Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ISLAM

Pengertian Hukum Islam Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Dasar dan kerangka hukum Islam ditetapkan oleh Allah. Hukum ini mengatur berbagai hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya (Mohammad Daud Ali, 1996: 39). Hukum Islam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam 2.Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah dan kesusilaan atau akhlak Islam. 3.Mempunyai dua istilah kunci yakni: a) syariat, b) fikih Syariat terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad, sedangkan fikih adalah pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syariah; 4.Terdiri dari dua bidang utama yakni: a) ibadat. b) muamalat Ibadat bersifat tertutup karena telah sempurna dan muamalat dalam arti yang luas bersifat terbuka untuk dikembangkan oleh manusia yang memenuhi syarat dari masa ke masa; 5.Strukturnya berlapis, terdiri dari: a) nas atau teks Al-Quran b) sunnah Nabi Muhammad (untuk syariat) c) hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang Al-Quran dan as-Sunnah d) pelaksanaannya dalam praktek, baik berupa keputusan hakim, maupun berupa amalan-amalan umat Islam dalam masyarakat (untuk fikih); 6.Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala; 7.Dapat dibagi menjadi: a) hukum taklifi atau hukum taklif yakni al-ahkam al-khamsah yaitu lima kaidah, lima jenis hukum, lima kategori hukum, lima penggolongan hukum yakni jaiz, sunnat, makruh, wajib, dan haram. b) hukum wadhI yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum (M.D. Ali, 1996: 52-53). c) Selain ciri-ciri di atas, menurut T.M. Hasbi Ash-Shieddieqy dalam bukunya Falsafah Hukum Islam (1975: 156 - 212) sebagaimana dikutip oleh Mohammad Daud Ali (1996: 53), hukum Islam juga mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut: 8.Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat Islam di mana pun mereka berada, tidak terbatas pada umat Islam di suatu tempat atau negara pada suatu masa saja; 9.Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani sertamemelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan. 10.Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat Islam

IBADAH
Asy-Syaikh Dr. Shalih Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

DEFINISI IBADAH
Ibadah ( )secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain : 1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya, 2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi, 3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap. Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macammacam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah berfirman, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. Adz-Dzariyat: 56-58) Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syariat-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syariat-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).

Kalimat Syahadat
Dua Kalimat Syahadat Merupakan Syarat Sah Islam Suatu ketika, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutus Muadz bin Jabal, untuk meng-islam-kan sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat Muadz bin Jabal berangkat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada Muadz : Ajaklah mereka agar mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut (bersyahadat) maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu apabila mereka telah melakukan hal tersebut, maka beritahulah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mensedekahkan harta mereka, yang sedekah tersebut diambil dari orang-orang kaya dari mereka, dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka (HR. Bukhori) Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya bersaksi dengan dua kalimat syahadat adalah syarat sah islam. Sholat dan zakat barulah diperintahkan setelah mereka mau bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Jika mereka tidak mau bersaksi, maka sholat, zakat, dan amalan-amalan lainnya tidak akan diterima oleh Allah Taala. Makna Syahadat Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap sebagai sebuah persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan meyakini kebenaran yang dipersaksikan. [2] Mengucapkan dengan lisannya. [3] Menyampaikan persaksian tersebut kepada yang lain (Mutiara Faedah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa). Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang munafik mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan, namun hati mereka tidak membenarkannya. Allah Taala berfirman (yang artinya): Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami bersaksi bahwasanya engkau benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. (QS. Al Munafiquun: 1) Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa diucapkan. Paman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah orang yang dengan segenap kekuatan, harta benda dan jabatannya telah membantu dakwah Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Kenapa dia rela melakukan hal demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui bahwa sebenarnya ajaran agama yang paling benar adalah agama yang dibawa keponakannya. Namun sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di tenggorokan dia tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan kafir. Kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan seperti itu. Makna Asyhadu alla ilaaha illallah Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Dalam syahadat ini terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain

Allah dan penetapan bahwa sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah hanya Allah. Allah berfirman (yang artinya): Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar. (QS. Al Hajj: 62). Allah juga berfirman (yang artinya): Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan selain Allah dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat. (QS. Al Baqarah:256) Makna Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya aku bersaksi bahwasanya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah berupa syariat dan ia diperintahkan untuk mendakwahkan syariat tersebut (Syarah Arbain an Nawawiyah, Syaikh Al Utsaimin). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya! Tidaklah mendengar kenabianku salah seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun Nasrani, lalu ia meninggal sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali ia akan termasuk penduduk neraka (HR. Muslim) Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus sebagai Hamba Allah. Di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau sebagai seorang Rasul, di sisi lain kita tidak boleh mengagungkan beliau secara berlebihan. Beliau bersabda: Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya. Beliau Shallallahu Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat yang berlebihan, atau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal: menganggap beliau mengetahui perkara yang ghaib, mampu mengabulkan doa, mampu menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain. Syahadat harus diterapkan Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak dan kewajiban yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah haramnya darah dan hartanya. Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk diperangi, ditumpahkan darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat, serta menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun hisab mereka adalah urusan Allah Taala (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah : 1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh ibadah haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib mencintai orang yang bertauhid (menyembah Allah semata) dan membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah). 2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah Orang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka konsekuensinya ia wajib membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah tanpa meragukannya, melakukan apa yang Beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, mendahulukan dan menghormati sabda beliau di atas perkataan selainnya, beribadah kepada Allah sesuai tuntunannya, tidak menambah-nambah ajarannya, serta melahirkan sikap cinta terhadap orang yang taat dengan sunnah beliau dan benci terhadap orang yang mengingkari sunnah beliau. Dan termasuk pula meyakini beliau sebagai penutup para Nabi dan Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau. Keduanya Harus Beriringan Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari dua kalimat syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Quran Allah menggandengkan ketaatan kepada diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya. Diantaranya, Allah berfirman (yang artinya): Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya. (QS. Ali Imran: 32). Juga didalam banyak hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggandengkan ketaatan kepada Allah dengan ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa dua kalimat syahadat haruslah digandengkan. Dari sini, para Ulama menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah seseorang kecuali memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba. Ikhlas adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah seseorang tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah, atau jika ia campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah seseorang akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun Ittiba adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh Allah jika ia beramal ibadah dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah jika mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jadi, keislaman seseorang akan sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima jika telah mengumpulkan kedua hal tersebut. Syahadat Pun Bisa Batal Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia melakukan amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa perkataan, perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Banyak amalan yang bisa membatalkan dua kalimat syhadat sehingga perlu diketahui dan diwaspadai. Perlu pembahasan tersendiri untuk membahas tentang pembatal-pembatal syahadat.

Thaharah (Bersuci)
Definisi/ Arti : Menurut bahasa, thaharah berarti bersih dan suci dari segala kotoran, baik yang nyata seperti najis maupun yang tidak nyata, contohnya aib. Menurut syariat, thaharah artinya: melakukan sesuatu agar diijinkan shalat atau hal-hal lain yang sehukum dengannya, seperti wudlu, mandi wajib, dan menghilangkan najis dari pakaian, tubuh dan tempat shalat. ( QS Al Maaidah:6 ) Dalil naqli: 1. Allah SWT berfirman, Dan pakaianmu bersihkanlah. ( Al Muddatsir: 4 ) 2. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang gemar bertaubat, dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. ( Al Baqarah: 222 ) 3. Bersuci adalah separuh dari iman. ( HR Muslim ) Hikmah Bersuci: 1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah. Fitrah manusia cenderung kepada kebersihan dan membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan. 2. Memelihara kehormatan dan harga diri. Karena manusia suka berhimpun dan duduk bersama. Islam sangat menginginkan, agar orang muslim menjadi manusia terhormat dan punya harga diri di tengah kawan-kawannya. 3. Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan utama yang memelihara manusia dari berbagai penyakit, karena penyakit lebih sering cepat tersebar disebabkan kotoran. Dan membersihkan tubuh, membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan kedua kaki sebagai anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan kotoran, akan membuat tubuh terpelihara dari berbagai penyakit. 4. Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci. Allah menyukai orang-orang yang gemar bertaubat dan bersuci. Thaharah ada dua macam: 1> Bersuci dari najis, dan 2> Bersuci dari hadats. Air yang digunakan untuk bersuci: 1. Air yang turun dari langit, contohnya air hujan, air es, dsb. Dasar hukumnya: Allah turunkan dari langit air yang sangat bersih untuk bersuci. ( QS Al Anfal;11 ). 2. Air yang keluar dari dalam bumi, contohnya air laut, air sumur, air sungai, air dari mata air. Dalil; Karena laut itu sangat suci airnya dan halal bangkainya. ( Hadits Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, NasaI, Ibnu Majah dan Ahmad ) Pembagian/ klasifikasi air: 1. Air suci lagi mensucikan ( Thahir Muthahhir ) adalah Air mutlak, yaitu air yang measih tetap pada sifat keasliannya sebagaiman yang diciptakan Allah swt ( HR Bukhari )

2. Air suci mensucikan tetapi makruh. ( Thahir Muthahhir Makruh ): Air musyammas, yaitu air yang terkena panas matahari. Air ini akan menjadi makruh bila: a. Jika berada di negeri yang sangat panas, b. Jika air itu diletakkan di bejana logam selain logam emas dan perak, seperti besi, tembaga dan logam apapun yang bisa ditempa, c. Jika air itu digunakan pada tubuh manusia atau binatang ( Dari Umar r.a, As Syafii ) 3. Air suci tapi tidak mensucikan ( Thahir Ghoiru Muthahhir ). Adalah air sedikit yang sudah digunakan untuk bersuci yang fardhu. ( Bukhari, Muslim ).

4. Air terkena najis. ( Mutanajjis ), yaitu air yang kemasukan najis. SHALAT
Pelaksanaan shalat
Shalat berjamaah Shalat berjamaah ialah apabila dua orang atau lebih melakukan shalat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka tampil di depan untuk diikuti oleh yang lainnya. Syarat-syarat untuk menjadi imam : 1. Keahlian qiraat/bacaaan shalat. 2. Keahlian dalam pengetahuan agama. 3. Penghayatan, kepribadian dan pengamalan agama. 4. Imam hendaklah meringkas bacaan shalat, kecuali apabila diketahui makmum menghendaki lain. 5. Kesempurnaan shalat hendaklah menjadi perhatian imam, yaitu ikhlas dan khusyu dalam mengerjakan ibadah. Shalat Jumat Shalat jumat ialah shalat fardhu dua rakaat pada hari jumat dan dikerjakan pada waktu dzuhursesudah dua khutbah. Hokum shalat jumat bagi setiap muslim yang mualaf, laki-laki, merdeka, dan bukan musafir. Syarat shalat jumat : 1. Shalat jumat itu diadakan di tempat yang menetap. 2. Dilakukan dengan berjamaah yang tidak kurang dari sepuluh orang laki-laki dari ahli jumat. 3. Dikerjakan pada waktu dzuhur selama dua rakaat. 4. Didahului dengan dua khutbah yang dilakukan dengan cara berdiri dan duduk antara keduanya. Kedudukan khutbah Jumat

Khutbah jumat ialah perkataan yang mengandung mauizhah dan tuntutan ibadah yang diucapkan oleh khatib dengan syarat yang telah ditentukan oleh syara dan menjadi rukun untuk memberikan pengertian para hadirin, menurut rukun dari shalat. Rukun-rukun khutbah Jumat : 1. Memuji Allah pada permulaan dua khutbah 2. Mengucapkan shalawat atas Rasulullah sawdalam dua khutbah itu 3. Membaca syahdatain (dua kalimat syahadat) 4. Berwasiat taqwa, yaitu menganjurkan agar kepada Allah pada tiap-tiap khutbah 5. Membaca ayat Al-Quran barang seayat di salah satu kedua khutbah dan lebih utama di dalam khutbah yang pertama 6. Memohon ampun bagi kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat Shalat sunnat Shalat sunnat ialah shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh setiap muslim untuk memperkaya dan memperdalam amal dan rasa keimanan seseorang di luar daripada shalat-shalat yang difardhukan. Shalat sunnat disebut juga shalat tathawwu. 1. Shalat sunnat Rawatib Shalat sunnat rawatib ialah shalat sunnat yang disyariatkan mengiringi shalat fardhu, yani dilaksanakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Shalat rawatib terbagi menjadi dua yaitu : a. Shalat sunnat Rawatib Muakkad b. Shalat sunnat Rawatib Ghairu Muakkad 2. Shalatullail Shalatullail adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada waktu malam hari. 3. Shalat sunnat Istikharah Shalat sunnat ini dilakukan untuk memohon petunjuk atasb adanya dua pilihan untuk dipilih salah satu yang terbaik. 4. Shalat sunnat Istisqa Shalat istisqa adalah shalat sunnat dua rakaat untuk memohon hujan karena kekeringan sebagai akibat musim kemarau yang panjang dan dilakukan dengan berjamaah di lapangan terbuka. 5. Shalat sunnat Idain Shalat Idain berarti shalat dua Ied yaitu shalat Idul Fitri dan Idul Adha. 6. Shalat sunnat Kusufain Shalat sunnat Kusufain ialah shalat dua gerhana, yaitu karena gerhana bulan (shalat Khusuf) dan gerhana matahari (shalat Kusuf)

7. Shalat sunnat Tahiyyatul Masjid Shalat Tahiyyatul Masjid dilaksanakan oleh seorang muslim secara munfarid apabila yang bersangkutan memasuki masjid dan dilakukan sebanyak dua rakaat. 8. Shalat sunnat Dhuha Shalat Dhuha ialah shalat sunnat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. 9. Shalat sunnat Syukril Wudhu Shalat sunnat Syukril Wudhu dilakukan langsung setelah mengambil wudhu sebanyak dua rakaat untuk memohon sesuatu.

Hikmah Ibadah Shalat


Hikmah ibadah shalat sangat besar bagi kehidupan umat Islam baik dari segi kehidupan pribadi maupun masyarakat. Pelaksanaan shalat itu sendiri telah menunjukkan adanya rasa kepatuhan diri seseorang terhadap Khaliknya serta menunjukkan adanya rasa syukur terhadap segala apa yang dianugerahkan Allah sehingga seorang hamba berhadapan dengan Tuhannya untuk menyampaikan segala puji-pujian yang Maha Agung. Abul Ala Maududi menjelaskan bahwa hikmah ibadah shalat tersebut di antaranya: a. Kesadaran kedudukan sebagai budak. b. Rasa berkewajiban. c. Latihan kepatuhan. d. Menimbulkan rasa kepatuhan kepada Allah. e. Kesadaran akan hukum Allah. f. Praktek kebersamaan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa melalui ibadah shalat tersebut akan menumbuhkan sifat rendah hati karena menyadari bahwa manusia dicimtakan untuk menghambakan diri kepada Allah dengan kewajiban menghambakan diri dan mematuhi kepada hukum-hukum yang datang dari Allah SWT dan jika ibadah shalat itu dilaksanakan secara berjamaah maka akan membawa dampak positif bagi pembinaan persatuan dan kesatuan antara umat Islam itu sendiri serta menumbuhkan rasa kebersamaan di berbagai bidang. Zakiah daradjat menyatakan bahwa Shalat lima waktu merupakan latihan bagi pembinaan disiplin pribadi. Dan jika shalat itu dikerjakan secara berjamaah juga mengandung hikmah: Komunikasi langsung antara anggota masyarakat sehingga selalu menguasai situasi up to date yang sangat diperlukan dalam kehidupan harmonis bermasyarakat, di samping menumbuhkan persaudaraan, persamaan, solideritas, kekeluargaaan dan sebagainya. Dengan demikian dapat dipetik berbagai hikmah yang teramat penting memalui kewajiban beribadah shalat tersebut yaitu unsur yang pertama adalah pembinaan pribadi individu dimana melalui ibadah shalat tersebut akan menumbuhkan diri yang berjiwa disiplin selalu mematuhi hukum dan aturan serta berjiwa optimis terhadap anugerah dan rahmat dari Allah SWT.

ZAKAT
Zakat (Bahasa Arab:

;transliterasi: Zakah) adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan

oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam

Hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia dimana pun

Jenis zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:

Zakat fitrah Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. Zakat maal (harta) Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain: 1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin. 2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT. 3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk 4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat. 5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan 6. Untuk pengembangan potensi ummat 7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam 8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.

PUASA
Pengertian Puasa
Secara bahasa al-shiym, al-shaum, puasa, berarti menahan, al-imsk. Seperti firman Allah yang mengisahkan Maryam: Aku bernadzar puasa kepada Tuhan yang Pemurah(QS. Maryam/19: 26). Al-shau, puasa, di sini berarti menahan bicara, diam.Adapun puasa dalam pengertian terminologi agama adalah menahan diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syaratsyarat tertentu.Sebagian ulama mendefinisikannya sebagai: penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kelamin sepanjang hari disertai niat sebelum fajar selain waktu haid, nifas, dan hari-hari raya. Puasa Ramadhan mulai diwajibkan pada bulan Syaban, tahun kedua Hijriyah. Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya. Hari-hari yang dilarang untuk puasa, yaitu : saat lebaran idul fitri 1 syawal dan idul adha 10 dzulhijjah dan Hari tasyriq : 11, 12, dan 13 zulhijjah. Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah : Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa), Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa), Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah),Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah 3/4 liter beras atau bahan makanan lain)

Puasa Ramadhan : Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan. Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan romadhon kalender hijriah / islam. Puasa ramadhan diakhiri dengan datangnya bulan syawal di mana dirayakan dengan lebaran ied / idul fitri. Puasa Senin Kamis : Puasa senin kamis hukumnya adalah sunah / sunat di mana tidak ada kewajiban dan paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain. Puasa Nazar : Untuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak / hamba sahaya atau memberi makan / pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika mendapatkan suatu nikmat / keberhasilan atau terbebas dari musibah / malapetaka. Puasa nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas nimat dan rizki yang telah diberikan. Puasa Bulan Syaban / Nisfu Syaban: Puasa nisfu syaban adalah puasa yang dilakukan pada awal pertengahan di bulan syaban. Pelaksanaan puasa syaban ini mirip dengan puasa lainnya. Puasa Pertengahan Bulan : Puasa pertengahan bulan adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan sesuai tanggalan hijriah. Pelaksanaan puasa pertengahan bulan mirip dengan puasa lainnya.

Puasa Asyura: Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan muharam / muharram. Pelaksanaan puasa assyura mirip dengan puasa lainnya. Puasa Arafah: Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan zulhijah untuk orang-orang yang tidak menjalankan ibadah pergi haji. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya. Puasa Syawal: Puasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6 hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya.

Tujuan Puasa
Puasa merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia dan disyariatkan dalam Islam. Dan setiap ibadah itu, tentu saja mengandung hikmah dan tujuan. Shalat misalnya, tujuannya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS al-Ankabuut ayat 45). Demikian pula dengan puasa, tujuannya secara tegas dijelaskan dalam Alquran surah Al-Baqarah [2]: 183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah. Yakni, mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhi semua yang dilarang Allah. Berkaitan dengan hal ini, Rasul SAW menegaskan bahwa sesungguhnya puasa itu ada tiga tingkatan. Yakni, puasanya orang awam, puasa khawas, dan puasanya khawasul khawas. Puasanya orang awam (umum) adalah sekadar menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Sedangkan puasanya orang khawas adalah menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor, mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan tangan dan kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Sementara telinganya hanya dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Puasa khawas ini adalah puasanya orang yang alim dan fakih. Adapun puasanya khawasul khawas adalah tidak hanya sekadar menahan makan dan minum serta halhal yang membatalkannya, termasuk menahan seluruh anggota pancaindera, tetapi hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para ulama, inilah jenis puasanya para Nabi dan Rasul Allah. Puasa yang demikian itulah yang akan diberikan oleh Allah secara langsung. ''Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untukKu, dan Akulah yang akan membalasnya.'' (Hadis Qudsi). Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, sebagaimana penjelasan QS Al-Baqarah [2] ayat 183 di atas. Ahli Tafsir terkemuka, Muhammad Ali a-Sabuni mengatakan, ibadah puasa memiliki tujuan yang sangat besar. Pertama, puasa menjadi sarana pendidikan bagi manusia agar tetap bertakwa kepada Allah SWT. Kedua, puasa merupakan media pendidikan bagi jiwa untuk tetap bersabar dan tahan dari segala penderitaan dalam menempuh dan melaksanakan perintah Allah SWT.

Ketiga, puasa menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa kasih saying dan persaudaraan terhadap orang lain, sehingga tumbuh rasa empati untuk menolong sesame yang membutuhkan. Keempat menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT. Selain memiliki tujuan spiritual, juga mengandung manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Misalnya, puasa itu menyehatkan baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual.

Hikmah Puasa
Hikmah puasa terangkum dalam firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 183). Dalam ayat ini, Allah SWT tidak berfirman dengan menggunakan redaksi: Agar kamu sekalian menderita, atau sehat, atau bersahaja (hemat). Akan tetapi Allah SWT berfirman dengan menggunakan redaksi, agar kamu sekalian bertakwa. Dengan demikian, ayat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah SWT menjadikan puasa sebagai ujian ruhani (spiritual) dan moral, dan sebagai media (sarana) untuk mencapai sifat dan derajat orangorang yang bertakwa. Allah SWT menjadikan pula takwa sebagai tujuan utama dari pengalaman ibadah puasa tersebut. Ibnu Masud ra. merumuskan sebuah kaidah dalam memahami ayat Al-Quran yang diawali dengan seruan, Hai orang-orang yang beriman, Jika kalian mendengar atau membaca ayat Al-Quran yang diawali dengan seruan, hai orang-orang yang beriman, maka perhatikanlah dengan saksama, karena setelah seruan itu tidak lain adalah sebuah kebaikan yang Allah perintahkan, atau sebuah keburukan yang Allah larang. Al-Ghazali pun telah menguraikan hikmah puasa ini dalam kitab monumentalnya, Ihya 'Ulum Ad-Din. Ia berkata: Tujuan puasa adalah agar kita berakhlak dengan akhlak Allah SWT, dan meneladani perilaku malaikat dalam hal menahan diri dari hawa nafsu, sesungguhnya malaikat bersih dari hawa nafsu. Manusia adalah makhluk yang memiliki kedudukan (derajat) di atas binatang karena dengan cahaya akal pikirannya ia mampu mengalahkan hawa nafsunya, dan di bawah derajat malaikat karena manusia diliputi hawa nafsu. Manusia diuji dengan melakukan mujahadah terhadap hawa nafsunya. Jika ia terbuai oleh hawa nafsunya, ia jatuh ke dalam derajat yang paling rendah, masuk dalam perilaku binatang. Dan Jika ia dapat menundukkan (mengekang) hawa nafsunya, ia naik ke derajat yang paling tinggi dan masuk dalam tingkatan malaikat. Ibnu Al-Qayim menambahkan hikmah puasa ini dengan menjelaskan secara terperinci: Tujuan puasa adalah mengekang diri dari hawa nafsu dan menundukkannya, mendapatkan kesenangan dan kenikmatan hakiki serta kehidupan yang suci dan abadi, turut merasakan lapar dan dahaga yang teramat sangat agar peka terhadap rasa lapar kaum fakir miskin, mempersempit jalan setan dengan mempersempit jalur makan dan minum, mengontrol kekuatan tubuh yang begitu liar karena pengaruh tabiat sehingga membahayakan kehidupan

dunia dan akhirat, menenangkan masing-masing organ dan setiap kekuatan dari keliarannya, dan menali-kendalinya. Sebab puasa merupakan tali kendali dan perisai bagi orang-orang yang bertakwa serta training (penggemblengan) diri bagi orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selanjutnya, Ibnu Al-Qayim menambahkan penjelasannya tentang rahasia dan tujuan puasa dengan gaya bahasanya yang khas: Puasa memiliki pengaruh dan potensi kekuatan yang luar biasa dalam memelihara anggota badan dari memakan barang yang merusak kesehatan. Puasa memelihara kesehatan jiwa dan raga, dan mengembalikan kepadanya apa yang telah dirampas oleh kekuatan hawa nafsunya. Puasa adalah media yang paling baik untuk membantu mencapai derajat takwa. Syaikh Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi mengatakan, ada beberapa sisi puasa yang dapat mengantarkan manusia meraih gelar muttaqin. Pertama, puasa membiasakan seseorang takut kepada Allah SWT, karena orang yang sedang berpuasa tidak ada yang mengontrol dan melihat kecuali Allah SWT. Kedua, puasa mampu menghancurkan tajamnya syahwat dan mengendalikan nafsu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya nikah itu bisa menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah berpuasa, karena puasa sesungguhnya dapat mengendalikan syahwat. Ketiga, puasa membiasakan seseorang berkasih sayang. Membiasakan untuk selalu berkurban dan bersedekah. Di saat ia melihat orang lain serbakekurangan, tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepadanya. Keempat, puasa membiasakan keteraturan hidup, yaitu orang yang berpuasa akan berbuka pada waktu yang sama, dan tidak ada yang lebih dulu karena kehormatan, harta, atau jabatan, misalnya. Kelima, adanya persamaan antara yang miskin dan kaya, antara penguasa dan biasa, tidak ada perbedaan dalam melaksanakan kewajiban agama. Keenam, puasa dapat menghancurkan sisa-sisa makanan yang mengendap dalam tubuh, terutama pada orang yang mempunyai kebiasaan makan dan sedikit kegiatan. Ketujuh, puasa dapat membersihkan jiwa, karena puasa hakikatnya memutus dominasi syahwat. Syahwat bisa kuat dengan makan dan minum, dan setan selalu datang melalui pintupintu syahwat. Dengan berpuasa, syahwat dapat dipersempit geraknya. Kedelapan, puasa membentuk manusia baru, Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa berpuasa dengan niat mencari pahala dari Allah SWT, maka ia keluar dari bulan Ramadhan sebagaimana bayi yang baru lahir.

IBADAH HAJI
Pelaksanaan Haji
Urutan kegiatan ibadah haji sebagai berikut : Bersuci, mandi, berwudhu di pemondokan. Memakai wangi wangian sebelum berpakaian ihrom. Berpakaian ihrom Sholat sunnat ihrom haji 2 rokaat. Niat ihrom haji dengan mengucapkan : " Aku penuhi panggilan Mu Ya Allah untuk berhaji." atau " Aku niat haji dengan berihrom karena Allah Ta'ala. Berangkat ke Arafah dengan memperbanyak membaca talbiyah Di Arafah Sampai di Arafah menempati kemah masing masing. Menunggu waktu wukuf dengan memperbanyak membaca Al Qur'an, beristighfar, berdzikir. Pada tanggal 9 Zulhijjah siang wukuf di Arafah. dengan mendengarkan khutbah wukuf. Sholat dzuhur dan ashar jama' taqdim Berdo'a, berdzikir, beristighfar, membaca Al Qur'an. Sholat maghrib dan isya jama' taqdim. Berangkat ke Muzdalifah membaca talbiyah . Di Muzdalifah Mabit di Muzdalifah sampai tengah malam. Mencari kerikil di Muzdalifah untuk melontar jumroh sebanyak 7, 49 atau 70 butir. Setelah lewat tengah malam berangkat ke Mina. Di Mina Tanggal 10 Zulhijjah melontar jumroh Aqobah . Menggunting / mencukur rambut. Tahallul awal . Setelah tahallul awal berganti pakaian biasa. Memotong dam tamattu' seekor kambing Tanggal 11 Zulhijjah mabit di Mina dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing masing 7 kali lontaran. Tanggal 12 Zulhijjah mabit di Mina dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing masing 7 kali lontaran. Bagi yang ambil Nafar Awal setelah melontar jumroh langsung harus meninggalkan Mina sebelum maghrib. Tanggal 13 Zulhijjah bagi yang ambil Nafar Tsani mabit dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah masing masing 7 kali lontaran. Setelah melontar jumroh tanggal 13 Zulhijjah meninggalkan Mina. Kembali ke Makkah Di Makkah Memotong dam tamattu' bagi yang belum Thawaf ifadhah dan sa'i Thawaf wada' ketika akan meninggalkan Makkah.

Hikmah Haji
1. Menjadi tetamu Allah- Kaabah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai 'Rumah Allah'. Walau bagaimana pun haruslah difahami bahawa bukanlah Allah itu bertempat atau tinggal disitu. Sesungguhnya Allah itu ada dimana mana. Ia dikatakan sebagai 'Rumah Allah' kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s. oleh yang demikian orang yang mengerjakan haji adalah merupakan tetamu istimewa Allah. Dan sudah menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat layanan yang istimewa dari tuan rumah. Rasulullah bersabda: "Orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya nescaya diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun nescaya diterima-Nya doa mereka. Dan jika mereka meminta syafaat nescaya mereka diberi syafaat." (Ibnu Majah) 2. Mendapat tarbiah langsung daripada Allah - Di kalangan mereka yang pernah mengerjakan haji, mereka mengatakan bahawa Ibadah Haji adalah kemuncak ujian daripada Allah s.w.t. Ini disebabkan jumlah orang yang sama-sama mengerjakan ibadah tersebut adalah terlalu ramai hingga menjangkau angka jutaan orang. Rasulullah bersabda: "Bahwa Allah Azza wa jalla telah menjanjikan akan 'Rumah' ini, akan berhaji kepadanya tiap-tiap tahun enam ratus ribu. Jika kurang nescaya dicukupkan mereka oleh Allah dari para malaikat." Sabda Rasulullah laga, "Dari umrah pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa yang terjadi diantara keduanya,sedangkan haji yang mabrur (haji yang terima) itu tidak ada balasannya kecuali syurga." (Bukhari dan Muslim) 3. Membersihkan dosa - Mengerjakan Ibadah Haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat dalam mengerjakan ibadah haji itu merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa dan bertaubat. Malah ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan sempurna tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut ibunya." (Bukhari Muslim) 4. Memperteguhkan iman - Ibadah Haji secara tidak langsung telah menghimpunkan manusia Islam dari seluruh pelusuk dunia. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa pertuturan. Hal ini membuka pandangan dan fikiran tentang kebenaran Al-Quran yang diterangkan semua dengan jelas dan nyata. Firman -Nya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal." (Al-Hujurat 13) "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu." (Ar-Rumm 22) 5. Iktibar daripada peristiwa orang-orang soleh - Tanah suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan peristiwa-peristiwa bersejarah. Diantaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para sahabat Rasulullah,para tabiin, tabiut tabiin dan salafus soleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa tersebut boleh diambil iktibar atau pengajaran untuk membangun jiwa seseorang. Rasulullah bersabda: "Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang dilangit, jika kamu mengikut sahabat-sahabatku niscaya kamu akan mendapat petunjuk." Di antara peristiwa yang terjadi ialah:

Pertemuan di antara Nabi Adam a.s. dengan Siti Hawa di Padang Arafah. Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan di tengah padang pasir yg kering kontang di antara Bukit Safa dan Marwah. Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. menyembelih Nabi Ismail sebagi menurut perintah Allah. Nabi Ismail a.s. dan Nabi Ibrahim mendirikan Kaabah. Lahirnya seorang anak yatim yang miskin dan serba kekurangan. Tidak tahu membaca dan menulis tetapi mempunyai akhlak yang terpuji hingga mendapat gelaran 'Al-Amin. Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang kepada kegigihan Rasulullah dan para sahabat menegakkan agama Allah. 6. Merasa bayangan Padang Mahsyar - Bagi orang yang belum mengerjakan haji tentunya belum pernah melihat dan mengikuti perhimpunan ratusan ribu manusia yang berkeadaan sama tiada beza. Itu semua dapat dirasai ketika mengerjakan haji. Perhimpunan di Padang Arafah menghilangkan status dan perbezaan hidup manusia sehingga tidak dapat kenal siapa kaya, hartawan, rakyat biasa, raja atau sebagainya. Semua mereka sama dengan memakai pakaian seledang kain putih tanpa jahit. Firman Allah s.w.t: "Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah siapa yang paling taqwa." (Al-Hujurat-13) 7. Syiar perpaduan umat Islam - Ibadah Haji adalah merupakan syiar perpaduan umat Islam. Ini kerana mereka yang pergi ke Tanah Suci Makkah itu hanya mempunyai satu tujuan dan matlamat iaitu menunaikan perintah Allah atau kewajipan Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut mereka melakukan perbuatan yang sama,memakai pakaian yang sama, mengikut tertib yang sama malah boleh dikatakan semuanya sama. Ini menggambarkan perpaduan dan satu hati umat Islam. Dan gambaran inilah yang semestinya diamalkan dalam kehidupan seharian umat Islam apabila mereka kembali ke negara asal masing-masing. Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah syariatkan bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara hikmah ibadah haji ini adalah. 1. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Taala dan menghadapkan hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya. 2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa dan Balasan Jannah Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Kabah, kemudian menunaikan haji atau umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Taala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Taala mengampuni dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan oleh setiap mumin dan muminah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.

SUMBER:

http://www.scribd.com/doc/67684322/Pengertian-Hukum-Islam
http://kaahil.wordpress.com/2012/08/25/lengkap-definisi-makna-pengertianarti-ibadah-yang-benardalam-islam-definisi-ibadah-menurut-syaikhul-islam-ibnu-taimiyyah-macam-macam-ibadah-syaratsyarat-diterimanya-ibadah-pilar-pilar/ http://buletin.muslim.or.id/aqidah/makna-dua-kalimat-syahadat

http://triswan.wordpress.com/2012/06/11/609/
http://alifatulazizah.blogspot.com/2012/01/shalat-pelaksanaan-dan-hikmahnya.html http://sujarwohart.wordpress.com/2010/01/31/ibadah-shalat-hikmah-dan-fungsinya-bagi-umat-islam/ http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat http://cuyacuza.wordpress.com/2010/03/19/pengertian-puasa/ http://ramadhan.republika.co.id/berita/ramadhan/shaum-ala-rasulullah-saw/12/07/29/m7w2ro-inilahtujuan-dan-keutamaan-puasa http://www.spirithaji.com/haji/1094-pelaksanaan-haji-.html http://haji.okezone.com/read/2011/12/12/398/541439/hikmah-ibadah-haji

TUGAS KELOMPOK PAI

Disusun Oleh: Yasier Fadilah Mia Kamila. N Yeni Hasnah Vina Serviana

KELOMPOK 5

Jl. Pramuka No. 67 Kuningan, Telp (0232) 871982

Anda mungkin juga menyukai