
temporer, dapat berubah, tidak
sebagaimana syari‘at yang bersifat
permanen/abadi.
Hukum Islam dibagi menjadi tiga bagian,
antara lain:
1. Hukum Taklifi, yaitu ketentuan hukum
yang menuntut para mukallaf untuk
mengerjakan atau meninggalkannya suatu
perbuatan. Hukum taklifi ini menurut jumhur
ulama’ ushul fiqh terbagi menjadi empat
macam, yaitu: al-Ijab (wajib), al-Nadb
(Sunnah), al-Karahah (Makruh), dan al-
Tahrim (haram).
2. Hukum Takhyiri, yaitu ketentuan Allah yang
memberi peluang bagi para mukallaf untuk
memilih antara mengerjakan atau
meninggalkannya. Dalam pembahasan ilmu
ushul al-fiqh biasa disebut dengan al-Ibahah
(mubah),
3. Hukum Wadl‘i, yaitu ketentuan yang
diletakkan Syari’ sebagai pertanda ada atau
tidaknya hukum taklifi. Dan ketentuan ini
dituntut untuk di taati dengan baik, karena
mempengaruhi terwujudnya perbuatan
mukallaf yang terkait langsung dengan
ketentuan wadl‘i tersebut
WALLAHU A’LAM
TERIM KASIH