contoh fiqh:
ushul fiqih adalah dasar yang dipakai oleh pikiran manusia untuk
membentuk hukum yang mengatur kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Prof. Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqy, definisi ushul fiqih adalah kaidah-
kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya, dan
dalil-dalil hukum (kaidah-kaidah yang menetapkan dalil-dalil hukum)
[Type text]
Perintah pada dasarnya berarti wajib
Ketika para ahli fiqh (fukaha) mengkaji surat al-Isra ayat 78:
)78 (
Terlihat bahwa perintah tersebut tidak disertai hal-hal yang membuatnya berarti
lain selain perintah shalat pada waktu-waktu tertentu. Berdasarkan akidah ushuldi
atas, perintah tersebut bermakna wajib. Karena itu, ahli fikih memutuskan bahwa
perintah shalat pada waktu tertentu bermaksa wajib. Itu berarti ahli
fiqhmenggunakan kaidah-kaidah yang dikaji dan dirumuskan ahli ushul untuk
melakukan penggalian hukum dari Alquran
[Type text]
Pengertian itikaf
B. Waktu Itikaf
Itikaf boleh dikerjakan pada semua waktu, baik dibulan Ramadhan
maupun di waktu-waktu yang lain. Dan mengenai lama pelaksanaannya, ulama
berbeda pendapat. Menurut madzhab Hanafi, Itikaf sunnah itu sekurang-
kurangnya dikerjakan selama tempo yang singkat, yakni tidak ada ukurannya. Jadi
menurut mahzab ini, Itikaf sudah terlaksana hanya berdiam diri didalam masjid
disertai niat meskipun hanya beberapa menit. Sedangkan menurut Malikiyah,
Itikaf itu sekurang-kurangnya sehari semalam. Dan pelakuanya wajib berpuasa.
jadi, menurut mazhab ini, tidak sah Itikaf yang tidak diiringi dengan puasa.
Sedangkan Syafiiyah dan Hanabilah memiliki pendapat yang hampir serupa,
[Type text]
yakni Itikaf itu sekurang-kurangnya dikerjakan sekedar waktu yang dibutuhkan
untuk tumaninah ketika shalat.
Kesimpulannya, ulama sepakat bahwa Itikaf boleh dikerjakan di dalam
dan di luar Ramadhan. Dan jumhur ulama berpendapat, bahwa Itikaf itu sah
dilakukan meskipun dalam tempo yang singkat.
contoh itikaf :
Kita berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk
dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih
dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.
Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul
bagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim
tempat shalat. dan Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang itikaf, yang ruku
dan yang sujud. (QS Al Baqarah 2:125)
Pengertian Rukun Islam sendiri dengan cara bahasa yaitu taat dan dengan cara
hukum syara yaitu taat kepada hukum hukum Allah SWT. Setelah Itu adapun
Rukun Islam yang wajib & mesti kita lakukan yang merupakan seseorang Muslim
(Pemeluk Agama Islam) antara lain juga sebagai berikut :
Rukun Islam yang pertama kali mesti / wajib dilakukan bagi seorang yang bakal
masuk agama Islam yaitu mengucapkan 2 kalimat Syahadat yang memiliki
pengertian Meyakinkan tak ada tuhan yang terkecuali di sembah di dunia ini
kecuali Allah SWT dan Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw adalah utusan
[Type text]
Allah. S.W.T. Lafal Syahadat mampu kamu saksikan di bawah ini beserta artinya.
2. Mendirikan Shalat
Rukun Islam ke Dua yang mesti kita melakukan yakni mendirikan / menunaikan /
lakukan Shalat, adapun jenis Shalat yang mesti / wajib dilakukan oleh seseorang
muslim ialah 5 Shalat Wajib yang antara lain Shalat Subuh, Shalat Dhuhur, Shalat
Asyar, Shalat Maghrib & Shalat Isya. Kelima Shalat Wajib tersebut mesti
dilaksanakan dan didirikan oleh seluruh seseorang Muslim ataupun Muslimah
dikarenakan Shalat yakni ibadah badan nyata yang paling unggul mengalahkan
ibadah yang lainnya seperti puasa, ibadah haji, zakat, shalat sunah dll sebagainya.
3. Membayar Zakat
Rukun Islam yang ke tiga yang mesti kita melakukan adalah membayar Zakat &
adapun dari ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, dirinya mengemukakan bahwa
Nabi Muhammad Saw bersabda
Islam didirikan di atas 5 dasar ialah bersaksi bahwasanya tak ada tuhan yang
berhak di ibadahi (disembah) dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, Mendirikan / Melakukan Shalat, Mengeluarkan / Membayar Zakat,
Berhaji ke Baitulloh & Berpuasa pada bulan Ramadhan.
[Type text]
Adapun di dalam Agama Islam memajibkan kita juga sebagai muslim dalam
membayar zakat kepada orang yang mempunyai wewenang menerima zakat
(Mustahiq) & mustahiq zakat sendiri itu ada delapan kriteria orang yang antara
lain :
a. Orang Fakir adalah orang yang tidak memiliki harga dan serta tugas buat
memenuhi keperluan sehari hari.
b. Orang Miskin merupakan yang memiliki harta dan Tugas namun tak menutupi
kebutuhannya sehari hari.
c. Amil ialah orang yang bertugas buat mengurus, menulis dan membagikan zakat
pd orang2 Mustahiq
f. Ghorim ialah orang yang terbelit hutang baik yang tak bisa untuk
membayarkannya
g. Sabilillah adalah orang yang berjuang dalam berjihad di jalan Allah S.W.T
h. Ibnu Sabil ialah orang yang bepergian jauh yang perbekalannya tak lumayan
hingga ketempat maksud
Berpuasa di bulan Ramadhan yakni rukun islam yang keempat, memang lah
Berpuasa sendiri mampu dilakukan di hari hari yang lain seperti Puasa di hari
senin & kamis dll. Namun yang dimaksud di dalam Rukun Islam ke empat ini
adalah diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan, terhadap bulan Syaban
tahun ke-2 setelah Nabi Muhammad Saw lakukan hijrah & Puasa sendiri memiliki
3 tingkatan yang antara lain yang merupakan berikut :
[Type text]
Puasa Umum adalah Puasa yang cuma menahan lapar, haus dan nafsu
birahi
Puasa Khusus yakni Puasa yang menjaga semua anggota tubuh baik mata,
bibir, kuping dari aksi maksiat atau dosa
Puasa yang lebih khusus yakni puasa yang meyakinkan hatinya kepada
urusan akhirat & menginginkan ridho Allah. SWT semata
Seterusnya Rukun Islam yang terakhir atau kelima merupakan menunaikan haji
jikalau sanggup ke Makkah ( Arab Saudi ). Pengertian ibadah haji sendiri adalah
wujud ritual tiap-tiap tahun yang dilaksanakan kamus Muslim / Muslimah sedunia
yang sanggup baik material, fisik ataupun ilmu dengan berkunjung dan jalankan
sekian banyak aktivitas haji di sekian banyak ruang di Arab Saudi pad aketika
periode haji (Masa Zulhijah).
[Type text]
10. Untuk Miqot harus melakukan syaratnya dengan benar terlebih dahulu,
seperti mandi atau wudhu dll.
11. Kedatangan Di Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Azis Madinah
(Bagi gelombang I)
12. Setelah itu Melakukan Kegiatan Di Makkah, jamaah gelombang II bersiap
melakukan Umrah
13. Berangkat ke masjidil haram untuk melaksanakan thawaf, sai, dan
tahallul.
14. Untuk Perjalanan Haji Tanggal 8 Dzulhijjah
15. Persiapan Berangkat ke Arofah untuk wukuf
16. Setelah itu ke Muzdalifah
17. Melakukan Mabit
18. Berangkat ke Mina Tanggal 10 Dzulhijjah
19. Kembali ke Pondokan Makkah
20. Jamaah gelombang 1 melakukan kegiatan di Madinah
21. kegiatannya sama seperti sebelumnya
22. Dan apabila sudah selesai jamah kembali ke tanah air.
[Type text]
Sai (Haji)
Mabit di Mina
Melontar Jumrah Ula
Thawaf wada
[Type text]
4. PENGERTIAN JUAL BELI DAN KONSEP RIBA
Jual beli diartikan juga pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Kata lain dari al-bai
adalah asy-syira, al-mubadah dan at-tijarah.
2. Menurut syara
Pengertian jual beli ( )secara syara adalah tukar menukar harta dengan harta
untuk memiliki dan memberi kepemilikan (Mughnii 3/560).
d. Tukar menukar harta meskipun ada dalam tanggungan atau kemanfaatan yang
mubah dengan sesuatu yang semisal dengan keduanya, untuk memberikan secara
tetap (Raudh al-Nadii Syarah Kafi al-Muhtadi, 203).
[Type text]
e. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling ridha.
(Idris Ahmad, Fiqh al-Syafiiyah)
f. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan
qabul dengan cara yang sesuai dengan syara. (Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar, hal.
329)
g. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan dan
memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.
(Fiqh al-Sunnah, hal. 126)
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di
antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
syara dan disepakati.
Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar menukar
Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi seperti
barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.
Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya tidak sah
untuk diperjualbelikan.
Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak
memilikisesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan jual beli
dengan kepemilikan abadi.
[Type text]
1. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)
Ulama fiqih telah sepakat atas sahnya jual beli yang didasarkan pada
keridaan di antara pihak yang melakukan akad, ada kesesuaian di antara ijab dan
qabul, berada di satu tempat dan tidak terpisah oleh suatu pemisah.
Jual beli yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dipandang tidak sah. Beberapa
jual beli yang dipandang tidak sah atau masih diperdebatkan oleh para ulama
adalah sbb :
[Type text]
d. Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad
Secara umum, maqud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran
oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi (barang jualan) dan harga.
Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila maqud alaih adalah
barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk, dapat diserahkan, dapat dilihat oleh
orang-orang yang akad, tidak bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada
larangan dari syara.
Selain itu, ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama tetapi
diperselisihkan oleh ulama lainnya, di antaranya sbb :
a. Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada
[Type text]
Ulama sepakat membolehkan jual beli yang memenuhi persyaratan dan
rukunnya. Namun demikian, ada beberapa masalah yang diperselisihkan di antara
para ulama, di antaranya berikut ini :
Konsep Riba :
KONSEP RIBA
1. Pengertian Riba
Riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli,
maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muaamalat dalam Islam. Mengenai hal ini Allah mengingatkan dalam Al-Quran
Surat An-Nisa : 29
Artinya : Hai orang-orang yang beriman janganah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan batil.
[Type text]
Dalam kaitanya dengan pengertian al-batil dalam ayat tersebut, ibnu
ArobiAl-Maliki menjelaskan seperti yang dikutif oleh Afzalurrohman.1[4]
pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang
dimaksud riba dalam ayat Al-Quran yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa
adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu
transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut
secara adil, seperti transaksi jual beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam
transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa
yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena
penggunaan si penyewa. Mobil misalnya, sesudah dipakai maka nilai
ekonomisnya pasti menurun jika dibandingkan sebelumnya. Dalam hal jual beli, si
pembeli membayar harga atas imbalan barang yang diterimanya.
Demikian juga dalam proyek bagi hasil, para peserta perkongsian berhak
mendapatkan keuntungan karena disamping menyertakan modal juga turut serta
menanggung kemungkinan resiko kerugian yang bisa saja muncul setiap saat.
Dalam transaksi simpan pinjam dana, secara konvensional si pemberi
pinjaman mengambil tambahan dalam bunga tanpa adanya suatu penyeimbangan
yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan
selama proses peminjaman tersebut. Namun, yang tidak adil disini adal peminjam
diwajibkan untuk selalu dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan
tersebut. Demikian juga dana itu tidak akan berkembang dengan sendirinya, hanya
dengan faktor waktu semata tanpa ada faktor orang yang menjalankan dan
mengusahakannya. Bahkan ketika orang tersebut mengusahakan bisa saja untung
bisa saja rugi.
Pengertian senada disampaikan oleh jumhur ulama sepanjang sejarah
Islam dari berbagai madzahib fiqhiyyah, diantaranya sebagai berikut.
a. Badr Ad-Din Al-Ayni pengarang Umdatul Qari syarah Shahih Al-Bhukhari.
[Type text]
Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. Menurut syariah riba berarti
penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis rill.2[5]
b. Imam zarkasi dari madzab Hanafi
Riba adalah tambahan yang disaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh
(atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
c. Raghib Al-Asfahani
Riba adalah penambahan atas harta pokok.
d. Imam An-Nawawi dari Madzab Syafii3[6].
Berdasarkan penjelasan Imam Nawawi diatas, dapat dipahami bahwa salah satu
bentuk riba yang dilarang oleh Al-Quran dan As-Sunnah adalah penambahan atas
harta pokok karena unsur waktu. Dalam dunia perbankan, hal tersebut dikenal
dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman.
e. Qatadah
Riba Jahiliyah adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hingga
waktu tertentu. Apabila telah datang saat membayar dan si pembeli tidak mampu
membayar, maka ia memberikan bayaran tambahan atas penangguhan.
f. Zaid Bin Aslam
Yang dimaksud dengan riba jahiliyah yang beramplikasi pelipatgandaan sejalan
dengan waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas mitranya. Pada saat
jatuh tempo ia berkata bayar sekarang atau tambah.
g. Mujahid
Mereka menjual daganganya dengan tempo. Apabila telah jatuh tempo dan (tidak
mampu membayar) si pembeli memberikan tambahan atas tambahan waktu.
h. Jafar As-Shodiq dari kalangan Madzab Syiah
[Type text]
Jafar As-Shodiq berkata ketika ditanya mengapa Allah SWT mengharamkan riba
supaya orang tidak berhenti berbuat kebajikan karena ketika diperkenankan untuk
mengambil bunga atas pinjaman maka seseorang tadi tidak berbuat maruf lagi
atas transaksi pinjam meminjam dan seterusnya. Padahal Qord bertujuan untuk
menjalin hubungan yang erat dan kebajikan antar manusia.
i. Imam Ahmad Bin Hambal. Pendiri Madzab Hambali
Imam Ahnad Bin Hambal ketika ditanya tentang riba beliau menjawab
sesungguhnya riba itu adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan
kepadanya apakah akan melunasi atauy membayar lebih. Jikalau tidak mampu
melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjaman) atas
penambahan waktu yang diberikan.
Jadi Dalam konteks Islam, Riba merupakan satu halnya yang sangat
dilarang. Bahkan penerapanya berakibat fatal bagi masyaraakat secara luas. Oleh
sebab itu, tidak lagi menjadi perdebatan tentang haramnya riba, baik dalam
lingkup Islam maupun non Islam.
Sedangkan mengenai mpermasalahan Bank konvensional dan bunganya terdapat
banyak perbedaan pendapat. Baik mengenai hukumnya mauoun tingkat nilai dari
suku bunga itu sendiri. Namun, setelah dianalisis lebih jauh, tidak dapat dihindari
bahwa bunga bank banyak memiliki kesamaan dengan riba. Bahkan pada
penerapanya pada zaman ini, bunga bank telah menemui kriteria riba nasiah
sehingga telah jelas keharamanya. Meski ada ulama-ulama maupun tokoh-tokoh
yang membolehkan adanya riba, namun itu hanya dalam jumlah minoritas,
sedangkan mayoritas ulama Internasional sepakat bahwa bunga bank sama
dengan riba dan hukumnya adalah haram secara mutlak.
[Type text]