Anda di halaman 1dari 5

SUMBER – SUMBER HUKUM ISLAM

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehiduan di dunia, ada saja masalah
yang muncul, baik itu masalah dalam beragama maupun dalam kehidupan sosial.
Oleh karena itu, ketika masalah tersebut muncul, dibutuhkan sumber hukum islam
yang bisa dijadikan sebagai landasan ataupun pedoman bagi umat islam.
Keberadaan sumber hukum islam dipergunakan sebagai pedoman ataupun rujukan
bagi umat muslim ketika menjalani di dunia ini.

Sumber – sumber hukum islam adalah segala sesuatu yang melahirkan


ketentuan hukum yang mengatur umat islam. Telah disepakati para ulama bahwa
al – quran adalah sumber hukum utama bagi umat islam, dan berikutnya adalah
hadits / sunnah, ijma’, dan qiyas. Akar dan buah pikir manusia tidak bisa merubah
isi kebenaran al – quran dan hadits, dan sebaliknya kedua sumber hukum tersebut
menjadi sumber kebenaran untuk mempertimbangkan daya pikir manusia. Berikut
adalah sumber – sumber hukum islam:

1. Al – Quran
Secara bahasa al – quran adalah bahasa arab yang artinya “bacaan” atau
“sesuatu yang dibaca berulang – ulang”. Al – quran diturunkan menjadi
pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Dalil Al Quran sebagai dasar hukum disebutkan dalam Surat Az Zukhruf
ayat 43. Allah SWT berfirman:
ِ ‫ي اُوْ ِح َي ِالَ ْيكَ ۚاِنَّكَ ع َٰلى‬
٤٣ ‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ٍْم‬ ْٓ ‫فَا ْستَ ْم ِس ْك بِالَّ ِذ‬

Artinya: “Maka, berpegang teguhlah pada (Al-Qur’an) yang telah


diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya engkau berada di jalan yang lurus.”
Keistimewaan al – quran yaitu wahyu Allah Swt yang tertulis dalam
bahasa arab, sebagai mukjizat bagi Rasulullah Saw dan al – quran
merupakan undang – undang bagi umat islam. Isi kandungan al – quran
meliputi permasalahan tauhid, ibadah, janji dan ancaman, jalan untuk
memperoleh kebahagian serta kisah – kisah masa lalu.

Al – quran memberikan petunjuk kearah pencapaian kebahagiaan yang


hakiki, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang hendak
dicapai bukanlah kebahagiaan berdasarkan perkiraan pikiran manusia saja,
melainkan kebahagiaan yang abadi. Untuk mencapai kebahagiaan yang
abadi itu, al – quran memberikan petunjuk yang jelas, yaitu meletakkan
seluruh aspek kehidupan dalam kerangka ibadah kepada allah. Firman
Allah:
َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat, 51:56). Apabila hidup telah
diletakkan dalam penghambaan yang mutlak kepada allah, maka ridha
allah akan turun dan kebahagiaan yang hakiki akan dapat dicapai.

Al - quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara


malaikat jibril. Al – quran yang berbahasa arab adalah sebagai kalam
Allah Swt yang tidak akan pernah bisa dibuat oleh manusia untuk
dijadikan tandingannya. Oleh karena itulah, al – quran dijadikan sebagai
sumber hukum islam yang utama dari pada lainnya, sebagaimana firman
Allah Swt yang tercantum dalam surat Al – Isra ayat 88, Allah Swt
berfirman:
‫ْض‬ ُ ‫ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن ع َٰلٓى اَ ْن يَّْأتُوْ ا بِ ِم ْث ِل ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن اَل يَْأتُوْ نَ بِ ِم ْثلِ ٖه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫قُلْ لَّ ِٕى ِن اجْ تَ َم َع‬
‫ظَ ِه ْيرًا‬

Artinya: “ Katakanlah, “ Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul


untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Quran ini, mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling
membantu satu sama lain”.

2. Hadits / Sunnah
Hadits adalah suatu perkataan atau berita. Hadits merupakan suatu
perkataan, informasi dari Rasulullah Saw. Sedangkan al – sunnah
merupakan jalan hidup yang dilewati atau dijalani. Sunnah rasul yaitu
yang biasa dijalankan dalam kebiasaan hidup rasulullah berupa seperti
perkataan dan perbuatan serta persetuan rasul. Hadits atau sunnah
merupakan sumber hukum islam kedua yang memiliki peranan penting
setelah al – quran. Karena al – quran sebagai kitab suci dan pedoman
hidup umat islam dan diturunkan pada umumnya dalam kata – kata yang
perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan
diamalkan. Hadits juga berfungsi untuk penjelas terhadap ayat – ayat al –
quran yang belum jelas atau menjadi penentu hukum yang tidak ada dalam
al – quran.

Pada dasarnya, al – quran dan hadits tidaklah bisa dipissahkan, tetapi


saling melengkapi. Jika umat muslim menjadikan al – quran sebagai
sumber hukum islam dan ternyata masih belum menemukan titik terang
dari suatu permasalahan, maka hadits dapat dikatakan sebagai sumber
hukum islam yang kedua setelah al – quran. Berikut adalah firman Allah
Swt yang menjelaskan agar selalu menaati Rasulullah Saw dalam surat
Ali Imran ayat 32 yang berbunyi:
َ‫قُلْ اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل ۚ فَا ِ ْن تَ َولَّوْ ا فَا ِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ٰكفِ ِر ْين‬

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “ Taatilah Allah dan Rasul. Jika


kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang
kafir”.

Kedudukan hadits adalah sebagai penguat dan memberikan keterangan


ketika penjelasannya tidak tercantum di dalam al - quran. Apa yang
disampaikan dalam hadits adalah hukum yang sudah ditetapkan oleh Nabi
Muhammad Saw yang merupakan petunjuk dari Allah Swt dan bisa juga
dari hasil ijtihad. Hadits mengandung aturan – aturan yang terperinci dan
segala aturan secara umum. Muatan hadits masih penjelasan dari al –
quran. Perluasan atau makna di dalam masyarakat umum, hadits yang
mengalami perluasan makna lebih akkrab disebut dengan sunnah.

3. Ijma’
Ijma’ merupakan kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
– hukum dalam agama berdasarkan al – quran dan hadits dalam suatu
perkara yang terjadi. Ijma’ adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh
para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan
disepakati.

Secara etimologis, Ijma’ berasal dari akar kata ajma’a, yajmi’u, ijma’an,
yang wazannya kata if’alan, yang mengandung dua makna. Pertama,
bermakna“ketetapan hati terhadap sesuatu (al-‘azam wa at-taṣmim ‘ala al-
amr)”. Pemaknaan ini ditemukan dalam QS: Yunus (10): 71,
ُ ‫فَ َعلَى هّٰللا ِ ت ََو َّك ۡل‬
ً‫ت فَا َ ۡج ِمع ُۡۤوا اَمۡ َر ُكمۡ َو ُش َر َكآ َء ُكمۡ ثُ َّم اَل يَ ُك ۡن اَمۡ ُر ُكمۡ َعلَ ۡي ُكمۡ ُغ َّمة‬

Aartinya: “Maka kepada Allah-lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah


keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk
membinasakanku.”

Kedua, bermakna “kesepakatan terhadap sesuatu (al-ittifaq ‘ala al-amr)”.


Ijma’ dalam pemaknaan ini ditemukan dalam Q.S. Yusuf (12): 15:
ۚ ‫ت ۡالج‬
‫ُبِّ‌ َواَ ۡو َح ۡينَ˜ ۤ˜ا اِلَ ۡي˜ ِه لَـتُنَـبَِّئـنَّهُمۡ بِ ˜اَمۡ ِر ِهمۡ ٰه˜ َذا َوهُمۡ اَل‬ ِ َ‫فَلَ َّما َذهَبُ˜ ۡ˜وا بِ˜ ٖ˜ه َواَ ۡج َم ُع˜ ۡۤ˜وا اَ ۡن ي َّۡج َعلُ˜ ۡ˜وهُ فِ ۡى َغ ٰيب‬
َ‫يَ ۡش ُعر ُۡون‬
Artinya: “Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat
memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka memasukkan dia), dan (di
waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf:
“Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan
mereka ini, sedangkan mereka tidak ingin lagi (tidak menyadari).” (QS:
Yusuf (12): 15).

Ijma’ merupakan dasar agama yang sah dan menjadi sumber hukum ketiga
dalam islam setelah al – quran dan hadits. Hukum dalam permasalahan
yang telah di putuskan dalam ijma’ tersebut memiliki nilai qath’iy tidak
dapat dihapus ataupun ditantang oleh hasil ijtihad, contohnya seperti
kesepakatan pendapat dari para mujtahid dalam ijma’ itu sudah
menunjukkan kebenaran yang sesuai dengan jiwa syari’ah dan dasar –
dasar yang umum.

4. Qiyas
Qiyas adalah sumber hukum islam keempat yang sepakati oleh para ulama.
Dalam hal ini, qiyas menempati posisi keempat setelah al – quran, hadits,
dan ijma’. Qiyas yaitu menyamakan sesuatu yang tidak memiliki nash
hukum dengan sesuatu yang ada nash hukum berdasarkan kesamaan yang
diperhatikan syara. Qiyas juga dapat di artikan sebagai kegiatan
melakukan pandangan suatu hukum terhadap hukum lain.

Qiyas merupakan salah satu metode istinbat yang dapat


dipertanggungjawabkan, karena ia bisa melalui penalaran yang
disandarkan kepada nash. Berikut dalil yang menjadikan landasan bagi
berlakunya qiyas dalam sumber islam dalam QS. An – Nisa ayat 59 Allah
Swt berfirman:
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَِإ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى‬
‫هَّللا ِ َوال َّرسُو ِل ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذلِكَ َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
Maka dapat kita simpulkan bahwa sumber – sumber hukum islam adalah
segala sesuatu yang melahirkan ketentuan hukum yang mengatur umat islam. Kita
sebagai umat islam sangat berharap adanya kesatuan pendapat dan persatuan
seagama yang kuat bagi seluruh umat muslim sedunia saat ini. Karena diyakini
bahwa hanya berdasarkan sumber hukum islam sajalah peradaban umat di dunia
ini akan baik, sempurna, dan mendatangkan kesejahteraan yang berwibawa.

Anda mungkin juga menyukai