Anda di halaman 1dari 3

AQIDAH

1. Pengertian
Kata Aqidah sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘aqada – ya’qidu –
‘aqidan – ‘aqidatan. Kata ‘aqada sendiri memiliki arti simpul, ikatan, perjanjian, kuat, dan
kokoh.1 Dari kata Aqidah sendiri itu pun lalu berubah pemaknaannya menjadi keyakinan, yang
dimana keyakinan itu terikat didalam hati serta dan terdapat perjanjian.2 dapat mencakup semua
yang mempunyai hubungan dengan ajaraan-ajaran keagamaan, seperti keilmuan, keyakinan,
ataupun perilaku.
Dalam Islam sendiri, Aqidah berperan sebagai pondasi sebagai pembangun keyakinan
dari seseorang terhadap Allah sebagai Tuhan yang disembah, dan sebagai pengukuh keyakinan
dalam menjalankan ibadah-ibadah. Maka dari itu, setiap rasul memiliki tugas dalam
menyampaikan dakwah adalah konsep keyakinan dari ketuhanan ini. Seperti yang disampaikan
Allah SWT dalam surah An-Nahl: 36 yang berbunyi:

Artinya: ”Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul)”.(Q.S. an-Nahl:36)
Di dalam Aqidah sendiri memiliki 2 dasar yang pokok, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
a. Al-Qur’an
Seperti yang kita ketahui, Allah telah menuangkan firman-firmannya melalui Al-Qur’an.
Banyak dari surah-surah yang ada didalam Al-Qur’an yang berisi tauhid yang bertujuan untuk
memperkokoh Aqidah dari pembaca Al-Qur’an seperti dari surah Al-Ikhlas yang artinya:
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada suatu apapun yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlas:1-4)
Dan juga masih banyak lagi surah-surah yang menjelaskan tentang Aqidah lainnya.
b. Al-Hadits

1
Munawir, Kamus Al Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), hlm. 1023.
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: LPPI.UMY, 1992), hlm. 1.
Hadits sendiri adalah ucapan, kegiatan, dan hal-hal lain yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Islam sendiri telah sepakat bahwa Hadits merupakan sumber dari hukum
Islam kedua setelah Al-Qur’an, entah itu sumber hukum dalam Aqidah ataupun dalam persoalan
hidup. Ini disebabkan karena semua yang diberikan kepada Nabi, terutama Nabi Muhammad
SAW, adalah wahyu dari Allah dan bukan hanya sebatas diikuti hawa nafsu saja. Dalam Hadits
juga ada yang menjelaskan tentang Aqidah seperti yang dibawah ini:

Artinya: Dari Abu Hurairah Ra. berkata; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu
hari bersama dengan para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam yang kemudian
bertanya: “Apakah iman itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Iman adalah
kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan kamu beriman kepada Hari Berbangkit”. (H.R. Bukhari)

Artinya: Ibnu Numair berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka
ia masuk neraka.” Dan aku berkata, “Saya dan orang yang meninggal dengan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu pun (niscaya) masuk surga” (HR. Muslim).

Dari kedua Hadits ini, bisa kita lihat bahwa keduanya tidak jauh berbeda denga napa
yang dijelaskan di Al-Qur’an yang ada kaitannya dengan Aqidah, yang juga bisa memperkuat
bahwa AL-Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.

SYARIAH
Syariah sering kita sebut sebagai hukum dari agama Islam. Secara terminologinya,
Syariah berarti hukum-hukum Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang ditujukan kepada
umat manusia. Syariah sendiri memuat ketetapan-ketetapan Allah SWT dan Rasul-Rasul-
Nya, yang berupa larangan, seruhan, dan berbagai aspek hidup dan kehidupan manusia.3 Dalam
Al-Qur’an, ada banyak pengertian dari Syariah. Seperti;

Menurut Hanafi, pengertian Syariah adalah hukum yang diciptakan oleh Tuhan kepada para
hamba-Nya melalui seorang Nabi.
Menurut Zuhdi, Syariah adalah hukum hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-nya
untuk para hamba-Nya agar mentaati hukum-hukum itu.
Menurut Asshiddiqi, Syariah adalah nama untuk hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh
Allah, yang disampaikan melalui Rasul-Rasul untuk para hamba-Nya.
Didalam Al-Qur’an sendiri dijelaskan mengenai hukum-hukum Syariah. Berikut adalah
dalil-dalilnya.

Artinya: “Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak
sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.” (QS Yunus; 36)

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging hewan)
yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih. (Diharamkan
pula) apa yang disembelih untuk berhala. (Demikian pula) mengundi nasib dengan azlām (anak
panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
untuk (mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa yang
terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Maidah:3)

3
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum
Islam Di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), 41

Anda mungkin juga menyukai