Anda di halaman 1dari 3

Nama: Afifah Afzhalurrahmah

NIM: 4101422139

Kelas: Rbl-20U00001

Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen: Dr. Agus Yulianto, M. Si.

Ringkasan Materi Aqidah

1. Pengertian
Secara etimologis, aqidah berarti berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqidatan. Aqdan
berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti
keyakinan. Relevansi antara arti kata '‘aqdan dan '‘aqidah berarti keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
2. Ruang Lingkup Aqidah
a. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah suatu keniscayaan. Inti dari iman kepada Allah Swt.
Adalah tauhid: mengesakan Allah baik dalam zat, sifat dan af’al Nya. Disamping
itu Allah memiliki al-asma’ al-husna dan ash-shifah, nama-nama dansifat-sifat-
Nya sebanyak 99 (Sembilan puluh sembilan) macam, dan semua ini menunjukkan
kemahasempurnaan-Nya.
b. Iman Kepada Malaikat
Iman kepada malaikat termasuk salah satu perkara beriman kepada yang ghaib.
Untuk mengetahui dan mengimani makhluk yang ghaib ini ditempuh dua cara:
1) Melalui berita atau akhbar dari Rasulullah baik berupa wahyu Alquran
maupun sunnah;
2) Melalui bukti-bukti nyata di alam semesta, seperti kematian adalah bukti nyata
bahwa malaikat maut itu ada.
c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Al-Kitab atau kitab Allah adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada
para nabi dan rasul, meliputi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
Maupun kitab-kitab yang diturunkan pada para nabi dan rasul sebelumnya. Kitab-
kitab yang patut diimani keberadaannya adalah kitab Alquran sendiri (Q.S. Al-
Baqarah: 2), Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. (Q.S. Al-Maidah:
27), Kitab Taurat yang diturunkan yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. (Q.S.
Al-Maidah: 44) dan kitab Zabur yang turun kepada Nabi Daud a.s. (Q.S. An-Nisa:
163). Di samping kitab-kitab di atas, dikenal juga dua buah shuhuf, yaitu shuhuf
Nabi Ibrahim a.s., dan shuhuf Nabi Musa a.s. (Q.S. Al-A’la: 18-19). Shuhuf ini
hanya berbentuk lembaran-lembaran.
d. Iman Kepada Nabi dan Rasul
Pada hakekatnya nabi dan rasul adalah manusia biasa seperti umumnya. Yang
membedakannya adalah karena ia menerima wahyu dari Allah (Q.S. Al-Kahfi:
110). Apabila ia tidak dibebani kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu maka
disebut Nabi. Jika ia diikuti dengan tanggung jawab menyampaikan wahyu maka
ia disebut Rasul. Jadi Nabi belum tentu rasul, sedangkan rasul sudah pasti nabi.
Umat Islam yang hidup di zaman ini tentu wajib mengimani Rasulullah
Muhammad saw., sebagai rasul terakhir. Dia adalah utusan Allah untuk
menyempurnakan risalah-risalah yang pernah disampaikan oleh rasul-rasul
terdahulu. Risalah penyempurna itu adalah Islam (Q.S. AlMaidah: 3). Maka hanya
Islamlah yang akan diterima sebagai agama yang diridhai di sisi Allah (Q.S. Ali-
Imran: 19). Oleh karena itu kecintaan dan ketaatan kepadanya harus ditunjukkan
bagi siapa saja yang ingin selamat di dunia dan akhirat (Q.S. Ali-Imran: 31, Al-
Ahzab: 21).
e. Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah kehidupan kekal dan abadi setelah kehidupan dunia yang fana
ini. Alquran menyebut hari akhir dengan berbagai sebutan; yaumul qiyamah,
berakhirnya seluruh kehidupan; Yaumul Ba’ats, kebangkitan seluruh umat
manusia dari alam kubur; Yaumul Hasyr, hari dikumpulkannya umat manusia
dipadang Mahsyar; Yaumul Hisab atau Yaumul Mizan, hari perhitungan seluruh
amal manusia selama hidup didunia; Yaumud din, hari pembalasan bagi seluruh
amal manusia dengan syurga dan neraka dan masih banyak lagi sebutan untuk hari
akhir ini.
f. Iman kepada Qadha dan Qadar Allah
Iman kepada Qhada dan Qadar Allah berarti meyakini akah kehendak, ketetapan
dan ketentuan Allah terhadap segala sesuatu. Allah Swt. berkuasa untuk
menentukan ukuran, susunan, aturan, undang-undang terhadap segala sesuatu,
termasuk hukum kausalitas yang berlaku bagi segala yang ada baik yang hidup
maupun yang mati.
Iman kepada qhada dan qadar meliputi empat hal:
1) Al-Ilmu; Keyakinan bahwa Allah Swt. Maha Mengatahui atas segala sesuatu;
2) Al-Kitabah; keyakinan bahwa Allah Swt. Telah menuliskan segala sesuatu di
Lauh Mahfudz;
3) Al-Masyi’ah; keyakinan bahwa Allah Swt. Memiliki kehendak penuh atas
segala sesuatu yang ada di alam semesta;
4) Al-Khalq; Keyakinan bahwa Allah Swt. Telah menciptakan segala sesuatu.
3. Tujuan Aqidah
a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah adalah
Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan hanya kepada-Nya;
b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya
aqidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan
adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat;
c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan memperkuat
hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia menjadi orang yang
tegar menghadapi segala persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai cobaan;
d. Meluruskan tujuan dan perbuatan yang menyimpang dalam beribadah kepada
Allah serta berhubungan dengan orang lain berdasarkan ajaran al-Qur’an dan
tuntunan Rasulullah saw;
e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan
kesempatan yang baik untuk beramal baik. Sebab setiap amal baik pasti ada
balasannya. begitu sebaliknya, setiap amal buruk pasti juga ada balasannya.
4. Contoh Aqidah dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya;
b. Berpegang Teguh kepada Al Quran dan hadits Nabi SAW;
c. Menjauhkan diri dari semua perbuatan syirik;
d. Meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah SWT dengan sholat berjamaah;
e. Berserah diri dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai