PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Quran adalah kalamullah merupakan mujizat bagi Nabi
Muhammad
di dunia
Shihab
para
ulama
berbeda
pendapat
tentang
timbul
ayat
tersebut
timbul
pembahasan
nasikh
dan
sahabat
dan
tabiin)
yang
mendorong
agar
di
atas,
maka
dalam
bab
selanjutnya
penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NASAKH DAN MANSUKH
Dalam Al Quran, kata nasakh ditemukan sebanyak empat
kali dengan berbagai bentuknya.[9] Yaitu dalam Quran Surah Al
Baqarah ayat 106, Surah A1-Araf ayat 154, Surah A1-Hajj ayat
52, dan Surah Al Jatsiah ayat 29. Nasikh-Mansukh berasal dari
kata nasakh. Dari segi etimologi, kata ini dipakai untuk beberapa
pengertian: menghilangkan, melenyapkan, atau menghapus,
dapat juga berarti memindahkan(memindahkan sesuatu dari
suatu tempat ke tempat lain). Kata nasakh dapat juga berarti
mengganti atau menukar, membatalkan dan mengubah, dapat
juga
berarti
pengalihan.
Sesuatu
yang
membatalkan,
bagian
yang
dihapus
dinamakan
mansukh.[10]
Quraish
Shihab
menandaskan
bahwa
para
ulama
b.
c.
d.
beranggapan
bahwa
suatu
ketetapan
hukum
yang
membatalkan
berakhirnya
masa
atau
mencabut
pemberlakuan
atau
hukum
yang
menyatakan
terdahulu,
dalam
arti
istilah
adalah
mengangkat
atau
lingkup
nasakh,
Manna
Khalil
al
Qattan
Asy
Syuura
ayat
13
yang
terjemahnya
:Dia
telah
terjadi
dalam
berita,
khabar,
yang
jelas-jelas
tidak
nasakh
seperti
itu
pun
ditolak
oleh
Syafii
sunnah
harus
senantiasa
sejalan
dan
tidak
bertentangan.[25]
c. Nasakh Al Quran dengan Al Quran
Hukum yang ditetapkan berdasarkan dalil ayat Al Quran
kemudian dinasakh dengan dalil ayat Al Quran pula. Tentang hal
ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Mereka
yang berpendapat bahwa nasikh dan mansukh ada terdapat
dalam ayat-ayat Al Quran, berdasarkan surah Al Baqarah ayat
106. Menurut para ulama yang menerima adanya nasikh
mansukh dalam Al Quran ini, bahwa adanya nasikh dan
mansukh dalam Al Quran dapat diterima akal karena Allah Maha
Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga hukum yang
ringan pada mulanya memang perlu ditetapkan, dan kemudian
perlu diganti dengan hukum yang tidak ringan lagi setelah orangorang Islam menghadapi keadaan normal dan dipandang sudah
mampu menghadapi hukum yang tidak ringan lagi. Hal tersebut
termasuk
kebijakan
Allah
Yang
Maha
Tinggi
dan
Maha
Karena tidak ada satu ayat pun yang batil baik di bagian
muka maupun di belakang, tidak ada ayat Al Quran yang
dinasakh maupun mansukh. Ayat-ayat Al Quran memang telah
menasakh ayat-ayat dalam kitab-kitab suci terdahulu yaitu
Taurat,
Zabur,
dan
Injil.
Pendapat
demikian
misalnya
mufassir
lain
juga
ulama
yang
mengakui
tentang
adanya
nasakh
hukum
sedang
hukum
dan
tilawah,
nasakh
dibaca
untuk
diketahui
makna
dan
diamalkan
pahala.(2)
meringankan, sehingga
dibaca
untuk
Pada
umumnya
nasakh
itu
untuk
mengingatkan
akan
nikmat
dihapuskannya
diantara
kamu,
jika
dia
meninggalkan
harta,
hendaklah ia berpuasa..[43]
Hal ini berdasarkan keterangan dalam as-Sahihain, berasal dari
Salamah bin Akwa, ketika turun Surah Al-Baqarah ayat 184,
maka orang yang ingin tidak berpuasa, ia membayar fidyah,
sehingga turunlah ayat sesudahnya yang menasakhkannya.
Ibn Abbas berpendapat, ayat pertama adalah muhkam, tidak
mansukh. Bukhari meriwayatkan dari Ata, bahwa ia mendengar
Ibn
Abbas
membaca:
Dan
bagi
mereka
yang
kuat
pada
setiap
harinya.
Dengan
yatikuwnahu
bukanlah
menjalankanya).
Tetapi
demikian,
maka
yastatiyuwnahu
maknanya
ialah
mereka
makna
(sanggup
sanggup
240 :
Artinya
Dan
orang-orang
yang
akan
meninggal
dunia
234 : *
Artinya: Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu
dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu)
menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.
BAB III
PENUTUP