Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP-PRINSIP HUKUM ISLAM

A. Pendahuluan

Islam adalah agama dan cara hidup yang berdasarkan syari’at


Allah yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah rasulullah
SAW. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yusuf Qardhawi,
syari’ah Ilahi yang tertuang dalam al-Qur’an dan assunnah
merupakan dua pilar kekuatan masyarakat Islam dan agama Islam
merupakan suatu cara hidup dan tata sosial yang mempunyai
hubungan integral, utuh menyeluruh dengan kehidupan. Islam ini
idealnya tergambar dalam dinamika hukum Islam yang
merupakan suatu hukum yang serba mencakup. Hal tersebut
merupakan kegiatan reaktualisasi Islam, dimana secara garis
besarnya adalah menekankan pada pengejahwantahan Islam
dengan me-reinterprestasi sumber hukum Islam dengan
menggunakan kebutuhan, situasi, dan kondisi saat ini sebagai
paradigmanya.
Berdasarkan hal tersebut, maka orang Islam dituntut untuk
dapat melakukan rekonstruksi terhadap khazanah hukum Islam
secara inovatif melalui media ijtihad yang berfungsi dalam
yurisprudensi Islam tidak dapat dipisahkan dengan produk-produk
fiqih yang fleksibel dan perkembangannya lurus dengan
kebutuhan dan kehidupan manusia.

B. Substansi Kajian
Prinsip menurut pengertian bahasa ialah permulaan, tempat
pemberangkatan, titik tolak, atau al-mabda’. Prinsip juga berarti
kebenaran universal yang inhern didalam hukum Islam dan
menjadi titik tolak pembinaannya, prinsip yang membentuk
hukum Islam dan setiap cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam
meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum ialah

40 Prinsip-Prinsip Hukum Islam


prinsip keseluruhan hukum Islam yang bersifat universal. Adapun
prinsip khusus ialah prinsip-prinsip setiap cabang hukum Islam.1
Prinsip hukum Islam adalah cita-cita yang menjadi pokok
dasar dan landasan bagi hukum Islam. Prinsip hukum Islam harus
diorientasikan atau diasumsikan dari cita-cita khas syaria sebagai
titahsamawi yang mempunyai dimensi keuneversikan,dan
kemutlakan sebab ia tercipta dari Dzat yang maha mutlak. Syekh
Ali Amad Al-jurjawi dalam bukunya “Hikmatuttasri wa
salfatuhu” menjadi empat ciri khas syari’ah Islam yaitu: Pertama
mengetahui Allah SWT dengan cara mentahuhidkan. Kedua,
menerangkan tata cara menunaian ibadah kepadanya. Ketiga,
seruan atas amar ma’ruf nahi mungkar. Keempat, mengunakan
ketentuan hukum dalam bermu’amalah.2

1. Tauhid
Secara etimologi tauhid adalah pengesaan. Secara syar'i
adalah meyakini ke Maha Esa'an Allah SWT. Dalam rububiyyah,
uluhiyyah serta Asma' dan sifatnya yang maha sempurna.3
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini
menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan
yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat
Lailaha Illa Allah (tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik
dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64. berdasarkan atas prinsip
tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah.
Dalam arti penghambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada
Allah sebagai manifestasi kesyukuran kepada- Nya. Dengan
demikian tidak boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia
dan atau sesama makhluk lainnya. Melaksanaan hukum Islam
merupakan ibadah dan penyerahan diri manusia kepada
keseluruhan kehendak-Nya.
1
Juhaya S Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Universitas Islam
LPPM, 1995), hal. 48
2
Muhlis Usman, Hikmatut Tasyri’, (Malang: LBB YANS, 1992), hal. 42
3
Syeh Muhammad bin Abdul Aziz As Sulaimani Qor'awi, Cara Mudah
Memahami Tauhid, (Solo: at-Tibyan), hal.19
41 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Prinsip tauhid ini pun menghendaki dan memposisikan untuk
menetapkan hukum sesuai dengan apa yang di turunkan Allah (al-
Qur’an dan as-Sunnah) barang siapa yang tidak menghukumi
dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikategorikan
kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq.
Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan
konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh
seorang muslim. Tauhid bermakna kesatuan atau menyatukan.
Makna tersebut di peruntukkan bagi ke esaan Tuhan.4
Tauhid merupakan cirri utama syari’t samawi yang mengajak
manusia kepada pengamba’an dan ketaatan pada Allahsemata
tanpa dibarengi oleh persekutuankonsep tauid di realisasikan
dalam kalimad “ La ilaha illah”5
Tauhid itu terbagi menjadi tiga:

a) Tauhid Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam segala


perbuatanya, dan menyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa
Allah Rabb dan Raja segala sesuatu, yang menciptakan, mengatur
sekaligus mengurusnya. Dalilnya firman Allah:
Surat Al-An’am : 1
      
     

Artiya: "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-
orang kafir mempersekutukan sesuatu dengan Ilaah
(sesembahan) mereka" (QS. Al-An'am :1)6

4
Sanusi Uwes, Tauid Ilmu, (Bandung: Nuansa, 1999), hal. 40
5
Muhlis Usman, Hikmatut Tasyri’……. hal. 42
6
Abdul Hafid Dasuki, Al-Quran Tarjamah, (Jakarta: Lajna Taskhihul
Mushkaf, 1971), hal. 6.
42 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Orang kafir pada zaman Rosulullah SAW. Mengakui jenis
tauhid ini, namun hal itu tidak memasukkan mereka kedalam
Dinnul Islam.

b) Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah Yaitu mengesakan Allah dalam segala


bentuk ibadah yang lahir maupun yang batin. Untuk tauhid inilah
para Rosul SAW diutus dan kitab-kitab samawi diturunkan.
Denganya para Rosul SAW, memulai dakwa mereka, dan
karenanya pula terjadi permusuhan antara mereka dan kaumnya.
Dalilnya firman Allah:
Surat Al-Fatihah : 5
   

Artiya: "Hanya kepadamu kami menyembah dan hanya


kepadamu jua kami memohon pertolongan" (Al Fatihah:5)
Dan juga firman Allah:
Surat Al-Anam : 162-163
       
        
 

Artinya: "Sesungguhya sholatku, ibadahku, hidupku dan


matiku hanyalah bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, tiada
sekutu baginya, dan demikianlah yang diperintahkan
kepadaku, dan aku adalh orang yang pertama-tama
menyerahkan diri kepada Allah." (QS. Al-An-am 162-163)7

c) Tauhid Asma'was Shifat

Tauhid Asma’wa Shifat yaitu mengimani Nama-Nama dan


Shifat-Shifat Allah ta'ala yang maha indah dan luhur sebagaimana
7
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah....... hal. 216.
43 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
yang telah ditapkan di dalam kitabnya dan ditetapkan melalui
lisan rosulnya. Dan menyakiniya sebagaimana yang disebutkan
Allah Ta'ala dan Rosulnya. Tanpa tahrif, takwil, takyif dan tamtsil
(tahrif dan takwil adalah menyimpangkan sebua makna atau lafal
yang hak kepada makna atau lafal yang batil, takyif adalah
mengvisualisasikan sifat Allah SWT dengan menyatakan bahwa
kaifianya begini dan begini, tamsil adalah menyerupakan sifat
Allah SWT. Dengan sifat mahluknya.)8
Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip hukum
yang merupakan kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya
yang berlaku dalam fiqih ibadah sebagai berikut:
a) Prinsip pertama: berhubungan langsung dengan Allah
tanpa perantara, ialah prinsip yang berarti bahwa tak
seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya sebagai
zat yang wajib di sembah. Dengan demikian, Allah
adalah dekat dengan manusia walaupun Ia tetap
transenden. Firman Allah yang menjadi landasan prinsip
ini adalah surat Al-Baqarah ayat 184 dan Ghaafir ayat 60
Surat Al-Baqarah : 186

       


      
   
Artinya: Dan apabila hamba-hamba ku bertanya kepada mu
tentang aku, maka jawablah bahwasannya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-
Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-
Ku dan hendaklah selalu berada dalam kebenaran (QS. Al-
Baqarah: 186)9

b) Prinsip kedua: beban hukum (Taklif) ditujukan untuk


memelihara akidah dan iman, penyucian jiwa dan
8
Sanusi Uwes, Tauid Ilmu,.......... hal. 20
9
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah....... hal. 45
44 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
pembentukan pribadi yang luhur. Atas dasar prinsip kedua
inilah hamba-hamba Allah dibebani ibadah sebagai bentuk
kesyukuran atas nikmat Allah.

2. Takmilul Iman

Ibnu Taimiya menyatakan “Al Imanu yangkushu wa yazidu”


(iman itu dapat berkembang dan bertambah). Tentunya
mengurangnya iman disebabkan karena kekurangan mengamalkan
syare’ah Allah SWT.10 Dalam al Quran kata ”Amanu” di kaitkan
“Amilu” banyak sekali diantaranya
Surat An-Nisa’: 57
    
        
       

Artiya: Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan


amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan
mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-
sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya
mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan
mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.(Q,S,An-Nisa’57)
Dan Surat Al-A’raf : 42
      
       


Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan


amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban
kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya,
mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya.(Q,S: Al-A’raf 42)

10
Muhlis Usman, Hikmatut Tasreh……. hal. 44
45 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Ra’d, 29. Al-Angkabut, 7, 9, 58, Fatir, 7. Al-Mu’min, 58.
Asy-Syuro, 22, 23, 26, Muhammad, 2. Ayat-ayat tersebut
menunjukkan ibadah adalah media untuk menyempurnakan iman,
dan pengalian hukum Islam secara mendalam, merupakan
semangat imaniyah karena ia sebagian dari ibadah.11

3. Rasional

Kata Rasional berasal dari bahasa Inggris, rational, yang


berarti masuk akal, berakal. kata rasional selanjutnya dapat berarti
pemikiran, pandangan dan pendapat yang sejalan dengan pendapat
akal. Sedangkan pengertian dari akal dapat berarti daya berfikir
yang ada dalam diri manusia dan merupakan sala satu daya dari
jiwa serta mengandung arti berfikir, memaami dan mengerti 12 kata
akal berasal dari bahasa arab yaitu Akala yan berarti mengikat dan
menaan. Pada zaman Jahiliyah orang yang berakal adalah orang
yang dapat menahan amaranhnya dan mengendalikan nafsunya
sehingga karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan yang
bijaksana dalam mengadapi segala persoalan.13
Kata akal sebagai masdar dari Akala tidak didapati dalam Al
Quran, namun bentukan dari dari kata akal tersebut terdapat
didalam bentuk fi’il mudhorei sebanyak 49 bua dan tersebar di
berbagai surat dalam Al Quran.
Allah membuat syari’at sejalan dengan ketentuan akal suatu
adits yang terkenal adalah “ agama adalah akal, tidak sempurna
agama seseorang jika tidak mengunakan akal “ karena itu akal
merupakan prasarat bagi tercptanya taklif bagi mukallaf. Akal
merupakan pancaran ati yang merupakan jalinan rasio dan budi.
Ibnu taimiyah menyatakan bahwa dengan adanya akal seseorang
dapat memiliki daya An-nadhor (kognisi dan kompreensi) dan
11
Muchlis Usman, Filsafat Hukum Islam,............. hal. 44
12
Kafrawi Ridwan, dkk. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ictiar Baru
vanhoeve), hal. 98
13
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 60.
46 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
daya Al-Irodah (emosi dan menilai). Melalui akal seseorang dapat
mengantarkan kepada ma’rifatullah, menentukan nilai iman dan
kufur serta menentukan yang baik dan yang buruk. Karena itu
diaruskan bagi mukallaf untuk mengunakan akal dalam menerima
dan mengamalkan syari’ah.
Hubungan fungsionalisasi akal dengan prinsip hukum Islam
adala dengan mengunakan akal itu akan mampu mendiskriminasi
perkembangan hukum Islam sesuai dengan tuntutan masa dan
keadaan yang tercermin dalam berijtiad. Kefanatikan terhadap
madzab merupakan keputusan dalam mengunakan akal.14
Dari banyaknya penggunaan kata-kata yang serumpun dengan
kata akal, dapat di faami bahwa Al Quran sangat mengargai akal,
dan bahkan kitab Syar’i(kitab ukum Allah) anya ditunjukkan
kepada orang-orang yang berakal. Untuk ini banyak sekali
dijumpai ayat-ayat yang mendorong manusia untuk
mempergunakan akalnya. 15
Pengertian akal lebih lanjut dapat dijumpai dalam pendapat
para filosof Islam. Al kindi misalnya mengatakan bahwa akal
adalah daya berfikir yang terdapat di kepala. Dilihat dalam segi
funsi dan sifatnya, Al kindi membagi akal kedalam dua bagian,
yaitu akal praktis dan akal teoristis. Akat praktis adalah akal akal
yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra
pengikat. Akal teoristis menagkap arti-arti murni, yaitu arti-arti
yang tak perna ada dalam materi, seperti Tuan, roh, dan malaikat.
Akal praktis memusatkan diri pada alam materi, sedangkal akal
teoristis sebaliknya bersifat metafisik, mencurahkan perhatian
pada alam immateri.16
Akal teoristis tersebut lebi lanjut di kembangkan oleh Ibnu
Sina menjadi empat nagian, yaitu: 1. akal materi, yang semata-
mata mempunyai potensi untuk berfikir dan belum dilatih
14
Muhlis Usman, Hikmatut Tasreh……. hal 44.
15
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia.......hal
60.
16
Kafrawi Ridwan, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,
1999), hal 98.
47 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
walaupun sedikit. 2. akal bakat, yang tela mulai dilatih berfikir
tentang hal-hal yang abstrak. 3. akal aktual, yaitu akal yang telah
dapat berfikir tentang hal-hal yang abstrak dan dapat ia keluarkan
setiyap saat bila di keendaki dan 4. akal perolehan, yaitu akal yang
telah sanggup berfikir tentang hal-hal yang abstrak dengan tidak
memerlukan daya upaya. Akal ini sangat terlatih dengan hal-hal
yang abstrak, sehingga hal-hal yang bersifat abstrak selamanya
terdapat dalam akal perolehan ini, dan akal seperti inilah yang
sanggup menerima limpahan ilmu pengetahuan dari akal aktif,
atau yang dinamakan juga oleh Al farabi sebagai akal kesepuluh.
Yang dimaksut akal kesepuluh menurut filsafat emanasi Al Farabi
adalah Malaikat.17
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa yang di
meksud Rasional adalah sesutu yang masuk akal. Rasional juga
dapat berarti potensi rohaniya yang mana manusia dapat
membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Islam
rasional adalah Islam yang dapat menjelaskan ajaran-ajaranya
tidak hanya mengandalkan pendapat wahyu, tapi juga mengikut
sertakan akal pikiran. Islam rasional juga berarti Islam yang
menghargai pendapat akal pikiran dan mengunakanya untuk
memperkuat dalil-dalil ajaran agama. Dan juga berarti Islam yang
menjelaskan hikmah filosofi dari suatu teks atau perinta atau
larangan yang terdapat dalam wahyu Allah SWT. Misalnya
memerintahkan sholat, dan melarang berbuat maksiyat.
Kemudiyan akal di gunakan untuk mencari hikmah yang terdapat
dalam perinta sholat dan larangan berbuat maksiyat tersebut.
Penggunaan akal untuk memaami ajaran agama yang demekiyan
itu sangat di anjurkan dalam ajaran Islam. Itulah sebabnya muncul
sebagian dari kalangan umat Islam yang bersungguh-sungguh
menggunakan akal pikiran.18

17
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia.......hal.
62.
18
Agus Harianto, Pemikiran Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), hal. 89.
48 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Teori pengetahuan yang juga dikembangkan oleh Plato dan
Descastes disebut “Rasionalis” sebab mereka menegaskan bahwa
dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita dapat
menemukan pengetahuan dalam arti yang paling ketat, yaitu
pengetahuan yang dalam keadaan apapun tak mungkin salah.
Biasanya teori seperti itu menyatakan bahwa kita tidak dapat
menemukan pengetahuan yang pasti secara mutlak dalam
pengetahuan indrawi. Itu harus dicari dalam alam pikiran (in the
realm of mind).
Sebagai reaksi terhadap teori rasionalis timbul teori empiris.
Mulai dengan John Locke, kaum empiris berharap menemukan
suatu basis untuk pengetahuan kita dalam pngalaman indrawi.
Tetapi dari Locke, Berkeley dan Hume, mereka mendapatkan
bahwa pengalaman indrawi menghasilkan informasi tentang dunia
jauh kurang dari pada yang mereka harapkan. Hume menunjukkan
bahwa dari penelitian yang tuntas tentang apa yang kita ketahui
dari pengalaman indrawi, kita akan dibawa kearah skeptisisme
yang sangat menyedihkan mengenai kemungkinan pengetahuan
yang sejati. Menurut Hume, pandangan kita mengenai apa yang
terjadi disekitar kita semata-mata di akibatkan oleh konstitusi
Psikologis yang aneh dari mahluk manusia. Apa yang menurut
anggapan kita merupakan pengetahuan kita tak lain hanyalah
suatu cara mengatur pengalaman yang tersodor kepada kita.19

4. Tazkiyatun Nafsi (membersihkan jiwa)

Syariat Islam diciptakan untuk mensucikan jiwa yang


mengara pada ati nurani untuk mengontrol keserakaan awa nafsu
yang cenderung terbelenggu oleh kebendaan.20
Para mufassirin menerangkan bahwa diantara tugas
Rasulullah SAW kepada umatnya yaitu:
1) Menyampaikan ayat-ayat Allah
2) Membersihkan atau mensucikan jiwa manusia
19
Paul Edward,,Encyclopedia of Philoshopy, ....... hal 148.
20
Muhlis Usman, Hikmatut Tasreh,....... hal 44.
49 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
3) Mengajarkan kitab dan sunnah kepada manusia
Umat manusia sebelum datangnya Rasulullah dalam keadaan
sesat yang nyata, berupa kemusyrikan, kemerosotan akhlak dan
mereka dalam puncak kejahiliaan. Lalu datangnya Rasulullah
dengan membawa Islam yang telah dinyatakan sempurna dan
mendapat ridlo dari Allah SWT.
Artinya: pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah ku ridloi Islam itu jadi agama bagimu
Tugas para Rasul yang paling utama dan yang paling pertama
dilakukan adalah membersihkan keyakinan atau aqidah dari segala
bentuk kesyirikan, mengembalikan manusia dari penyembahan
kepada selain Allah SWT.
Surat Al-Anbiya’ : 25
        
     
Artinya: dan kami tidak mengytus seorang Rasul pun sebelum
kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: “bahwasanya
tidak ada tuhan (yang hak) melainkan Aku maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku (al-Anbiya’: 25)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimallahu menyatakan:
“ibadah adalah mentaati Allah dan dengan mencontoh apa-apa
yang diperintahkan atau berupa perbuatan yang dicintai dan
diridloi oleh Allah yang dlahir maupun batin”
Para ulama’ mengatakan ikhlas itu adalah membersihkan
tujuan taqarrub kepada Allah dari semua kotoran (syirik). Ikhlas
ini termasuk amalan hati seperti takut, pengharapan, tawakal,
raghbah, rahbah, khysyu’ dan khassyah.

     


        
   
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-
binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya
50 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama, Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.
Penyakit hati yang berkaitan dengan masalah aqidh yang
pertama kali harus dibersihkan pada diri seseorang karena
penyakit ini seseorang tidak dapat membedakan yang hak dari
yang bathil.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Amradul
Qulub wa Syifa’uha mengatakan: “penyakit hati adalah jenis
kerusakan yang menimpanya, penyebab kerusakan pemikiran dan
kehendak. Kerusakan pemikiran ini karena asdanya syubhat-
syubhat. Sedangkan kehendaknya (penyakit hati) yaitu membenci
kebenaran dan menyukai kebathilan.
Surat Al-Isra’ : 82
      
      

Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang


menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian. (QS, Al-Isro’82)21
Beberapa amaliah atau sarana Tazkiyah yang mujarab dan
efektif seperti yang diajarkan Rasulullah SAW:
1. Pembersihan aqidah dan penyempurnaan tauhid
Aqidah dan tauhid merupakan fondasi kehidupan seorang
mu’min dan ia adalah penentu utama ketentraman dan
kedamaian jiwa seseorang.
Ibadah yang sempurna kepada Allah
2. Shalat
Shalat yang khusyu’ bukan hanya menyucikan jiwa, bahkan
akan membahagiakannya dan mengantarkannya menuju
keberhasilan.

21
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah....... hal 437.
51 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
“sungguh beruntung orang-orabg mu’min, orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya. (al-Mu’min:1-2)

3. Infaq, shadaqah atau zakat


Hikmah diperintahkannya zakat itu adalah untuk
membersihkan jiwa dari kedengkian dan kekikiran.
4. Do’a dan zikir
Zikrullah merupakan terapi yang sangat efektif dalam
mengobati dan menentramkan jiwa orang yang tidak mau
berzikir dan enggan berdo’a menandakan pada jiwa ada
penyakit-penyakit kesombongan. Dan zikrullah yang paling
utama adalah tilawah, karena Allah menurunkan al-Qur’an
diantara fungsinya adalah sebagai as-Syifa (penawar) dan
rahmat bagi orang-orang mu’min.22
Kebahagiaan dan kedamaian insan bergantung pada
kebersihan jiwanya.Karna, kecenderungan-kecenderungan fitrawi
manusia tersembunyi di dalam diri dan jiwanya yaitu berupa
sebuah potensi. Dan dengan jalan membersihkannya dari berbagai
noda dan dosa maka, akan tersingkaplah hal tersebut dan akan
selalu aktif dan menjadi sumber terpancarnya segala kebajikan.
Dengan ibarat lain, bahwa jiwa manusia -dengan segala
karakteristik fitrawinya yang Allah SWT anugerahkan kepada
manusia- adalah seperti mata air yang memancar -yang mana
kebersihan dan kesuciannya mampu menghampas segala
rintangan yang ada-  dan jernih serta menjadi sumber kehidupan
dan wasilah dalam mencapai keutamaan-keutamaan dan
kesempurnaan manusia. Dan juga mengantarkan manusia menuju
lautan kesempurnaan dan keramat Ilahi serta kebahagiaan yang
tak terhingga.
Sebaliknya, menodai dan mengotori mata air (jiwa) yang
memancar ini dengan cara melakukan berbagai tindakan dan
perbuatan dosa maka, hal ini akan merubah kondisi jiwa sehingga

22
Sultan Noer, Proses Pendekatan Diri Kepada Allah, (Bandung: Mizan),
hal 31.
52 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
yang muncul tidak lain adalah tindakan dosa, putus asa, sengsara
dan derita.23

5. Tawazun
Tawazun artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah
menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah
keseimbangan. Manusia dan agama Islam kedua-duanya memiliki
potensi, yaitu jasmani, akal dan rohani. Islam menhendaki ketiga
dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang)
Untuk menganalisis prinsip ini maka ukum Islam terbagi
menjadi dua macam, yaitu masala yang berkaitan dengan Allah
(akidah, Ibadah) dan masalah yang berkaitan dengan manusia
(Ibadah Muamalah).24 Allah SWT berfirman:
Surat Al-Qashash : 77
        
         
         


Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan


Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu.(QS: Qoshosh,77)25

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing:


a) Jasmani: mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai
Allah dari pada mukmin yang lemah. Kebutuhannya adalah
makanan yang baik dan halal, beristirahat, kebutuhan biologis
dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani yang kuat.

23
Sultan Noer, Proses Pendekatan Diri Kepada Allah……. hal 32.
24
Muhlis Usman, Hikmatut Tasreh……. hal 45.
25
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah....... hal 623.
53 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
b) Akal: yang membedakan manusia dengan hewan adalah
akalnya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia
dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu
mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan
perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan
kekayaan alam yang oleh Allah di peruntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai wakil
Allah diatas bumi. Kebutuhan akal adalah ilmu untuk
pemenuhan sarana kehidupannya.
c) Ruh: kebutuhannya adalah dzikrullah. Pemenuhan kebutuhan
rohani sangat penting, agar roh atau jiwa tetap memiliki
semangat hidup tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa
akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang
dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagiaan
hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah
sesuai dengan fitrahnya. Untuk segala umat, ketawazunan akan
menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan.
Kebahagiaan itu dapat berupa:
1. Kebahagiaan batin atau jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa.
2. Kebahagiaan zhahir atau gerak, dalam bentuk kestabilan,
ketenangan beribadah, bekerja dan aktifitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut
tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah
dialah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun:


Manusia atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar
pada akal (rasio sebagai dasar)
Manusia materialis: mementingkan masalah jasmani atau
materi saja
Manusia panteis (kebatinan): bersandar pada hati atau
batinnya saja26
26
http://www. Google. Com: Prinsip-Prinsip Hukum Islam, 26 Mai 2009

54 Prinsip-Prinsip Hukum Islam


-Menyeimbangkan kepentingan dunia dan kepentingan
akherat.
Untuk merealisir prinsip ini maka hukum Islam terbagi
atas dua macam, yaitu masalah yang berkaitan dengan
Allah (Aqidah, ibadah) dan masalah yang berkaitan
dengan manusia (Ibadah,mu’amalah ).
-Prinsip Musawiyah (Persamaan).
Hukum Islam ditetapkan untuk tidak mendiskriminasikan
antar suku,bangsa, bahasa, tradisi dan sebagainya,serta tidak
membedakan status sosial seseorang.
Nabi SAW bersabda :

‫ علي عربي اال بالثقؤي‬W‫ال فضل لعربي علي عجمي ؤاللعجمي‬

Artinya : “Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang


ajam dan tak ada keutamaan bagi orang Ajam terhadap
orang Arab kecuali dengan takwa. “

6. Toleransi

Toleransi disyaratkan tentang kebebasan dalam memilih


agama bagi seseorang serta menjamin kebebasan beribadah bagi
pemeluknya.
Islam hadir dengan konsep toleransi antar agama yang
bertujuan untuk melestarikan kerukunan dan kedamaian dunia,
prinsip relevan terhadap deklarasi internasional yang
dikumandangkan oleh UNO. Bila dicermati, keberhasilan Islam
dalam misinya merupakan konsekuwensi logis dari sikap
tasamuh.Guslau Lebon dan Robertson menyatakan :
Hanya kaum musliminlah yang memadukan kefanatikan
agama lain. Meskipun mereka menghunus pedang untuk
menyiarkan dan mengembangkan agamanya sendiri.

Implikasi prinsip Tasamuh dalam hukum Islam adalah sebagai


berikut:
55 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
1. Seorang muslim diperbolehkan memakan hewan sembelihan
Ahlul Kitab (Kristen,Yahudi) seperti dalam QS Al-Maidah: 5
2. Orang muslim laki-laki diperbolehkan menikah dengan
wanita Ahlul Kitab.
3. orang muslim diperbolehkan berbuat baik atau kerja sama
dengan non muslim, selain urusan ibadah. Misalnya dalam
QS Al-Mumtahanan: 8 dan Al-Kafirun:1-6
Prinsip Al-Huriyah (kemerdekaan)
Prinsip kemerdekaan merupakan kebebasan seseorang untuk
menunaikan kewajiban dan menuntut hak sebagai keyakinan dan
tata aturan. Pepatah mengatakan “Hurriyatuka muqoyyadatun bi
hurriiyatil akhor” (kemerdekaanmu terbatasi oleh kemerdekaan
yang lain) Ahmad Zaki Yunani menyatakan tujuh pokok
kebebasan manusia yaitu: pertama: kebebasan pribadi, yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuahan diri sebagai person.
Kedua: kebebasan hak milik, yang berhubungan dengan harta
miliknya, ketiga: kebebasan bertenpat tinggal, keempat:
kebebasan berprofesi dan berkreasi sesuai dengan kemampuan,
kelima: kebebasan berpendapat yang ditopang oleh logika yang
benar, keenam: kebebasan beraqidah yang berhubungan dengan
toleransi antar agama (A-Baqarah: 256) ketujuh: kebebasan
belajar (seperti sabda Nabi: carilah ilmu sampai ke negri cina)27

C. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tauhid itu di


bagi menjadi tiga yaitu: 1.Tauhid Rububiyyah Yaitu mengesakan
Allah dalam segala perbuatanya, dan menyakini dengan
keyakinan yang teguh bahwa Allah Rabb dan Raja segala sesuatu,
yang menciptakan, mengatur sekaligus mengurusnya. 2. Tauhid
uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah
yang lahir maupun yang batin. 3. Asma’wa Shifat . Shifat yaitu
mengimani Nama-Nama dan Shifat-Shifat Allah ta'ala yang maha
27
Muchilis Usman, Hikmatut Tasyri’ Sebuah Konsepsi Dasar Filsafat
Pembentukan Hukum Islam, (Malang: LBB YANS, 1992), hal 46-47.
56 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
indah dan luhur sebagaimana yang telah ditapkan di dalam
kitabnya dan ditetapkan melalui lisan rosulnya.
Rasional berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa
yang di meksud Rasional adalah sesutu yang masuk akal. Rasional
juga dapat berarti potensi rohaniya yang mana manusia dapat
membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Plato dan
Descastes disebut sebagai tokoh “Rasionalis” sebab mereka
menegaskan bahwa dengan menggunakan prosedur tertentu dari
akal saja kita dapat menemukan pengetahuan dalam arti yang
paling ketat, yaitu pengetahuan yang dalam keadaan apapun tak
mungkin salah.
Beberapa amaliah atau sarana Tazkiyah yang mujarab dan
efektif seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Yaitu:
1. Pembersihan aqidah dan penyempurnaan tauhid
Aqidah dan tauhid merupakan fondasi kehidupan seorang
mu’min dan ia adalah penentu utama ketentraman dan
kedamaian jiwa seseorang.
2. Shalat
Shalat yang khusyu’ bukan hanya menyucikan jiwa, bahkan
akan membahagiakannya dan mengantarkannya menuju
keberhasilan.
3. Infaq, shadaqah atau zakat
Hikmah diperintahkannya zakat itu adalah untuk
membersihkan jiwa dari kedengkian dan kekikiran.
4. Do’a dan zikir
Zikrullah merupakan terapi yang sangat efektif dalam
mengobati dan menentramkan jiwa orang yang tidak mau
berzikir dan enggan berdo’a menandakan pada jiwa ada
penyakit-penyakit kesombongan

57 Prinsip-Prinsip Hukum Islam


D. Skematika Kajian
. Tauhid
Rububiyyah

Tauhid
Tauhid
Uluhiyyah

Tauhid
Takmilul Iman Uluhiyyah

Rasional
Prinsip-prinsip
Hukum Islam
Tazkiyatun Nafsi

Pembersihan aqidah dan


penyempurnaan tauhid

Shalat

Infaq, shadaqah atau zakat

Do’a dan zikir


58 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Tawazun
Kebahagiyaan batin atau jiwa

Kebahagiyaan dhahir atau gerak

Toleransi

Daftar Pustaka

Abdul Aziz As sulaimani Qor'awi, Muhammad. 2000. Cara


Mudah
MemahamiTauhi. Solo: At-tibyan
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah. 1971. Jakarta: Lajna
Taskhihul
Mushkaf.
Ali al-jumanatul. al-qur’an dan terjemah
Al-Utsaimin, syaikh muhammad bin shale. 2003. prinsip-prinsip
dasar keimanan. Jakarta: Megatama sofwa.
http://www.pangarans.com Prinsip hukum Islam./journal, 2009
Kafrawi Ridwan. 1999. Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru
van Hoeve.
Nata, Abuddin, 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di
Indonesia, PT
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Praja s Juhaya, Filsafat Hukum Islam. 1999. Bandung: Pusat
penerbitan universitas LPPM Universitas Islam.
Ridwan, Kafrawi, dkk. 1999. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ictiar
Baru
Vanhoeve.

59 Prinsip-Prinsip Hukum Islam


Usman, Muchlis. 1992. Filsafat Hukum Islam. Malang: LBB
Yan’s Pres.
Uwes, Sanusi. 2000. Tauhid Ilmu, Bandung: Nuansa.

60 Prinsip-Prinsip Hukum Islam

Anda mungkin juga menyukai