Anda di halaman 1dari 17

2.

Pengertian Fiqh dan Contohnya

Fiqh ( )adalah bahasa Arab dalam bentuk mashdar (kata dasar)


yang fiil-nya (kata kerjanya) adalah . Kata fiqh semula berarti
(pengetahuan) dan ( pemahaman). Al-fiqh, al-ilm dan al-fahm merupakan
kata-kata yang sinonim
Definisi fiqih secara umum, ialah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-
macam syariat atau hukum islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia,
baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat sosial.

contoh fiqh:

segala kegiatan manusia yang wajib, haram, mubah, sunnah, makruh,


perikatan yang sahih (sah), perikatan yang fasid (rusak) dan yang batal, serta
menerangkan tentang ibadah yang dilaksanakan secara qada(pelaksanaannya di
luar ketentuan waktunya) dan hal-hal lain semacamnya. misalnya : membahas
mengenai barang haram seperti minuman keras, daging babi dan lain-lain.

Pengertian ushul fiqh dan contohnya

ushul fiqih adalah dasar yang dipakai oleh pikiran manusia untuk
membentuk hukum yang mengatur kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Prof. Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqy, definisi ushul fiqih adalah kaidah-
kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya, dan
dalil-dalil hukum (kaidah-kaidah yang menetapkan dalil-dalil hukum)

Contoh ushul fiqh:

Ulama ushuliyyin (ahli ushul fiqh) menyatakan sebuah kaidah ushul:

[Type text]
Perintah pada dasarnya berarti wajib

Ketika para ahli fiqh (fukaha) mengkaji surat al-Isra ayat 78:


)78 (

Dirikanlah shalat ketika matahari tergelincir sampai terbenamnya mega merah


dan (dirikan) shalat saat munculnya fajar. Sesungguhnya fajar itu dapat terlihat.

Terlihat bahwa perintah tersebut tidak disertai hal-hal yang membuatnya berarti
lain selain perintah shalat pada waktu-waktu tertentu. Berdasarkan akidah ushuldi
atas, perintah tersebut bermakna wajib. Karena itu, ahli fikih memutuskan bahwa
perintah shalat pada waktu tertentu bermaksa wajib. Itu berarti ahli
fiqhmenggunakan kaidah-kaidah yang dikaji dan dirumuskan ahli ushul untuk
melakukan penggalian hukum dari Alquran

Pengertian Tariqh tasyri

Pengertian Tarikh Tasyri' Islam.Tasyri' Islam ialah pembentukan


perundang-undangan dalam Islam atau pembentukan perundang-undangan atas
dasar Islam. Tarikh Tasyri' Islam berarti Pembahasan tentang gegala aklitas
manusia dalam hal pembentukan perundang-undangan dalam Islam pada masa
lalu yang disusun secara sistematis dan kronologis. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa tarikh tasyri Islam ialah sejarah pembentukan perundang-undangan dalam
Islam yang tersusun secara sistemalis dan kronologis.

Pengertian Qawaidul Fiqhiyah

Qawaidul fiqhiyah adalah Suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum)


yang berlaku pada semua bagian-bagian atau cabang-cabangnya yang banyak
yang dengannya diketahui hukum-hukum cabang itu.

[Type text]
Pengertian itikaf

Dari Abu Hurairah . ia berkata, Rasulullah biasa beritikaf


pada tiap bulan Ramadhan sepuluh hari, dan tatkala pada tahun beliau meninggal
dunia, beliau telah beritikaf selama dua puluh hari (Haditst Riwayat Bukhari).
Sedangkan secara Istilah, Itikaf didefinisikan berbeda-beda oleh para ulama.
Meskipun sebenarnya, definisi-definisi tersebut mengarah kepada satu pengertian
yang sama, jadi perbedaannya lebih karena beda dari segi penyusunan kata-kata.
Berikut definisi dari mazhab empat tentang pengertian Itikaf,
Menurut Imam Hanafi : Berdiamnya seseorang di masjid yakni masjid jami-
disertai puasa dan niat Itikaf.
Maliki : Itikaf adalah berdiamnya seorang muslim yang mumayiz di masjid
dengan disertai puasa dengan menjauhi jima, selama sehari semalam atau lebih
dengan tujuan ibadah disertai niat.
SyafiI : Yaitu berdiamnya seseorang di masjid dengan pengertian khusus dengan
disertai niat.
Hanbali : Yaitu berdiamnya seseorang di masjid untuk beribadah, dengan tatacara
tertentu.

B. Waktu Itikaf
Itikaf boleh dikerjakan pada semua waktu, baik dibulan Ramadhan
maupun di waktu-waktu yang lain. Dan mengenai lama pelaksanaannya, ulama
berbeda pendapat. Menurut madzhab Hanafi, Itikaf sunnah itu sekurang-
kurangnya dikerjakan selama tempo yang singkat, yakni tidak ada ukurannya. Jadi
menurut mahzab ini, Itikaf sudah terlaksana hanya berdiam diri didalam masjid
disertai niat meskipun hanya beberapa menit. Sedangkan menurut Malikiyah,
Itikaf itu sekurang-kurangnya sehari semalam. Dan pelakuanya wajib berpuasa.
jadi, menurut mazhab ini, tidak sah Itikaf yang tidak diiringi dengan puasa.
Sedangkan Syafiiyah dan Hanabilah memiliki pendapat yang hampir serupa,

[Type text]
yakni Itikaf itu sekurang-kurangnya dikerjakan sekedar waktu yang dibutuhkan
untuk tumaninah ketika shalat.
Kesimpulannya, ulama sepakat bahwa Itikaf boleh dikerjakan di dalam
dan di luar Ramadhan. Dan jumhur ulama berpendapat, bahwa Itikaf itu sah
dilakukan meskipun dalam tempo yang singkat.

contoh itikaf :
Kita berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk
dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih
dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.







Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul
bagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim
tempat shalat. dan Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang itikaf, yang ruku
dan yang sujud. (QS Al Baqarah 2:125)

3. Pengertian Rukun Islam

Pengertian Rukun Islam sendiri dengan cara bahasa yaitu taat dan dengan cara
hukum syara yaitu taat kepada hukum hukum Allah SWT. Setelah Itu adapun
Rukun Islam yang wajib & mesti kita lakukan yang merupakan seseorang Muslim
(Pemeluk Agama Islam) antara lain juga sebagai berikut :

1. Mengucapkan 2 Kalimat Syahadat

Rukun Islam yang pertama kali mesti / wajib dilakukan bagi seorang yang bakal
masuk agama Islam yaitu mengucapkan 2 kalimat Syahadat yang memiliki
pengertian Meyakinkan tak ada tuhan yang terkecuali di sembah di dunia ini
kecuali Allah SWT dan Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw adalah utusan

[Type text]
Allah. S.W.T. Lafal Syahadat mampu kamu saksikan di bawah ini beserta artinya.

2. Mendirikan Shalat

Rukun Islam ke Dua yang mesti kita melakukan yakni mendirikan / menunaikan /
lakukan Shalat, adapun jenis Shalat yang mesti / wajib dilakukan oleh seseorang
muslim ialah 5 Shalat Wajib yang antara lain Shalat Subuh, Shalat Dhuhur, Shalat
Asyar, Shalat Maghrib & Shalat Isya. Kelima Shalat Wajib tersebut mesti
dilaksanakan dan didirikan oleh seluruh seseorang Muslim ataupun Muslimah
dikarenakan Shalat yakni ibadah badan nyata yang paling unggul mengalahkan
ibadah yang lainnya seperti puasa, ibadah haji, zakat, shalat sunah dll sebagainya.

3. Membayar Zakat

Rukun Islam yang ke tiga yang mesti kita melakukan adalah membayar Zakat &
adapun dari ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, dirinya mengemukakan bahwa
Nabi Muhammad Saw bersabda

Islam didirikan di atas 5 dasar ialah bersaksi bahwasanya tak ada tuhan yang
berhak di ibadahi (disembah) dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, Mendirikan / Melakukan Shalat, Mengeluarkan / Membayar Zakat,
Berhaji ke Baitulloh & Berpuasa pada bulan Ramadhan.

[Type text]
Adapun di dalam Agama Islam memajibkan kita juga sebagai muslim dalam
membayar zakat kepada orang yang mempunyai wewenang menerima zakat
(Mustahiq) & mustahiq zakat sendiri itu ada delapan kriteria orang yang antara
lain :

a. Orang Fakir adalah orang yang tidak memiliki harga dan serta tugas buat
memenuhi keperluan sehari hari.

b. Orang Miskin merupakan yang memiliki harta dan Tugas namun tak menutupi
kebutuhannya sehari hari.

c. Amil ialah orang yang bertugas buat mengurus, menulis dan membagikan zakat
pd orang2 Mustahiq

d. Muallaf merupakan orang yang baru masuk islam

e. Riqob ialah hamba sahaya atau budak belian

f. Ghorim ialah orang yang terbelit hutang baik yang tak bisa untuk
membayarkannya

g. Sabilillah adalah orang yang berjuang dalam berjihad di jalan Allah S.W.T

h. Ibnu Sabil ialah orang yang bepergian jauh yang perbekalannya tak lumayan
hingga ketempat maksud

4. Menunaikan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan

Berpuasa di bulan Ramadhan yakni rukun islam yang keempat, memang lah
Berpuasa sendiri mampu dilakukan di hari hari yang lain seperti Puasa di hari
senin & kamis dll. Namun yang dimaksud di dalam Rukun Islam ke empat ini
adalah diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan, terhadap bulan Syaban
tahun ke-2 setelah Nabi Muhammad Saw lakukan hijrah & Puasa sendiri memiliki
3 tingkatan yang antara lain yang merupakan berikut :

[Type text]
Puasa Umum adalah Puasa yang cuma menahan lapar, haus dan nafsu
birahi
Puasa Khusus yakni Puasa yang menjaga semua anggota tubuh baik mata,
bibir, kuping dari aksi maksiat atau dosa
Puasa yang lebih khusus yakni puasa yang meyakinkan hatinya kepada
urusan akhirat & menginginkan ridho Allah. SWT semata

5. Ibadah Haji bagi yang sanggup

Seterusnya Rukun Islam yang terakhir atau kelima merupakan menunaikan haji
jikalau sanggup ke Makkah ( Arab Saudi ). Pengertian ibadah haji sendiri adalah
wujud ritual tiap-tiap tahun yang dilaksanakan kamus Muslim / Muslimah sedunia
yang sanggup baik material, fisik ataupun ilmu dengan berkunjung dan jalankan
sekian banyak aktivitas haji di sekian banyak ruang di Arab Saudi pad aketika
periode haji (Masa Zulhijah).

Penjelasan mengenai perjalanan Haji

1. Persiapan barang, kesehatan, identitas, dan juga diri dirumah 1 minggu


sebelum keberangkatan.
2. Mempersiapkan barang bawaan, dari mulai koper kecil dan koper besar.
3. Keberangkatan ke Asrama Haji Embarkasi
4. Berangkat sesuai jadwal dari depag dan memakai baju seragam haji
nasional
5. Membawa SIMA (surat izin masuk asrama) yang diberikan depag
6. Diasrama haji jamaah diberikan buku petunjuk, gelang identitas dan kartu
Asrama haji.
7. Keberangkatan ke bandara
8. Kedatangan di tanah suci (Bandara King Abdul Aziz Jeddah bagi
gelombang II)
9. Persiapan Miqot dan Niat Umrah

[Type text]
10. Untuk Miqot harus melakukan syaratnya dengan benar terlebih dahulu,
seperti mandi atau wudhu dll.
11. Kedatangan Di Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Azis Madinah
(Bagi gelombang I)
12. Setelah itu Melakukan Kegiatan Di Makkah, jamaah gelombang II bersiap
melakukan Umrah
13. Berangkat ke masjidil haram untuk melaksanakan thawaf, sai, dan
tahallul.
14. Untuk Perjalanan Haji Tanggal 8 Dzulhijjah
15. Persiapan Berangkat ke Arofah untuk wukuf
16. Setelah itu ke Muzdalifah
17. Melakukan Mabit
18. Berangkat ke Mina Tanggal 10 Dzulhijjah
19. Kembali ke Pondokan Makkah
20. Jamaah gelombang 1 melakukan kegiatan di Madinah
21. kegiatannya sama seperti sebelumnya
22. Dan apabila sudah selesai jamah kembali ke tanah air.

kegiatan utama dalam melaksankan ibadah haji :

Ihram dari Miqat


Thawaf Qudum
Sai
Tahallul (dari Umrah)
Ihram Haji
Mabit di Mina
Wuquf di Arafah
Mabit di Muzdalifah
Melontar Jumrah
Menyembelih Hewan
Mencukur/Memendekkan Rambut
Thawaf Ifadhah

[Type text]
Sai (Haji)
Mabit di Mina
Melontar Jumrah Ula
Thawaf wada

[Type text]
4. PENGERTIAN JUAL BELI DAN KONSEP RIBA

Jual beli ( )secara bahasa merupakan masdar dari kata diucapkan -


bermakna memiliki dan membeli. Kata aslinya keluar dari kata karena
masing-masing dari dua orang yang melakukan akad meneruskannya untuk
mengambil dan memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan
pembelian disebut .

Jual beli diartikan juga pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Kata lain dari al-bai
adalah asy-syira, al-mubadah dan at-tijarah.

2. Menurut syara

Pengertian jual beli ( )secara syara adalah tukar menukar harta dengan harta
untuk memiliki dan memberi kepemilikan (Mughnii 3/560).

Sebagian ulama lain memberi pengertian :

a. Menurut ulama Hanafiyah : Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan


cara khusus (yang dibolehkan). (Alauddin al-Kasani, Badai ash-ShanaI fi
Tartib asy-Syarai, juz 5, hal. 133)

b. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu : Pertukaran harta dengan harta


untuk kepemilikan. (Muhammad asy-Syarbini, Mugni al-Muhtaj, juz 2, hal. 2)

c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni : Pertukaran harta dengan


harta untuk saling menjadikan milik. (Ibnu Qudamah, al-Mughni, juz 3, hal. 559)

d. Tukar menukar harta meskipun ada dalam tanggungan atau kemanfaatan yang
mubah dengan sesuatu yang semisal dengan keduanya, untuk memberikan secara
tetap (Raudh al-Nadii Syarah Kafi al-Muhtadi, 203).

[Type text]
e. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling ridha.
(Idris Ahmad, Fiqh al-Syafiiyah)

f. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan
qabul dengan cara yang sesuai dengan syara. (Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar, hal.
329)

g. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan dan
memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.
(Fiqh al-Sunnah, hal. 126)

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di
antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
syara dan disepakati.

Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan mengandunghal-


hal antara lain :

Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar menukar

Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi seperti
barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.

Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya tidak sah
untuk diperjualbelikan.

Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak
memilikisesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan jual beli
dengan kepemilikan abadi.

JUAL BELI YANG DILARANG DALAM ISLAM

[Type text]
1. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)

Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan shahih apabila


dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dapat memilih dan mampu ber-
tasharruf secara bebas dan baik. Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya
adalah sbb :

a. Jual beli orang gila

b. Jual beli anak kecil

c. Jual beli orang buta

d. Jual beli terpaksa

e. Jual beli fudhul

f. Jual beli orang yang terhalang

2. Terlarang Sebab Shighat

Ulama fiqih telah sepakat atas sahnya jual beli yang didasarkan pada
keridaan di antara pihak yang melakukan akad, ada kesesuaian di antara ijab dan
qabul, berada di satu tempat dan tidak terpisah oleh suatu pemisah.

Jual beli yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dipandang tidak sah. Beberapa
jual beli yang dipandang tidak sah atau masih diperdebatkan oleh para ulama
adalah sbb :

a. Jual beli muathah

b. Jual beli melalui surat atau melalui utusan

c. Jual beli dengan isyarat atau tulisan

[Type text]
d. Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad

3. Terlarang Sebab Maqud Alaih (Barang Jualan)

Secara umum, maqud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran
oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi (barang jualan) dan harga.

Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila maqud alaih adalah
barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk, dapat diserahkan, dapat dilihat oleh
orang-orang yang akad, tidak bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada
larangan dari syara.

Selain itu, ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama tetapi
diperselisihkan oleh ulama lainnya, di antaranya sbb :

a. Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada

b. Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan

c. Jual beli gharar

d. Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis

e. Jual beli air

f. Jual beli barang yang tidak jelas (majhul)

i. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan

4. Terlarang Sebab Syara

[Type text]
Ulama sepakat membolehkan jual beli yang memenuhi persyaratan dan
rukunnya. Namun demikian, ada beberapa masalah yang diperselisihkan di antara
para ulama, di antaranya berikut ini :

a. Jual beli riba

b. Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan

c. Jual beli barang dari hasil pencegatan barang

d. Jual beli waktu adzan Jumat

e. Jual beli anggur untuk dijadikan khamr

f. Jual beli induk tanpa anaknya yang masih kecil

g. Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain

Konsep Riba :

KONSEP RIBA

1. Pengertian Riba
Riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli,
maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muaamalat dalam Islam. Mengenai hal ini Allah mengingatkan dalam Al-Quran
Surat An-Nisa : 29
Artinya : Hai orang-orang yang beriman janganah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan batil.

[Type text]
Dalam kaitanya dengan pengertian al-batil dalam ayat tersebut, ibnu
ArobiAl-Maliki menjelaskan seperti yang dikutif oleh Afzalurrohman.1[4]
pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang
dimaksud riba dalam ayat Al-Quran yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa
adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu
transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut
secara adil, seperti transaksi jual beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam
transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa
yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena
penggunaan si penyewa. Mobil misalnya, sesudah dipakai maka nilai
ekonomisnya pasti menurun jika dibandingkan sebelumnya. Dalam hal jual beli, si
pembeli membayar harga atas imbalan barang yang diterimanya.
Demikian juga dalam proyek bagi hasil, para peserta perkongsian berhak
mendapatkan keuntungan karena disamping menyertakan modal juga turut serta
menanggung kemungkinan resiko kerugian yang bisa saja muncul setiap saat.
Dalam transaksi simpan pinjam dana, secara konvensional si pemberi
pinjaman mengambil tambahan dalam bunga tanpa adanya suatu penyeimbangan
yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan
selama proses peminjaman tersebut. Namun, yang tidak adil disini adal peminjam
diwajibkan untuk selalu dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan
tersebut. Demikian juga dana itu tidak akan berkembang dengan sendirinya, hanya
dengan faktor waktu semata tanpa ada faktor orang yang menjalankan dan
mengusahakannya. Bahkan ketika orang tersebut mengusahakan bisa saja untung
bisa saja rugi.
Pengertian senada disampaikan oleh jumhur ulama sepanjang sejarah
Islam dari berbagai madzahib fiqhiyyah, diantaranya sebagai berikut.
a. Badr Ad-Din Al-Ayni pengarang Umdatul Qari syarah Shahih Al-Bhukhari.

[Type text]
Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. Menurut syariah riba berarti
penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis rill.2[5]
b. Imam zarkasi dari madzab Hanafi
Riba adalah tambahan yang disaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh
(atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
c. Raghib Al-Asfahani
Riba adalah penambahan atas harta pokok.
d. Imam An-Nawawi dari Madzab Syafii3[6].
Berdasarkan penjelasan Imam Nawawi diatas, dapat dipahami bahwa salah satu
bentuk riba yang dilarang oleh Al-Quran dan As-Sunnah adalah penambahan atas
harta pokok karena unsur waktu. Dalam dunia perbankan, hal tersebut dikenal
dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman.
e. Qatadah
Riba Jahiliyah adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hingga
waktu tertentu. Apabila telah datang saat membayar dan si pembeli tidak mampu
membayar, maka ia memberikan bayaran tambahan atas penangguhan.
f. Zaid Bin Aslam
Yang dimaksud dengan riba jahiliyah yang beramplikasi pelipatgandaan sejalan
dengan waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas mitranya. Pada saat
jatuh tempo ia berkata bayar sekarang atau tambah.
g. Mujahid
Mereka menjual daganganya dengan tempo. Apabila telah jatuh tempo dan (tidak
mampu membayar) si pembeli memberikan tambahan atas tambahan waktu.
h. Jafar As-Shodiq dari kalangan Madzab Syiah

[Type text]
Jafar As-Shodiq berkata ketika ditanya mengapa Allah SWT mengharamkan riba
supaya orang tidak berhenti berbuat kebajikan karena ketika diperkenankan untuk
mengambil bunga atas pinjaman maka seseorang tadi tidak berbuat maruf lagi
atas transaksi pinjam meminjam dan seterusnya. Padahal Qord bertujuan untuk
menjalin hubungan yang erat dan kebajikan antar manusia.
i. Imam Ahmad Bin Hambal. Pendiri Madzab Hambali
Imam Ahnad Bin Hambal ketika ditanya tentang riba beliau menjawab
sesungguhnya riba itu adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan
kepadanya apakah akan melunasi atauy membayar lebih. Jikalau tidak mampu
melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjaman) atas
penambahan waktu yang diberikan.
Jadi Dalam konteks Islam, Riba merupakan satu halnya yang sangat
dilarang. Bahkan penerapanya berakibat fatal bagi masyaraakat secara luas. Oleh
sebab itu, tidak lagi menjadi perdebatan tentang haramnya riba, baik dalam
lingkup Islam maupun non Islam.
Sedangkan mengenai mpermasalahan Bank konvensional dan bunganya terdapat
banyak perbedaan pendapat. Baik mengenai hukumnya mauoun tingkat nilai dari
suku bunga itu sendiri. Namun, setelah dianalisis lebih jauh, tidak dapat dihindari
bahwa bunga bank banyak memiliki kesamaan dengan riba. Bahkan pada
penerapanya pada zaman ini, bunga bank telah menemui kriteria riba nasiah
sehingga telah jelas keharamanya. Meski ada ulama-ulama maupun tokoh-tokoh
yang membolehkan adanya riba, namun itu hanya dalam jumlah minoritas,
sedangkan mayoritas ulama Internasional sepakat bahwa bunga bank sama
dengan riba dan hukumnya adalah haram secara mutlak.

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai