Anda di halaman 1dari 8

STUDI AL-QUR’AN

NASIKH dan MANSUKH dalam AL-QUR’AN

OLEH :

1. FIRDA PURNAMA SARI (12010120974)


2.NOVELIA ANGELY (12010121338)
3. M. RIZKI (12010111352)

DOSEN PENGAMPU :

SOPYAN, M. Ag.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2021
“Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an”
A. Pengerian Nasikh dan Mansukh

Nasikh dan Mansukh adalah dari sudut pendekatan bahasa Nasikh berarti
menghilangkan sesuatu atau menyiadakannya.91 Pengertian ini sesuai dengan firman
Allah SWT surat al-Hajj, ayat 52 :

‫َح ِكي ٌم َوٱهَّلل ُ َءا ٰيَتِ ِهۦ ۗٱهَّلل ُ يُحْ ِك ُم ثُ َّم ٱل َّش ْي ٰطَنُ ي ُْلقِى َما ٱهَّلل ُ فَيَن َس ُخ أُ ْمنِيَّتِ ِهۦ فِ ٓىٱل َّش ْي ٰطَنُ أَ ْلقَى تَ َمنَّ ٰ ٓى إِ َذا إِٓاَّل نَبِ ٍّى َواَل َّرسُو ٍل ِمن قَ ْبلِكَ ِمن أَرْ َس ْلنَا َو َمٓا‬

artinya : Tiada kamu utus sebelum engkau seorang Rasul dan Nabi, melainkan apabila dia
bercipta-cipta (didalam hatinya), maka setan berusaha menghalangi cita-citanya itu, lalu
Allah menghapuskan usaha setan itu, kemudian Allah menetapkan ayat-ayatnya Allah
Maha mengetahui dan Maha bijaksana.
Disamping pengertian di atas, nasikh juga dapat di artikan pemindahan sesuatu
dari tempat yang satu ke tempat yang lain.1

Pengetian ini juga terdapat dalam al-Qur‟an pada surat al-Jaatsiyah ayat 29 :

‫ق ِك ٰتَبُنَا ٰهَ َذا‬ ِّ ‫تَ ْع َملُونَ ُكنتُ ْم َما نَ ْستَن ِس ُخ ُكنَّا ۚ إِنَّا بِ ْٱل َح‬
ُ ‫ق َعلَ ْي ُكم يَن ِط‬

artinya : Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-
benarnya. Sesungguhnya kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.
Dengan demikian pengertian nasikh dapat dipahami sebagai pengangkatan hukum-
hukum syarak atau syar‟i bukan berarti hukumnya hilang akan tetapi tidak ada kewajiban
lagi untuk melaksanakannya atau meninggalkannya.

Pendapat Ulama tentang Nasihk.


Nasikh tidak terjadi kecuali dalam perintah dan larangan walaupun dengan lafaz
khabar.Adapun khabar yang bukan bermakna permohonan makna tidak termasuk
padanya nasikh.
Persoalan nasikh telah menjadi perbincangan hangat dikalangkan ummat
Islam.Perbincangan tersebut telah terjadi beberapa pendapat ada yang mengakui adanya
nasikh dan ada yang yang tidak.Sementara yang mengakui adanya nasikh berbeda
pendapat tentang sejumlah hukum nasikh serta bagaimana pemakaiannya.
a. Jumhur Ulama
Kelompok ini mengatakan, keberadaan nasikh di dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah
ayat 106 :

ِ ْ‫قَ ِدي ٌر َش ْي ٍء ُك ِّل َعلَ ٰىاهَّلل َ أَ َّن تَ ْعلَ ْم ۗ أَلَ ْم ِم ْثلِهَا أَوْ ِم ْنهَا بِ َخي ٍْر نَأ‬
‫ت نُ ْن ِسهَا أَوْ آيَ ٍة ِم ْن نَ ْن َس ْخ َما‬

1
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ulmu Al-Qur’an, Alih bahasa oleh Muzakkir, AS, Litera Antar Nusa, hal. 326.
Artinya : Ayat yang kami batalkan atau kami hilangkan dari ingatan, pasti kami ganti
dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tahu bahwa
Allah Maha kuasa atas segala sesuatu?
Bagi Jumhur ulama, teks ayat ini menunjukkan adanya ayat yang nisakhkan.Sesuai
dengan pernyataan ini, Abdul Mu‟in al-Namr mengatakan bahwa perkembangan
pemikiran manusia dalam beberapa dimensi kehidupan sesuai dengan ruang dan
waktu.2

b. Imam as-Syafi’i
Imam as-Syafi‟i mengakui adanya nasikh beliau mengemukakah dalam kitabnya
sebagai berikut, Allah menurunkan atas mereka al- Kitab sebagai penjelasan atas
segala sesuatu, merupakan petunjukkan dan rahmat, di dalamnya Allah menyebutkan
beberapa kewajiban yang tetap dan yang lain Ia menasikhkan sebagai rahmat bagi
hamba-Nya untuk meringankan dan memberikan kelapangan bagi mereka, sebagai
penambahan atas nikmat yang Ia berikan kepada mereka. 3
Disamping itu Syafi‟i berpedoman kepada firman Allah dalam surat al-Baqarah, ayat
106 sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dengan memahami/memperhatikan
dalil-dalil di atas jelaslah bahwa nasikh kitab / al-qur‟an memang ada terjadi dan itu
merupakan salah satu cara menyesuaikan syari‟at Islam dalam menumpuh
perkembangannya untuk menyempurnakan pembinaan hukum Islam yang bertujuan
mewujudkan kemaslahatan bagi manusia.

c. Abu Muslim al-Asfahani


Abu Muslim ini adalah tokoh mu‟tazilah beliau mengakui adanya nasikh di dalam al-
Qur‟an dengan alasan, jika ada pembatalan dalam alQur‟an tentu ada ayat yang
dihapuskan, padahal Tuhan berfirman dalam surat Fushshilat ayat 41:

‫َز ۡي ۙ ٌز لَـ ِك ٰتبٌ ‌ۚ َواِنَّهٗ َجٓا َءهُمۡ لَ َّما بِال ِّذ ۡك ِر الَّ ِذ ۡينَ اِ َّن‬
ِ ‫ع‬

artinya : sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur‟an ketika (al-Qur‟an)


itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya (al-
Qur‟an) itu adalah kitab yang mulia.
Menurut beliau semua hukum yang terkandung dalam al-qur‟an adalah bersifat kekal,
oleh karena itu hukum-hukumnya harus dibelakukan sepanjang masa. Menganai
argumentasi yang dipakai oleh Jumhur ulama yaitu surat al-Baqarah ayat 106, Abu
Muslim mengatakan : “Lafaz ayat itu bermakna syari‟at yang menjelaskan bahwa
ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW menggantikan syari‟at-syariat
sebelumnya”.

B. Syarat Nasakh

AdapunSyarat-syarat nasakh yaitu Hukum yang di nasakh


1. (mansukh) berupa hukum syar'i, baik yang berbentuk perintah ataupun larangan.

2
Abdul Mun’in al-Namr, Ulama Al-Qur’an al-Karim, Dar al-kutub al-Islamiyah, Mesir, Cet II, 1983 M, hal.184
3
Muhammad ibn idris al-Syafi.’I, ar-Risalah, Kubbah al-Kubra, Mesir, t.t hal. 106-107
2. Hukum dalil yang berfungsi sebagai nasikh harus berasal dari nash syar'i,
sebagaimana hukum pada dalil mansukh.
3. Terdapat dua ayat hukum yang saling bertolak belakang dan tidak dapat
dikompromikan.
Harus diketahui secara meyakinkan perurutan turunnya ayat- ayat tersebut, sehingga yang
lebih dahulu ditetapkan sebagai mansukh, dan yang kemudian sebagai nasikh.4

C. Hikmah Nasikh dan Mansukh

1. Dengan wahyu yang Menunjukkan bahwa syariat Islam diajarkan Rasulullah adalah
syariat yang paling sempurna, yang telah menghapus syariat-syariat dari agama
sebelumnya. Karena syariat Islam telahmencakup ajaran-ajaran sebelumnya.
2. Untuk kemaslahatan dan kebaikan umat Islam.
3. Untuk menguji umat Islam dengan perubahan hukum,apakah dengan perubahan ini
mereka masih taat atau sebaliknya.
4. Merupakan salah satu pra-kondisi yang amat penting bagi penafsiran al-Qur'an.
5. Merupakan salah satu pra-kondisi terpenting untuk memahami dan menerapkan
hukum Islam
6. Menyinari perkembangan hukum Islam dan membantu me mahami makna asasi dari
ayat-ayat yang bersangkutan5

Menurut Manna' Al-Qathtan, ada empat hikmah keberadaan ketentuan nasikh,


yaitu:
1. Menjaga kemaslahatan hamba.
2. Mengembangkan persyariatan hukum sampai pada tingkat kesempurnaan,
seiring dengan perkembangan dakwah dan kondisi manusia itu sendiri.
3. Menguji kualitas keimanan mukallaf dengan cara adanya suruhan yang
kemudian dihapus.
4. Merupakan kebaikan dan kemudahan bagi umat. Apabila
ketentuan nasikh lebih berat daripada ketentuan mansukh, ber-arti
mengandung konsekuensi pertambahan pahala. Sebaliknya,jika ketentuan
dalam nasikh lebih mudah daripada ketentuan mansukh, itu berarti
kemudahan bagi umat.6

D. Perbedaan Antara Nasakh dan Takhsis

Ulama salaf adavano Suggap bahwa takhsish adalah


1) Takhsis ialah membatasi jumlah Afradul amm, sedang nasakh ialah membatalkan
hukum yang telah ada dan diganti dengan hukum yang baru;
2) Takhsis (mukhasis) bisa dengan kata-kata Qur'an dan hadisdengan dalil-dalil syara'
yang lain seperti ljma' Qiyas jugadengan dalil akal, sedangkan nasakh hanya dengan
kata-katasaja.

4
Muhammad Gufron, Ulhumul Qur'an. Yogyakarta: PT. Teras,2013, hlm., 64
5
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,/Imu-Imu AL-Qur 'an, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2002,
hlm,72.
6
H. Ahmad Syadali.dkk. Ulumul Qur 'an I. Bandung: Pustaka Setia.1997, hlm 162.
3) Takhsis hanya masuk kepada dalil Amm (umum). Nasakh bisa masuk kepada dalil
amm maupun dalil khash (khusus).
4) Takhsis hanya masuk kepada hukum saja. Nasakh dapat masuk kepada hukum dan
membatalkan berita-berita dusta.

E. Ruang Lingkup Nasakh

Imam As-Suyuthi mengatakan, nasakh tidak dapat terjadi kecuali menyangkut


perintah dan larangan, baik yang diungkapkan dengan redaksi sharih (tegas)
atau yang tidak tegas, atau yang di ungkapkan dengan kalimat khabar
(berita).Yang bermakna amr perintah), atau yang bermakna nahy
(larangan).Seperti perintah dan larangan untuk menguji dan mengetahui
kesiapan serta kesang-gupan melaksanakan suatu hukum.Hukum diciptakan
dengan hakikatnya.Tujuannya adalah agar terlaksananya subjek hukum secara
konkrit (misalnya kita diwajibkan melaksankan sholat secara formal dan tidak
ada alasan untuk meninggalkannya.7

F. Pembagian Nasakh

Nasakh ada empat bagian, yakni :


1. Nasakh al-Qur'an dengan al-Qur'an. Hal ini di sepakati oleh
ulama yang mengatakan adanya nasakh mansukh sebagaimana keterangan di bagian
depan.
2. Nasakh al-Qur'an dengan Sunnah. Ini terbagi dua:
a. Nasakh al-Qur'an dengan hadis ahad
b. Nasakh al-Qur'an dengan hadis mutawatir
3. Nasakh sunnah dengan al-Qur'an
Hal seperti ini dibolehkan oleh jumhur sebagaimana contoh dimuka, namun ditolak
oleh Syafi'i.
4. Nasakh sunnah dengan sunnah. Dalam kategori ini terdapat empat bentuk
a. Nasakh mutawatir dengan mutawatir
b. Nasakh ahad dengan ahad
c. Nasakh ahad dengan mutawatir
d. Nasakh mutawatir dengan ahad.
f. Ruang Lingkup Nasakh

Imam As-Suyuthi mengatakan, nasakh tidak dapat terjadi kecuali menyangkut


perintah dan larangan, baik yang diungkapkan dengan redaksi sharih (tegas) atau
yang tidak tegas, atau yang di ungkapkan dengan kalimat khabar (berita).Yang
bermakna amr (perintah), atau yang bermakna nahy (larangan).Seperti perintah dan
larangan untuk menguji dan mengetahui kesiapan serta kesang- gupan melaksanakan
suatu hukum.Hukum diciptakan dengan hakikatnya.Tujuannya adalah agar
terlaksananya subjek hukum secara konkrit (misalnya kita diwajibkan melaksankan
sholat secara formal dan tidak ada alasan untuk meninggalkannya.8

7
Rahmawati, Ulumul Qur 'an. Yogyakarta:PT.Teras,2013. hlm., 65
8
Abu Anwar,Ulumul Qur 'an.Pekan Baru :AMZAH, 2002. hlm., 59
2. Makiyah – Madaniyah
a. Pengertian Makki dan Madani
Makki merupakan ayat Al-Qur’an atau surah yang diturunkan di kota Mekkah. Kandungan
dari ayat ini berupa kisah-kisah(meliputi kisah Nabi dan bangsa yang telah sirna). Ayat Makki
cenderung pendek dibandingkan dengan ayat Madani.

Sedangkan Madani merupakan ayat Al-Qur’an yang mengandung hukum-hukum atau


kewajiban. Sehingga ayat ini populer disebut dengan Madani,tak luput dari kota tempat
diturunkannya yaitu Madinah.9

b. Teori tentang ayat Makiyah dan Madaniyah


Ada beberapa teori untuk mengelompokkan surah atau ayat makiyah dan madaniyah,yaitu :
1. Teori mulahadzatu makanin nuzuli (berdasarkan geografis)
Teori ini mengemukakan bahwa makki adalah ayat atau surah yang turun di makkah,baik
sebelum Nabi hijrah maupun sesudah Nabi hijrah ke madinah.10
2. Teori mulahadzatul mukhtabiina fin nuzul (berdasarkan subjektif)
3. Teori mulahadzatu zamanin nuzuli (berdasarkan historis)
4. Teori mulahadzatu ma tadhammanat as suratu (berdasarkan analisis)

c. Ciri-ciri surat atau ayat Makkiyah dan Madaniyah


Ayat Makkiyah
- Surah yang pendek
- Terkandung didalamnya ajaran tauhid
- Menggunakan perkataan “Ya ayyuhannasu”
Ayat Madaniyah
- Kandungan surah ialah hukum
- Surah cenderung membahas tentang orang-orang munafik
- Terdapat pembicaraan dengan ahlul kitab.11

G. Kesimpulan

Nasikh ialah menghapuskan hukum syara' dengan dalil hukum syara' yang lain.
Disebutkan kata 'hukum' disini, menunjukkan bahwa prinsip segala sesuatu asalnya

9
Halimuddin, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an,Jakarta:PT Rineka Cipta,1993,cet ke-1,hlm:63. Dikutip oleh Ajahari
dalam bukunya yang berjudul Ulumul Qur’an.
10
Al Burhan I : 187,Al-itqan I: 1314
11
Ajahari,Ulumul Qur’an,cet.1,Aswajja Pressindo : 2018
boleh, sedangkan mansukh adalah hukum yang di angkatkan atau dihapuskan. Fungsi
memahami nasikh dan mansukh diantaranya :
a) Memelihara kepentingan hamba
b) Perkembangan tasyri'menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan dakwah
dan perkembangan kondisi umat manusia
c) Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak
d) Menghendaki kebaikan dan
kemudahan bagi umat sebab jika nasakh itu beralih ke hal yang lebih berat maka di
dalamnya terdapat tambahan pahala,dan jika beralih ke hal yang kebihiringan maka ia
mengandung kemudahan dan keringan. Merupakan salah satu pra-kondisi yang amat
penting bagi penafsiran al-Qur'an.
e) Merupakan salah satu prakondisi terpenting untuk memahami dan menerapkan hukum
Islam; Menyinari perkembangan kode hukum Islam membantu memahami makna
asasi dari ayat-ayat yang bersangkutan.
REFERENSI
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ulmu Al-Qur’an, Alih bahasa oleh Muzakkir, AS, Litera
Antar Nusa

Abdul Mun’in al-Namr, Ulama Al-Qur’an al-Karim, Dar al-kutub al-Islamiyah, Mesir, Cet II,
1983 M,

Muhammad ibn idris al-Syafi.’I, ar-Risalah, Kubbah al-Kubra, Mesir, t.t

Muhammad Gufron, Ulhumul Qur'an. Yogyakarta: PT. Teras,2013

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,/Imu-Imu AL-Qur 'an, Semarang, PT. Pustaka Rizki
Putra, 2002

H. Ahmad Syadali.dkk. Ulumul Qur 'an I. Bandung: Pustaka Setia.1997

Rahmawati, Ulumul Qur 'an. Yogyakarta:PT.Teras,2013.

Anda mungkin juga menyukai