DISUSUN OLEH :
2. TA’ASHSHUB ( fanatic )
Yaitu fanatik kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekali
pun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekali pun hal itu benar.
3. TAQLID BUTA
Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa mengetahui
dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya. Sebagaimana yang terjadi
pada golongan-golongan seperti Mu’tazilah, Jahmiyah dan lainnya. Mereka bertaqlid
kepada orang-orang sebelum mereka dari para imam sesat, sehingga mereka juga sesat,
jauh dari aqidah shahihah.
4. GHULUW (BERLEBIHAN)
Yaitu berlebihan dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat
mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga meyakini pada diri mereka sesuatu
yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan
kemanfaatan maupun menolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu sebagai
perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan
para wali tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka bertaqarrub kepada kuburan
para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, do’a, istighatsah dan meminta pertolongan.
5. GHAFLAH
Yaitu lalai terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-
ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam KitabNya (ayat-
ayat Qur’aniyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi
dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi
manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan
seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.
Islamofobia adalah pandangan dan sikap yang mengandung prasangka, ketakutan, dan
kebencian terhadap Islam dan orang-orang Islam. Istilah ini sudah lama berkembang
awalnya di Barat dan dalam era mutakhir menguat menjadi pandangan global setelah
tragedi serangan teroris 11 September 2001.
Islamofobia merupakan pandangan anti Islam, baik yang dilakukan secara terbuka maupun
tersembunyi. Apa yang terjadi di Denmark, Norwegia, Swedia, dan Prancis dalam kurun
terakhir dengan kampanye terbuka anti Islam, Nabi Muhammad, imigran Muslim, dan
atribut keislaman lainnya merupakan Islamofobia yang makin terbuka.
Penganut Islamofobia dalam teori maupun praktik tidak otomatis mereka yang beragama
non Islam, agnotis atau alergi terhadap Islam bahkan ateis, boleh jadi dilakukan pula oleh
mereka yang beragama Islam. Derya Iner (2018) melakukan kajian bahwa Islamofobia
dapat ditemukan di dalam isu dan pandangan radikalisme sehingga menyebabkan
penaksiran berlebihan terhadap terorisme Islam yang kemudian menempatkan Muslim
secara umum di bawah kategori yang dicurigai.