Anda di halaman 1dari 8

Kisi-kisi Fikih PAS kelas XII Tahun 2022

1. Mengetahui manfaat mempelajari usul fikih


 Mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan oleh para fuqaha’ atau
mujtahid dalam istimbath hukum syara’.
 Untuk memperoleh kemampuan dalam melakukan istinbath hukum dari dalildalilnya,
terutama bagi mujtahid. Seorang mujtahid dituntut mampu menggali dan menghasilkan
berbagai ketetapan hukum syara’ dengan jalan istimbath
 Bagi mujtahid khususnya, akan membantu mereka dalam melakukan istimbath hukum
dari dalil-dalil nash. Dengan mempelajari ushul fikih para peneliti (mujtahid) akan
mampu mentarjih dan mentakhrij pendapat para ulama terdahulu, atau menetapkan
hukum-hukum yang terkait dengan kepentingan manusia baik secara individu maupun
kolektif. Sebab, sebagaimana diketahui bahwa nash al-Qur’an dan al-Hadis terbatas
sementara berbagai peristiwa baru dan kasus-kasus hukum tidak pernah berhenti dan
terus terjadi. Untuk menjawab berbagai persoalan ini jalan yang harus ditempuh adalah
dengan melakukan ijtihad, dan ijtihad hanya dapat dilakukan apabila mengetahui
kaidah-kaidah ushul, dan mampu mengetahui ‘illat hukum. dengan menguasai ushul
fikih secara mendalam akan bisa menghindarkan diri dari prilaku taqlid buta. Dan, yang
lebih penting lagi adalah mampu menghasilkan berbagai ketetapan hukum syara’ yang
sesuai dengan perkembangan zaman sekarang.
 Mempelajari ushul fikih adalah merupakan jalan untuk memelihara agama dan sendi-
sendi hukum syari’at beserta dalil-dalilnya. Oleh karena itulah, para ulama ushul fikih
mengatakan bahwa manfaat mempelajari ushul fikih adalah mengetahui hukum-hukum
Allah Swt. sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Mampu menerapkan kaidah-kaidah ushul fikih dalam menghadapi dan menjawab kasus-
kasus baru yang tidak ditemukan dalilnya dalam nash secara tekstual.

2. Menjelaskan pengertian syariah Islamiah dalam materi fikih


Syariat Islam (Arab: ‫ إسالمية شريعة‬Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam
yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain benar isinya hukum dan
aturan, syariat Islam juga benar isinya penyelesaian persoalan seluruh kehidupan ini.

3. Menjelaskan pengertian Usul fikih menurut imam mazhab


Frasa “ushul fikih” ditinjau secara bahasa terdiri dari dua suku kata, yaitu “ushul” dan
“fikih”. Kata ushulُُُ)‫ (األصول‬adalah bentuk jamak dari kata al-ashl ( ‫( األصل‬yang berarti
sesuatu yang menjadi dasar atau landasan bagi lainnya. Adapun kata al-fiqh ُ)‫الفقه‬
(sebagaimana yang diuraikan tersebut, berarti paham atau mengerti secara mendalam.
Adapun secara istilah, ushul fikih sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad al-Syaukani :
‫ِاس ت نِ ْ ب َ ا ط ِا ْ لح ُ ك ْ م ِ الش ِرع‬ْ ‫ص ُل ب ِ ها َ إ ِ ل َ ى‬ َ َ ‫ْ لف َ ر ْ ي إ ِة ِد ْ ر َ ك ُ ا ْ لق َ و َ ا ال ِعدِ ت يي ِ َ ت َ و‬
‫ي ْ ل يِ َ ي ةِ عِ ةِمنِ ْ أ َ ا‬ِ ‫ دلِ ت ه ِ َ الت ا ف ْ ص‬Artinya: Fungsi ushul fikih adalah mengetahui
kaidah-kaidah yang dapat digunakan sebagai alat untuk menggali (istimbath) hukum-hukum
furu’ dari dalil-dalilnya yang rinci dan jelas. Selanjutnya definisi ushul fikih menurut Qutub
Mustafa Sanu’ dalam kitab Mu’jam Mustalahat adalah : ِ‫ص و ْ ُل ا ْ ل فقِ ْ هِ ه‬ ُ ُ ‫ُل ب ِ ها َ إ ِ ل َ ىف َ أ‬
‫ص‬َ َ ‫و‬ َ ‫ت‬ َ ِ ‫يي‬ ‫ت‬ ‫ال‬ َ ‫ة‬ ِ ‫ي‬ ‫ل‬ ُ ‫لك‬ ْ ‫ا‬ ُ ِ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ا‬ َ ‫و‬ َ ‫لق‬ ْ ‫ا‬ َ ِ ‫ي‬ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ُ ِ ‫ص‬ ‫ن‬ ْ ‫و‬ ‫ص‬
ُ ْ ‫ا‬ ‫الس‬ َ ‫و‬
ِ ‫ب‬ ‫ ن ل ةِ كتِ َ ا‬Artinya :
Ushul fikih adalah kaidah-kaidah kulliyyah yang digunakan oleh seorang mujtahid untuk
memahami nash al-kitab dan al-sunnah. Definisi di atas menyimpulkan bahwa ushul fikih
merupakan sarana atau alat yang dapat digunakan untuk memahami nash al-Qur’an dan as-
Sunnah agar dapat menghasilkan hukum-hukum syara’. Dengan kata lain, ushul fikih
merupakan metodologi atau teori yang tidak hanya digunakan untuk memahami hukum-
hukum syara’ saja, melainkan juga dapat berfungsi untuk menetapkan dan menghasilkan
hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah.

4. Menyebutkan fungsi dari Al Hakim dalam ushul fikih


Hakim menurut ushul fiqih juga berarti pihak penentu dan pembuat hukum syariat
secara hakiki. Ulama ushul fiqih sepakat bahwa hakim dalam Islam (pembuat hukum
syariat) adalah Allah azza wa jalla baik hukum taklifi dan wad'i. Dalam istilah fiqh, kata
Hakim merupakan orang yang memutuskan hukum di pengadilan,sama halnya dengan
Qadhi. Hakim menurut ushul fiqih juga berarti pihak penentu dan pembuat hukum syariat
secara hakiki

5. Ditampilkan ayat Al-Qur’an membahas tentang apa dalam fikih


6. Ditampilkan ayat Al-Qur’an membahas tentang apa dalam prinsip ilmu fikih
7. Ditampilkan kasus dalam ijma’ kategori mana contoh kasus tersebut dalam macam-macam
ijma’
Menurut para sarjana hukum Islam, dilihat dari cara memperolehnya ijma’ dibagi menjadi
dua, yaitu: 1). Ijma’ sharih adalah kebulatan yang dinyatakan oleh mujtahidin (para
mujtahid) 2). Ijma’ sukuti, yaitu kebulatan yang dianggap seorang mujtahid mengeluarkan
pendapatnya dan diketahui oleh mujtahidin lainnya, tetapi mereka tidak menyatakan
persetujuan atau bantahannya. Sementara dilihat dari dalalahnya (penunjuk) juga terbagi dua
macam, yaitu:
1). Ijma’ qat’i dalalah terhadap hukumnya; artinya, hukum yang ditunjuk sudah dapat
dipastikan kebenarannya, atau bersifat qat’i sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi dan
tidak perlu diijtihadkan kembali.
2). Ijma’ zanni dalalah terhadap hukumnya; artinya, hukum yang dihasilkannya
kebenarannya bersifat relatif atau masih bersifat dugaan. Karena itu, masih terbuka untuk
dibahas lagi dan tertutup kemungkinan ijtihad lainnya, hasil ijtihadnya bukan merupakan
pendapat seluruh ulama mujtahid.

8. Menyebutkan fungsi salah satu fungsi hadits terhadap Al-Qur'an


Bayanut taqrir: menetapkan dan menguatkan atau menggarisbawahi suatu hukum yang ada
dalam al-Qur’an, sehingga hukum hukum itu mempunyai dua sumber, yaitu ayat yang
menetapkannya dan hadis yang menguatkannya. Contoh: hadits tentang penetapan bulan
dengan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Hadits tersebut menguatkan redaksi QS. Al
Baqaroh ayat 185 : ‫ص و ْ م ُ و ْ او َ إ ِ ذ َ ار َ أ َ ي ْ ت ُ م ُ و ْ ه ُ ف َ أ َ ف ْ ط ِر ُ و ْ (رواهمسلم) ا‬
ُ َ ‫ُ ال ْ ه ال ِ َ َل ف‬
‫ ف َ إذ َ ار َ أ َ ي ْ ت ُ م‬Apabila kalian melihat bulan, maka berpuasalah, apabila melihat bulan
berbukalah. (HR. Muslim)

Bayanut tafsir: menjelaskan atau memberi keterangan menafsirkan dan merinci redaksi al-
Qur’an yang bersifat global (umum). Contoh Hadis yang menafsirkan QS. Al-Qadr ayat 1 -
5 sebagai berikut: ُ ‫ض ال ي ْ ل َ ة‬
َ َ ‫ن ِ ْ ع َ ش ْ ر ِ األ ْ َ و َ ا خرِ منِ ِ ْ ر َ م‬
ِ ‫ي ْ ال ْ و ِ ت ْ ر م‬
ِ ‫ال نِ ْ ق َ د ْ ر ِ ف‬
)‫( (واهالبخارى ا ر‬malam) lailatul qodr berada pada malam ganjil pada sepuluh akhir bulan
Ramadhan.ُُ ُُ (HR. Bukhori)
Bayanut tasyri’: menetapkan hukum yang tidak dijelaskan oleh alQur’an. Contoh pada
masalah zakat, al-Qur’an tidak secara jelas menyebutkan berapa yang harus dikeluarkan
seorang muslim dalam mengeluarkan zakat fitrah. Nabi Muhammad Saw. menetapkan
dalam Hadis: ً ‫ص اع‬ َ ْ ‫ص سِ اع ً ا منِ ْ ت َ م ْ ر ٍ أ َ و‬
َ ‫ض ان َ ع َ ل َ الن ى ا‬َ َ ‫ْ ا ز ِم َ ك َ اة َ ال ْ فطِ ْ ر منُِِ ْ ر َ م‬
‫ي ِ ْ ن َ ( ومسلم رواهالبخارى) ك ُ ل ح ِ ُ ر ٍ أ َ و ْ ر عٍ َ ل َ ى ش َ عيِ ْ ن‬
ِ ‫سلم‬ ْ ُُْ ‫دٍ َ ك َ ر ٍ أ َ و ْ أ ُ ن ْ ث َ ى منِ َ امل‬
‫ ع َ ب ْ ذ‬Rasul telah mewajibkan zakat fitrah kepada manusia (muslim). Pada bulan Ramadhan
1 sho’ kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau sahaya, laki-laki atau
perempuan muslim (HR. Bukhari Muslim.

9. Ditampilkan kasus bagian dari apa contoh tersebut dalam sumber hukum Islam
10. Mengidentifikasi alasan Imam Syafii menolak berhujjah dengan istihsan
Menururt Imam Syafi’i dengan qaulnya yang mashur, bahwa” barang siapa yng berhujjah
dengan istihsan maka ia telah membuat sendiri hukum syara”. Imam syafi’i berkeyakinan
bahwa berhujjah dengan istihsan, berarti telah menentukan syariat baru, sedangkan yang
berhak membuat syariat itu hanyalah Allah SWT.dari sinilah terlihat bahwa Imam Syafi’i
beserta pengikutnya cukup keras dalam menolak masalah istihsan ini.

11. Ditampilkan kasus bagian dari apa contoh tersebut dalam sumber hukum Islam
12. Mengidentifikasi contoh bentuk syar’u man qablana
Pembagian syar’u man qablana (syariat dari umat terdahulu) dan contohnya : 1) Dinasakh
syariat kita (syariat Islam). Tidak termasuk syariat kita menurut kesepakatan semua ulama.
Contoh : Pada syari’at nabi Musa As. Pakaian yang terkena najis tidak suci. Kecuali
dipotong apa yang kena najis itu. 2) Dianggap syariat kita melalui al-Qur’an dan al-Sunnah.
Ini termasuk syariat kita atas kesepakatan ulama. Contoh : Perintah menjalankan puasa 3)
Tidak ada penegasan dari syariat kita apakah dinasakh atau dianggap sebagai syariat kita :

13. Menyebutkan kedudukan Ijtihad


Fungsi ijtihad sendiri di dalam Islam adalah:

1. Fungsi ijtihad al-ruju’ (kembali):mengembalikan ajaran-ajaran Islam kepada al-Qur’an


dan sunnah dari segala interpretasi yang kurang relevan.
2. Fungsi ijtihad al-ihya (kehidupan): menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai dan
Islam semangat agar mampu menjawab tantangan zaman.
3. Fungsi ijtihad al-inabah (pembenahan): memenuhi ajaran-ajaran Islam yang telah di-
ijtihadi oleh ulama terdahulu dan dimungkinkan adanya kesalahan menurut konteks
zaman dan kondisi yang dihadapi.
4. kedudukan ijtihad dalam sumber hukum islam adalah sebagai penentu hukum setelah
AL Quran dan hadist apabila dalam al quran dan hadist tidak ditemukan secara jelas dan
rinci mengenai hukum yang dimaksud. Ijtihad adalah hasil pemikiran para ulama
ahlifikih.

14. Menyebutkan beberapa defenisi dalam ketentuan ijtihad


Muhammad Ibn H}usayn Ibn H}asan al-Ji>za>ni> mengatakan bahwa ijtihad adalah
mengerahkan semua pemikiran dalam mengkaji dalil shar’iyyah untuk menentukan beberapa
hukum syari’at. Berdasarkan defenisi tersebut mengandung beberapa ketentuan, yaitu:
1. Sesungguhnya ijtihad merupakan mengerahkan pemikiran dalam mengkaji dallil-dalil,
dan hal ini lebih umum dari qiyas. Kalau qiyas menyamakan far’ dengan as}l,
sedangkan ijtihad mengandung qiyas dan lain sebagainya.
2. Ijtihad dilakukan oleh faqi>h, yaitu orang yang mengetahui dalil-dalil dan cara
istinba>t} al-h}ukm.
3. Ijtihad dilakukan terhadap sesuatu yang belum ada hukumnya atau bersifat z}anni serta
menghasilkan hukum yang bersifat z}anni.
4. Dengan adanya batasan “istinba>t}”, maka ijtihad merupakan pemikiran mujtahid dan
ijtihadnya.

15. Ditampilkan kasus, pengertian dari apa contoh tersebut dalam hukum syara’tentang kategori
wajib
16. Ditampilkan ayat Al-Qur’an membahas tentang apa dalam fikih
17. Menyebutkan hukum wadh’i dalam ayat Al-Qur’an yang ditampilkan
18. Secara umum, hukum wadh'i terdiri dari 6 macam, yaitu sebab, syarat, penghalang (mani'),
azimah dan rukhsah, serta sah dan batal. Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam
hukum wadh'i dan contohnya, sebagaimana dikutip dari Jurnal Hukum Keluarga Islam.
1. Sebab Secara definitif, sebab dalam hukum wadh'i adalah tanda hingga lahirnya hukum
Islam. Tanpa tanda (sebab) itu, seorang mukalaf tidak dibebani hukum syariat. Sebagai
misal, tanda balig merupakan sebab bagi kewajiban hukum-hukum Islam. Anak kecil
yang belum cukup umur (balig) tidak wajib salat, puasa, atau menjalankan ibadah fardu
lainnya. Contoh hukum wadh'i berkaitan dengan sebab lainnya adalah ketika seseorang
menyaksikan hilal 1 Ramadan, umat Islam diwajibkan berpuasa. Berdasarkan hal itu,
hilal adalah sebab bagi kewajiban puasa.
2. Syarat Suatu ibadah atau perkara syariat lazimnya mewajibkan adanya syarat harus
dipenuhi. Tanpa adanya syarat, perkara itu batal dan tak boleh dikerjakan. Sebagai
misal, saksi adalah syarat sahnya pernikahan dan niat menjadi syarat sahnya puasa.
Tanpa saksi atau niat, maka kedua perkara tadi batal dan dianggap tidak sah. Syarat
adalah hukum wadh'i yang menjadi pengiring suatu ibadah atau sahnya hukum syariat
Islam tersebut.
3. Penghalang (Mani') Jenis hukum wadh'i lainnya adalah penghalang atau mani'. Kendati
seseorang dibebankan perkara syariat, namun karena adanya penghalang, perkara itu
menjadi batal. Sebagai misal, seorang anak berhak memperoleh warisan, namun apabila
ia murtad, warisan itu tidak boleh ia terima. Murtad adalah penghalang dari hak
warisannya dalam ketentuan Islam.
4. Azimah dan Rukhsah Secara umum, suatu perkara syariat ditinjau dari pengerjaannya
terbagi dalam dua kondisi, yaitu azimah dan rukhsah. Suatu ibadah dalam kondisi
azimah maksudnya berada dalam hukum asli perkara tersebut. Hukum asal yang belum
berubah. Misalnya, hukum salat lima waktu adalah wajib bagi seluruh mukalaf. Saking
wajibnya, orang sehat dan sakit pun tetap wajib salat. Jika tak bisa salat berdiri, bisa
salat duduk, berbaring, hingga salat dengan isyarat saja. Sebaliknya, kondisi rukhsah
adalah keringanan sebagai pengecualian dari kondisi azimah. Sebagai misal, seseorang
haram memakan bangkai atau daging babi. Namun, jika tidak ditemukan makanan lain
sehingga seseorang terancam mati kelaparan, ia memperoleh rukhsah boleh memakan
bangkai atau daging babi.
5. Sah dan Batal Suatu perkara syariat dianggap sah apabila sesuai dengan perintah syariat
dan mendatangkan pahala di akhirat. Apabila ibadah wajib sudah sah dilakukan,
kewajibannya gugur dan mukalaf terbebas dari tanggung jawabnya. Sementara itu,
apabila perkara syariat dianggap batal, ibadah itu tidak mendatangkan pahala di akhirat.
Selain itu, apabila ibadah wajib dianggap batal, kewajibannya belum gugur dan mukalaf
harus mengulang lagi ibadah tersebut hingga memperoleh status sah.

19. Menyebutkan kategori sunnah yang dilaksanakan Rasulullah SAW dalam ibadah
10 SUNNAH NABI SAW UNTUK MENGHIDUPKAN KEBIASAAN PRODUKTIF
SEORANG MUSLIM
1. Tahajjud, karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya. Insya Alloh doa
mudah termakbul dan kita semakin dekat dengan Alloh.

2.Membaca Al-Qur’an setiap hari. Sesibuk apapun kita, bacalah walau beberapa ayat.

3. Dzikir setelah sholat. Ini yang dicontohkan Nabi. Subhanallah Walhamdulillah Walaa ilaa
haillallah Allahu Akbar.

4. Menjaga Shalat Sunnah Rawatib. Mau kan dibangunkan rumah di surga? (HR. Muslim no.
728)

5. Dzikir Pagi dan Petang. “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al Araf:205)

6.Jangan tinggalkan masjid. Karena surga ganjarannya bagi pemuda yang hatinya terpaut
dengan masjid. Al Hadits.

7. Menjaga sholat dhuha, karena salah satu kunci rezeki terletak pada sholat dhuha.

8. Jaga sedekah setiap hari. Alloh menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Alloh
selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari. Insya Alloh, Allah membalas
dengan berlipat ganda.

9. Menjaga wudhu, karena Alloh menyayangi hamba yang menjaga wudhu.

10. Amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi karena dosa kita
akan dijauhkan oleh Alloh.

20. Menyebutkan ulama yang membedakan antara urf dan adah

Perbedaannya adalah:

 Urf itu hanya menekankan pada aspek pengulangan pekerjaan, dan harus dilakukan oleh
kelompok, sedang obyeknya lebih menekankan pada sisi pelakunya.
 Adat hanya melihat dari sisi pelakunya, dan boleh dilakukan pribadi atau kelompok, serta
obyeknya hanya melihat pada pekerjaan.

21. Ditampilkan kasus, kaidah dari apa contoh tersebut dalam hukum syara’
Lima kaidah fiqh tersebut adalah:
 Perkara Tergantung Tujuannya.
 Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan dengan Keraguan.
 Kesempitan Mendatangkan Kemudahan.
 4. Kemudharatan Hendaknya Dihilangkan.
 Adat atau Kebiasaan Bisa Menjadi Landasan Hukum.

22. Mengidentifikasi kategori sunnah dalam pembahasan yang ditampilkan


23. Mengidentifikasi contoh ijma’
 Diadakannya adzan dan iqomah dua kali di sholat Jumat, dan mulai diterapkan pada
masa kepemimpinan Ustman bin Affan.
 Diputuskannya untuk membukukan Al Quran dan dilakukan pada masa kepemimpinan
Abu Bakar As Shidiq.
 Kesepakatan para ulama atas diharamkannya minyak babi.
 Menjadikan as sunnah sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Quran.

24. Menyebutkan rukun Qiyas


Ulama ushul telah sepakat, bahwa qiyas harus berpijak kepada empat rukun yaitu :
1) Adanya pokok disebut dengan “ ‫ص ل‬ ْ َ ‫” ا ْ أل‬yaitu persoalan yang telah disebutkan
hukumnya di dalam nash.
2) Adanya cabang disebut dengan “ ‫ ” ال ْ ف َ ر ْ ع‬yaitu suatu persoalan (peristiwa baru)
yang tidak ada nash yang menjelaskan hukumnya dan ia disamakan hukumnya dengan
pokok melalui qiyas
3) Adanya ketetapan hukum “ ‫ ” ال ْ ح ك ْ م‬yaitu suatu hukum yang ada pada pokok dan ia
akan diberlakukan sama pada cabang
4) Adanya kesamaan sifat “ ‫ل ة‬ ِ ‫” ال ْ ع‬yaitu sifat atau keadaan yang dijumpai pada cabang
dan juga ada pada pokok.

Rukun Qiyas

1. Ashl (asal)
Merupakan masalah asal atau pokok yang jadi permasalahan sudah jelas.
2. Hukum Asal
Hukum asal juga harus jelas, apakah haram, sunnah, makruh mubah dan wajib.
3. Far’u
Merupakan masalah cabang dari masalah asal. Biasanya merupakan akibat dari
sebab yang ada.
4. Illat
Sesuatu yang menjadi alasan pensyariatan hukum

25. Menyebutkan ashal dalam kasus yang ditampilkan


Ashal, yaitu suatu kejadian atau kasus yang telah ada padanya nash hukum. Ashal ini
disebut juga musyabbah bih (sesuatu yang disamakan dengannya sesuatu yang lain) dan
disebut juga maqqis 'alaih (sesuatu yang di-qiyas-kan kepadanya suatu lainnya).
26. Mengidentifikasi Qiyas aulawi
Qiyas Aula yaitu apabila illat mewajibkan adanya hukum dan keadaan far’un lebih utama
mendapatkan hukum (tersebut) daripada ashl. Contoh; mengqiyaskan memukul orang tua
dengan mengatakan “ah” kepada keduanya adalah haram hukumnya karena sama-sama
menyakiti. Firman Allah Swt. :  Maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah". (QS. Al-Isra’ [17]:23)

Berikut adalah penjelasannya yang dikutip dari laman Ristekdikti:

1. Sunnah Qauliyah
Sunnah qauliyah adalah segala yang dikatakan oleh Rasul SAW baik dalam bentuk pernyataan,
anjuran, perintah, cegahan, maupun larangan. Berikut adalah contohnya:
Nabi Muhammad SAW bersabda: "berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (tidak puasa)
karena melihat hilal."

Rasulullah Muhammad SAW bersabda: barang siapa yang tidak sholat karena tertidur atau
karena lupa maka hendaklah ia mengerjakan sholat itu ketika ia telah ingat.

2. Sunnah Fi'liyah
Sebutkan macam-macam sunnah yang kedua adalah sunnah Fi'liyah. Sunnah Fi'liyah adalah
segala perbuatan dan perilaku yang dilihat oleh para sahabat rasul. Perilaku tersebut yaitu adalah
masalah ibadah, muamalah, dan sebagainya. Contohnya adalah cara Rasul melakukan sholat,
puasa, haji, dan lain sebagainya.

Ada 3 Bagian yang dapat diteladani dari Sunnah Fi'liyah yaitu sebagai berikut:

- Adat kebiasaan Rasul SAW sebagai manusia seperti cara makan, minum, duduk, berdiri,
berpakaian, memelihara jenggot, dan sebagainya.

- Perbuatan Rasul yang hanya dilakukan oleh Rasul. Hal tersebut mencakup sholat duha, witir,
tahajud, dan berkurban. Perbuatan tersebut hanya dikhususkan oleh Rasul namun disunnahkan
untuk umatnya.

- Perbuatan Rasul SAW yang berisikan penjelasan hukum, hal tersebut mencakup tata cara sholat,
puasa, cara melakukan jual beli, utang piutang, dan lain sebagainya. Ada dua bagian terkait hal
ini:

a. Penjelas yang ada di dalam di Al-Qur'an yang masih memerlukan penjelasan di Al-Qur'an.
Hukum yang dijelaskan oleh Rasul mengikuti hukum yang dijelaskan di dalam al-Qur'an yaitu
wajib, nadb, dan ibahah.

b. Memberi petunjuk kepada umat bahwa hal tersebut dapat dilakukan. Menurut para ulama
perbuatan yang dilakukan Rasul adalah penjelas hukum untuk umat dan menjadi dalil hukum
yang harus ditaati oleh umat.

3. Sunnah Taqririyah

Sunnah Taqririyah adalah sikap diam Rasulullah SAW. Sikap diam ini dilakukan saat Rasul
mengetahui peristiwa yang dilakukan oleh para sahabat baik dapat berupa ucapan, perbuatan,
baik kejadian tersebut disaksikan Rasul secara langsung maupun didengarnya.

Rasul diutus untuk menjelaskan segala hal yang bertentangan dengan syariat, maka sikap
diamnya Rasul berarti persetujuan dari beliau terhadap perbuatan atau ucapan tersebut.

Contoh qiyas:
Berhubung qiyas adalah analogi atau perumpamaan, maka contohnya adalah menentukan hukum
halal haram dari narkotika. Narkotika tidak disebutkan dalam Al Quran dan Al hadits ,selain itu
belum ada di zaman Nabi Muhammad SAW.

Maka para ulama dan ahli ijtihad kemudian menganalogikan narkotika ini sebagai khamr
(minuman yang memabukan). Sebab sifat atau efek dari konsumsi narkotika sama atau bahkan
lebih berbahaya dibanding minuman memabukan tadi. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa
narkotika hukumnya haram.

Contoh qiyas kedua, transaksi sewa menyewa saat adzan shalat jumat, hukumnya makruh.
Sebagai ketentuan larangan jual beli pada saat adzan sholat jumat dalam Q.S. 62 ayat 9.

Contoh Qiyas lainnya, penerima wasiat yang membunuh pewasiat terhalang untuk mendapatkan
wasiat. Hal ini diqiyaskan dengan ketentuan ahli waris yang membunuh pewaris terhalang untuk
mendapatkan warisan sesuai hadis Rasulullah SAW, “Orang yang melakukan pembunuhan, tidak
mendapatkan pusaka.”

Ijma' merupakan suatu proses mengumpulkan perkara dan memberi hukum atasnya serta
menyakininya. Sedangkan Qiyas merupakan suatu proses mengukurkan sesuatu atas lainnya dan
mempersamakannya.

Anda mungkin juga menyukai