Anda di halaman 1dari 18

Ajaran Islam yang pertama: Aqidah

Aqidah secara harfiah yaitu ikatan. Ini berarti, orang yang beraqidah itu adalah orang
yang terikat kepada nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sedangkan
ucapan dua kalimat syahadat merupakan pengikatnya.

Aqidah juga disebut dengan iman yang secara harfiah artinya percaya, orangnya
disebut dengan mukmin. Ini berarti, mukmin adalah orang yang percaya kepada Allah
sebagai Tuhan dan Muhammad ‫ ﷺ‬.

Sebagai Rasulullah, sekaligus memiliki kepercayaan-kepercayaan yang benar sesuai


dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Ajaran Islam yang kedua: Syari’ah


Syari’ah berasal dari kata syaari’ yang artinya jalan. Hidup ini sering kali disebut dengan
perjalanan, dan dalam perjalanan tentu saja banyak peraturan yang harus kita taati. Ini
berarti dalam perjalanan hidup, manusia harus menempuhnya dengan sejumlah
peraturan.

Oleh karena itu, Allah SWT mengatur seuruh aspek kehidupan, dan seorang muslim
harus memilihnya dengan hati yang senang agar ia betul-betul pantas sebagai orang
yang beriman.

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah
dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka
tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh,
dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 36)

Ajaran Islam yang ketiga: Akhlak


Akhlak merupakan jamak dari kata khuluq yang artinya perbuatan, tingkah laku atau
budi pekerti. Maka, akhlak merupakan penilaian Allah dan Rasul-Nya terhadap
perbuatan manusia yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Idealnya, setiap muslim
memiliki akhlak yang mulia.

Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬. Sebagai teladan bagi setiap
muslim. Allah SWT berfirman :

laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatul limang kaana yarjulloha wal-yaumal-
aakhiro wa zakarollaaha kasiiroo
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21). [
Iman kepada malailat

Beriman kepada Malaikat mencakup 4 hal:

1. Beriman kepada keberadaan mereka

2. Beriman kepada mereka yang kita ketahui nama-namanya dan terhadap

mereka yang tidak diketahui nama-namanya, kita beriman kepada mereka

secara global.

3. Beriman kepda apa yang kita ketahui sifat-sifatnya.

4. Beriman kepada apa yang ditugaskan Allah epada mereka, seperti bertasbih,

dan beribadah kepadaNya siang malam tanpa lelah dan jenuh.

Beriman kepada Malaikat merupakan salah satu rukun iman, Allah SWT

berfirman:

“ Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari

Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman

kepada Allah, Malaikat-Malaikat Nya, kitab-kitabNya (al Baqarah: 285)”

5. Memuliakan keseluruhan malaikat sebagai makhluk Allah yang suci dan ta’at,

jangan seperti Bani Israil yang memusuhi malaikat Jibril karena mnuduhnya

telah alah menyampai wahyu, QS. Al Baqarah:97-98.

6. Menjalin hubungan dengan malaikat melalui iman dan amal saleh yang kita

usahakan. Para malaikat akan berseru kepada kita dengan penuh hormat

ketika kita meninggal dunia, QS. An Nahl : 32. “ (yaitu) orang-orang yang

diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan

kepada mereka : “Salamun ‘alaikum, (sejahteralah kamu) masuklah kamu ke

dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.


A. Sifat-Sifat Malaikat

Adapun sifat-sifat Malaikat yaitu:

1. Diciptakan dari cahaya

2. Bergerak secepat kilat

3. Makhluk yang mulia

4. Dapat berubah wujud

5. Senantiasa takut pada Allah

6. Berukuran besar

7. Memiliki sayap

8. Berjumlah banyak

Dengan senantiasa mengingat keberadaan malaikat maka kita akan istiqomah

(tetap pendirian) dalam mengikuti dan memperjuangkan kebenaran, karena kita tidak

sendiri tetapi bersama dengan malaaikat. Maka kita tidak akan cepat patah semangat,

bahkan sekuat apapun musuh kita maka kita tetap akan menghadapinya, pantang

mundur apalagi menyerah. Keberanian dan keperkasaan ini didapatkan dengan

senantiasa mengingat keberadaan malaikat bersama kita.

Tidak hanya keberanian dan keperkasaan, tetapi kita juga akan mendapatkan

ketenangan dan kesabaran, meskipun berada dalam perang yang dahsyat dan besar

sekalipun, karena ketika itu malaikat akan datang untuk menyampaikan khabar

gembira seperti yang terdapat dalam QS. Fushshilat: 30-32.

B. Pengaruh Beriman Kepada Malaikat


Beriman Kepada Malaikat memiliki pengaruh yang agung dalam kehidupan setiap

mukmin, diantaranya adalah:

1. Mengetahui keagungan, kekuatan serta kesempurnaan kekuasaan Allah SWT

2. Dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebagai makhluk

Allah SWT yang paling sempurna, kita mestinya malu kepada Allah SWT jika tidak

patuh menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

3. Meneladani sifat disiplin dan ikhlas dari malaikat dalam melaksanakan perintah Allah

SWT. Sifat luhur tersebut bisa dijadikan contoh dalam rangka beribadah kepada Allah

SWT.

4. Senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat mengingat setiap

perbuatan manusia dicatat oleh malaikat.

5. Mengetahui keagungan, kebesaran, dan kekuatan Allah SWT. Oleh karena itu, kita

semakin tunduk dan patuh kepada-Nya.

6. Mengenal kasih sayang dan penjagaan Allah SWT terhadap hamba-Nya. Dengan

demikian, menambah rasa syukur kepada-Nya.

Tenang dan tidak merasa tersaing di bumi, mengingat malaikat selalu bersama dan menjaga kita.

Beriman Kepada Kitab Allah SWT mencakup tiga perkara :

1. Beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan oleh Allah SWT

2. Beriman kepada apa yang telah Allah namakan dari kitab-kitab Nya

3. Mempercayai berita-berita yang benar dari kitab-kitab tersebut

sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita al-Quran


Kitab-kitab Allah yang wajib kita imani ada empat, yaitu :

1. Kitab taurat, diturunkan kepada Nabi Musa As sebagai pedoman dan petunjuk

bagi Bani Israil. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :

Artinya :

“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu

petunjuk bagi Bani Israel (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong

selain Aku,” (QS. Al-Israa’ : 2)

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As. di bukit Tursina (Mesir)

sekitar abad 12 Sebelum Masehi dalam bahasa tulisan orang Yahudi dan orang yang

berpegang teguh kepadanya disebut kaum Yahudi.

Pokok ajaran kitab Taurat berisi tentang Aqidah (Tauhid) dan hukum-

hukum syari’at yang dikenal dengan istilah The Ten Commandements (Sepuluh

Perintah Tuhan), yaitu :

1) Kewajiban meyakini keesaan Allah SWT

2) Larangan menyembah berhala/patung

3) Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia

4) Perintah mensucikan hari Sabtu (Sabat)

5) Kewajiban menghormati kedua orang tua


6) Larangan membunuh sesama manusia

7) Larangan berbuat zina

8) Larangan mencuri

9) Larangan menjadi saksi palsu

10) Larangan mengambil hak orang lain.

2. Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud As untuk disampaikan dan dijadikan

sebagai pedoman hidup bagi umat Yahudi. Firman Allah :

Artinya :

“.... dan Kami berikan Zabur kepada Nabi Daud” (QS> Al-Israa’ : 55)

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud As. di Yerussalem (Israel) sekitar abad

10 Sebelum Masehi dalam bahasa tulisan Nabi Dawud sendiri yaitu bahasa Qibty.

Pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang dzikir, nasehat dan hikmah tidak memuat

hukum-hukum syari’at. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani kitab Zabur

sekarang terdapat dalam kitab perjanjian lama (mazmur) dan terdiri atas 150 pasal.

Kitab Zabur merupakan petunjuk bagi umar Nabi Dawud As. agar bertauhid kepada

Allah SWT.

Kandungan kitab Zabur:

a) Do’a

b) Dzikir
c) Nasihat

d) Hikmah

e) Menyeru kepada ketauhidan

f) Tidak berisi syari’at.

3. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa As sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani

Israil. Allah berfirman :

Artinya :
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-
Maidah : 46)
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa As. di Yerussalem (Israel) sekitar abad I
Masehi dalam bahasa dan tulisan Ibrani dan orang yang berpegang teguh kepadanya
disebut kaum Nasrani Pokok ajaran kitab Injil sama dengan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya tetapi sebagian menghapus hukum-hukum yang terdapat
dalam kitab Taurat yang tidak sesuai dengan zaman itu. Sehingga kitab Injil yang asli
tidak diketahui lagi keberadaanya.
Kandungan kitab Injil:
a) Seruan tauhid kepada Allah SWT.
b) Ajaran hidup zuhud dan menjauhi kerusakan terhadap dunia.
c) Merevisi sebagian hukum Taurat yang sudah tidak sesuai.
d) Berita tentang akan datangnya Nabi akhir zaman bernama Ahmad atau
Muhammad.

4. Kitab Al-Qur’an, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, untuk dijadikan

petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, bukan hanya bangsa Arab. Allah

berfirman :

Artinya :

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab,

agar kamu memahaminya.” (Qs. Yusuf : 2)

 Kitab Suci Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. di Makkah

dan Madinah (Arab Saudi) pada abad VI Masehi dalam bahasa dan tulisan bangsa

Arab suku Quraisy. Pokok ajaran kitab Suci Al Qur’an berisi tentang aqidah

(Tauhid), hukum-hukum syari’at dan muamalat, sebagian isinya menghapus hukum-

hukum syari’at yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu dan melengkapinya dengan

hukum-hukum syari’at yang sesuai dengan perkembangan zaman.

A. Perilaku orang yang beriman kepada Kitab-kitab Allah Swt.

Perilaku orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt adalah sebagai berikut :

1. Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memiliki
kedudukan di atas segala kitab yang lain.
2. Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang
meremehkannya.
3. Mau mempelajari dengan sungguh-sungguh petunjuk yang ada di dalam, baik dengan
membaca sendiri maupun menghadiri majlis taklim.
4. Berusaha untuk mengamalkan petunjuk-petunjuknya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
5. Berusaha untuk menyebarluaskan petunjuk-petunjuknya kepada orang lain, baik di
lingkungan keluarga sendiri maupun masyarakat
6. Berusaha untuk memperbaiki bacaannya dengan mempelajari ilmu tajwid.
7. Tunduk kepada hukum yang ada di dalam kitab suci dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.

B. Cara beriman kepada Kitab-Kitab Allah


Beriman kepada kitab-kitab Allah ada dua cara, yaitu :

1. Beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an

a. Meyakini bahwa kitab-kitab itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan para
rasul
b. Meyakini kebenaran isinya

2. Beriman kepada Al-Qur’an


a. Meyakini bahwa Al-Qur’an itu benar-benar wahyu Allah bukan karangan Nabi
Muhammad Saw
b. Meyakini bahwa isi Al-Qur’an dijamin kebenarannya, tanpa ada keraguan
sedikitpun
c. Mempelajari, memahami, dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an
d. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Perbedaan cara beriman kepada kitab-kitab Allah selain Al-Qur’an dan kepada Al-
Qur’an sendiri disebabkan :
1. Masa berlakunya kitab-kitab sebelum Al-Qur’an sudah selesai
2. Kitab-kitab sebelum Al-Qur’an terlalu terbatas pada satu umat saja
3. Kandungan pokok dari kitab-kitab sebelum Al-Quran telah termuat dalam Al-Qur’an.

Hikmah Beriman Kepada Allah


Berikut ini terdapat beberapa hikmah beriman kepada Allah SWT,
yakni sebagai berikut:

 Menambah Kepercayaan
Kita mengerti bahwa Allah SWT yang menciptakan semua objek dan
mencipta kita yang masih hidup hingga sekarang. Jadi kita patut
bertambah percaya dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberi kita karunianya.

 Menambah Ketaatan
Dengan beriman kepada Allah bisa membuat pola untuk taat
melaksanakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya
sehingga hati kita tentu selalu ingat kepada Allah SWT.

 Menentramkan Hati
Dalam Q.S Ar-Ra’ad:28, diuraikan bahwa orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT.

 Bisa Menyelamatkan di Dunia dan Akhirat


Dalam Q.S Al-Mu’minun:44, Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami
berturut-turut. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat,
mereka mendustakannya, maka Kami silih gantikan sebagian mereka
dengan sebagian yang lain (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan
mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka binasalah bagi kaum yang
tidak beriman.

 Menghadirkan Keuntungan dan Kebahagiaan


Hidup
Manusia yang beriman kepada Allah SWT., hati mereka menjadi
damai, hidup niscaya akan lebih bahagia dan persoalan menjadi lebih
ringan dituntaskan karena Allah SWT akan menolongnya.

Rukun Iman Kepada Allah


Berikut ini adalah beberapa rukun iman kepada Allah yaitu

1. Iman kepada Allah.


2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah.
5. Iman kepada hari kiamat.
6. Iman kepada qada dan qadar.

Tingkatan Mengimani Allah


Tingkatan mengimani Allah (tauhid) yaitu ada lima tingkatan, yaitu :

1. Taqlit
Taqlit secara umum adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa
mengetahui sumber atau alasannya. Namun untuk kasus Iman
Kepada Allah ialah taqlit atau mengikuti orang tua, karena saat kita
masih belum bisa menemukan dasar atau ilmu dalam Iman Kepada
Allah alangkah lebih baiknya jika kita mengikuti orang tua kita yang
sudah paham soal Iman Kepada Allah, dan itu sebagai cara agar kita
juga bisa belajar tentang Ilmu Agama lainnya yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad.

2. Ilmu yang dimiliki


Ilmu yang kita miliki berguna untuk menemukan bukti yang dapat
meyakinkan kita tentang iman kepada Allah, tentang keberadaan
Allah contohnya, dan semua yang dapat meyakinkan kita tentang
iman kepada Allah. Namun ada satu lagi bukti tentang ilmu yang kita
miliki dan yang Allah miliki, yaitu sepintar apapun kita, sejenius
apapun kita pasti ada sebagian hal yang tidak kita ketahui, namun
berbeda dengan Allah, seperti dalam firman-Nya

ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬


‫ض َوهللاُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ِ ‫َوهللاُ َي ْعلَ ُم َما فِى ال َّس َم َو‬
“Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

3. Selalu diawasi oleh Allah


Bila kita tidak bisa menerapkan keyakinan bahwa Allah sedang
melihat kita, maka kita akan menjadi hamba yang lupa akan
pengawasan Allah, karena kita mengira bahwa Allah tidak mengetahui
apa yang kita kerjakan.Seperti saat kita sedang berbohong atau
berdusta, itu kita lakuakan karena kita tidak memiliki keyakinan
bahwa Allah sedang melihat apa yang kita lakukan, dan pada
umumnya, orang yang telah melakuakan kebohongan maka ada
kecenderungan untuk melakukannya lagi, lagi, dan lagi.
Mungkin bagi yang melakukan kebohongan atau dusta, baik itu yang
kecil atau besar, lupa bahwa Allah sedang mengawasi kita, seperti
yang tertulis dalam firman-Nya.
َ‫َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْستَتِرُوْ نَ َأ ْن يَ ْشهَ َد َعلَ ْي ُك ْم َس ْم ُع ُك ْم َواَل ُجلُو ُد ُك ْم َولَ ِك ْن ظَنَ ْنتُ ْم َأ َّن هللاَ اَل يَ ْعلَ ُم َكثِ ْيرًا ِم َّم تَ ْع َملُوْ ن‬
“Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran,
pengelihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa
Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Fushshilat : 22)
Allah menciptakan telinga, mata, dan kulit bertujuan agar menjadi
saksi atas apa saja yang kita kerjakan selama di dunia, seperti dalam
Al-Qur’an yang berbunyi.
َ‫ْصا ُرهُ ْم َو ُجلُوْ ُدهُ ْم ِب َما َكانُوْ ا َي ْع َملُوْ ن‬
َ ‫َحتَّى اِ َذا َما َجاءُوْ هَا َش ِه َد َعلَ ْي ِه ْم َس ْم ُعهُ ْم َواَب‬
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran,
pengelihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah
mereka lakukan.” (QS. Fushshilat : 20)
Jadi, bila ada dari kita yang kadang masih suka berbohong atau
berdusta, baik dalam hal kecil maupun besar, baiknya segeralah
bertaubat, dan mulai mengamalkan bahwa segala tingkah laku kita
diawasi oleh Allah, sehingga segala yang kita kerjakan haruslah berisi
dengan kebaikan bukan dengan keburukan yang dapat membuat kita
mendapatkan dosa.

Baca Lainnya :  Simbiosis adalah

4. Melihat Allah dengan mata hati


Manusia dapat melihat benda disekitar dengan ke-dua mata seperti
biasanya, namun saat kita ingin melihat Allah, kita melihat dengan ke-
dua mata maka kita tidak akan melihat Allah, namun Allah hanya bisa
dilihat dengan mata hati sebagai mana Allah berkata dalam firman-
nya:
)103:‫ْف ْالخَ بِ ْي ُر (األنعام‬
ُ ‫ار َوهُ َو اللَّ ِطي‬ َ ‫ك ااْل َب‬
َ ‫ْص‬ َ ‫اَل تُ ْد ِر ُكهُ ااْل َب‬
ُ ‫ْصا ُر َوهُ َو يُ ْد ِر‬
Artinya : Dia tidak dapat dicapai dengan pengelihatan mata, sedang
Dia dapat melihat segala pengelihatan itu  dan Dialah Yang
Mahahalus, Mahateliti.
Kita hanya bisa melihat Allah dengan mata hati apabila kita sudah
merasa diawasi oleh Allah, namun apabila kita tidak merasa diawasi
Allah kita pasti kesulitan untuk melihat Allah dengan mata hati kita.
Dan saat kita tidak dapat melihat Allah dengan mata hati maka kita
bisa saja menjadi tersesat dan keluar dari tuntunan Allah.
Sebagaimana firman Allah :
َ َ‫َو َم ْن َكانَ فِي ه ِذه اَ ْعمى فَه َُوفِى ااْل ِخ َر ِة اَ ْعمى َوا‬
)72:‫ضلُّ َسبِ ْياًل (االسراء‬
Artinya : Dan barang siapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat
dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar).
Untuk dapat melihat Allah hati kita haruslah dalam keadaan bersih,
jika hati kita tidak dalam keadaan bersih akan membuat setan mudah
menyesatkan kita.

5. Semuanya hanya untuk Allah (Zuhud)


Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang
bersifat keduniawian. Sedangkan menurut Harun
Nasution zuhud artinya keadaan meninggalkan dunia dan hidup
kematerian.
Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam
rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang
yang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di
akhirat yang kekal dan abadi, daripada mengejar kehidupan dunia
yang fana sepintas lalu. Hal ini dapat dipahami dari isyarat ayat yang
berbunyi.
ْ ُ‫ت‬
ْ‫ظلَ ُمونَفَتِياًل َواَل اتَّقَ ٰىلِ َمنِخَ ْير ٌَواآْل ِخ َرةُقَلِياٌل ل ُّد ْنيَا َمتَا ُعقُل‬
Artinya: “Katakanlah kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun” (Q.S. An-Nisa [4]: 77).
‫َواآْل ِخ َرةُ خَ ْي ٌر َوَأ ْبقَ ٰى‬
Artinya: “Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih
kekal” (Q.S. Al-A’la [87]: 17).
Dari ayat di atas memberi petunjuk bahwa kehidupan dunia yang
sekejap ini dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan
abadi, sungguh tidak sebanding. Kehidupan akhirat lebih baik dari
kehidpan dunia.
Orang yang berpandangan demikian tidak akan mau mengorbankan
kebahagiaan hidupnya di akhirat hanya karena mengejar duniawi
yang sementara. Orang yang demikian akhirnya akan terpelihara dari
melakukan hal-hal yang negatif. Ia selalu berbuat yang baik-baik saja.
Hal ini sejalnya dengan hadis Nabi yang menyatakan.

Baca Lainnya :  Uji Kompetensi Guru

“Jika kamu melihat seseorang yang dianugerahi sifat zuhud dalam


dirinya dan selalu lurus sikapnya, maka dekatkanlah orang itu,
karena orang itu yang telah meyakini hikmah.”

Ciri-ciri Orang yang Beriman kepada Allah


Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri iman beriman kepada Allah yaitu:

1. Apabila disebut nama Allah akan bergetar hatinya.


2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka bertambahlah
iman mereka.
3. Mereka yang benar-benar mendirikan sholat dan menafkahkan
sebagian hartanya di jalan Allah.
4. Hanya kepada Allahlah mereka bertawakal atau berserah diri.

Sifat-Sifat Allah
Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti
tanpa adanya dzat. Sifat Allah yang terkandung dalam asma-Nya
sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, secara keseluruhan
menggambarkan kesempurnaan mutlak bagi Allah dan tidak ada satu
pun yang menyamai-Nya. karena itu, selain Allah, tidak ada yang
boleh di lekati sifat-sifat ke-Tuhanan. Adapun sifat Allah
diklasifikasikan menjadi tiga, yakni sifat Wajib, sifat Mustahil, dan
sifat Jaiz bagi Allah.

 Sifat Wajib Allah swt


Adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah swt. Yang sesuai
dengan keagunganya sebagai pencipta alam seisinya. Dalam
ilmu aqa’id, disebutkan bahwa sifat wajib Allah swt ada tiga belas
yaitu:

1. Wujud (ada)
2. Qidam (terdahulu)
3. Baqa’ (kekal)
4. Mukhalafatu lil Hawadisi (Berbeda dengan ciptaan-nya)
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)
6. Wahdaniyah (Maha Esa)
7. Qudrah (Mahakuasa)
8. Iradah (Berkehendak)
9. ‘Alim (Maha Mengetahui)
10. Hayat (Hidup)
11.Sama’(Maha Mendengar)
12. Basar (Maha Melihat)
13. Kalam (Berfirman)

Ada sebagian ulama yang menambahkan dengan tujuh sifat allah swt,
sehingga menjadi dua puluh,yaitu:
 Qadiran (Maha Kuasa)
 Muridan (Maha Berkehendak)
 ‘Aliman (Maha Mengetahui)
 Hayyan (Maha Hidup)
 Sami’an (Maha Mendengar)
 Basiran (Maha Melihat)
 Mutakalliman (Maha Berbicara)

 Sifat Mustahil Allah swt


Yaitu sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki allah swt.
Dalam ilmu tauhid dinyatakan bahwasifat Mustahil Allah swt ada tiga
belas, yaitu:

1. ‘adam, tidak ada


2. Hudus, permulaan
3. Fana’, rusak
4. Mumasalatu lil-hawadisi, menyerupai makhluk
5. Qiyamuhu bigairihi, membutuhkan sesuatu selain dirinya
6. Ta’adud, lebih dari satu
7. A’jzun, lemah
8. Karahah, terpaksa
9. Jahlun, bodoh
10. Mautun, mati
11.Summun, tuli
12. ‘umyun, buta
13. Bukmun, bisu

 Sifat Jaiz Allah swt


Berarti sifat kebebasan Allah swt, yakni kebebasan yang dimilikinya
sebagai tuhan semesta alam untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu sesuai dengan kehendaknya yang mutlak.
Contoh Cara Beriman Kepada Allah
Berikut ini terdapat beberapa contoh cara beriman kepada Allah
SWT., yakni sebagai berikut:

 Melaksanakan Sholat
 Pendapatan sebagian rezeki
 Beriman Kepada Allah SWT
 Pendapatan sebagian hartanya baik ketika waktu lapang ataupun
sempit
 Selalu berbuat kearifan
 Mampu mencegah emosi
 Mampu memaafkan kekhilafan orang lain
 Menjalankan perintah Allah SWT
 Berhenti dari kelakuam hina dan tidak mendatangi lagi
 Meyakini dengan benar rukum iman

Anda mungkin juga menyukai