Anda di halaman 1dari 19

AL QUR`AN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

Oleh: Drs. H. Abdullah Berahim, M. HI*

I. Pendahuluan

Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa Al Qur`an disamping sebagai kitab

sucinya ummat Islam juga merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama.

Sebagai kitab suci, Al Qur`an harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari, baik sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga dalam sebuah rumah tangga maupun

sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara Republik Indonesia tercinta ini.

Menurut H.A. Djazuli, yang dimaksud dengan Al Qur`an adalah Kalam Allah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf berbahasa Arab,

yang disampaikan kepada kita denagn jalan mutawatir, dan membacanya mengandung

nilai ibadah, dimulai dengan surah al Fatihah dan diakhiri dengan surah An Nas.1

Yang dimaksud dengan mutawatir pada pengertian di atas adalah, bahwa Al

Qur`an itu diriwayatkan oleh orang banyak dengan berturut-turut. Oleh karena itu, apa

yang diriwayatkan orang seorang tidak dinamakan Al Qur`an. Dengan demikian, bacaan

Al Qur`an yang tidak biasa dikenal (bacaan syadz) dan tidak sepakati oleh Qurra (ahli

pembacaan Al Qur`an), tidak dinamakan Al Qur`an dan tidak sah pula untuk shalat.2

1
A. Djazuli, H., Ilmu Fiqh, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, Kencana, Prenada
Media Group, Ed. Rev., 2005, hal. 62

2
A. Hanafi, Ushul Fiqh, Wijaya, Jakarta, 1981, hal. 102

1
Sebagai sumber hukum, di dalam Al Qur`an telah disebutkan secara rinci hal-

hal yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah dan al ahwal asy syakhshiyah.

Sedang masalah-masalah lainnya hanya disebutkan secara umum, secara global yang

dalam ilmu fiqh dikenal dengan istilah kully, atau tidak serinci, tidak mendetail bila

dibandingkan dengan masalah-masalah ibadah dan al ahwal asy syakhshiyah tersebut.

Hal itu berti, bahwa manusia sebagai makhluk Allah swt memerlukan tuntunan yang

lebih pasti, lebih rinci, lebih mendetail dari Allah secara langsung. Sehingga dengan

demikian, Al Qur`an dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan yang terjadi di

masyarakat, dan terhadap berbagai masalah-masalah yang terjadi sepanjang zaman. Jadi

hukum-hukum yang bersifat umum, global atau kully itu memiliki sifat fliksibelitas yang

tinggi dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat.

II. Pengertian Al Qur`an

Secara harfiyah, Al Qur`an yang berasal dari bahasa Arab, yang kata kerjanya

adalah qara`a - yaqra`u, yang berarti membaca.3 Jadi qur`an berarti bacaan.

Pengertian tersebut sesuai dengan firman Allah pada surah Al Qiyamah, ayat 17 dan 18

sebagai berikut:4

Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di


dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

3
Mahmud Yunus, H. Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara Penterjemah /Penafsir Al Qur`a,
Jakarta, 1973, hal. 335

4
Nasruddin Razak, Dienul Islam, PT Al Ma`arif, Bandung, 1986, hal

2
Sejalan dengan pengertian di atas, Cyril Glasse dalam Ensiklopedi Islam

menyebutkan bahwa pada suatu malam di akhir Ramadhan tahun 610 Masehi saat itu,

Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw menyampaikan wahyu pertama, yakni awal

surat Al `Alaq ayat 1 sampai dengan 5 sebagai berikut:5

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

Al Qur`an disamping merupakan dasar dan sumber utama ajaran dalam Islam

selain al hadits/sunnah Nabi Muhammad saw, juga memberikan barakah baik bagi

mereka yang membaca maupun bagi pihak yang mendengarkannya.

Menurut Saidus Syahar, Al Qur`an secara tehnis (fiqh) berarti: ”Kitab Suci

Islam berasal dari wayu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw semasa

kenabiannya”.6 Sedangkan Nasruddin Razak mengatakan bahwa Al Qur`an itu adalah:

”Kalam Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw.,

sebagai mu`jizat, membacanya adalah ibadah”7 Kemudian Dr. H.A. Athaillah, M.Ag

dalam bukunya Sejarah Al Qur`an, mengutip pendapatnya Salim Muhsin dalam Tarikh

Al Qur`an Al Karim, Al Qur`an ialah:

5
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet.II, 1999, hal 331
6
Saidus Syahar, Asas-asas Hukum Islam, Alumni, Bandung, 1983, hal. 36
7
Nasruddin Razak, op cit.

3
‫ﮐﻼﻡ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺍﳌﻨﺰﻝ ﻋﻠﻰﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﳌﻜﺘﻮﺏ‬
‫ﰱﺍﳌﺼﺎﺣﻒ ﺍﳌﻨﻘﻮﻝ‬
‫ﺍﻟﻴﻨﺎ ﻧﻘﻼ ﻣﺘﻮﺍﺗﺮﺍ ﺍﳌﺘﻌﺒﺪ ﺑﺘﻼﻭﺗﻪ ﺍﳌﺘﺤﺪﻯ ﺑﺄﻗﺼﺮ ﺳﻮﺭﺓ ﻣﻨﻪ‬
Artinya: Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang
tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil (diriwayatkan) secara
mutawatir dan dipandang ibadah dengan membacanya serta
menantang (orang yang tidak mempercayainya untuk membuat
yang serupa) meskipun hanya berupa satu surat yang pendek.8

Selanjutnya menurut Abdul Manan: Al Qur`an adalah kalam Allah yang

diturunkan dengan perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan lafaz

bahasa Arab, dengan makna yang benar agar menjadi hujah dalam pengakuannya sebagai

Rasulllah, dan sebagai undang-undang yang dijadikan pedoman bagi ummat manusia,

juga sebagai amal ibadah apabila dibacanya. Ia ditadwinkan diantara dua lembar mushaf

yang dimulai dari surat Al Fatihah dan ditutup dengan surat Al-Nas.”9

Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa Al Qur`an

adalah kalam Allah swt dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan kepada Nabi

Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril as. Dan selanjutnya dari Nabi

Muhammad saw disampaikan kepada para sahabat secara mutawatir. Bagi orang yang

membaca Al Qur`an tersebut akan diberikan pahala oleh Allah swt, karena membaca Al

Qur`an itu dianggap sebagai ibadah kepada Allah swt.

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat difahami, bahwa kalam Allah swt

yang disampaikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Nabi

8
Athaillah, A.H., Sejarah Al Qur`an, Verivikasi tentang otentisitas Al Qur`an, Antasari Prees, 2007,
hal.15
9
Abdul Manan, H., Reformasi Hukum Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo, 2007, hal. 66

4
Muhammad saw, tidaklah dapat dinamakan Al Qur`an. Seperti Taurat yang diturunkan

kepada Nabi Musa as, atau Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as, atau Injil yang

diturunkan kepada nabi `Isa as. Begitu pula, kalam Allah swt yang diturunkan secara

langsung, tanpa melalui malaikat Jibril as kepada Nabi Muhammad saw, seperti Hadis

Qudsi tidak dapat dinamakan Al Qur`an. Dan membaca Hadis Qudsi tersebut tidak

termasuk dalam katagore ibadah.

III. Proses dan Cara Diturunkan Al Qur`an.

Al Qur`an diturunkan bersamaan dengan dinobatkannya Nabi Muhammad saw

sebagai Rasul Allah swt. Ketika itu, Rasulullah saw berusia 40 tahun. Ayat-ayat yang

pertama diturunkan oleh Allah swt tercantum pada surah Al `Alaq, sebagai berikut:

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

Ayat-ayat tersebut diturunkan pada hari Senin pada tanggal 17 Ramadhan atau 6

Agustus 610 Masehi, ketika Rasulullah saw sedang berkhalwat di Gua Hira. Namun

dalam bukunya Dr.H.A. Athaillah, M.Ag, peristiwa bersejarah ini terjadi pada malam

Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari usia Nabi Muhammad saw atau 13 tahun

sebelum beliau berhijrah ke Madinah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 M.

Malam pertama kali Al

5
Qur`an diturunkan ini disebut oleh Al Qur`an sendiri dengan Lailat al Qadr (malam

kemuliaan) atau Lailat al Mubarakah (malam yang diberkahi). Masing- masing dari

bedua nama tersebut terdapat di surat Al Qadr ayat 1 dan surat ad Dukhan, ayat 3-4:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada


malam kemuliaan.

Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang


diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,10

Bersamaan dengan diturunkannya Al Qur`an tersebut, telah terjadi kontak


senjata antara kaum muslimin dengan kaum kafir quraisy. Peristiwa itu diceritakan oleh
Allah dalam Al Qur`an pada surah Al Anfal, ayat 41 sebagai berikut:

Artinya:….jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan…Ketahuilah,
sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat
Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
10
Athaillah, H., op.cit, hal. 130

6
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sedang ayat Al Qur`an yang terakhir yang diturunkan oleh Allah swt adalah

ketika kepada Nabi Muhammad saw menunaikan ibadah haji wada’ di

`Aarafah. Saat itu, hari Jum`at tanggal 9 Zulhijah 10 H., atau bertepatan dengan bulan

Maret 632 M. Ayat tersebut tercantum dalam surat Al Ma`idah ayat 5 sebagai berikut:

Artinya: ….Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu…

Diturunkannya Al Qur`an (wahyu Allah) kepada Nabi Muhammad saw melalui

malaikat Jibril as, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup ummat manusia sepanjang

zaman. Oleh karena itu, sebagai kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman hidup Al

Qur`an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi

tentang teknologi, etika, hukum, ekonomi, biologi, kedokteran dan lain sebagainya.

Adapun proses diturunkannya Al Qur`an (wahyu Allah) tersebut kepada Nabi

Muhammad saw adalah secara berangsur-angsur sesuai dengan firman Allah swt sebagai

berikut:

7
Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil
(teratur dan benar).
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa hikmah yang pertama diturunkannya

Al Qur`an itu tidak sekaligus atau secara berangsur-angsur adalah untuk memperkokoh

ketahanan mental atau memperkuat hati Nabi Muhammad saw. Itulah sebabnya, ayat-ayat

Al Qur`an atau surat-surat yang diturunkan tidak sama jumlah dan panjang pendeknya,

terkadang dalam satu rumah itu diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang hanya

sebagian saja. Surat- surat pendek (qishar) yang diturunkan sekaligus secara penuh,

antara lain al Fatihah, al Ikhlash, al Kaustar, al Lahab, al Bayyinah, dan an Nashr.

Adapun surat-surat panjang (thiwal) yang diturunkan sekaligus secara penuh, antara lain

surat al Mursalat. Surat-surat yang yang tidak diturunkan sekaligus secara penuh

bervariasi pula, ada yang hanya lima ayat atau lebih, dan ada pula yang hanya sepuluh

ayat atau lebih, dan ada pula yang hanya diturunkan sebagian saja dari sepotong ayat.11

Salah satu contoh, ayat 28 dari surah al Taubah yang diturunkan tidak

sekaligus. Artinya, ayat itu diturunkan secara bertahap. Seperti surah al Mu`minun, dari

118 ayatnya, diantaranya ada yang diturunkan sekaligus 10 ayat,

yakni dari ayat 11 sampai ayat 21 yang menerangkan tentang kesucian `Aisyah
11
Athaillah, H. i b i d, hal. 126-127

8
dari tuduhan berzina oleh orang-orang munafik. Ada contoh lain yang satu ayat, tapi

diturunkan sebagian-sebagian saja, dan sebagian yang lainnya diturunkan belakangan.

Seperti antara lain, ayat 65 dari surah an Nisa, ayat 28 dari surah al Taubah.12

Hikmah kedua dari diturunkannya Al Qur`an secara berangsur-angsur tersebut

adalah untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menyimak,

mempelajari, memahami dan menghafal Al Qur`an. Sedang hikmah yang ketiga adalah

agar setiap ayat yang diturunkan sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan

masyarakat muslim saat itu, sehingga ajaran–ajaran dan perubahan-perubahan yang

dibawanya tidak menimbulkan rasa anti pati dan kegoncangan dalam masyarakat Islam

yang baru tumbuh.13 Sebab kalau diturunkan sekaligus, akan menyulitkan dalam

penghafalan, penulisan, penghayatan dan pengamalannya.

Selanjutnya, mengenai proses turunnya Al Qur`an melalui beberapa macam

cara, antara lain:

1. Malaikat Jibril datang menampakkan dirinya seperti seorang laki-laki kemudian

membacakan firman Allah swt dan Nabi Muhammad saw langsung menangkap dan

memahami bacaan itu dengan baik serta menghafalnya dengan sempurna.

2. Dalam bentuk bunyi seperti suara genta (gemerincing lonceng, pen.), namun dapat

ditangkap maksudnya dengan baik oleh Rasulullah saw.

12
Athaillah, H. i b i d, hal 129.
13
Athaillah, H. i b i d, hal. 158-160.

9
3. Malaikat Jibril menampakkan dirinya dalam rupa yang asli, sebagaimana

diungkapkan dalam surah al Najm ayat 13-14 sebagai berikut:

Artinya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.

4. Nabi saw menerima wahyu dengan tanpa melihat sesuatu pun, namun beliau

merasakan bahwa wahyu sudah berada dalam qalbunya, sebagaimana disebutkan

dalam Al Qur`an pada surah al Syura ayat 51 sebagai berikut:14

Artinya: Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang
tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Al Qur`an yang dibagi dalam 30 juz, terdiri dari 6326 ayat atau 114 surah,

74437 kalimat atau 325345 huruf itu diturunkan dalam dua periode: Makkah dan

Madinah, dengan kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari terhitung mulai tanggal 17

Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi saw sampai dengan turunnya ayat yang

terakhir tanggal 9 Zulhijah tahun ke 63 dari usia Nabi Muhammad saw. Surah atau ayat

yang diturunkan di Mekkah disebut dengan

14
Hamzah Ya`qub, H. Pengantar Ilmu Syari`ah (Hukum Islam), CV Diponegoro, Bandung, hal. 74
1
surah atau ayat Makkiyah, Sedang surah atau ayat yang diturunkan di Madinah disebut

dengan surah atau ayat Madaniyah.

IV. Pengertian Sumber Hukum Islam


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodarminta, 1976:974), atau

seperti yang dikutip oleh Muhammad Daud Ali dalam bukunya Asas-asas Hukum Islam

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber adalah asal sesuatu. Sedang dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa sumber (hukum) adalah segala sesuatu

yang berupa tulisan, dokumen, naskah dan lain sebagainya yang dipergunakan oleh suatu

bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu15. Jadi sumber hukum Islam adalah

asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber juga kadang-kadang disebut dengan

istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam.16

Sedangkan kata asal itu sendiri berarti semula atau keadaan yang pertama sekali. Dalil

berarti dasar atau keterangan yang dijadikan dasar bukti atas kebenarannya.17

Berbicara masalah sumber hukum dalam Islam, ternyata Allah sendiri telah

menentukan sumber hukum (dan ajaran) Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim,

yakni sebagaimana firman Allah pada surah An Nisa ayat 59 sebagai berikut:18

15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, ed.II, hal.
973
16
Muhammad Daud Ali, H., Asas-Asas Hukum Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 1990, hal.65
17
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997, hal. 58 dan 150
18
ibid,

1
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.

Oleh karena itu, adalah wajar kalau Al Qur`an yang diturunkan Allah swt untuk

memperbaiki kehidupan ummat manusia dengan berisi perintah dan larangan-larangan.

Husnan Budiman menyebutkan, bahwa sumber utama dengan istilah Al Mashadirul

Asliyah dari ajaran Islam atau hukum Islam adalah Al Qur`an dan Sunnah Nabi. Dari

kedua sumber ini bercabanglah dua sumber hukum lainnya, yaitu ijma` dan qiyas.19

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber

hukum Islam berarti asal, pokok atau dasar pengambilan hukum Islam, yang dapat

dijadikan dalil atau argumentasi sebagai bukti atas kebenaran Islam itu sendiri.

V. Kedudukan Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam

Berbicara tentang sumber hukum Islam, pada ulama sepakat bahwa Al Qur`an

menempati urutan yang pertama dan utama, setelah Al Qur`an adalah Al Hadis yang

kemudian disusul dengan ijma` dan qiyas. Saidus Syahar

19
Husnan Budiman, H. Pengantar Ilmu Fiqih, Usaha Nasional, Surabaya, hal. 43

1
menyebutkan bahwa sumber-sumber syari`at dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu

sumber utama dan deduction atau kesimpulan. Sumber utama adalah wahyu, yang dapat

dibagi kepada wahyu langsung (Al Qur`an) dan wahyu tidak langsung (sunnah).

Sedangkan deduction atau kesimpulan yang ditarik dari wahyu juga terbagi kepada:

1. Qiyas (analogi), yakni penarikan kesimpulan seseorang mujtahid.

2. Ijma` (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid)

3. Dan lain-lain.20

Dalam sebuah riwayat, terjadi dialog antara Rasulullah saw dengan sahabatnya

yang bernama Mu`az bin Jabal sebelum mengutusnya untuk menjadi Gubernur di negeri

Yaman, yang dikenal dengan hadis Mu`az bin Jabal sebagai berikut:

‫ أﻗضﻰ ﺑﻜﺘﺎب اﷲ فإن ﻟﻢ‬:‫كﻴﻒ ﺗﻘضﻰ إذا ﻋﺮض ﻟك ﻗضﺎء؟ ﻗﺎل ﻣﻌﺎذ‬
‫أجﺪ فﺒسﻨﺔ رﺳﻮل‬
‫اﷲ فإن ﻟﻢ أجﺪ أجﺘهﺪ ﺑﺮأيﻰ‬

Artinya: Bagaimana engkau akan memutuskan hukum jika disodorkan perkara


kepadamu? Mu`az menjawab, “Saya akan memutuskan perkara itu
sesuai dengan hukum Al Qur`an (Kitabullah). Apabila aku tidak jumpai
di dalam Kitabullah, aku akan memutuskan dengan Sunnah
Rasulullah, jika tidak ada di dalam Sunnah Rasulullah, saya akan
melakukan ijtihad dengan kemampuanku”.21

Jika ditinjau dari segi kekuatannya, sumber hukum tersebut dapat digolongkan

atas sumber yang disepakati dan sumber yang tidak disepakati oleh

Saidus Syahar, op. cit., hal. 36


20
21
Khallaf, Abdul Wahhab, Sumber-Sumber Hukum Islam, Terjemahan dari judul asli Mashadir at
Tasyri` al Islami fima la nashsha fihi, Risalah Bandung, 1984, hal. 2

1
para ulama. Sumber hukum yang disepakati oleh ulama sebagai sumber utama ajaran

Islam adalah Al Qur`an dan Al Sunnah/Hadis.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, para ulama sepakat bahwa Al Qur`an

adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Pada umumnya isi kandungan Al

Qur`an bersifat kully, umum atau global dalam mengemukakan satu persoalan. Itulah

sebabnya Al Qur`an memerlukan interpritasi sebagai upaya untuk mencari ayat yang

sifatnya kully, umum atau global tersebut. Untuk merinci kandungan Al Qur`an

diperlukan hadis Nabi saw, sebab tanpa adanya hadis Nabi tersebut, banyak ayat Al

Qur`an yang sulit dipahami secara jelas. Karena itulah hadis-hadis berfungsi untuk

memberikan penjelasan atau menafsirkan (hadis tafsir) terhadap ayat-ayat yang bersifat

global tersebut. Karena hadis-hadis Nabi saw juga jumlahnya terbatas, maka dianjurkan

kepada para ulama yang mempunyai kemampuan ijtihad untuk menafsirkan Al Qur`an,

agar kandungan Al Qur`an dapat dipahami secara utuh.

Kecuali hal-hal yang bersifat kully, umum atau global, Al Qur`an sebagai

sumber pokok ajaran Islam juga menjelaskan secara rinci atau mendetail terhadap hal-hal

yang berhubungan dengan aqidah, kewarisan, cara menyatakan li`an antara suami istri,

beberapa macam hukum jarimah hudud dan wanita-wanita yang dilarang dikawin.22

Sedang menurut Drs. Hasbullah Bakry, hukum-hukum yang ada dalam Al Qur`an pada

pokoknya terbagi dua macam, yaitu:

22
A. Hanafi, op.cit, hal 57

1
a. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan manusia terhadap Tuhannya,

Hubungan tersebut ialah menyangkut tatacara peribadatan seperti shalat, puasa dan

lain-lain.

b. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan antar sesama manusia.

Hukum-hukum yang dimaksud disebut dengan hukum mu`amalat. Hukum Al

Qur`an yang mengatur tentang mu`amalat tersebut terdiri dari 4 empat macam,

yaitu:

1) Yang berhubungan dengan masalah rumah tangga seperti perkawinan,

perceraian, pembagian harta peninggalan dan lain-lain.

2) Yang berhubungan dengan jihad seperti hukum berperang, syarat wajib

berperang, urusan tawanan, hal-hal kesopanan dalam berperang, dan pembagian

harta rampasan.

3) Yang berhubungan dengan mu`amalat perdagangan seperti jual beli, sewa-

menyewa dan lain-lain.

4) Yang berhubungan dengan hukuman terhadap tindak kejahatan seperti qishas

dan hudud.23

VI. Perbedaan Pemahaman tentang turunnya Al Qur`an

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa Al Qur`an itu diturunkan kepada

Nabi Muhammad saw oleh Allah swt melalui malaikat Jibril as secara berangsur-angsur

atau bertahap, tidak sekaligus. Sehingga masa atau waktu turunnya Al Qur`an itu dari

ayat yang pertama sampai dengan ayat terakhir dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan

22 hari sebagaimana telah disebutkan di

atas. Namun menurut sementara ulama sebagaimana yang dikutip oleh Dr. H.A.
23
Bakry Hasbullah, Pokok-pokok Ilmu Agama Islam, Siti Syamsiyah, Solo, 1961, hal.33

1
Athaillah, M.Ag, bahwa Al Qur`an tersebut diturunkan dalam tiga tahapan: (1)

Diturunkan ke Lauh Mahfuzh. (2) Ke Bait al `Izzah di langit dunia dan yang ke (3)

(baru) diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur sesuai dengan

keperluan yang ada dan kasus-kasus yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw dan kaum

muslimin. Al Zarkasi dalam kitabnya al Burhan fi ’ulum al Qur`an, dan Ibnu Jahar

dalam ktabnya Fath al Bari menyatakan bahwa penadapat tersebut adalah pendapat yang

benar dan diperpegangi oleh mayoritas `ulama.

Sedangkan Dr. Muhammad Subhi Shalih dalam kitabnya Mabahis fi

`Ulum al Qur`an menolak pendapat tersebut dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Keshahihan sanad yang dijadikan dasar belum cukup menjadi dasar untuk wajib

dipercayai, kecuali jika sanad-sanad tersebut sudah mutawatir.

2. Al Qur`an sendiri tidak pernah menyebutkan tentang adanya tahapan- tahapan

tersebut, kecuali hanya sebagaimana dimaksud pada surah al Furqan ayat 32 tersebut

di atas.24

VII.Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Al Qur`an adalah kalam Allah swt dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan

kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril as. Dan

selanjutnya dari Nabi Muhammad saw disampaikan kepada para sahabat secara

mutawatir. Bagi orang yang membaca Al Qur`an

24
Athaillah, H. i b i d, hal. 127

1
tersebut akan diberikan pahala oleh Allah swt, karena membaca Al Qur`an itu

dianggap sebagai ibadah kepada Allah swt.

2. Al Qur`an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah secara berangsur-

angsur, disamping untuk memperkokoh ketahanan mental atau memperkuat hati Nabi

Muhammad saw, juga dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada para

sahabat untuk menyimak, mempelajari, memahami dan menghafalnya, serta agar

ayat-ayat yang diturunkan sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan

masyarakat.

3. Al Qur`an menempati posisi yang pertama dan utama sebagai sumber hukum Islam,

baru disusul dengan hadis-hadis Nabi saw dan sumber-sumber hukum lainnya yang

merupakan hasil ijtihad atau ar ra`yu seperti ijma`, qiyas, mashlahah mursalah,

istihsan dan lain-lain. Hal itu terjadi, karena ayat-ayat Al Qur`an banyak yang

bersifat umum, global atau kully, kecuali dalam masalah- masalah ibadah dan al

ahwal asy syakhshiyah yang dijelaskan secara rinci/mendetail.

4. Para `ulama sepakat bahwa turunnya Al ur`an kepada Nabi Mauhammad saw adalah

secara berangsur-angsur. Namun mereka berbeda pendapat tentang adanya tahapan-

tahapan turunnya Al Qur`an dari Allah ke Lauh Mahfuzh, dari Lauh Mahfuzh ke

Bait al `Izzah di langit dunia. Dan terakhir dari Bait al

`Izzah kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur.

VI. Penutup

Demikian makalah yang berjudul ”AL QUR`AN SEBAGAI SUMBER

HUKUM ISLAM” ini dapat penulis persembahkan kepada para pembaca yang

1
budiman, semoga bermanfa’at dalam upaya turut memperkaya khazanah

website kita tercinta ini.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Abdul Manan, H. Prof., Dr., S.H., S.IP, M.Hum, Reformasi Hukum Islam di
Indonesia, PT. Raja Grafindo, 2007.
2. A. Djazuli, H. Prof. Ilmu Fiqh, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan
Hukum Islam, Kencana Prenada Media Group, Ed. Rev., 2005
3. A. Hanafie, M.A. Ushul Fiqh, Wijaya, Jakarta, 1981.
4. Athaillah, A.H. Dr, M. Ag Sejarah Al Qur`an, Verifikasi tentang otentisitas Al
Qur`an, Antasari Prees, 2007.
5. Bakry Hasbullah, Drs. Pokok-pokok Ilmu Agama Islam, Siti Syamsiyah, Solo,
1961
6. Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet.II, 1999.
7. Daryanto, S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Apollo, Surabaya, 1997.
8. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, ed.II.1985
9. Hamzah Ya`qub, H. Dr. Pengantar Ilmu Syari`ah (Hukum Islam), CV
Diponegoro, Bandung, 2004.
10. Husnan Budiman, Drs. H. Pengantar Ilmu Fiqih, Usaha Nasional, Surabaya,
1984.
11. Khallaf, Abdul Wahhab, Dr. Sumber-Sumber Hukum Islam, Terjemahan dari
judul asli Mashadir at Tasyri` al-Islami fima la nashsha fihi, Risalah
Bandung, 1984.
12. Mahmud Yunus, Prof. H. Kamus Arab Indonesia,Yayasan Penyelenggara
Penterjemah /Penafsir Al Qur`a, Jakarta, 1973.
13. Muhammad Daud Ali, H., Prof., Dr., S.H., Asas-Asas Hukum Islam,
Rajawali Pers, Jakarta, 1990.
13. Nasruddin Razak, Drs. Dienul Islam, PT Al Ma`arif, Bandung, 1986.

1
14. Saidus Syahar, Drs. S.H.,C.N., Asas-asas Hukum Islam, Alumni,
Bandung, 1983.
Palu, Februari 2013

*Penulis adalah Hakim Madya Utama pada Pengadilan Tinggi Agama Palu

Anda mungkin juga menyukai