A. Pendahuluan
B. Substansi Kajian
Prinsip menurut pengertian bahasa ialah permulaan, tempat
pemberangkatan, titik tolak, atau al-mabda’. Prinsip juga berarti
kebenaran universal yang inhern didalam hukum Islam dan
menjadi titik tolak pembinaannya, prinsip yang membentuk
hukum Islam dan setiap cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam
meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum ialah
1. Tauhid
Secara etimologi tauhid adalah pengesaan. Secara syar'i
adalah meyakini ke Maha Esa'an Allah SWT. Dalam rububiyyah,
uluhiyyah serta Asma' dan sifatnya yang maha sempurna.3
Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini
menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan
yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat
Lailaha Illa Allah (tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik
dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64. berdasarkan atas prinsip
tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah.
Dalam arti penghambaan manusia dan penyerahan dirinya kepada
Allah sebagai manifestasi kesyukuran kepada- Nya. Dengan
demikian tidak boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia
dan atau sesama makhluk lainnya. Melaksanaan hukum Islam
merupakan ibadah dan penyerahan diri manusia kepada
keseluruhan kehendak-Nya.
1
Juhaya S Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Universitas Islam
LPPM, 1995), hal. 48
2
Muhlis Usman, Hikmatut Tasyri’, (Malang: LBB YANS, 1992), hal. 42
3
Syeh Muhammad bin Abdul Aziz As Sulaimani Qor'awi, Cara Mudah
Memahami Tauhid, (Solo: at-Tibyan), hal.19
41 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Prinsip tauhid ini pun menghendaki dan memposisikan untuk
menetapkan hukum sesuai dengan apa yang di turunkan Allah (al-
Qur’an dan as-Sunnah) barang siapa yang tidak menghukumi
dengan hukum Allah, maka orang tersebut dapat dikategorikan
kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq.
Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan
konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh
seorang muslim. Tauhid bermakna kesatuan atau menyatukan.
Makna tersebut di peruntukkan bagi ke esaan Tuhan.4
Tauhid merupakan cirri utama syari’t samawi yang mengajak
manusia kepada pengamba’an dan ketaatan pada Allahsemata
tanpa dibarengi oleh persekutuankonsep tauid di realisasikan
dalam kalimad “ La ilaha illah”5
Tauhid itu terbagi menjadi tiga:
a) Tauhid Rububiyyah
4
Sanusi Uwes, Tauid Ilmu, (Bandung: Nuansa, 1999), hal. 40
5
Muhlis Usman, Hikmatut Tasyri’……. hal. 42
6
Abdul Hafid Dasuki, Al-Quran Tarjamah, (Jakarta: Lajna Taskhihul
Mushkaf, 1971), hal. 6.
42 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Orang kafir pada zaman Rosulullah SAW. Mengakui jenis
tauhid ini, namun hal itu tidak memasukkan mereka kedalam
Dinnul Islam.
b) Tauhid Uluhiyyah
2. Takmilul Iman
10
Muhlis Usman, Hikmatut Tasreh……. hal. 44
45 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Ra’d, 29. Al-Angkabut, 7, 9, 58, Fatir, 7. Al-Mu’min, 58.
Asy-Syuro, 22, 23, 26, Muhammad, 2. Ayat-ayat tersebut
menunjukkan ibadah adalah media untuk menyempurnakan iman,
dan pengalian hukum Islam secara mendalam, merupakan
semangat imaniyah karena ia sebagian dari ibadah.11
3. Rasional
17
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia.......hal.
62.
18
Agus Harianto, Pemikiran Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), hal. 89.
48 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
Teori pengetahuan yang juga dikembangkan oleh Plato dan
Descastes disebut “Rasionalis” sebab mereka menegaskan bahwa
dengan menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita dapat
menemukan pengetahuan dalam arti yang paling ketat, yaitu
pengetahuan yang dalam keadaan apapun tak mungkin salah.
Biasanya teori seperti itu menyatakan bahwa kita tidak dapat
menemukan pengetahuan yang pasti secara mutlak dalam
pengetahuan indrawi. Itu harus dicari dalam alam pikiran (in the
realm of mind).
Sebagai reaksi terhadap teori rasionalis timbul teori empiris.
Mulai dengan John Locke, kaum empiris berharap menemukan
suatu basis untuk pengetahuan kita dalam pngalaman indrawi.
Tetapi dari Locke, Berkeley dan Hume, mereka mendapatkan
bahwa pengalaman indrawi menghasilkan informasi tentang dunia
jauh kurang dari pada yang mereka harapkan. Hume menunjukkan
bahwa dari penelitian yang tuntas tentang apa yang kita ketahui
dari pengalaman indrawi, kita akan dibawa kearah skeptisisme
yang sangat menyedihkan mengenai kemungkinan pengetahuan
yang sejati. Menurut Hume, pandangan kita mengenai apa yang
terjadi disekitar kita semata-mata di akibatkan oleh konstitusi
Psikologis yang aneh dari mahluk manusia. Apa yang menurut
anggapan kita merupakan pengetahuan kita tak lain hanyalah
suatu cara mengatur pengalaman yang tersodor kepada kita.19
21
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah....... hal 437.
51 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
“sungguh beruntung orang-orabg mu’min, orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya. (al-Mu’min:1-2)
22
Sultan Noer, Proses Pendekatan Diri Kepada Allah, (Bandung: Mizan),
hal 31.
52 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
yang muncul tidak lain adalah tindakan dosa, putus asa, sengsara
dan derita.23
5. Tawazun
Tawazun artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah
menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah
keseimbangan. Manusia dan agama Islam kedua-duanya memiliki
potensi, yaitu jasmani, akal dan rohani. Islam menhendaki ketiga
dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang)
Untuk menganalisis prinsip ini maka ukum Islam terbagi
menjadi dua macam, yaitu masala yang berkaitan dengan Allah
(akidah, Ibadah) dan masalah yang berkaitan dengan manusia
(Ibadah Muamalah).24 Allah SWT berfirman:
Surat Al-Qashash : 77
23
Sultan Noer, Proses Pendekatan Diri Kepada Allah……. hal 32.
24
Muhlis Usman, Hikmatut Tasreh……. hal 45.
25
Abdul Hafid dtasuki, Al-Quran Tarjamah....... hal 623.
53 Prinsip-Prinsip Hukum Islam
b) Akal: yang membedakan manusia dengan hewan adalah
akalnya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia
dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu
mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan
perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan
kekayaan alam yang oleh Allah di peruntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai wakil
Allah diatas bumi. Kebutuhan akal adalah ilmu untuk
pemenuhan sarana kehidupannya.
c) Ruh: kebutuhannya adalah dzikrullah. Pemenuhan kebutuhan
rohani sangat penting, agar roh atau jiwa tetap memiliki
semangat hidup tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa
akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang
dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagiaan
hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah
sesuai dengan fitrahnya. Untuk segala umat, ketawazunan akan
menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan.
Kebahagiaan itu dapat berupa:
1. Kebahagiaan batin atau jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa.
2. Kebahagiaan zhahir atau gerak, dalam bentuk kestabilan,
ketenangan beribadah, bekerja dan aktifitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut
tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah
dialah yang disebut manusia seutuhnya.
6. Toleransi
C. Kesimpulan
Tauhid
Tauhid
Uluhiyyah
Tauhid
Takmilul Iman Uluhiyyah
Rasional
Prinsip-prinsip
Hukum Islam
Tazkiyatun Nafsi
Shalat
Toleransi
Daftar Pustaka