Materi 1
Sumber Hukum Islam
Sumber hukum dalam Islam, ada yang disepakati (muttafaq) para ulama
dan ada yang masih dipersilisihkan (mukhtalaf). Adapun sumber hukum Islam
yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Para
Ulama juga sepakat dengan urutan dalil-dalil tersebut di atas (Al Qur’an,
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas). Sedangkan sumber hukum Islam yang masih
diperselisihkan di kalangan para ulama selain sumber hukum yang empat di
atas adalah istihsân, maslahah mursalah, istishâb, ‘‘uruf, madzhab as-Shahâbi,
syar’u man qablana.
dari Shahabat Nabi Saw Muadz ibn Jabal ketika diutus ke Yaman. Hadits
diriwayatkan al-Thabrani (lihat: al-Mu’jam al-Kabir, Juz 15), hal 96.
1. al-Qur’an
Dari kedua definisi di atas, pada dasarnya mengacu pada maksud yang
sama. Definisi pertama dan kedua sama-sama menyebutkan bahwa al-Qur’an
adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
menggunakan bahasa Arab. Adapun bedanya definisi kedua lebih menegaskan
bahwa al-Qur’an dinukil secara mutawatir. Adapun definisi ketiga, yang
dikemukakan oleh Al-Ghazali ternyata hanya menyebutkan bahwa al-Qur’an
merupakan firman Allah SWT, akan tetapi , Al-Ghazali dalam uraian
selanjutnya menyebutkan bahwa al-Qur’an bukanlah perkataan Rasulullah,
beliau hanya berfungsi sebagai orang yang menyampaikan apa yang diterima
dari Allah SWT.( Al-Ghazali, 1971 : 118.)
بل هو مخبر عن هللا تعالى انه حكم بكذا و كذا
Nabi hanya berfungsi pembawa atau penyampai apa-apa yang diterima
dari Allah, bahwa Allah menetapkan hukum-hukum.
Hal ini tentu saja bisa dipahami, sebab di dalam al-Qur’an sendiri
sering disebut al-Kitab –yang dimaksud adalah al-Qur’an. Seperti firman Allah
ذلك الكتاب ال ريب فيه هدى للمتقين
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 1 ).
يعتبر القران المصدر االول االحكام الشرعية اما بقية المصادر فهى تابعة له ومتفرعة عنه ومن ثم يحتل
المرتبة االولى فى االستبدال فال يجوز العدول عنه الى غيره اال اذا خال من حكم للحالة المعروضة
634
2. al-Hadits / as-Sunnah
a) Setiap Mu’min harus taat kepada Allah dan kepada Rasulullah. (Al-Anfal: 20,
Muhammad: 33, an-Nisa: 59, Ali ‘Imran: 32, al- Mujadalah: 13, an-Nur: 54, al-
Maidah: 92).
b) Patuh kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah. (An-Nisa: 80, Ali
‘Imran: 31)
c) Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapatkan siksa. (Al-Anfal: 13, Al-
Mujadilah: 5, An-Nisa: 115).
d) Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman. (An-Nisa: 65).
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada sunnah karena selain
memang di perintahkan oleh Al-Qur’an, juga untuk memudahkan dalam
menentukan (menghukumi) suatu perkara yang tidak dibicarakan secara rinci
atau sama sekali tidak dibicarakan di dalam Al Qur’an sebagai sumber hukum
utama. Apabila Sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum
Muslimin akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti
tata cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab
ayat-ayat Al-Qur’an dalam hal ini tersebut hanya berbicara secara global dan
umum, dan yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah.
Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan
ayat-ayat yang musytarak (multi makna), muhtamal (mengandung makna
alternatif) dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan Sunnah untuk
menjelaskannya. Dan apabila penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan
kepada pertimbangan rasio (logika) sudah barang tentu akan melahirkan
tafsiran-tafsiran yang sangat subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Secara bahasa, sunnah berarti jalan yang biasa dilalui, baik hal itu terpuji atau
tercela. (Muhammad Ajjaj al-Khatib, 1981 :17) Secara terminology, ulama
Ushul Fiqh mengartikan sunnah dengan semua yang diriwayatkan oleh
Rasulullah SAW berupa perbuatan, ucapan dan ketetapan yang berkaitan
dengan hukum. ( Muhammad Ajjaj al-Khatib, 1981 :19). Sementara Sunnah
menurut ahli hadits ialah, sesuatu yang didapatkan dari nabi SAW yang berupa
636
perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, baik dari masa sebelum
kenabian atau pun sesudahnya. (Mushthofa Ash-Syiba’I, tt : 53). Contoh
sunnah fi’liyah adalah prilaku sholat nabi, atau pun tindakan-tindakan nabi
dalam peperangan. Sunnah taqririyah, misalnya nabi melihat atau mendengar
suatu perbuatan lalu nabi mengakui atau membenarkannya.
a) Bayan Tafsir. yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan
musytarak. Seperti hadits : “Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli” (Shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-
Qur’an yang umum, yaitu : “Aqimush-shalah” (Kerjakan shalat). Demikian pula
hadits: “Khudzu ‘anni manasikakum” (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah
tafsir dari ayat Al-Qur’an “Waatimmulhajja” ( Dan sempurnakanlah hajimu).
b) Bayan Takhsis, yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang
kekhususan. Missal ada ayat tentang pembagian harta warisan (Allah
mensyariatkan bagi kamu tentang pembagian harta anak-anakmu (QS.an-Nisa’ :
11) kalimat anak-anakmu dalam ayat tersebut masih bersifat umum, yaitu seluruh
anak. Akan tetapi Rasul memberikan batasan bahwa anak yang membunuh
ayahnya dengan sengaja tidak akan mendapat harta warisan ayahnya.
“pembunuh tidak akan mendapatkan harta warisan (HR.Muslim).
c) Bayan mutlak, yaitu menjelaskan hukum mutlak yang ada dalam al-Qur’an,
seperti perintah memotong tangan orang yang melakukan tindak pidana
pencurian. Perintah Allah tersebut tidak merincikan ukuran tangan yang dipotong
dan juga nisab harta yang dicuri. Rasulullah menjelaskan bahwa tangan yang
dipotong adalah sampai pergelangan tangan dan nisab dari barang yang dicuri itu
adalah seperempat dinar (HR. Bukhori-Muslim)
637
3. Ijma’
Ijma’ dalam pengertian bahasa memiliki dua arti. (lihat, Wahbah al-
Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 468.) Pertama, berupaya (tekad) terhadap
sesuatu. disebutkan berarti berupaya di atasnya. Sebagaimana firman Allah
Swt:
Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu Dia
berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal
(bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, Maka
kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu
dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku).
kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah
terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
(QS.Yunus :71)
Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid
dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum
syara.( Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 468.)
Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya kesepakatan para
mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa atas hukum syara’. Kesepakatan itu
dapat dikelompokan menjadi empat hal : (Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu
Ushul Fiqh, hal 45-46)
Apabila rukun ijma’ yang empat hal di atas telah terpenuhi dengan
menghitung seluruh permasalahan hukum pasca kematian Nabi SAW dari
seluruh mujtahid kaum muslimin walau dengan perbedaan negeri, jenis dan
kelompok mereka yang diketahui hukumnya. Perihal ini, nampak setiap
mujtahid mengemukakan pendapat hukumnya dengan jelas baik dengan
perkataan maupun perbuatan baik secara kolompok maupun individu.
4. Qiyas
Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada
nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan
sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat
definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya
dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat
hukum. (Muhammad Abu Zahrah, 173.) Dengan demikian qiyas itu penerapan
hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan
641
illat akan melahirkan hukum yang sama pula. Umpamanya hukum meminum
khamar, nash hukumnya telah dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu hukumnya
haram. Sebagaimana firman Allah Swt:
Dari ayat di atas bahwasanya Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk
‘mengambil pelajaran’, kata I’tibar di sini berarti melewati, melampaui,
memindahkan sesuatu kepada yang lainnya. Demikian pula arti qiyas yaitu
melampaui suatu hukum dari pokok kepada cabang maka menjadi (hukum)
yang diperintahkan. Hal yang diperintahkan ini mesti diamalkan. Karena dua
kata tadi ‘i’tibar dan qiyas’ memiliki pengertian melewati dan melampaui.
(Wahbah al-Zuhaili :592)
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa’ : 59)
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan ‘kembali
kepada Allah dan Rasul’ (dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah
supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa yang sesungguhnya yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh dengan mencari illat
hukum, yang dinamakan qiyas. Muhammad Abu Zahrah : 175.)
Dalil kedua tentang kehujahan qiyas adalah dalil sunnah berdasar pada
hadits Muadz ibn Jabal, yakni ketetapan hukum yang dilakukan oleh Muadz
ketika ditanya oleh Rasulullah Saw, diantaranya ijtihad yang mencakup di
dalamnya qiyas, karena qiyas merupakan salah satu macam ijtihad. (Abdul
Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 56)
644
Dalil yang keempat adalah dalil rasional. Pertama, bahwasanya Allah Swt
mensyariatkan hukum tak lain adalah untuk kemaslahatan. Kemaslahatan
manusia merupakan tujuan yang dimaksud dalam menciptakan hukum. Kedua,
bahwa nash baik Al Qur’an maupun hadits jumlahnya terbatas dan final.
Tetapi, permasalahan manusia lainnya tidak terbatas dan tidak pernah selesai.
Mustahil jika nash-nash tadi saja yang menjadi sumber hukum syara’.
Karenanya qiyas merupakan sumber hukum syara’ yang tetap berjalan dengan
munculnya permasalahan-permasalahan yang baru. Yang kemudian qiyas
menyingkap hukum syara’ dengan apa yang terjadi yang tentunya sesuai
dengan syariat dan maslahah. (Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal
58)
Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal: (Abdul Wahhab al-
Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 60)
645
a) Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut
dengan al-maqis alaihi.
b) Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya,
disebut pula al-maqîs.
c) Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash
dalam hukum asalnya. Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk
fara’.
d) Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas
yang dibangun atasnya.
Contoh qiyas, al-Qur;an melarang jual beli ketika sholat jum’at berlangsung
(QS.al-Jumu’ah ayatu 9), diqiyaskan bahwa seluruh aktivitas selain dagang
juga dilarang karena sama-sama mengganggu sholat jum’at. (Depag, 2000 :79)
5. Ijtihad
Menurut bahasa, ijtihad berasal Dari kata dasar Jahada yang berarti
mencurahkan segala kemampuan atu menanggung beban. Atau disebut usaha
yang optimal yang menanggung beban berat. (Luwis Ma’luf, 1986 :105-106)
Pengertian ijtihad menurut bahasa ini ada relevansinya dengan pengertian
ijtihad menurut istilah, dimana untuk melakukannya diperlukan beberapa
persyaratan yang karenanya tidak mungkin pekerjaan itu (ijtihad) dilakukan
sembarang orang.
a. Istihsan
b. Mashalih Mursalah
c. Istishab
d. Adat / urf
e. Dzari’ah.
Menurut istilah, dzari’ah ialah sesuatu yang menjadi perantara kea rah
perbuatan yang diharamkan atau dihalalkan. Dalam hal ini ketentuan hukum
yang dikenakan pada dzari’ah selalu mengikuti ketentuan hukum yang terdapat
649
Materi 2
I. Allah berfirman:
Artinya : Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Surat ini diturunkan di Makkah dan yang dituju ialah kaum musyrikin,
yang kafir, artinya tidak mau menerima seruan dan petunjuk kebenaran yang
dibawakan Nabi kepada mereka. Kata “kafir” mengandung beberapa
pengertian. Kafir bisa berarti orang yang tidak percaya kepada adanya Allah,
maka dia disebut “Mulhid” atau atheis. Kafir juga dapat diartikan orang yang
tidak percaya kepada keesaan Allah, maka dia disebut “Musyrik” atau politheis.
Kafir juga dapat dilekatkan kepada orang yang tidak percaya kepada kerasulan
dan syari’at Nabi Muhammad saw. Kaum musyrik Arab dikatakan kafir karena
penolakan mereka terhadap keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad
saw.
Menurut Ibnu Jarir panggilan seperti ini disuruh sampaikan Tuhan oleh
Nabi-Nya kepada orang-orang kafir itu, yang sejak semula berkeras menentang
Rasul. Nabi saw pun tegas pula dalam sikapnya menantang penyembahan
mereka kepada berhala, sehingga timbullah suatu semacam kompetisi siapakah
yang lebih kuat semangatnya mempertahankan pendirian masing-masing.
Maka pada satu waktu terasalah oleh mereka sakitnya pukulan-pukulan itu,
mencela berhala mereka, menyalahkan kepercayaan mereka. Maka
bermufakatlah pemuka-pemuka Quraisy musyrikin itu hendak menemui Nabi.
Mereka bermaksud hendak mencari, “damai”. Yang mendatangi Nabi itu
menurut riwayat Ibnu Ishaq dari Said bin Mina – ialah Al-Walid bin Al-
Mughirah, Al-Ash bin Wail, Al-Aswad bin Al-Muthalib dan Umaiyah bin
Khalaf. Mereka kemukakan suatu usul damaki: “Ya Muhammad! Mari kita
berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah tetapi engkau
pun hendaknya bersedia pula menyembah yang kami sembah, dan di dalam
651
segala urusan di negeri kita ini, engkau turut serta bersama kami. Kalau seruan
yang engkau bawa ini memang ada baiknya daripada apa yang ada pada kami,
supaya turutlah kami merasakannya dengan engkau. Dan jika kami yang lebih
benar daripada apa yang engkau serukan itu maka engkau pun telah bersama
merasakannya dengan kami, sama mengambil bahagian padanya.”
menyatakan diri-Nya pada diri seseorang atau sesuatu benda. Allah, yang
meratakan kurnia-Nya kepada siapa jua pun yang tulus ikhlas beribadat
kepada-Nya. Dan Maha Kuasa menarik ubun-ubun orang yang menolak
kebenaran-Nya dan menghukum orang yang menyembah kepada yang lain.
Sedang yang kamu sembah bukan itu, bukan Allah, melainkan benda. Aku
menyembah Allah sahaja, kamu menyembah sesuatu selain Allah dan kamu
persekutukan yang lain itu dengan Allah. Sebab itu maka menurut aku,
ibadatmu itu bukan ibadat dan tuhanmu itu pun bukan Tuhan. Untuk kamulah
agama kamu, pakailah agama itu sendiri, jangan pula aku diajak menyembah
yang bukan Tuhan itu. Dan untuk akulah agamaku, jangan sampai hendak
kamu campur-adukkan dengan apa yang kamu sebut agama itu.”
Surat ini memberi pedoman yang tegas bagi pengikut Nabi Muhammad
saw, bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan syirik tak
dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan yang batil,
maka yang batil jualah yang menang. Oleh sebab itu maka akidah Tauhid itu
tidaklah mengenal apa yang dinamai Cynscritisme, yang berarti menyesuai-
nyesuaikan. Misalnya di antara animisme dengan Tauhid, penyembahan
berhala dengan shalat, menyembelih binatang guna pemuja hantu atau jin
dengan membaca Bissmillah.
2. Allah berfirman:
Arti/penjelasan mufradat:
A. Pengertian Toleransi
656
1
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir,
(Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th.), h.1098
2
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam
Sebagai Dasar menuju Dialoq dan kerukunan Antar Umat Beragama,
(Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22
657
tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun
dari keluarganya sekalipun.3
Toleransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai
suatu keyakinan kemudian pindah/merubah keyakinannya (konversi) untuk
mengikuti dan membaur dengan keyakinan atau peribadatan agama-agama
lain, serta tidak pula dimaksudkan untuk mengakui kebenaran semua
agama/kepercayaan, namun tetap suatu keyakinan yang diyakini. Hal ini
disebabkan agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara vertikal dan hubungan
secara horizontal.
Yang pertama (hubungan vertical) adalah hubungan antara pribadi
dengan Tuhan yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang telah
digariskan oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual,
meskipun adakalanya (lebih diutamakan) dilaksanakan secara kolektif atau
berjamaah (seperti shalat dan haji dalam Islam). Pada hubungan ini berlaku
toleransi agama yang hanya terbatas dalam lingkungan atau intern suatu agama
saja.
Hubungan yang kedua (horizontal) adalah hubungan antara manusia
dengan sesamanya. Hubungan ini tidak terbatas panda lingkungan suatu agama
saja, tetapi juga berlaku kepada semua orang yang tidak seagama, dalam
bentuk kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan
umum. Dalam hal seperti inilah berlaku toleransi dalam pergaulan hidup antar
umat beragama.4
3
H. M Ali dkk, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1989), hlm. 83
4
Said Agil Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Jakarta:
Ciputat Press, 2003), hlm. 14
658
5
Informasi tentang pengutusan sahabat-sahabat dan pengiriman surat-surat
dapat dilihat pada kitab-kitab hadits Nabi, antara lain pada karya Al-Imam Muslim,
Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), Jilid 2, h. 152-154, dan pada karya
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu’ wa al-Marjan, (Beirut: Al-Maktabah al-
Ilmiyah, tth.), Jilid 1, h. 5
659
Para mufassir sepakat bahwa kedua ayat diatas merupakan prinsip dasar
yang menjadi landasan dalam menjalankan dakwah: ‘tidak boleh ada
pemaksaan’. Yusuf Ali memberikan alasan-alasan kenapa agama tidak boleh
dipaksakan. Menurutnya, tindakan pemaksaan tidak cocok dalam agama
karena:
a. agama didasarkan atas keyakinan dan keimanan, dan kedua hal itu tidak ada
artinya kalau dipaksakan. Mungkin yang dimaksudnya adalah bahwa seseorang
bisa saja tunduk kalau dipaksa dengan ancaman pedang, maka demi
keselamatannya dia pura-pura beriman;
6
Yusuf Ali, op.cit., h. 103
7
Aisyah Abdurrahman, Manusia; Sensitivitas Hermeneutika Al-Qur’an,
terjemahan M. Adib Al-Arief, (Yogyakarta: LKPSM, 1997), h. 95-96
660
dengan maksud berzina dan tidak pula untuk menjadikan mereka gundik-
gundik (al-Maidah/5:5).
8
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h.368-369
662
Artinya : Jika kamu (Muhammad) ragu terhadap apa yang Kami turunkan
kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab
sebelum kamu (Yunus/10:94).
b. Bidang Politik
9
Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, terjemahan Anas Mahyudin,
(Bandung: Pustaka, 1984), h. 73
663
10
Ibn Katsir, Jilid 1, h. 641
11
Zamakhsyari, Jilid 1, h. 545
12
Rasyid Ridho, op.cit., Jilid 5, h. 181
13
Mustafa Al-Ba’i, op.cit., h. 80-82
664
Tugas Mandiri
1. Tulis sasatu ayat dan satu hadis (selain yang sudah dibahas dalam
modul ini), lalu terjemahkan dan jelaskan maksudnya.
2. Sebutkan satu kasus yang pernah terjadi di masyarakat yang terkait
dengan problem toleransi, lalu kemukakan pandangan anda.
Rangkuman
Toleransi beragama adalah sikap lapang dada seseorang untuk
menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah
mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini
tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun
dari keluarganya sekalipun
Dasar-dasar toleransi dalam Islam antara lain:
a) Surat al-Baqarah ayat 256, yang artinya “Tidak ada paksaan untuk (memaksuki)
agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang
salah”.
b) Surat Yunus ayat 99 yang artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman?”
Materi 3
Tepat Janji Dan Jujur
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Islam merupakan agama fitrah yang menjunjung tinggi nilai dan etika dalam
kehidupan sehari-hari. Dan demikian pentingnya etika dalam Islam, hingga
Rasulullah SAW mengkategorikan akhlak sebagai “faktor” yang paling
banyak untuk dapat mengantarkan orang ke dalam surga, beliau bersabda
yang artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya
tentang yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga, beliau
menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Kemudian beliau
ditanya tentang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka,
beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (HR. Turmudzi)
b. Diantara etika atau akhlak yang baik adalah etika dalam bertutur kata atau
berbicara. Allah SWT bahkan menjadikannya sebagai “perintah” yang wajib
untuk dilakukan oleh setiap hamba-Nya, dimanapun dan kapanpun, bahkan
terhadap siapapun. Apakah di rumah terhadap keluarganya, di kantor
668
c. Bertutur kata yang baik bukan hanya sebagai satu kewajiban, namun lebih dari itu,
ia memiilki dampak positif bagi setiap muslim, Diantaranya adalah sebagai berikut
1) Allah SWT akan menjadikan orang yang berutur kata dengan baik, bahwa
amalnya akan diperbaiki oleh Allah SWT. Menurut Ibnu Katsir firman Allah
( ) يصلح لكم أعمالكمmaknanya adalah ( ) يوفقهم لألعمال الصالحةAllah akan
menunjukkan mereka pada amal-amal shaleh. Atau memudahkan mereka
untuk melakukan amal shaleh.
2) Akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.
3) Mendapatkan kemenangan yang besar (surga). Ibnu Katsir mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah diselamatkan dari Azab Allah SWT serta
dihantarkan ke dalam keni'matan yang langgeng (surga).
Selain hadis di atas terdapat pula sebuah hadis yang menjelaskan buah
dari kejujuran dan akibat dari kebohongan yaitu:
َو ِإ هن ْال ِب هر، الصدْقَ يَ ْهدِى ِإلَى ْال ِب ِر
ِ َّللاِ رضى هللا عنه َع ِن النه ِب ِى صلى هللا عليه وسلم قَا َل « ِإ هن َع ْن َع ْب ِد ه
ور ُ ْ ه
َ َوإِن الف ُج، ور ُ ْ َ
ِ ِب يَ ْهدِى إِلى الف ُج َ ْ ه ً
َ َوإِن الكذ، صدِيقا ُ ه
ِ َصد ُق َحتى يَكون ُ َ
ْ َالر ُج َل لي ه ه ْ
َوإِن ه، يَ ْهدِى إِلَى ال َجن ِة
ه
)َّللاِ َكذابًا » (رواه البخاري َ َحتهى يُ ْكت، ُالر ُج َل لَيَ ْكذِب
َب ِع ْندَ ه َوإِ هن ه، ارِ يَ ْهدِى إِلَى النه
Artinya : Dari Abdullah ra, dari Nabi saw., dia bersabda: “Sesungguhnya
kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa kepada surga,
669
Secara harfiah, kata munafiq berasal dari kata نَفـَقyang salah satu
artinya adalah lubang tikus di dalam tanah, yang memilki dua pintu, pintu
pertama terlihat, sedang pintu kedua tidak terlihat. Tikus itu bisa masuk dari
pintu yang terlihat lalu keluar dari pintu yang tidak terlihat. Begitu pula
seorang munafik seolah-olah masuk ke dalam Islam, tetapi dia keluar dari
Islam melalui pintu yang tersembunyi. Secara etimologi atau istilah, munafik
adalah orang yang menyembunyikan akidah kekafirannya dan menampakkan
keimanannya secara lahiriyah dengan kata-kata.14
Rasulullah bersabda:
َ َعدَ أ َ ْخل
ف َ ب َو ِإذَا َو ِ ِسله َم قَا َل آيَةُ ْال ُمنَاف
َ ق ث َ َالث ِإذَا َحد
َ َهث َكذ صلهى ه
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرة َ أ َ هن َر
سو َل ه
َ َِّللا
)َوإِذَا اؤْ ت ُ ِمنَ خَانَ (رواه مسلم
Artinya : Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tanda-
tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar,
dan jika dipercaya dia berkhianat (HR. Muslim)
14
Al-Jurjany, Kitab al-Ta’rifat (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1988), h. 235.
670
15
Sampai pada paragraph ini, penjelasan hadis dikutip dari al-Nawawy,
Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-Nabawy.
671
b. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya;
b. Ingkar Janji. Perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain terkadang harus kita
lakukan. Apabila janji yang telah disepakati tidak kita penuhi tanpa alasan yang
dapat dibenarkan, maka kita telah ingkat janji. Kemajuan di bidang ekonomi yang
telah diraih oleh negara-negara maju, antara lain didukung oleh komitmen yang
tinggi dari warganya untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang telah
disepakati. Sebaiknya bangsa-bangsa yang rendah komitmennya untuk menepati
perjanjian atau kesepakatan kerja akan jatuh sebagai bangsa yang terbelakang.
c. Khianat. Di antara ketiga sifat munafik yang tersebut dalam hadis di atas, khianat
dapat dikatakan paling berat akibat buruknya dibandingkan dengan sifat dusta
dan tukang ingkar janji. Orang yang berkhianat akan dihukum oleh masyarakat
dengan dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan lagi,
bahkan bisa dikenai hukuman penjara, apabila pengkhianatannya menimbulkan
kerugian atau bahaya pada negara seperti menjadi mata-mata bagi pihak asing,
atau seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam
pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatanya untuk menyelewengkan uang
pajak.
16
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992) Jilid 4,
h.442
673
Tugas Mandiri
Rangkuman
Jujur adalah salah satu sifat terpuji yang sangat ditekankan baik oleh al-
Qur’an maupun hadis agar dimiliki oleh setiap Muslim. Kejujuran apabila
sudah menjadi sifat seluruh anggota masyarakat, akan memberikan kebaikan
kepada masyarakat tersebut; masing-masing akan saling percaya, tidak curiga
dan buruk sangka, sehingga timbullah rasa aman dalam hidup.
Materi 4
HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU
Kompetensi Dasar : 3.5. Memahami Q.S. Al- Baqarah (2): 83 dan hadits
terkait tentang tata krama, sopan-santun, dan rasa malu.
Tujuan Pembelajaran:
3.4.1. Menyebutkan dalil Al Quran (Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman
(31): 14) dan La Hadis terkait dengan Hormat kepada orang tua dan guru
3.4.3. Mendeskrepsikan makna hormat kepada orang tua dan guru, kewajiban
hormat dan taat kepada kedua orang tua dan guru, kewajiban hormat dan
taat kedua orang tua dan kewajiban hormat dan taat kepada guru
Anak terhadap orang tua dan guru tetap disebut sebagai anak
sekalipun sudah dewas, adakalanya anak terhadap orang tua yang melahirkan
dan anak murid terhadap guru yang mengajar. Orang tua melahirkan anak
dari kandungan sang ibu dan orang tualah yang memperkenalkan benda alam
di sekitarnya. Sedang guru melahirkan anak murid dari alam kebodohan ke
alam kepandaian dan gurulah yang memperkenalkan kepada Tuhannya.
Sebagaimana kata sebagian ulama salaf:
لَ ْوالَ ْال ُم َربِي َما َع َر ْفتُ َربِي
Jika tidak ada pendidik (guru) maka aku tidak kenal Tuhanku. 17
Oleh karena itu sebagian ulama menybutkaan bahwa “guru adalah
bapakmu dalam agama”.18 Kewajiban anak terhadap guru sama dengan
kewajiban anak terhadap orang tuanya bahkan lebih tinggi dari itu. Pada
pembahasan berikut pada modul ini ketika disebut orang tua berarti guru
masuk di dalamnya.
Kosa Kata:
َضى َربُّك َ َ = َوقTuhanmu perintah atau wasiat berpesan
= ْال ِكبَ َرusia besar atau usia tua
ٍ ُ = أkata-kata celaka, kasar, buruk dan merugikan
ف
= َو َال ت َ ْن َه ْر ُه َماjangan membentak mereka dengan kata-kata yang kasar
17
Ridha Ahmad Shamadiy, Tharîqah li Khidmat al-Dîn, Juz 1, h. 194
18
Al-Zarnuji, Ta’lîm l-Muta’allimn Tharîq al-Ta’allum, (Semarang: Thaha Putra, tth.)
677
Pada ayat di atas disebutkan kewajiban berbuat ihsan atau berbuat baik
َ ْ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن ِإحdan hendaklah kamu berbuat baik pada
kepada kedua orang tua سانًا
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa alasan kewajiban hormat
dan taat kepada kedua orang tua:
a) Perintah berbuat baik kepada kedua orang setelah perintah menyembah Allah
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Irsa/17: 23. Hal ini menunjukkan
ketinggian derajat orang tua yang menduduki rengking kedua setelah Allah.
Kewajiban hormat dan taat kepada kedua orang tua setelah taat kepada Allah
678
swt. Di antara hormat kepada kedua orang tua berkata yang baik, lemah lembut,
tidak berkata kasar dan tidak membentak-bentak.
b) Demikian juga Q.S. Luqman (31): 14 Allah perintah bersyukur kepeda kedua orang
tua setelah perintah bersyukur kepada Allah. َ = أ َ ِن ا ْش ُك ْر لِي َول َِوا ِل َديْكhendaklah kamu
bersyukur kepada-Ku dan kepada kedau orang tuamu. Bersyukur kepada Allah
karena Dialah menjadikan anak dan bersyukur kepada kedua orang tua karena
dialah yang mengandung anak samapai payah dan dialah yang menyusuinya. Pada
ayat ini Ibu lebih mendapat perioritas dari pada bapak dalam soal ketaatan dan
hormat anak terhadap orang tua. Karena jasa seorang ibu memang berbeda
dengan seorang bapak, penderitaan seorang ibu untuk menghidupkan anaknya
penderitaan langsung berbeda seorang bapak. Penderitaan seorang ibu mulai
dari hamil 9 bulan yang tidak dapat diwakilkan orang lain, kemudian melahirkan
yang luar bisa penderitaanya, taruhannya hanya dua yaitu antara hidup dan mati.
Setelah lahir perawatan, penyusuan, pengasuhan, pendidikan dan lain-lain
bertumpu pada seorang ibu.
c) Pada Hadis di atas Nabi menjelaskan dengan tegas, bahwa manusia yang paling
berhak dihormati adalah orang tua dengan urutan ibumu tiga kali kemudian
bapakmu. Begitu Islam menghargai jasa seorang ibu sebagaimana pula pada Q.S.
Luqman (31): 14 di atas. Di sini bukan berarti mengabaikan urusan seorang bapak.
Bapak dan ibu harus bekerja sama dalam membesarkan dan mendidik anak.
Andaikata berbeda antara bapak dan ibu anak hendaknya pandai
mengkompromikan Jika tidak mungkin, ibunya lebih berhak didahulukan baru
bapaknya. Contoh yang ringan, bapak suruh anak membantu bapaknya mengetik
sedang ibu suruh menyapu dalam waktu yang bersamaan, keduanya tidak bisa
dikompromikan.
Hormat dan Berbuat baik kepada orang tua sepanjang masa baik ketika
masih hidup maupun telah meninggal. Dalam kitab Tanbîh al-Ghâfilîn yang
ditulis oleh al-Muhaddits al-Samaraqandy menjelaskan ada 10 hak orang tua
679
yang masih hidup yang wajib dilaksanakan oleh anak dan 3 hak orang tua
yang telah meninggal. I0 kewajiban anak terhadap orang tua yang masih
hidup yaitu sebagai berikut :
a. Memberi makan ketika dibutuhkan
b. Memberi pakaian jika diperlukan dan anak ada kemampuan. Kedua
hal di atas merupakan penafsiran ayat QS. Luqman/31:15 اح ْب ُه َما
ِ صَ َو
“ فِي الدُّ ْن َيا َم ْع ُروفًاdan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”.
Makna pergaulan yang baik adalah memberi makan ketika orang
tua lapar dan memberi pakaian ketika orang tua tidak mampu
membeli pakaian
c. Berkhidmah atau melayani
d. Memenuhi panggilan
e. Taat selagi tidak maksiat. Dalam ayat QS. Luqman/31 : 15 Allah
berfirman :
ْس لَكَ ِب ِه ِع ْلم فَ َال ت ُ ِط ْع ُه َما
َ علَى أ َ ْن ت ُ ْش ِركَ ِبي َما لَي
َ ََو ِإ ْن َجا َهدَاك
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya”.
Hadis di atas mengajarkan kepada para sahabat dan kita semua tentang
rukun agama yaitu ada 3 perkara ; Iman, Islam dan Ihsan serta tanda-tanda
hari kiamat. Ketika malaikat Jibril menjelma seperti seorang laki-laki yang
berpakaian putih dan berambut hitam muncul di hadapan Nabi. Namun para
sahabat yang duduk bersama Rasulillah tidak ada yang tahu dari mana
munculnya seorang putih tersebut, tahu-tahu di hadapan beliua“
menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua
telapak tangannya ke atas kedua pahanya.
Kondisi ini mendidik etika atau adab para pelajar, murid dan santri di
hadapan seorang alim atau gurunya. Duduk yang paling sopan di hadapan
Rasulillah seperti kondisi duduk tahiyyat awal (iftirâsy) atau tahiyyat akhir
682
19
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), Cet. 1 2012, h. 45-49
20
al-Zarnujiy, Ta’lîm al-Muta’allimn Tharîq al-Ta’allum, (Semarang: Thaha Putra, tth.), h. 18
21
al-Zarnujiy, Ta’lîm….h. 17
683
Guru dan orang tua tidak minta dihormati oleh anak-anaknya, akan
tetapi kewajiban anak-anak adalah menghormati dan mentaati mereka.
Menghormati dan mentaati guru dan orang tua adalah kebutuhan anak-anak
semata bukan kebutuhan guru dan orang tua.
6. Rangkuman
Hormat kepada orang tua dan guru berarti mematuhi segala perintahnya
selagi tidak maksiat kepada Allah, mencari ridanya dan menghindari ucapan
atau pebuatan membuat mereka murka. Guru menempati kedudukan orang tua
bahkan lebih tinggi dalam agama, karena dialah memperkenalkan Tuhan dan
kewajiban terhadap-Nya. Baik ayat-ayat al-Qur’an maupun berbagai Hadis
perintah hormat dan taat kepada kedua orang tua setelah perintah menyembah
kepada Allah swt. Hormat dan patuh kepada kedua orang tua dan guru tidak
melebihi patuh kepada Allah swt.
Hormat kepada orang tua dan guru berlangsung baik ketika masih hidup
maupun setelah wafat. Penghormatan ketika masih hidup selayaknya diberikan
sebagai orang yang memiliki berbagai kelebihan. Hormat anak murid di
hadapan guru seperti yang digambarkan Jibril di hadapan Nabi ketika bertanya
tentang Islam, duduk sopan seperti tahiyyat dalam shalat dengan melipat kedua
kakinya kedua lututnya disandar pada kedua lutut Nabi dan kedua tangannya
diletakkan di atas kedua pahanya. Sedangkan setelah wafat bentuk
penghormatan adalah memohonkan ampunan dan mendoakan.
7. Latihan
a. Certitakan secara singkat Alqamah akibat durhakanya kepada ibundanya
b. Certitakan secara singkat Juraij akibat durhakanya kepada
ibundanya sebagaimana yang disebutkan dalam Hadis
Materi 5
Nikah
1. Pengertian Nikah
Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh disebut dengan 2 kata,
yaitu nikah ) (نكاحdan zawaj )(زواج. Kedua kata ini dipakai dalam QS. al-Nisa’
[4] ayat 3 dan QS. al-Ahzab [33] ayat 37. Secara etimologi kata nikah adalah
bentuk mashdar dari kata nakaha yang artinya bersetubuh, menggabungkan
dan mengumpulkan/ menghimpun. النكاح مصدر من نكح ومعناه في اللغة هو الوطء والضم
والجمع. Ada juga yang mengartikan ( ال َد حْ مmengawini) atau ( ال َخجأmenggauli).
Di kalangan ulama ushul berkembang tiga macam pendapat tentang arti lafaz
nikah:
a. Nikah menurut arti aslinya (arti hakiki) adalah bersetubuh (hubungan
kelamin), dan menurut arti majazi (metaforis) adalah akad yang dengan
akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita; namun
perlu penjelasan untukmaksud tersebut. Demikian menurut mazhab
Hanafi.
b. Nikah menurut arti aslinya ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal
hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti majazi
ialah bersetubuh, demikian menurut ahli ushul golongan Syafi’iyah.
c. Nikah mengandung kedua arti sekaligus, yaitu sebagai akad dan
bersetubuh. Ini menurut Abu Qasim al-Zajjad, Ibn Hazm dan Mazhab
Hambali.
ب ! َم ِن ش َر اَل ه
ِ ش َبا َ ّللَا صلى هللا عليه وسلم ( يَا َم ْع ُ سعُو ٍد رضي هللا عنه َقا َل َلنَا َر
ِ سو ُل َ ه ْ ّللَاِ ب ِْن َم ع ْب ِد َ هَ ع َْن
; ست َ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه ِبالص ْهو ِم َ ْ َوأَح, غضُّ ِل ْلبَص َِر
ْ َ َو َم ْن لَ ْم ي, ِصنُ ِل ْل َف ْرج َ َ فَ ِإنههُ أ, ع ِم ْن ُك ُم ا َ ْل َبا َءةَ فَ ْليَت َ َز هو ْج
َ ست َ َطا ْ ا
َ
عل ْي ِهَ ق ٌ فَ ِإنه له ِوجَا ٌء ) ُمتف
َ ه ُ َ ُ ه
Abdullah Ibnu Mas'ud Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda pada kami:
"Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga
hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab
ia dapat mengendalikanmu."
َو َي ْنهَى ع َِن الت ه َبتُّ ِل, ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم َيأ ْ ُم ُر ِبا ْل َبا َء ِة سو ُل َ ه ُ ( كَانَ َر: ع َْن انس رضي هللا عنه َقا َل
ُص هح َحه َ ْ َ
َ َو, تَ َز هو ُجوا ا َ ْل َودُو َد اَ ْل َولُو َد إِنِّي ُمكَاثِ ٌر بِ ُك ُم ا َ ْْل ْنبِيَا َء يَ ْو َم اَل ِقيَا َم ِة ) َر َواهُ أحْ َم ُد:ُ َويَقُول, شدِيدًاَ نَ ْهيًا
َاِ ْبنُ ِحبهان
Anas Ibnu Malik Ra berkata: Rasulullah Saw memerintahkan kami
berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda:
"Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu
yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat."
, ِل َما ِلهَا: ( ت ُ ْن َك ُح اَ ْل َم ْرأَةُ ِْلَ ْربَ ٍع: ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه ع َِن النهبِ ّي ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل
علَ ْي ِه َم َع بَ ِقيه ِة اَل ه
س ْبعَ ِة َ قٌ َِين ت َ ِربَتْ َيدَاكَ ) ُمتهف ِ فَا ْظفَ ْر ِبذَا, َو ِلدِي ِنهَا, َو ِل َج َما ِلهَا, س ِبهَا
ِ ت اَل ّد َ َو ِل َح
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Perempuan itu dinikahi
karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya.
Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia."
Dan juga Bab I Pasal 3 yaitu :Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki
seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh memiliki seorang suami.
687
3. Rukun Nikah
Mayoritas ulama sepakat bahwa rukun nikah terdiri dari:
a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan, dan tidak
terhalang serta terlarang secara syar’i untuk menikah. Di antara perkara
syar’i yang menghalangi misalnya si wanita yang akan dinikahi termasuk
orang yang haram dinikahi oleh si lelaki karena adanya hubungan nasab
atau hubungan penyusuan. Atau, si wanita sedang dalam masa ‘iddahnya.
Penghalang lainnya, si lelaki adalah orang kafir, sementara wanita yang
akan dinikahinya seorang muslimah.
b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
Nabi Saw bersabda:
(Tidak ada nikah tanpa wali) الَ نِكَا َح إِاله بِ َو ِل ٍّي
اط ٌل ِ َ فَنِكَا ُحهَا ب،ٌأَيُّ َما ا ْم َرأَ ٍة نَ َك َحتْ ِبغَي ِْر ِإ ْذ ِن َم َوا ِل ْيهَا فَنِكَا ُحهَا بَا ِطل
ِ فَنِكَا ُحهَا َب،ٌاطل
Wanita mana saja yang menikah tanpa izin wali-walinya maka nikahnya
batil, nikahnya batil, nikahnya batil.” (HR. Abu Dawud)
Jika seorang wanita menikahkan dirinya sendiri tanpa adanya wali maka
nikahnya batil, tidak sah. Demikian pula bila ia menikahkan wanita lain.
Ini merupakan pendapat jumhur ulama dan inilah pendapat yang rajih.
Adapun Abu Hanifah menyelisihi pendapat yang ada, karena beliau
berpandangan boleh bagi seorang wanita menikahkan dirinya sendiri
ataupun menikahkan wanita lain, sebagaimana ia boleh menyerahkan
urusan nikahnya kepada selain walinya.
Nikah tanpa wali tidak sah, wajib untuk dipisahkan di hadapan hakim, atau
suami tersebut langsung menceraikan isterinya, dan jika telah terjadi
688
4. Syarat Nikah
a. Kejelasan kedua mempelai, siapa mempelai laki-laki dan siapa mempelai
wanita dengan isyarat (menunjuk) atau menyebutkan nama atau sifatnya
yang khusus. Sehingga tidak cukup bila seorang wali hanya mengatakan,
“Aku nikahkan engkau dengan putriku”, sementara ia memiliki beberapa
orang putri.
b. Keridhaan dari masing-masing pihak, hadis riwayat Abu Hurairah r.a.
َستَأ ْذَن
ْ ُ ستَأ ْ َم َر َوالَ ت ُ ْن َك ُح ا ْلبِك ُْر َحتهى ت
ْ ُ الَ ت ُ ْن َك ُح اْْلَيِّ ُم َحتهى ت
Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak
musyawarah/dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan
sampai dimintai izinnya.
ُ ع أَ ْن يَ ْن
ظ َر َ ستَ َطا ْ ِ فَ ِإ ْن ا, َب أ َ َح ُد ُك ُم ا ْل َم ْرأَة
َ ّللَاِ ص م ( إِذَا َخ َط سو ُل َ ه ُ َقا َل َر: ع َْن جَابِ ٍر رضي هللا عنه قَا َل
ص هح َحهُ ا َ ْلحَا ِك ُم َ َو, ٌ َو ِرجَالُهُ ِثقَات, او َد ُ َوأَبُو َد, فَ ْل َي ْفعَ ْل ) َر َواهُ أَحْ َم ُد, َاحهَا
ِ ِم ْنهَا َما يَ ْدعُوهُ إِ َلى نِك
Dari Jabir bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Apabila salah seorang di antara
kamu melamar perempuan, jika ia bisa memandang bagian tubuhnya yang
menarik untuk dinikahi, hendaknya ia lakukan."
Para ulama telah sepakat bahwa wanita yang dilamar boleh dilihat
wajah dan telapak tangannya. Wajah dan tangan sudah cukup untuk menilai
wanita tersebut. Dengan melihat wajah dapat diketahui kecantikannya, dan
dengan melihat telapak tangan dapat dilihat subur dan sehat tidaknya anggota
badan lainnya. Perempuan yang boleh dipinang tidak dalam pinangan orang
lain sebagaimana hadits Rasul SAW :
690
6. Kafā’ah
Kafā`ah atau kufu` berarti sederajat, sepadan atau sebanding. Yang
dimaksud dengan kufu` dalam pernikahan adalah laki-laki sebanding dengan
calon istrinya, sama dalam kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan
sederajat dalam akhlak serta kekayaan. Kafa`ah merupakan faktor yang dapat
mendorong terciptanya kebahagiaan suami istri. Meskipun kufu` dapat
dijadikan barometer, namun nilai kemanusiaan pada setiap orang adalah sama,
yang membedakan ialah derajat ketaqwaannya. Bahkan Rasulullah Saw
bersabda:
... اذا اتاكم من ترضون دينه وخلقه فانكحوه اال تفعلوا تكن فتنة في كان فيه
Jika datang kepadamu seorang laki-laki yang agama dan akhlaknya
kamu sukai, maka nikahilah dia. Jika kamu tidak berbuat demikian,
akan terjadi fitnah dan kerusakan yang hebat di muka bumi. (HR.
Tirmidzi)
7. Mahar
Mahar atau mas kawin adalah harta atau pekerjaan yang diberikan oleh
seorang laki-laki kepada seorang perempuan sebagai pengganti dalam sebuah
pernikahan menurut kerelaan dan kesepakatan kedua belah pihak, atau
berdasarkan ketetapan dari si hakim. Dalam bahasa Arab, mas kawin sering
disebut dengan mahar, shadaq, faridhah dan ajr. Dalilnya, QS. al-Nisa’: 4
ً ص ُد َقا ِت ِهنه نِحْ لَةً فَ ِإ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن ش َْيءٍ ِم ْنهُ نَ ْف
سا َف ُكلُو ُه َه ِنيئًا َم ِريئًا َ َوآت ُوا ال ِّن
َ سا َء
Suami berkewajiban menyerahkan mahar atau mas kawin kepada calon
istrinya. Sebaik-baik mas kawin, yang ringan sesuai kemampuan: خير الصداق
691
أيسره, walaupun tidak dilarang untuk memberi sebanyak mungkin mas kawin
(QS Al-Nisa’: 20). Ini karena pernikahan bukan akad jual beli, dan mahar
bukan harga seorang wanita.
Macam-Macam Mahar
Dari segi jumlah dan besar nilainya, mahar terbagi kepada dua:
Musamma (yang disebutkan, diucapkan) dan Ghair Musamma (tidak
disebutkan). Diistilahkan Mahar Musamma karena si isteri menentukan jumlah
mas kawinnya secara jelas dan tegas. Sedangkan Ghairi Musamma atau Mahar
al-Maskut 'Anhu terjadi jika si isteri tidak menentukan jumlah nominal
maharnya, maka calon suami harus membayar Mahar Mitsil, yaitu mahar yang
sebanding atau yang sama, maksudnya calon suami harus melihat berapa besar
mas kawin yang diterima oleh bibi atau tante si wanita tersebut dari pihak
ayahnya. Apabila tidak ada bibi, harus melihat berapa umumnya besar mas
kawin yang berlaku di daerah tersebut. Hal ini agar tidak terjadi saling olok,
atau merasa direndahkan dan tidak dihargai.
Dari segi waktu pembayarannya, mahar terbagi kepada Mu'ajjal / معجل
(dibayar kontan saat itu juga) dan Muajjal / ( مؤجلditangguhkan, dibayar
setengahnya dahulu dan sisanya dibayar belakangan). Sementara dari segi
besar atau jumlah mahar yang berhak dimiliki oleh si isteri, mahar terbagi
kepada mahar al-kull (mas kawin di mana isteri harus mendapatkan semua
mahar), mahar an-nishf (isteri hanya berhak mendapatkan setengah dari
jumlah mahar, jika dicerai sebelum dukhul dan maharnya musamma, QS. Al-
Baqarah: 237), dan al-mut'ah (pemberian biasa bagi setiap wanita yg ditalak
sebagai hibah, apabila mahar tersebut Ghair Musamma dan si wanita tersebut
belum didukhul, keduanya belum berduaan di tempat sunyi).
8. Wali Nikah
Wali dalam pernikahan adalah yang menjadi pihak pertama dalam aqad
nikah, karena yang mempunyai wewenang menikahkan mempelai perempuan,
692
atau yang melakukan ijab. Sedangkan mempelai laki-laki akan menjadi pihak
kedua, atau yang melakukan qabul. Wali perlu minta izin kepada mempelai
wanita. Dalilnya,
,ستَأ ْ َم َر
ْ ُ ( َال ت ُ ْن َك ُح ا َ ْْل َ ِيّ ُم َحت هى ت: ّللَا صلى هللا عليه وسلم َقا َل ِ سو َل َ هُ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه أَنه َر
) َس ُكت ْ َ أَ ْن ت: ْف ِإ ْذنُهَا ? قَا َل سو َل َ ه
َ َو َكي, ِّللَا ُ يَا َر: سـتَأْذَنَ قَالُوا
ْ ُ َو َال ت ُ ْن َك ُح ا َ ْل ِبك ُْر َحتهى ت
Jumhur ulama, berpandangan bahwa wali nasab seorang wanita dalam
pernikahannya adalah dari kalangan ‘ashabah, yaitu kerabat dari kalangan laki-
laki yang hubungan kekerabatannya dengan si wanita terjalin dengan perantara
laki-laki (bukan dari pihak keluarga perempuan atau keluarga ibu tapi dari
pihak keluarga ayah/laki-laki).
Urutan Wali Nikah: 1. Ayah kandung. 2. Kakek, atau ayah dari ayah.
3. Saudara (kakak/adik laki-laki) se-ayah dan se-ibu. 4. Saudara (kakak/adik
laki-laki) se-ayah saja. 5. Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah dan se-ibu.
6. Anak laki-laki dari saudara yang se-ayah saja. 7. Saudara laki-laki ayah
(paman). 8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah (sepupu). Kalau semua
wali tidak ada maka walinya adalah pemerintah (dalam hal ini KUA).
Bila seorang wanita tidak memiliki wali nasab atau walinya enggan
menikahkannya, maka hakim/penguasa memiliki hak perwalian atasnya dengan
ُّ فَال
dalil sabda Rasulullah Saw ُس ْل َطانُ َو ِل ُّي َم ْن الَ َو ِل هي لَه
Madzhab Maliki memperbolehkan wali "kafalah", yaitu perwalian yang
timbul karena seorang lelaki yang menanggung dan mendidik perempuan yang
tidak mempunyai orang tua lagi, sehingga ia seakan telah menjadi orang
tuanya.
istrinya, dengan kata-kata yang jelas (sharih) ataupun dengan kata-kata sindiran
(kinayah).
Dalam Qur'an Surat al-Baqarah (2) : 229 dijelaskan bahwa talak harus
dilakukan secara bertahap. Talak satu, talak dua dan baru dijatuhkan talak tiga
jika proses rujuk pada talak satu dan talak dua tidak berhasil.
Macam-macam Thalaq:
Pertama, ditinjau dari segi bilangan dan kebolehan kembali
kepada mantan isteri, talak terbagi dua yaitu talak raj’i dan talak bain.
Talak Raj’i, ialah talak yang dapat dirujuk, yaitu talak ke I dan talak ke II,
sesuai dengan al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 229, yang artinya; “Talak (yang
dapat dirujuk) itu dua kali.” Talak Bâin, ialah talak yang tidak dapat dirujuk,
yaitu talak ke III, talak Khulu’ (talak tebus, permintaan cerai dari pihak isteri
dengan tebusan / iwadl dari pihak istri kepada pihak suami), dan talak atas
putusan pengadilan.
Talak Bâin terbagi dua: 1. Talak Bain Sughra, ialah talak yang tidak dapat
rujuk kecuali dengan perkawinan baru dan dengan persetujuan istri, yaitu talak
qabla dukhul, talak khulu’ dan talak atas putusan pengadilan. 2. Talak Bain
Kubra, ialah talak yang tidak dapat rujuk, karena talak sudah dijatuhkan
sebanyak tiga kali, dan bila seorang bekas suami akan kembali lagi, maka
bekas istri tersebut harus pernah kawin dahulu kepada pria lain dan sudah
dicerai pula, sesuai dengan al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 230, yang artinya;
“Jika dia menceraikannya (setalah talak yang kedua), maka perempuan itu
tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain.”
Macam Thalaq yang Kedua, ditinjau dari segi waktu
dijatuhkannya:
a. Talak Sunni / Talak Jawaz yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan
tuntutan sunah yang meliputi dua syarat, ialah: isteri yang ditalak sudah
pernah digauli (disetubuhi); isteri dapat segera melakukan ‘iddah suci
setelah ditalak, yakni ia dalam keadaan suci dari haid dan belum digauli
ketika talak dijatuhkan.
696
b. Talak Bid’i / Talak haram yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai
dengan tuntutan sunah / tidak memenuhi kriteria yang terdapat dalam talak
sunni. Talak ini diharamkan lantaran merugikan pihak isteri sebab
‘iddahnya lebih lama dari iddah talak sunni. Macam talak yang masuk
dalam kategori talak ini adalah:
a). Talak yang dijatuhkan kepada isteri disaat sedang haid dan begitupun
ketika nifas (40 hari setelah melahirkan);
b). Talak yang dijatuhkan kepada isteri disaat ia dalam keadaan suci,
tetapi pernah digauli (disetubuhi) dalam rentan waktu suci tersebut.
c. Talak bukan Suni dan talak bukan Bid’i yaitu talak yang dijatuhkan
terhadap salah satu hal berikut:
a) Isteri yang ditalak itu belum pernah digauli (disetubuhi);
b) Isteri yang ditalak itu belum pernah haid / telah lepas dari masa haid
(monopouse);
c) Isteri yang ditalak dalam keadaan hamil.
Selain itu, ada pula istilah Thalaq Al-Battah, yaitu talak tiga yang
dijatuhkan sekaligus dalam satu kali kesempatan. Talak jenis ini pernah terjadi
pada masa Rasulullah Saw dan masa Abu Bakar Shiddiq r.a, serta dua tahun
pertama pemerintahan Umar bin Khathab ra., akan tetapi pada masa itu Thalaq
Al Battah dihukum hanya jatuh satu. Baru pada tahun ketiga pemerintahan
Umar bin Khathab r.a. Thalaq al-Battah dihukum jatuh tiga. Penetapan
jatuh tiga terhadap Thalaq al-Battah merupakan ijtihad Khalifah Umar bin
Khathab ra. yang dilakukan untuk menjawab atas problem sosial akibat
perkembangan peradaban yang terjadi pada masa itu, dengan maksud untuk
membela dan menyelamatkan kaum perempuan dari kesewenangan laki-laki.
Hukum Thalaq
Rasulullah SAW bersabda: “Tiga perkara jika diucapkan serius jadi benar dan
jika diucapkan main-mainpun juga jadi benar; nikah, talak dan rujuk”. (HR.
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hasan menurut At-Tirmidzi dan shahih
menurut Al-Hakim). Dalam hadis lainnya Nabi Saw bersabda:
697
Selain thalak, khulu’ dan fasakh penyebab dari putusnya ikatan perkawinan
bisa juga karena ila’, zhihar, terealisasinya ta’lik talak,li’an dan kematian
salah satu dari suami isteri.
ini definisi yang tepat adalah nikah sirri sama dengan zawaj ‘urfi yang juga
berarti nikah dibawah tangan. Disebut nikah ‘urfi (adat) karena pernikahan ini
merupakan adat dan kebiasaan yang berjalan dalam masyarakat muslim sejak
masa Nabi Saw dan para sahabat, dimana mereka tidak perlu untuk mencatat
akad pernikahan mereka tanpa ada permasalahan dalam hati mereka. Di masa
modern ini nikah ‘urfi mudah untuk dipalsu dan digugat, berbeda dengan
pernikahan resmi yang terjadi di KUA karena memiliki kepastian hukum yang
tentunya sulit untuk digugat.
Diantara efek pernikahan sirri bagi anak dan istri: Istri tidak bisa
menggugat suami, apabila ditinggalkan oleh suami, penyelesaian kasus gugatan
nikah sirri hanya bisa diselesaikan melalui hukum adat dan tidak bisa di
pengadilan agama, apabila memiliki anak maka anak tersebut tidak memiliki
status (seperti akta kelahiran) sebab untuk memperoleh akta kelahiran
disyaratkan adanya akta nikah, anak dan istri terancam tidak mendapat hak
waris karena tidak ada bukti administrasi pernikahan.
Kesimpulannya: Nikah sirri yang diartikan menurut terminologi fiqh,
dilarang dan tidak sah menurut hukum Islam, karena ada unsur sirri
(dirahasiakan nikahnya), yang bertentangan dengan ajaran Islam dan bisa
mengundang fitnah dan tuhmah, serta dapat mendatangkan madarat/resiko
berat bagi pelakunya dan keluarganya. Nikah sirri juga tidak sah menurut
hukum positif, karena tidak melaksanakan ketentuan hukum munakahat yang
baku dan benar, dan tidak pula diadakan pencatatan nikahnya oleh KUA.
Nikah dibawah tangan hukumnya sah menurut hukum Islam
sepanjang tidak ada motif “sirri”, karena telah memenuhi ketentuan syari’ah
yang benar. Nikah dibawah tangan (zawaj ‘urfi) tidak sah menurut hukum
positif, karena tidak memenuhi peraturan UU yang berlaku dalam hukum
perkawinan. Apabila pemerintah memandang adanya UU keharusan
tercatatnya akad pernikahan, maka itu adalah UU yang sah dan wajib bagi
rakyat untuk mematuhinya dan tidak melanggarnya. QS. al-Nisa’: 59 ََياأَيُّهَا اله ِذين
سو َل َوأ ُ ْو ِلى اْْلَ ْم ِر ِمن ُك ْم َءا َمنُوا أ َ ِطيعُوا هللاَ َوأَ ِطيعُوا ه. Pencatatan perkawinan menjadi
ُ الر
701
suatu keharusan, karena membawa kemaslahatan lebih besar bagi umat Islam,
sesuai kaidah fiqh ( جلب المصالح ودرء المفاسدmenarik kemaslahatan dan menolak
kemudaratan) dan الضرر وال ضرار فى اإلسالم. Ulama ushul fiqh mengklaim bahwa
apabila ada aturan hukum yang dibuat manusia nyata maslahatnya dan tidak
bertentangan dengan nash, ia dapat disebut bagian dari hukum itu sendiri.
b. Pernikahan Beda Agama
Hukum pernikahan beda agama, ada 2 kategori.
1) Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam.
Hukumnya dilarang (haram). Dalilnya QS. al-Baqarah: 221 dan QS. al-
Mumtahanah: 10.
ْ ت َحتهى ُيؤْ ِمنه َوْل َمةٌ ُمؤْ ِمنَةٌ َخي ٌْر ِم ْن ُم
َش ِر َك ٍة َولَ ْو أَ ْع َج َبتْ ُك ْم َوال ت ُ ْن ِك ُحوا ا ْل ُمش ِْر ِكين ِ َوال ت َ ْن ِك ُحوا ا ْل ُمش ِْركَا
ّللَاُ يَ ْدعُو إِلَى ا ْل َج هن ِة
عونَ إِلَى النه ِار َو ه ُ َحتهى يُؤْ ِمنُوا َولَعَ ْب ٌد ُمؤْ ِمنٌ َخي ٌْر ِم ْن ُمش ِْركٍ َولَ ْو أَ ْع َجبَ ُك ْم أ ُولَئِكَ يَ ْد
ِ َوا ْل َم ْغ ِف َر ِة بِ ِإ ْذنِ ِه َويُبَيِّنُ آيَاتِ ِه ِلل هن
َاس لَعَله ُه ْم يَتَذَ هك ُرون
Khitab pada ayat tersebut ditujukan kepada para wali nikah untuk tidak
menikahkan wanita muslimah dengan laki-laki bukan Islam. Keharamannya
bersifat mutlak, baik laki-laki Musyrik atau Ahlul Kitab.
Hadits Jabir bahwa Nabi bersabda: سائ َ َنا ِ سا َء أ َ ْه ِل ا ْل ِكتَا
َ ب َوالَ َيتَ َز ُّو ُج ْونَ ِن ُ َنت َ َز هو
َ ج ِن
“Kita boleh menikah dengan wanita ahli kitab, tetapi mereka tidak boleh nikah
dengan wanita kita”.
Sedangkan istilah poliandri juga berasal dari Inggris. Dalam bahasa Arab
disebut تعدد اْلزواجatau تعدد البعولyang berarti bersuami lebih dari seorang pria.
Ayat yang berbicara tentang poligami dalam QS. al-Nisa’ [4]: 3
ع فَ ِإ ْن ِخ ْفت ُ ْم أَال َ اء َمثْنَى َوثُال
َ ث َو ُربَا ِ س َ طوا فِي ا ْليَتَا َمى فَا ْن ِك ُحوا َما َط
َ ِّاب لَ ُك ْم ِمنَ الن ُ سِ َوإِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أَال ت ُ ْق
اح َدةً أ َ ْو َما َملَكَتْ أ َ ْي َمانُ ُك ْم ذَ ِلكَ أ َ ْدنَى أَال تَعُو ُلوا
ِ ت َ ْع ِدلُوا فَ َو
Perkatan adil yang bergaris bawah dalam ayat ini adalah adil dalam bentuk
zahir, seperti adil dalam memberi makanan, pakaian dan tempat tinggal. Bukan
adil dalam bentuk bathiniyah (kecondongan batin), karena bagaimanapun hati
manusia tidak mampu sepenuhnya adil (QS. Al-Nisa`: 129). Tapi suami
dilarang membiarkan isterinya terkatung-katung ()فتذروها كالمعلقة, tidak digauli
dan tidak ditalak.
Poligami menurut Mahmud Syaltut, mantan Syekh Al-Azhar, hukumnya
mubah. Poligami dibolehkan selama tidak dikhawatirkan terjadinya
penganiayaan terhadap para istri. Kebolehan berpoligami adalah terkait dengan
terjaminnya keadilan dan ketiadaan kekhawatiran akan terjadinya
penganiayaan terhadap para istri. Dengan demikian, haram berpoligami bagi
seseorang yang merasa khawatir tidak akan berlaku adil. Dalam tafsir al-
Kassyāf, Zamakhsyari mengatakan bahwa poligami dalam Islam suatu
rukhshah (kelonggaran ketika darurat), sama halnya dengan rukhshah bagi
musafir dan orang sakit yang boleh berbuka puasa. Kelonggaran boleh
berpoligami untuk menghindarkan terjadinya perzinaan.
Sebelum ayat poligami turun, banyak sahabat mempunyai istri lebih dari
empat. Sesudah turun ayat poligami, Rasul Saw memerintahkan para sahabat
untuk hanya memiliki maksimal 4 isteri. Dalam hadis disebutkan
أمسك أربعا وفارق سائرهن: إن رسول هللا ص م قال لغيالن بن سالمة حين أسلم وتحته عشر نسوة
“Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ghailan bin Salamah
yang waktu masuk Islam mempunyai 10 isteri, Kata Nabi: Pilihlan empat
diantara mereka dan ceraikanlah yang lainnya.” (HR. Nasa`i dan Daruquthni).
705
Para ulama sepakat menetapkan bahwa laki-laki yang sanggup berlaku adil
dalam kehidupan rumah tangga, dibolehkan melakukan poligami sampai 4
isteri.
Sehubungan masalah poligami, ada 2 pendapat Pertama, asas
perkawinan dalam Islam adalah monogami. Mereka beralasan bahwa Allah
Swt memperbolehkan poligami dengan syarat harus adil. Sedangkan
kecenderungan manusia pada dasarnya tidak akan mampu berbuat adil. QS. Al-
Nisa`: 129.
صت ُ ْم فَال ت َ ِميلُوا ُك هل ا ْل َم ْي ِل فَتَذَ ُرو َها كَا ْل ُمعَ هلقَ ِة َوإِ ْن
ْ اء َولَ ْو ح ََر ِ سَ ِّست َ ِطيعُوا أ َ ْن تَ ْع ِدلُوا بَ ْينَ الن
ْ ََولَ ْن ت
ورا َر ِحي ًماً ُغف ص ِل ُحوا َوتَتهقُوا فَ ِإنه ه
َ َّللَاَ كَان ْ ُت
Kedua, asas perkawinan dalam Islam adalah poligami. Alasannya, QS.
al-Nisa` [4] ayat 3 dan 129 tidak terdapat pertentangan. Keadilan yang
dimaksud adalah keadilan lahiriah yang dapat dikerjakan manusia, bukan adil
dalam arti cinta dan kasih sayang.
Poligami dibolehkan dalam KHI pada Bab IX Pasal 57, bila:
o Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebai isteri.
o Istri amendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
o Jika isteri tidak dapat memberikan keturunan..
رواه الترمذي. من كان يؤمن باهلل واليوم اآلخر فال يسقي ماءه زرع غيره
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka ia tidak
boleh menyirami air benih orang lain (tidak boleh mengumpuli isteri orang
lain.
d. Hukum Menikahi Wanita Hamil
Dalam kehidupan masyarakat akhir-akhir ini banyak kasus kehamilan
diluar nikah akibat kebebasan pergaulan dua insan beda jenis. Ada yang
menempuh solusi aborsi, ada pula yang segera melangsungkan pernikahan
dengan pasangan yang menghamilinya atau orang lain sebagai “suami
dadakan” agar kehamilannya dianggap sah oleh masyarakat.
Solusi pengguguran kandungan jelas melanggar syari’at, apalagi jika
aborsi sesudah ditiupkan roh (4 bulan kehamilan) hukumnya haram, karena
merupakan kejahatan/jarimah terhadap nyawa manusia. Bahkan jika aborsi
dilakukan 42 hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan
janin, maka hukumnya haram, sesuai hadis Nabi:
إذا مر بالنطفة إثنان وأربعون ليلة بعث هللا اليها ملكا فصورها وخلق سمعها وبصرها وجلدها ولحمها
... وعظامها
"Jika 'nuthfah' (sperma) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk 'nuthfah' tersebut;
dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan
tulang belulangnya. …" (HR. Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Jadi, awal pembentukan janin adalah setelah melewati 40 hari atau 42 malam.
Dengan demikian, janin sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang
terpelihara darahnya (ma'shum al-dam). Menggugurkan kandungan setelah
berumur 40 hari adalah haram.
Sedangkan cara kedua, yaitu segera melangsungkan pernikahan. Dalam
hal ini ada ikhtilaf di kalangan ulama mazhab. Perbedaan pendapat hanya
terbatas pada perkawinan wanita hamil dengan pria yang bukan
menghamilinya. Sedangkan perkawinan wanita hamil dengan pria yang
707
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa wanita hamil yang disebabkan oleh
zina boleh dikawini, karena ia termasuk wanita yang tidak bersuami.
Imam Syafi’i juga menggunakan dalil hadis dari ‘Aisyah ra. ال َح َرا ُم الَ يُ َح ِر ُم ال َحالَ َل
(Yang haram tidak mengharamkan yang halal – HR. al-Thabrani dan
Daruquthni).
Adapun dalil Imam Abu Hanifah sama dengan dalil Imam Syafi’i yang
menyatakan boleh menikahi wanita hamil disebabkan zina. Dan tidak boleh
menggaulinya sampai melahirkan, sama dengan alasan yang dikemukakan oleh
Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Dipandang dari segi kemashlahatan, nampaknya pendapat Imam Syafi’i
lebih mendekati, karena masa depan anak yang ada dalam kandungan
mendapat kejelasan, disamping cinta kedua sejoli dapat terajut kembali dalam
ikatan pernikahan. Hal ini juga sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Bab VIII pasal 53:
(1) Seorang wanita hamil diluar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang
menghamilinya.
(2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat
dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
(3) Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak
diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.
Walau demikian, ini jangan diartikan sebagai legalisasi anak hasil zina.
Status anak terkait hak waris, hak wali dan sebagainya tetap menjadi persoalan
tersendiri. Karena status nasab dan waris anak hasil zina berdasarkan garis
keturunan ibu.
E. Ringkasan Materi Pokok
1. Nikah adalah bentuk mashdar dari kata nakaha yang secara bahasa artinya
bersetubuh, menggabungkan dan mengumpulkan/ menghimpu, mengawini
atau menggauli. Secara istilah, nikah adalah akad yang menimbulkan
kebolehan bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam tuntutan naluri
709
1. Apa saja rukun dan syarat menikah berdasarkan hukum Islam dan UU
positif!
G. Daftar Pustaka
Abdurrahman al-Jaziri, Syeikh, al-Fiqh ‘alā al-Mazāhib al-Arba’ah, Cairo:
Dār al-Bayān al-‘Arabi, 2005.
al-Kasānī, al-Imam ‘Alaiddin Abi Bakr Bin Mas’ud, Badāi’ al-Shanāi’ fī tartīb
al-Syarāi’, Beirut : al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.t.
al-Syarbinī, Syamsuddīn Muhmmad bin Muhammad Al-Khāthib. Mughnī al-
Muhtāj, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994.
Materi 6
Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam
disebabkan karena tak ada di antara negara-negara kecil itu yang mengaku
khilafah islamiyah, pemerintahan pengganti kepemimpinan Rasulullah.
2) Periode Pertengahan bermula dari kejatuhan kota Bagdad (1258 M) sampai
timbulnya gerakan pembaharuan di Mesir pada tahun 1800 M. Secara
keseluruhan, periode ini dinilai sebagai masa-masa kemunduran umat
Islam, khususnya dalam rentangan waktu antara tahun 1258 - 1500 M dan
tahun 1700 - 1800 M. Oleh karena itu, kedua tahapan waktu ini dikenal
sebagai periode Kemunduran I dan II. Di antara kedua periode ini, terdapat
masa kemajuan yang disebut periode Kemajuan II, yaitu antara tahun 1500
- 1700 M. Masa ini disebut juga masa Kemajuan di Zaman Tiga Kerajaan
Besar (Turki Usmani, Mughal, dan Shafawi) karena sepanjang masa ini,
ketiga kerajaan itu berhasil mewujudkan kemajuan, terutama di bidang
politik dan militer.
Pada masa jayanya, Kerajaan Turki Usmani (1299 – 1924 M) menguasai
daratan Asia sebelah barat, Afrika bagian utara, dan Eropa bagian timur.
Kerajaan ini hancur setelah Perang Dunia I. Sementara itu, Dinasti Mughal
berkuasa di anak benua India sejak tahun 1526 – 1857 M. Negara ini
hancur setelah kekuatan Inggeris berpengaruh dan mendominasi India pada
pertengahan abad ke-19 M. Selanjutnya, Dinasti Shafawi berkuasa sejak
tahun 1501 sampai dengan 1722 M di wilayah yang sekarang menjadi
daerah kekuasaan negara Iran. Para penguasa negara ini dikenal beraliran
Syi’ah.Pada masa-masa jayanya, ketiga kerajaan ini telah memainkan
perannya masing-masing dalam membangun peradaban Islam.
3) Periode Moderen bermula dari gerakan pembaharuan yang dikembang-kan
di Mesir sejak pemerintahan Muhammad Ali melakukan berbagai langkah
untuk memajukan kembali umat Islam, yaitu setelah umat Islam menyadari
ketertinggalannya dibanding bangsa-bangsa Eropa, khususnya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Gerakan pembaharuan di Mesir
dipandang sebagai titik awal zaman Moderen karena pengaruhnya yang
cukup luas dan berkesan bagi perkembangan dunia Islam pada masa-masa
714
1. Kemajuanperadaban Islam
Islam adalah agama yang sangat mendorong umatnya untuk mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai cabangnya. Hidup dunia
tidak akan dapat dijalani dengan benar dan baik tanpa pengetahuan yang
memadai. Pengetahuan merupakan cahaya yang dapat menerangi dan
membimbing hidup seseorang. Bertolak dari pandangan akan pentingnya ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, umat Islam di zaman Klasik telah
berhasil mengembangkan berbagai cabang pengetahuan, mulai dari ilmu-ilmu
keagamaan, filsafat, teologi, hukum, sampai ilmu-ilmu ekonomi, kedokteran,
matematika, ilmu-ilmu alam, sosiologi, geografi, psikologi, dan lain. Warisan
716
intelektual umat Islam klasik juga meliputi ilmu-ilmu bahasa, pertanian, dan
seni.
Kemajuan peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan terjadi pada
masa kekhalifahan Bani Abbas (750-1258 M). Akan tetapi, perlu dicatat bahwa
kemajuan di bidang ini bukanlah karya Bani Abbas semata. Banyak kerajaan
kecil yang muncul ketika itu yang berjasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di antaranya ialah Bani Umayyah di Spanyol (756-
1032 M), Daulah Fathimiah di Mesir (pendiri Universitas al-Azhar), Dinasti
Bani Aghlab di Sycilia (di selatan Italia), Dinasti Ayyubiah di Mesir, Daulah
Buwaihi di Irak, dll.
Abad ke-8 sampai ke-12 merupakan zaman kejayaan Islam. Pada masa ini,
umat Islam mengembangkan suatu kehausan yang besar akan ilmu
pengetahuan, suatu kerinduan akan ilmu yang tidak pernah ada sebelumnya
dalam sejarah. Peradaban Islam ketika itu mencapai puncaknya, dan kaum
Muslim menjadi para pemimpin pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang-bidang ilmu alam mereka mencapai kemajuan yang mencolok
dan mencatat keberhasilan yang luar biasa. Pusat-pusat kajian dalam berbagai
bentuknya muncul di mana-mana. Berbagai karya monumental, yang
berpengaruh sampai berabad-abad kemudian, dihasilkan pada masa ini.
Nusantara) dengan bagian dunia sebelah barat (Afrika Utara dan Eropa) berada
di bawah kekuasaan Islam.
Sumber kekayaan yang berlimpah dikelola dengan sistem perekonomian
yang baik sehingga pembiayaan untuk pejabat negara dan militer tersedia, serta
berbagai kebijakan untuk pembangunan dapat dilaksanakan.
Kemajuan suatu bangsa tentu saja akan wujud bila didukung oleh berbagai
faktor. Umat Islam pada masa lalu berhasil mencapai kemajuan yang
membanggakan bukanlah anugerah yang jatuh begitu saja dari langit.Ia
merupakan buah dari usaha dan kerja keras berbagai pihak yang terlibat di
dalamnya. Dengan memperhatikan perjalanan sejarah yang sering berulang,
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendukung kemajuan umat Islam pada
masa-masa lampau sbb.:
a. Kemampuan dan semangat para pemimpin dalam menjalankan amanah yang
dibebankan kepadanya. Di antara pemimpin umat yang berjasa besar dalam
kemajuan Islam setelah Nabi Muhammad saw adalah para khulafa’ rasyidin, lalu
Muawiyah bin Abi Sufyan, Marwan bin Hakam, Abdul Malik bin Marwan, Walid
bin Abdul Malik, dan Umar bin Abdul Aziz, semua dari Bani Umayyah, kemudian
Abu Ja`far al-Mansur, Harun al-Rasyid, al-Makmun dari Bani Abbas, Abd al-
Rahman al-Nashir, pemimpin Bani Umayyah dan lain-lain di Spanyol, sampai
Sulaiman al-Qanuni di Turki Usmani dan Sultan Akbar di Dinasti Mughal (India).
Berbagai kebijakan dan usaha yang mereka lakukan telah menghasilkan berbagai
karya monumental yang sangat berharga bagi peradaban dunia. Di samping
kemampuan dan semangat yang tinggi, di antara mereka juga terkenal sikap
toleransinya. Misalnya, Umar bin Khattab sangat toleran terhadap masyarakat
Kristen di Syria dan Mesir ketika ketika kedua daerah ini ditaklukkan. Meskipun
mereka kalah telak dalam perang menghadapi pasukan Muslim, namun
keberadaan mereka tetap dibiarkan. Begitu juga toleransi yang dikembangkan
oleh pemimpin Islam di Spanyol terhadap penduduk yang beragama Yahudi. Hal
718
yang sama juga terjadi pada Sultan Akbar (abad ke-17), penguasa Dinasti Mughal
di India.
Sebagian di antara mereka tidak hanya tertarik pada urusan politik dan
kekuasaan, tetapi juga sangat besar perhatiannya pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta upaya-upaya yang dapat menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Mereka tidak ragu-ragu mengalokasikan dana
yang besar untuk kepentingan pembangunan, baik fisik maupun non fisik.
Abdul Malik bin Marwan terkenal dengan kebijakannya untuk
menggunakan Bahasa Arab sebagai upaya menyatukan umat Islam, Umar
bin Abdul Aziz dikenal sebagai tokoh yang berjasa dalam menyelamatkan
hadis Nabi. Sementara Abu Ja`far al-Mansur membangun kota Bagdad
sebagai salah pusat peradaban umat Islam, Harun al-Rasyid dan al-
Makmun sangat besar jasanya dalam mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Tersedianya sarana prasarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta tersedianya ruang untuk berpikir bebas. Pemimpin yang punya
kemampuan memimpin dan semangat yang tinggi untuk membangun senantiasa
memfasilitasi dan membuka peluang bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
kreatifitas untuk membangun.
c. Kegigihan dan ketekunan para ulama dan ilmuwan. Motivasi para ulama dan
ilmuwan dalam mengembangkan ilmu untuk menjawab segala persoalan yang
mereka hadapi sangat luar biasa. Agaknya, tidak salah bila dikatakan bahwa
mereka mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam semangat ibadah.
Oleh karena itu, mereka sangat gigih dan tekun dalam melaksanakannya,
walaupun banyak di antara mereka hidup dalam kesederhanaan. Di samping gigih
dan tekun, mereka juga sangat berani berpendapat tetapi toleran dalam
menyikapi perbedaan. Mereka tidak ragu-ragu belajar dari orang-orang non
Muslim. Mereka juga tak segan-segan berpendapat meskipun berbeda dengan
pendapat gurunya. Dalam bidang ilmu-ilmu keagamaan, pemikiran yang mereka
hasilkan seribu tahun yang lalu masih menjadi rujukan sampai saat ini.
719
Kemunduran umat Islam semakin terasa ketika para kompetitor terutama dari
Eropa mulai bangkit dan mencapai kemajuan dalam berbagai bidang. Mereka
berhasil melanjutkan dan mengembangkan berbagai temuan dan rintisan yang
sudah dilakukan oleh ilmuwan Muslim pada masa-masa sebelumnya.
6. Pusat-pusat Perkembangan
Islam adalah teroris dan Islam adalah agama yang mengajarkan prilaku
teror.
c. Hasil kajian banyak orang terhadap ajaran Islam, malah membuat
mereka semakin tertarik dengan Islam. Tuduhan yang dihadapkan
kepada Islam selama ini mereka bantah dengan menjadikan Islam
sebagai anutan mereka.
Materi 7
Penyelenggaraan Jenazah
Islam menganjurkan umatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga
menganjurkan umatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit,
menghibur dan mendoakannya. Apabila seseorang telah meninggal dunia,
hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis
kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah,
yaitu memandikan, mengkafani, mensholatkan, dan menguburkannya.
Apabila kita mendengar berita tentang saudara kita muslim dalam keadaan
sakit maka kita disunatkan untuk menjenguknya sebagai mana hadis riwayat
Bukhari dan Muslim
“Bacakanlah surat yasin atas orang-orang (yang akan) mati kalian”. (HR.
Abu Dawud)
Bila tidak bisa membaca keduanya, maka cukup membaca surat Yasin saja.
731
e. Mentalqin kalimat tahlil dengan santun, tanpa ada kesan memaksa. Nabi
Muhammad saw. bersabda: )رَواه.ُ)مسلم لَ ِقنُ ْوا َم ْوتَا ُك ْم الَ إِ ٰلهَ إِالَّ هللا
“Tuntunlah orang (yang akan) mati diantara kamu dengan ucapan laailaha
illallah”. (HR. Muslim)
2. Sikap Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal :
d. Qiamkan tangannya.
732
Untuk menghadapi kematian biasanya orang merasa tidak siap dengan berbagai
alasan yang dibuatnya, antara lain:
َّ اَل: Wanita yang menangis menjerit – jerit ketika kena musibah kematian
a. صا ِلقَ ِة
b. اَ ْل َحا ِلقَ ِة:Wanita yang mencukur atau mengacak – acak rambut ketika kena
musibah kematian
c. شاقَّ ِة
َّ َ ا: Wanita yang merobek – robek baju ketika kena musibah kematian
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Memakamkan
e. Takziah dan ziarah kubur
Dari keempat hal yang diwajibkan di atas, pada taraf praktek terdapat beberapa
pemilahan sebagai berikut:
a. Orang Muslim
Adapun bayi yang lahir pada usia 6 bulan lebih, baik terlahir dalam keadaan
hidup ataupun mati, kewajiban perawatannya sama dengan orang dewasa.
4) Orang Kafir
b. Kafir harbi dan Orang murtad. Pada dasarnya tidak ada kewajiban apapun
atas perawatan keduanya, hanya saja diperbolehkan untuk mengkafani dan
memakamkannya.
3. Memandikan Jenazah
Memandikan mayat hukumnya adalah fardhu kifayah atas muslimin lain yang
masih hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang mengerjakannya, maka
kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi muslimin selebihnya. Karena
perintah memandikan mayat itu adalah kepada umumnya kaum muslimin.
Sedangkan muslim yang mati syahid tidaklah dimandikan walau ia dalam
keadaan junub sekalipun, melainkan ia hanya dikafani dengan pakaian yang
baik untuk kain kafan, ditambah jika kurang atau dikurangi jika berlebih dari
tuntunan sunnah, lalu dimakamkan dengan darahnya tanpa dibasuh sedikitpun
juga. Dan beliau menyuruh agar para syuhada dari perang Uhud dikubukan
dengan darah mereka tanpa dimandikan dan disembahyangkan.
a. Letakkan mayat pada tempat yang tinggi, seperti bangku panjang, batang
pisang yang dijejerkan.
c. Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperi sarung agar lebih
mudah memandikannya, tetapi auratnya tetap ditutup.
i. Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan air yang dicampur sedikit kapur
barus. Dengan catatan, saat meninggal mayit tidak dalam keadaan ihram.
Saat basuhan terakhir ini, sunah membaca niat: ٰه ِذ ِه/ِن ََويْتُ ْالغُ ْس َل لِهٰ ذَا ْال َمَيِت
ْال َمَيِتَ ِة ِهللِ تَعَ ٰالىAtau َعلَ َْي َها/صَالَةِ َعلَ َْي ِه
َّ ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِال ْستِبَا َح ِة ال
Urutan orang yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah ahli
waris ashabah laki-laki, kerabat lai-laki yang lain, istri, orang laki-laki lain.
Waris ashabah yang dimaksud adalah:
a. Ayah
c. Anak laki-laki
4.Mengkhafani
1. Batas Minimal
2. Batas Kesempurnaan
Bagi mayit laki-laki yang lebih utama adalah 3 lapis kain kafan dengan ukuran
panjang dan lebar sama, dan boleh mengkafani dengan 5 lapis yang terdiri dari
3 lapis kain kafan ditambah surban dan baju kurung, atau 2 lapis kain kafan
ditambah surban, baju kurung dan sarung.
Bagi mayit perempuan kafannya adalah 5 lapis yang terdiri dari 2 lapis kain
kafan ditambah kerudung, baju kurung dan sewek. Kain kafan yang
dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi wewangian, bila
mengkafani lebih dari ketentuan batas maka hukumnya makruh, sebab
dianggap berlebihan.
Siapkan 5 lembar kain berwarna putih yang terdiri dari surban atau kerudung,
baju kurung, sarung atau sewek, dan 2 lembar kain
1. Tali.
3. Baju kurung.
7. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota tubuh yang
berlubang, anggota tubuh ini meliputi:
a) Mata
b) Lubang hidung
c) Telinga
d) Mulut
e) Dubur
a) Jidat
b) Hidung
c) Kedua siku
d) Telapak tangan
9. Memakaikan baju kurung, sewek atau sarung, dan surban atau kerudung.
10. Mayit dibungkus dengan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya,
dengan cara melipat lapisan pertama, dimulai dari sisi kiri dilipat ke sisi kanan,
kemudian sisi kanan dilipat ke kiri. Begitu pula untuk lapis kedua dan ketiga.
11. Mengikat kelebihan kain di ujung kepala dan kaki (dipocong), dan
diusahakan pocongan kepala lebih panjang.
741
12. Setelah ujug kepala dan ujung kaki diikat, sebaiknya ditambahkan ikatan
pada bagian tubuh mayit; seperti perut dan dada, agar kafan tidak mudah
terbuka saat dibawa ke pemakaman.
3) Mensholatkan Jenazah
a) Mayit telah disucikan dari najis baik tubuh, kafan maupun tempatnya.
b) Orang yang menshalati telah memenuhi syarat sah shalat (Menutup aurat,
suci hadats/najis dan menghadap kiblat)
Artinya : Saya niat tayamum untuk menggantikan membasuh dibawah (…) ini
jenazah karena allah ta ‘ala .
1) Mayit laki-laki:
2) Mayit perempuan
d) Jarak antara mayit dan mushalli tidak melebihi 300 dziro’ atau sekitar 150
m. Hal ini jika shalat dilakukan di luar masjid.
f) Bila mayit hadir, maka orang yang menshalati juga harus hadir di tempat
tersebut.
a) Niat.
ض اْل ِكفَايَ ِة َمأ ْ ُم ْو ًما /اِ َما ًما ِ َّلِلِ تَعَالَى ص ِلى َعلَى َهذَا اْل َمَيِ ِ
ت ا َ ْربَ َع نَ ْك ِبَي َْرا ٍ
ت فَ ْر َ اُ َ
ض اْل ِكفَايَ ِة ِم أْ ُم ْو ًما /اِ َما ًما ِ َّلِلِ تَعَالَى َٰا ُ َ
ص ِلى َعلَى َهذَي ِْن اْل َمَيِ ِ
ت اَ ْربَ َع نَ ْك ِبَي َْرا ٍ
ت فَ ْر َ
ض اْل ِكفَايَ ِة ِم أْ ُم ْو ًما /اِ َما ًما ِ َّلِلِ تَعَالَى َٰا ُ َ
ص ِلى َعلَى َه ِذ ِه اْل َمَيِتَ ِة ا َ ْربَ َع نَ ْك ِبَي َْرا ٍ
ت فَ ْر َ
ض اْل ِكفَا َي ِة َمأ ْ ُم ْو ًما ِ َّلِلِ تَ َعالَى علَ َْي ِه اْ ِال َما ُِم اَ ْر َب َع نَ ْك ِبَي َْرا ٍ
ت فَ ْر َ ى َ اُ َ
ص ِلى َعلَى َم ْن َ
صل َّ
ص ِل َع ٰلى َ
س َِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد الل ٰـ ُه َّم َ
Contoh do’a:
َْف َع ْنهُ ََواَ ْك ِر ِْم نُ ُزلَهُ ََو ََو ِس ْع َمدْ َخلَهُ ََواجْ عَ ِل ْال َجنَّة ْ اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ ََو
ُ ار َح ْمهُ ََو َعافِ ِه ََواع
َُمثْ َواه
لَهُ َٰاَللَّ ُه َّم الَ تَحْ ِر ْمنا َ اَجْ َرهُ ََوالَ ت َ ْف ِتنا َ بَ ْعدَهُ ََوا ْغ ِف ْر لَنا َ َو
“Ya Allah , janganlah Engkau rugikan kami dari pada mendapat pahalanya ,
dan janganlah Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya , dan ampunilah kami
dan dia . “
Penjelasan :
سَالَ ُِم َعلَ َْي ُك ْم ََو َرحْ َمةُ هللاِ ََوبَ َركَاتُهُ
اَل َّ
a) Mengangkat kedua telapak tangan sampai sebatas bahu, lalu meletakkannya
diantara dada pusar pada setiap takbir.
سَيِ ِدنَا ِإب َْرا ِه َْي َم ََو َع ٰلى آ ِل ، صلَّٰيْتَ َع ٰلى َ سَيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ََو َع ٰلى آ ِل َ
سَيِ ِدنَا ُم َح َّمدٍَ ،ك َما َ ص ِلَٰ َع ٰلى َ الل ٰـ ُه َّم َ
ار ْكتَ َع ٰلى َ
س َِي ِدنَا ِإب َْرا ِهَي َْم س َِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ س َِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ََو َع ٰلى آ ِل َار ْك َع ٰلى َ س َِي ِدنَا ِإب َْرا ِهَي َْمََ ،وبَ ِ
َ
َ.و َع ٰلى آ ِل َ
س َِي ِدنَا ِإب َْرا ِهَي َْم ،فِي ْال َعالَ ِمَيْنَ ِإنَّكَ َح ِم َْيدٌ َم ِج َْيدٌ َ
ْف َع ْنهََُ ،وأ َ ْك ِر ِْم نُ ُزلَهََُ ،و ََو ِس ْع َمدْ َخلَهََُ ،وا ْغس ِْلهُ بِ َماءٍ ََوثَ ْلجٍ َوبَ َردٍََ ،ون َِق ِه
ار َح ْمهََُ ،و َعافِ ِه ََواع ُالل ٰـ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهََُ ،و ْ
ض ِمنَ الدَّن َِسََ ،وأ َ ْبد ِْلهُ دَارا ً َخَيْرا ً ِم ْن د َ ِارهََِ ،وأ َ ْهَالً َخَيْرا ً ِم ْن أَ ْه ِل ِه، طايَا َك َما يُنَقَّى الث َّ ْوبُ األ َ ْبَيَ ُِمنَ ال َخ َ
ب النا َّ ِر .الل ٰـ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل َحَيِناَََ ،و َم َِيتِنَاََ ،وشَا ِه ِدنَاََ ،وغَائِبِنَا، ََوزَ َْوجا ً َخَيْرا ً ِم ْن زَ َْو ِج ِهََ ،وقِ ِه فِتْنَةَ ْالقَب ِْر ََو َعذَا ِ
ص ِغَي ِْرنَاََ ،و َك ِبَي ِْرنَاََ ،وذَك َِرنَاََ ،وأ ُ ْنثَاناَ ،الل ٰـ ُه َّم َم ْن أَحْ َيَ َْيتَهُ ِمنَّا فَأَحْ َِي ِه َع ٰلى اْ ِإل ْسَالَ ِِمََ ،و َم ْن ت ََوفَّ َْيتَهُ ِِم ِٰنَّا
ََو َ
746
سعَتِ َها ََو َمحْ ب ُْوبِ َها ََوأَ ِحبَّائِ ِه فِ َْي َها َ خ ََر َج ِم ْن ُر َْوحِ الدُّ ْنَيَا ََو، َع ْبد ُكُ ََوا ْبنُ َع ْبدِك ِ فَت ََوفَّهُ َع ٰلى اْ ِإل ْي َم
َ الل ٰـ ُه َّم ٰهذَا.ان
،س ْولُكَ ََوأَ ْنتَ أَ ْعلَ ُم بِ ِه ُ ََوأَ َّن ُم َح َّمدا ً َع ْبدُكَ ََو َر، َ كاَنَ يَ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِ ٰلهَ إِالَّ أ َ ْنت،ُظ ْل َم ِة ْالقَب ِْر ََو َما ه َُو الَقَِيَه
ُ إِ ٰلى
َ ََوقَدْ ِجئْنَاك،ي َع ْن َعذَابِ ِه ٌّ ِلى َرحْ َمتِكَ ََوأ َ ْنتَ َغن ْ َ ََوأ،الل ٰـ ُه َّم ن َِزل بِكَ ََوأ َ ْنتَ َخَي ُْر َم ْن ُز َْو ٍل بِ ِه
ٰ ِصبَ َح َف ِقَيْرا ً إ
َ ََولَ ِق ِه ِب َرحْ َمتِك،ُ ََو ِإ ْن َكانَ ُم ِسَيْئا ً فَت َ َجا ََو ْز َع ْنه،سانِ ِه ْ ِ الل ٰـ ُه َّم ِإ ْن َكانَ ُمحْ سِنا ً فَ ِزدْ ف،ُشفَ َعا َء لَه
َ ْي ِإح ُ ََرا ِغ ِبَيْنَ ِإ َلَيْك
َاح ِمَيْن َّ َحتٰى ت َ ْب َعثَهُ ِإ ٰلى َجنَّتِكَ ٰيا أَ ْر َح َم، َاْأل َ َمنَ ِم ْن َعذَا ِبك.
ِ الر
لَهُ َٰالل ٰـ ُه َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهُ ََوالَ تَ ْفتِنَّا بَ ْعدَهُ ََوا ْغ ِف ْر لَنَا َو.
ُسَالَ ُِم َعل َْي ُك ْم ََو َرحْ َمةُ هللاِ ََوبَ َركَات ُه
َّ اَل.
4) Menguburkan Jenazah
6. Lepaskan tali-tali pengikat,lalu tutup dengan papan, kayu, atau bambu, dan
timbun sampai galian liang kubur menjadi rata.
C. TAKZIAH
Takziah artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk
turut mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member
penghormatan terakhir kepada orang yang telah dipanggiluntuk menghadap
kehadirat Allah SWT.
750
· Apabila kita mendengar kabar ada seseorang yang meninggal dunia, maka
hendaklah mengucapkan:
· Apabila tidak ada uzur, hendaklah kita mengantarkan jenazah itu sampai
selesai dimakamkan.
2. Hikmah Takziah
D. ZIARAH KUBUR
3. Pada saat berziarah kubur, bersikap sopan dan berhati-hati, jangan duduk
diatas kuburan atau bergurau , bermain-main atau yang tidak sesuai dengan
suasana ziarah kubur.
4. Ziarah kubur orangtuanya atau orang lain bukan untuk meminta sesuatu,
tetapi mendoakan kepada ahli kubur agar mendapat pengampunan dari Allah
SWT.
752
Materi 8
Adab Berbusana
Adab Berbusana, Berhias, Bepergian dan Bertamu
MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI (AL AKHLAQUL KARIMAH)
TENTANG BERPAKAIAN, BERHIAS, PERJALANAN, BERTAMU DAN
MENERIMA TAMU
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata (Q.S. Al Ahzab : 36).
Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami,
yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu
nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (29)
URAIAN MATERI
Fungsi utama pakaian ini dapat kita lihat pada QS. Al A’raf [7]: 26
Artinya:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Berdasarkan ayat di atas kita bisa mengerti bahwa fungsi utama pakaian adalah
sebagai penutup aurat dan penghias diri secara wajar. Yang dimaksud penghias
diri adalah bahwa ketika kita memakai pakaian, maka kita akan menjadi
terhormat, bila dibandingkan dengan makhluk lain yang tidak berpakaian.
Penghias diri bukanlah bertujuan agar orang lain tertarik kepada kita. Menghias
diri dengan berpakaian dan bertujuan untuk menarik perhatian, bahkan syahwat
orang lain adalah terlarang.
Aurat laki-laki adalah bagian tubuh mulai dari pusar sampai dengan lutut.
Sedangankan aurat perempuan adalah seluruh anggota tubuhnya, selain muka
dan telapak tangan. Perhatikan QS. An Nur [24] : 31 di bawah ini!
Artinya :
“Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang
meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa)
serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki
yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang
ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan
duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan
ditanya.” (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
Fungsi pakaian sebagai penutup aurat tidak akan terwujud jika kain pakaian
tersebut trasparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah
(godaan) dan berarti menampakkan perhiasan.
Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : “Pada akhir umatku nanti akan ada
wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala
mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah
kaum wanita yang terkutuk.” (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232).
“Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya,
yaitu :
- Kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat
memukul orang (penguasa yang kejam).
6. Lebih baik tidak memakai wangi-wangian jika memang bau badan tidak
menimbulkan fitnah dalam pergaulan. Jika dikhawatirkan bau badan tersebut
menimbulkan fitnah, maka boleh memakai wangi-wangian secukupnya,
asalkan tidak berbau keras.
Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai atau berhias dengan tujuan untuk
meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut
mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan
perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh
seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya. (Asy-
Syaukani: Nailul Authar II/94).
Ibnul Atsir berkata : “Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas
Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat
pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan
sikap angkuh dan sombong.” wallahu ‘alam.
Fungsi Pakaian
a. Penutup aurat
c. Sebagai perhiasan
Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata (Q.S. Al Ahzab : 36).
Adab Berpakaian
Segala puji bagi ALLAH yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai
rezeki daripada-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku (H.R. Abu Daud, Al
Hakim dan Ibnu Sinni dari Mu’adz ibnu Anas r.a.)
atau
ُأَللهمهإِنيْأسألكَمنْخيرهِوخيرِماهولهوأعوذبكَمنشرهوشرماهوله
Ya Allah aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian ini dan dari
kebaikan sesuatu yang ada pada pakaian ini, dan aku berlindung kepada-Mu
dari keburukan/kejahatan pakaian ini dan kejahatan apa yang ada pada pakaian
ini. (H.R. Ibnu Sinni dari Abu Sa’id al Khudri)
763
َبسمﭐهللاﭐلذيالإلهإالهو
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah yang tiada tuhan hanya melainkan
Dia”.
َسترُمابينَأعينﭐلجنوعوراتِبنيْادمَأنْيقولَﭐلرجلُإذَاأرادَأنيطرحَثيابهُ بسمﭐهللاﭐلذيالإلهإالهو
Artinya : Penghalang antara pandangan jin dan aurat anak Adam (manusia)
ialah hendaknya seorang muslim bila hendak melepaskan pakaiannya seraya
berdo’a :, bismillahilladzi laa ilaha illahuwa”(H.R. Ibnu Sinni dari Anas r.a.)
َأنهرسولﭐهللاِصعكانَيجعلُيمينهُلطعامهِوشرابهِوثيابهِويجعلُيسارهُلماسوىذلك
Pegangan utama yang harus diperhatikan dalam berpakaian adalah tidak perlu
berlebihan, tetapi sederhana yang menutupi, contoh :
b. Tang top : pakaian bertali kecil di bahunya sehingga bagian dada dan
punggung atas terlihat
Pakaian Pria
Dalam ketektuan ilmu fikih, aurat laki laki adalah diantara pusar sampai lutut
sehingga pakaian pria tidak sama dengan pakaian wanita dalam menutup
auratnya.
Ketika kita berinteraksi dengan sesama manusia, maka kita harus bersikap hati-
hati dalam berpakaian, baik itu pakaian yang tampaknya bagus maupun jelek.
Tujuannya adalah agar kita tidak terjerumus dalam fitnah.
766
Akan tetapi ketika kita berinteraksi dengan Allah SWT dalam ibadah
makhdhah, maka Allah dengan tegas memerintahkan kita agar kita
mengenakan pakaian yang terbaik kita. Perhatikan QS. Al A’raf [7]:
Artinya :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
1. Menggunakan jilbab
Jilbab dalam hal ini adalah busana yang dapat menutup aurat wanita muslimah.
Artinya, seluruh tubuhnya harus tertutup busana termasuk rambut dan kepala,
kecuali wajah, kedua telapak tangan, dan kaki yang biasa terbuka.
Dengan demikian, busana tidak hanya sekedar penutup badan, pelindung dari
panas dan hujan, melainkan juga pembimbing dan pengendali akhlak dan
perbuatan seseorang. Seorang muslimah harus mengenakan busana yang
768
demikian itu, agar dalam pergaulannya sehari-hari tetap mencerminkan jati diri
seorang muslimah.
Ayat di atas menunjukan juga bahwa fungsi busana bagi seseorang tidak hanya
sekedar penutup aurat dan badan tetapi juga sebagai simbol dan cermin bagi
jati diri, keimanan, dan akhlak pribadi seseorang. Betapa pun indah dan
mahalnya suatu model busana jika tidak mencerminkan jati diri pemakainya
maka itu semua tidak mengandung nilai yang luhur.
Begitu pula bagi kaum laki-laki, berhiaslah serapi mungkin. Jika rambut kita
panjang, sebaiknya dipangkas. Sebab yang berambut panjang itu adalah
769
Itulah sebabnya Islam memberi tuntunan mengenai tata cara berhias. Pada
intinya Islam tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan. Allah SWT
sendiri dangat menyenangi orang-orang yang senantiasa bersikap sederhana
dalam menjalani kehidupan ini, termasuk dalm soal berhias.
Tatakrama Berhias
- ْأللهمهكماحسنتَخلقيْفحسنْخلقي
Artinya : “Ya Allah sebagaimana Engkau telah ciptakan sebaik ini, maka
baguskanlah akhlakku”
770
Atau
- ْاَلحمدُللهِﭐلذيْسوىخلقيْوأحسنَصورتيوزانَمنيْماشانَمنْغيري
• Tidak memakai gelang dan anting yang banyak tindikannya dan rambut dicat
warna warni
Artinya : “Rasulullah s.a.w. melaknat perempuan yang mentato dan yang minta
ditato, yang mengikir gigi dan yang minta dikikir gigi (H.R. Thabrani)
2. Perhiasan Laki-laki
Hendaknya ketika kaum laki laki berhias agar memperhatikan hal hal sebagai
berikut :
Ajaran Islam sangatlah lengkap. Tidak hanya hal-hal yang besar, hal-hal yang
tampaknya kecil juga dibahasnya. Salah satunya adalah dalam hal perjalanan
(safar). Ajaran ini bukan untuk mengekang umatnya dalam menjalankan
aktifitas kehidupanya sehari-hari, melainkan untuk mengatur dan memberi
rambu-rambu agar segala aktifitas umatnya tetap dalam batasan fungsi
kekhalifahan dan tujuan peribadatan.
Adab dalam perjalanan yang seyogyanya kita ketahui adalah sebagai berikut:
Misalnya: Ketika kita dalam perjalanan, kita mendapat keringanan dari Allah
berupa kebolehan menjama’ dan mengqasar, selama perjalan itu bukan untuk
773
Dalam hal perjalanan perempuan ada dua pendapat yang patut kita cermati
untuk diambil sebagai dasar dalam bertindak.
الَيحلُّالمرأةٍتؤمنُباهللاِوﭐليومِﭐالخرتسافرمسيرةَيومٍوليلةٍإالهمعَذيْمحرمٍعليها
( ) متفقعليهِعنْأَبيْهرَيرةَرض
"Tidak halal bagi wanita muslim bepergian selama sehari semalam kecuali
bersama mahramnya." (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.)
Mereka berdalil dengan sebuah hadits yang menyebutkan bahwa akan datang
suatu masa di mana seorang wanita bebas aman bepergian sendirian dari kota
774
ke kota. Lalu diistimbah hadits itu menjadi sebuah syarat dari dibolehkannya
wanita bepergian tanpa mahram bila keadaan aman dan tidak adanya fitnah.
Lengkapnya hadits itu adalah sebagai berikut:
Dari Ady bin Hatim ra berkata bahwa Rasulullah bertanya padanya, "Ya Adiy,
pernahkah kamu melihat negeri Hirah?". Aku menjawab,"Belum, tapi aku
pernah mendengarnya". Rasulullah bersabda, "Bila umurmu panjang, pasti
kamu akan menyaksikan seorang wanita di dalam haudaj (tenda di atas punuk
unta) bepergian dari Hirah ke Ka’bah dan bertawaf tanpa merasa takut atas
apapun kecuali kepada Allah saja." (HR Bukhari).
Rasanya tidak salah kalau hadits ini menjadi syarat kebolehan wanita bepergian
sendirian tanpa mahram bila memang suasana aman dari fitnah dan kekacauan.
Paling tidak, atas pemahaman seperti inilah barangkali para senior anda itu
berhujjah, dengan pemahaman atau tidak.
4. Shalat lima waktu tetap wajib dilakukan, namun Allah memberi keringanan
dengan cara boleh dikerjakan dengan cara jama’ dan qasar.
1. Adab atau sopan santun ketika akan bepergian atau dalam perjalanan
775
Rencana yang matang dan persiapan bekal yang cukup agar selamat dan
sampai tujuan. Dan selalu berdo’a ketika keluar rumah sebagai berikut :
ْبسمﭐهللاِتوكلتُعلىَﭐهللاِالَحولََوالَقوةَإِالباهللاِاَللهمهإِنيْأعوذُبكَأنْأضلهأو
أضلهأوأزلهأوْأزلهأوْأﻅلمَأوأﻅلمَأوأجهلَأويجهلَعليه
Artinya : Dengan nama Allah aku berserah diri kepada-Nya dan tiada daya dan
upaya melainkan pertolongan Allah. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu jika aku tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan,
menganiaya atau dianiaya, bodoh atau dibodohi (H.R. Abu dawud, Tirmidzi
dan lainnya)
توْباتوبالربناأوبااليغادِرحوبا
— Membaca doa
َسبحانَﭐلذيْسخرَلناهذاوماكنالهُمقرنينَوإناإلىربنالمنقلبون
776
Artinya : “Maha suci Allah, Tuhan yang telah memudahkan kendaraan ini bagi
kami, sedangkan kami tidak bisa memudahkannya, dan kepada Allah-lah kami
kembali.
— Menjaga diri dari tergesa gesa, menjaga sopan santun, menjaga silaturahmi
serta menebar kebaikan
— Lapor kepada tetangga dan RT/RW agar rumah aman selama ditinggalkan
Dan ketika hendak berangkat berjalan menuju suatu tempat yang dituju/akan
bepergian hendaklah berdoa :
ِﭐللهمههونعليناسفرناهذاوأﻃوعنابعدهُأللهمأَنتَﭐلصاحبُفىﭐلسفروﭐلخليفةُفىﭐألهل
— Apabila ingin menginap di rumah orang lain atau penginapan, jaga suasana
serta kondisi diri dengan baik. Hendaknya baca do’a bila bermalam di tempat
menginap dengan bacaan :
َأعوذبكلماتِﭐهللاِﭐلتاماتِمنْشرماخلق
Artinya : ‘’Aku berlindung dengan segala firman Alloh yang lengkap dan
sempurna dari gangguan semua makhluk”.
— Ketika berjalan kaki jangan sambil makan dan minum apalagi membuang
sampah sembarangan
— Pastikan dompet dan barang berharga yang dibawa berada pada tempat yang
aman
— Hindari tawaran orang lain yang akan memberikan minuman atau makanan
apalagi dari penumpang yang tidak dikenal
• Pastikan surat-surat kendaraan seperti SIM /STNK sudah terbawa dan kondisi
kendaraan bagus
• Tidak ngebut
• Menggunakan helm bagi pengguna sepeda motor dan sabuk pengaman bagi
pengendara mobil
3. Shilaturrahim
Dari Abu Hurairah r.a., Rosulullah s.a.w bersabda, “Ada seorang laki-laki
bersilaturahim ke saudaranya yang tinggal di desa lain, maka Allah mengutus
seorang malaikat untuk menemuinya. Tatkala bertemu dengan lelaki tersebut
maka malaikat bertanya, “Hendak kemanakah saudara?” Lelaki tersebut
menjawab, “Saya ingin bersilaturahim ke saudaraku di desa ini.” Malaikat
kembali bertanya, “Apakah kamu menziarahinya karena ada sesuatu
kenikmatan yang akan engkau raih?“ Lelaki tersebut menjawab, “Tidak, saya
melakukan silaturahim ini semata-mata kecintaan saya terhadapnya karena
Allah.” Malaikat kemudian berkata, “Sesungguhnya saya diutus Allah untuk
menemui kamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana
kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim).
Dalam salah satu perintah-Nya, Allah s.w.t. berfirman QS. An Nisa’ [4]:1,
clip_image016
Keutamaan silaturahmi
Diantara keutamaan yang akan diraih oleh orang yang selalu melakukan
silahturahmi :
ُمنْأحبهأنْيبسطَلهُفيْرزقهِوَينسأَلهُفيْأَثرهِفليصلْرحمه
() رواهُﭐلبخاريُّومسلموَأبوداودَعنأنسٍرض
“ Barang siapa yang suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umurnya maka
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu
Dawud)
ُﭐلرحمُمعلقةبالعرْﺵِتقولُمنْوصلنيْوصلهﭐهللاُوَمنْقطعنيْقطعهُﭐهللا
( ِ) متفقعليه
4. Akan dimasukan kedalam golongan yang beriman kepada Allah dan hari
akherat. Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rosulullah s.a.w bersabda,
Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah
silaturahmi (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan ancaman dan akibat yang akan didapat oleh orang yang memutus
hubungan silaturahmi sbb :
2. Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat.
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan
memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan
mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan
dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”
22. “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan
di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”
23.” Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga
mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(الَيدخلُﭐلجنةَقاﻃع (متفقعليه
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan silaturahmi.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
783
Etika silaturahmi
5. Bersikap dan bertutur kata yang sopan, tidak menampilkan sikap acuh atau
mencela makanan yang dihidangkan.
) ماعاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم طعاما قط إن اشتهاه اكله وإن كره تركه ( الحديت
Artinya : Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan, jika beliau suka
dimakannya, dan jika tidak maka ditinggalkannya.
784
6. Jika menginap usahakan jangan sampai lebih dari 3 hari, jangan sampai
mengganggu atau menyulitkan tuan rumah. Rasulullah SAW bersabda
وكيف يؤ ثمه؟ قال أن يقيم عنده وآل شيئ:وال يحل لمسلم إن يقيم عند أخيه حتى يؤ ثمه قالوايارسول هللا
) له يقريه به ( رواه مسلم
sayang, hidup rukun, tolong menolong, dan salign membantu antara yang kaya
dengan yang miskin.
Dalam bertamu, ada beberapa tata cara yang harus diperhatikan, antara lain
sebagai berikut.
س ِل ُموا َعلَى أ َ ْه ِل َها ذَ ِل ُك ْم َخيْر لَ ُك ْم لَ َعله ُك ْم ُ َيا أ َ ُّي َها الهذِينَ آ َمنُوا ال تَدْ ُخلُوا بُيُوتًا َغي َْر بُيُو ِت ُك ْم َحتهى تَ ْست َأ ْ ِن
َ ُ سوا َوت
َتَذَ هك ُرون
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jangnlah kamu memasuki rumah yang buakn
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
786
Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS an-Nuur
[24]:27)
4) Niat bertamu dengan ikhlas dan bertamu tidak dalam urusan maksiat atau
jahat
6) Sebagai tamu, apabila tidak mendapati tuan rumah atau merasa tidak
diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal, tinggalkanlah rumah itu
dengan segera. Lalu jangan pulan sampai memperlihatkan kekecewaan
terhadap perlakuan tuan rumah tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah
SWT:
Artinya:
“Jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka jangnlah kamu masuk
sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, ‘Kembali (saja)
lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS an-Nuur [24]:28)
787
8) Menjadi tamu di rumah teman dekat pun harus tetap menjaga kesopanan.
Jangan sampai mata melihat-lihat semua benda yang ada di rumah itu kecuali
benar-benar dipersilahkan oleh tuan rumah.
Artinya : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklan
memuliakan temannya ( H.R Bukhari dan Muslim ).
Alasan mengapa tamu harus diperlakukan dengan baik yaitu sebagai berikut :
788
— Dengan kedatangan tamu berarti tamu menghormati kita sebagi tuan rumah
3. Waspada menjaga diri dari prasangka buruk kepada tamu. Oleh sebab itu
terhadap tamu yang belum dikenal perlu kiranya ditanya identitas dan
keperluannya sehingga kita bisa mensikapi sabda Rasulullah
وإذاخرج خرج بمغفرة ذنوبهم,إذا دخل الضيف على القوم دخل برزقه
( )رواه الديلمى عن أنس
Artinya : Apabila tamu telah masuk ke rumah seseorang maka dia masuk
dengan membawa rizkinya, dan jika dia keluar maka dia keluar dengan
membawa pengampunan bagi tuan rumah dan keluarganya ( H.R Ad Dailami
dan Anas ).
Tamu yang datang dengan maksud jelek dapat kita tolak dengan baik, dan tamu
yang datang dengan maksud baik dapat kita temui, kita hormati, dan kita jaga
keselamatannya.
4. Sopan dalam menerima, lembut dalam bertutur kata, berseri wajah kita, dan
banyak memberi kesempatan kepada tamu menyampaikan maksud tujuannya.
5. Tidak membeda-bedakan sikap tamu yang hadir ke rumah kita kecuali dalam
masalah takwa dan tingkah kekerabatannya
Artinya : Melayani tamu suatu keharusan selama tiga hari. Adapun selebihnya
termasuk sedekah dan tiap kebaikan ( sikap perilaku baik ) itu sedekah ( Al
Hadist ).
790
8. Bila tamu yang datang adalah tamu terhormat, kita boleh memberikan
sambutan yang lebih baik sebagai penghormatan kepadanya
9. Jika tamu akan berpamitan pulang, nyatakan perasaan sedih atas kedatangan
yang singkat dan ucapkan terima kasih Karena telah dikunjungi
Materi 9
Kerja Keras
Salah satu akhlak terpuji atau Akhlakul Mahmudah adalah sika kerja
keras, tekun, ulet, dan teliti. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk
senantiasa berusaha. Baik dalam hal urusan dunia terlebih urusan akhirat. Islam
tidak menghendaki umatnya untuk hidup bertopang dagu / malas dalam
berusaha. Kerja keras, tekun dan teliti merupakan salah satu kunci sukses
dalam kehidupan. Firman Allah swt :
A. Kerja Keras
Kerja keras berarti berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Dalam salah satu hadis Rasulullah pernah bersabda, “ Tidak ada
satu makanan pun yang dimakan seseorang yang lebih baik daripada makanan
hasil usahanya sendiri. “ ( H.R Bukhari dan Nasa’i ) . Firman Allah swt :
792
Pak Jahid seorang pedagang sayuran yang bekerja tanpa kenal lelah. Suatu
hari, usaha yang dilakukan Pak Jahid kurang menguntungkan karena sayuran
yang sudah dibawa ke pasar induk tidak habis terjual. Pak Jahid terus berusaha
supaya dagangannya laris terjual dan hasilnya diserahkan kepada istrinya untuk
membiayai keluarga.
B. Tekun
Dalam bahasa Arab, tekun dikenal dengan istilah nasyit, sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tekun diartikan dengan rajin dan
bersungguh-sungguh.
Khairudin adalah siswa kelas VII pada salah satu sekolah di desa terpencil.
Setiap hari khair harus berangkat pukul 05.30 WIB karena jam masuk sekolah
pukul 07.00 WIB. Setiap hari ia melakukannya dengan semangat untuk meraih
cita-cita yang diinginkannya. Anak desa ini tetap rajin menjalani hari-harinya
untuk menuntut ilmu di sekolahnya yang cukup jauh itu.
Supaya terbiasa tekun dalam semua aktivitas, lakukanlah beberapa hal berikut.
a. Siapkan perencanaan yang matang dalam memulai aktivitas.
b. Bersungguh-sunggulah dalm setiap aktivitas.
c. Jangan cepat putus asa dalam bekerja dan belajar.
d. Lakukanlahterus pekerjaan yang kamu senangi hingga kamu mampu
mengerjakannya
e. Harus banyak bersabar dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
f. Jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu.
g. Berserah dirilah kepada Allah swt.
C. Ulet
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ulet diartikan dengan kuat,
tidak mudah putus, tidak getas, tidak rapuh, tidak mudah putus asa dalam
mencapai cita-cita atau keinginan. Ulet juga bisa diartikan dengan berusaha
terus dengan giat dan berkemauan keras serta menggunakan segala
kecakapannya (potensi) untuk mencapai suatu tujuan.
794
Mahmud adalah salah seorang siswa SMP kelas VII. Pada suatu kesempatan, ia
akan menjadi utusan sekolahnya untuk perlombaan cerdas-cermat di tingkat
kabupaten. Siang dan malam, dia dan teman-temannya belajar tanpa kenal
lelah. Karena keuletan dan kerja kerasnya, Mahmud dan kedua temannya
meraih juara pertama pada lomba cerdas-cermat tersebut.
Supaya terbiasa ulet dalam semua aktivitas, lakukanlah beberapa hal berikut:
a. Biasakan bersunggug-sungguh dalam setiap aktivitas.
b. Gantungkan cita-citamu setinggi mungkin, kemudian kejarlah dengan belajar
yang serius.
c. Jangan cepat putus asa dalam mengerjakan sesuatu yang sulit.
d. Coba dan coba terus pekerjaan yang kamu senangi sampai kamu bisa.
e. Bersabarlah dalam berbagai keadaan.
f. Kembalikan semuanya kepada Allah sambil terus berusaha
D. Teliti
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teliti diartikan dengan cemat, seksama,
dan hati-hati, sedangkan cermat diartikan dengan seksama, teliti, berhati-hati
dalam mengerjakan sesuatu.
Aisyah pergi ke sebuah toko buku untuk membeli alat-alat tulis dan beberapa
buku pelajaran digunakannya di sekolah.Ia mencatat yang akan di belinya
untuk memastikan tidak ada barang yang terlewat.
Supaya terbiasa teliti atau cermat dalam sesuatu, lakukanlah beberapa hal
berikut ini:
a. Biasakan rapihdan teratur dalam mengerjakan sesuatu.
b. Jangan mudah terpengaruh orang lain.
c. Lakukanlah check and recheck sebelum memutuskan suatu masalah
d. Sebaiknya hati-hati dalam segala hal.
e. Percayalah kepada diri sendiri.
f. Biasakan menyenangi keteraturan dan ketertiban.
796
Materi 10
Khutbah, Tabligh, Dan Dakwah
Khotbah Jum’at adalah pidato atau ceramah yang wajib dilaksanakan oleh
seorang khatib, sebelum salat Jum’at dimulai.
Agar tujuan mulia tersebut tercapai maka, hendaklah khatib Jum’at harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut, ini :
- Mengetahui ajaran Islam, terutama mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.
- Mengetahui berbagai hal tentang khotbah Jum’at, terutama tentang syarat,
rukun dan sunah-sunahnya.
- Dapat membaca hamdalah, syahadat, salawat, Al-Qua’an dan hadist dengan
baik dan benar, juga sanggup bebicara di muka umum dengan jelas dan mudah
dipahami.
- Orang yang sudah balig danbertakwa kepada Allah, berakhlak baik, tidak
melakukan perbuatan maksiat, dan bukan orang munafik.
- Orang yang dipandang terhormat, dihormati, dan disegani.
3. Rukun Khutbah
- Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Alllah SWT.
- Membaca syahadatain, yakni syahadat tauhid dan syahadat rasul. Dalam hal
ini Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-tiap khotbah yang tidak ada syahadatnya,
adalah seperti tangan yang terpotong.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
- Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW.
- Berwasiat atau member nasihat tentang takwa dan menyampaikan ajaran
tentang akidah, ibadah, akhlak dan muamalah yang bersumber kepada Al-
Qur’an dan Hadist.
798
- Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khotbah. Rasulullah
bersabdah yang artinya:
“Dari Jabir bin Samurah, katanya, “Rasulullah SAW berkhotbah berdiri, duduk
antara keduanya, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, mengingatkan dan
memperingatkan kabar takut pada manusia.” (H.R. Muslim)
- Berdoa pada khotbah kedua agar kaum muslimin memperoleh ampunan
dosa dan rahmat Allah SWT.
4. Sunah Khotbah Jum’at
- Khatib hendaknya berdiri diatas mimbar atau di tempat yang lebih tinggi
dan letak mimbar berada di sebelah kanan tempat berdirinya Imam salat.
- Khatib hendaknya mengawali khotbahnya dengan member salam. Setelah
itu, duduk sebentar sambil mendengarkan mu’azzin berazan.
- Khotbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang dan tidak
terlalu pendek.
- Khatib, di dalam khotbahnya hendaknya menghadap kepada para jamaah
salat Jum’at dan jangan berputar-putar karena yang demikian itu tidak
disyariatkan.
- Menertibkan tiga rukun yaitu puji-pujian, salawat, dan nasihat agar
bertakwa.
- Mambaxa surah Al-Ikhlas, sewaktu duduk dua khotbah.
manusia menurut kadar kemampuan akal mereka. Tablig atau dakwah kepada
kaum intelek yang kadar keilmuannya sudah tinggiharus dibedakan dengan
tablig atau dakwah terhadap orang kebanyakan, kadar keilmuannya masih
rendah.
3. Dakwah dapat dilakukan dengan “bi al-hal” yaitu melalui perbuatan baik
diridai oleh Allah SWT agar diteladani orang lain.
4. Dakwah dapat dilaksanakan melalui ucapan lisan dan tulisan, baik
perorangan ataupun kepada masyarakat.
Dalam berdakwa pastinya dilakukan dengan berbagai metode dimana telah
dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran dalam surah An-Nahl, 16:125 yaitu :
Akan tetapi pada erang yang serbah canggih ini, sekarang dakwah dapat
disampaikan melalui media surat kabar, majalah, radio dan televisi.
3. Perbedaan Khutbah, Tabligh, dan Dakwah
Khotbah
Khotbah adalah berpidato pada rangkaian shalat Jumat yang berisi
menyampaikan pesan tentang bertakwa kepada Allah SWT. Dengan syarat-
syarat tertentu.
Tabligh
Menuruy bahasa Arab tablig berarti menyampaikan. Menurut istilah arinya
menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT. sebagai ajaran agama agar
800
“Barang siapa yang mengajak orang ke jalan baik, maka akan mendapatkan
pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya.” (HR Muslim)
4. Cara Berlatih Menyusun Teks Khotbah, Tabligh dan Dakwah
Menyusun teks untuk berdakwah atau khotbah dan tabligh jumat
memerlukan pembiasaan atau latihan agar dapat berkembang menjadi semakin
baik. Bahkan, latihan-latihan semacam ini semakin diminati banyak orang dan
telah banyak diberikan dalam suatu oelajaran yang kini disebutt public-
speaking. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menyusun suatu
teks atau naskah dakwah adalah sebagai berikut.
1. Membuat teks atau naskah setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai berikut
a.Memberikan salam bagi para jamaah
b.Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Allah
c.Awali dengan menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an serta membaca ta’awuz
dan basmalah
d.Teks atau naskah materi khotbah setidaknya memenuhi beberapa unsur yaitu:
kalimat pembuka, materi inti, kesimpulan dan penutup
Kesimpulan
Jika kita teliti dengan cermat, memahami makna hadits tersebut dengan hal
semacam itu sangatlah tidak tepat. Hadits ini menyuruh kepada kita agar ketika
menyampaikan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kita tahu dan yakin
bahwa hadits tersebut berasal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi yang benar dari hadits ini bukanlah memotivasi orang yang tidak berilmu
801
untuk berbicara (masalah agama) akan tetapi hadits ini memotivasi kepada
orang yang telah belajar dan mengetahui, hendaklah disampaikan walau
sedikit. Ketika seseorang telah mengetahui syariat ini benar dari Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka diperkenankan baginya untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
KERJA KERAS
Salah satu akhlak terpuji atau Akhlakul Mahmudah adalah sika kerja keras,
tekun, ulet, dan teliti. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa
berusaha. Baik dalam hal urusan dunia terlebih urusan akhirat. Islam tidak
menghendaki umatnya untuk hidup bertopang dagu / malas dalam berusaha.
Kerja keras, tekun dan teliti merupakan salah satu kunci sukses dalam
kehidupan. Firman Allah swt :
A. Kerja Keras
Kerja keras berarti berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Dalam salah satu hadis Rasulullah pernah bersabda, “ Tidak ada
802
satu makanan pun yang dimakan seseorang yang lebih baik daripada makanan
hasil usahanya sendiri. “ ( H.R Bukhari dan Nasa’i ) . Firman Allah swt :
Pak Jahid seorang pedagang sayuran yang bekerja tanpa kenal lelah. Suatu
hari, usaha yang dilakukan Pak Jahid kurang menguntungkan karena sayuran
yang sudah dibawa ke pasar induk tidak habis terjual. Pak Jahid terus berusaha
supaya dagangannya laris terjual dan hasilnya diserahkan kepada istrinya untuk
membiayai keluarga.
B. Tekun
Dalam bahasa Arab, tekun dikenal dengan istilah nasyit, sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tekun diartikan dengan rajin dan
bersungguh-sungguh.
Khairudin adalah siswa kelas VII pada salah satu sekolah di desa terpencil.
Setiap hari khair harus berangkat pukul 05.30 WIB karena jam masuk sekolah
pukul 07.00 WIB. Setiap hari ia melakukannya dengan semangat untuk meraih
cita-cita yang diinginkannya. Anak desa ini tetap rajin menjalani hari-harinya
untuk menuntut ilmu di sekolahnya yang cukup jauh itu.
Supaya terbiasa tekun dalam semua aktivitas, lakukanlah beberapa hal berikut.
a. Siapkan perencanaan yang matang dalam memulai aktivitas.
b. Bersungguh-sunggulah dalm setiap aktivitas.
c. Jangan cepat putus asa dalam bekerja dan belajar.
d. Lakukanlahterus pekerjaan yang kamu senangi hingga kamu mampu
mengerjakannya
e. Harus banyak bersabar dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
f. Jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu.
g. Berserah dirilah kepada Allah swt.
C. Ulet
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ulet diartikan dengan kuat,
tidak mudah putus, tidak getas, tidak rapuh, tidak mudah putus asa dalam
804
mencapai cita-cita atau keinginan. Ulet juga bisa diartikan dengan berusaha
terus dengan giat dan berkemauan keras serta menggunakan segala
kecakapannya (potensi) untuk mencapai suatu tujuan.
Mahmud adalah salah seorang siswa SMP kelas VII. Pada suatu kesempatan, ia
akan menjadi utusan sekolahnya untuk perlombaan cerdas-cermat di tingkat
kabupaten. Siang dan malam, dia dan teman-temannya belajar tanpa kenal
lelah. Karena keuletan dan kerja kerasnya, Mahmud dan kedua temannya
meraih juara pertama pada lomba cerdas-cermat tersebut.
Supaya terbiasa ulet dalam semua aktivitas, lakukanlah beberapa hal berikut:
a. Biasakan bersunggug-sungguh dalam setiap aktivitas.
b. Gantungkan cita-citamu setinggi mungkin, kemudian kejarlah dengan belajar
yang serius.
c. Jangan cepat putus asa dalam mengerjakan sesuatu yang sulit.
d. Coba dan coba terus pekerjaan yang kamu senangi sampai kamu bisa.
e. Bersabarlah dalam berbagai keadaan.
f. Kembalikan semuanya kepada Allah sambil terus berusaha
D. Teliti
805
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teliti diartikan dengan cemat, seksama,
dan hati-hati, sedangkan cermat diartikan dengan seksama, teliti, berhati-hati
dalam mengerjakan sesuatu.
Aisyah pergi ke sebuah toko buku untuk membeli alat-alat tulis dan beberapa
buku pelajaran digunakannya di sekolah.Ia mencatat yang akan di belinya
untuk memastikan tidak ada barang yang terlewat.
Supaya terbiasa teliti atau cermat dalam sesuatu, lakukanlah beberapa hal
berikut ini:
a. Biasakan rapihdan teratur dalam mengerjakan sesuatu.
b. Jangan mudah terpengaruh orang lain.
c. Lakukanlah check and recheck sebelum memutuskan suatu masalah
d. Sebaiknya hati-hati dalam segala hal.
e. Percayalah kepada diri sendiri.
f. Biasakan menyenangi keteraturan dan ketertiban.
KREATIF
Materi 11
Wakaf
1. KETENTUAN WAKAF
Hukum wakaf pada mulanya jaiz (boleh-boleh saja), namun ditilik dari
kemanfaatannya maka hukum wakaf menjadi sunat. Wakaf
merupakan shodaqah yang bernilai langgeng selama bisa dimanfaatkan
umum. Rasululah saw. bersabda :
Artinya : Apabila meninggal anak adam (manusia), maka terputuslah
amalnya, kecuali tiga hal, yakni : shodaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang
tuanya. HR. Ibnu Majah
3. MANFAAT WAKAF.
Wakaf tidaklah sama dengan sekedar sedekah biasa, akan tetapi lebih
besar pahala dan manfaatnya, khususnya bagi kemaslahatan umat Islam.
Kenyataan sehari-hari membuktikan bahwa banyak manfaat yang dapat
dipetik dengan adanya wakaf ini, dalam kehidupan bermasyarakat
dapat menjadi wahana untuk meraih kemajuan dalam berbagai segi
hidup dan kehidupan, khususnya dalam rangka menghidupkan syi‘ar
Islam.
4. PERWAKAFAN DI INDONESIA
Hal ini karena kepala KUA merupakan pejabat pembuat akta ikrar
wakaf, dan seharusnya pada saat ke KUA wakif bersama maukuf alaih
sebagai nadhir karena setelah adanya ikrar tertulis disaksikan dua orang
saksi dewasa, maka nadhir berkewajiban mengamankan , memelihara
harta beserta surat-suratnya. Nadhir juga mempunyai hak menerima
penghasilan dari manfaat harta wakafnya sesuai ketentuan yang
ditetapkan.