Anda di halaman 1dari 8

IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Oleh :
Fika Refana, Muhammad Mas’ud Anshori, dan Shafa Zahra Annisa
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Dosen pengampu : Sayonara Siregar, M.Ag

Pendahuluan
Manusia hidup dalam setiap kurun waktu zamannya, setiap zaman punya ciri khas
godaan dalam berbagai aspek, sampai sejauh mana setiap orang memeluk Islam dengan usaha
untuk beriman kepada Allah swt. dengan semurni-murninya dan beramal seikhlas-ikhlasnya.
Namun hal itu tentu tidak mudah, melainkan harus diiringi dengan usaha dan doa agar
senantiasa dijaga oleh Allah agar dapat selamat dalam finah dunia. Agama Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. memiliki tiga pilar utama, yang antara satu dan
yang lainya saling berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga pilar itu adalah Aqidah, Syari’ah,
dan Akhlak. Untuk pintu security terakhir dari penilaian segala niat dan i’tikad serta
perbuatan manusia tergabung dalam pintu Aqidah. Yakni sejauh mana kemampuan dan
keberhasilan manusia selama hidupnya dapat menjalani segala ujian dan lulus dalam
keyakinan bahwa segalanya adalah milik dan ditentukan atas ke-Maha Kuasaan dalam
Keesaan Allah swt.

Iman Kepada Kitab-kitab Allah


Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT., berarti kita wajib beritikad atau mempunyai
keyakinan bahwa Allah SWT., mempunyai beberapa kitab yang telah diturunkan kepada
Nabi-Nya. Selain menurunkan kitab-kitab, Allah juga menurunkan shuhuf (lembaran) kepada
para nabi terdahulu, yakni:

1. Nabi Adam a.s. menerima 10 shuhuf


2. Nabi Syits a.s. menerima 50 shuhuf
3. Nabi Idris a.s. menerima 30 shuhuf
4. Nabi Ibrahim a.s. menerima 10 shuhuf
5. Nabi Musa a.s. menerima 10 shuhuf

Keimanan kepada kitab-kitab Allah terkandung didalamnya empat unsur, yaitu: Pertama,
beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari sisi Allah ta’ala. Kedua, beriman
kepada apa yang telah Allah namakan dari kitab-kitabnya dan mengimani secara global kitab-
kitab yang kita tidak diketahui namanya. Ketiga, yaitu membenarkan berita-berita yang benar
dari kitab-kitab tersebut sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita Al-Qur’an dan
juga berita-berita lainnya yang tidak diganti atau diubah dari kitab-kitab terdahulu (sebelum
Al-Qur’an). Keempat, mengamalkan hukum-hukum yang tidak dihapus (nasakh) serta dengan
rela dan pasrah menerimanya, baik kita ketahui hikmahnya atau tidak. Ketahuilah bahwa
kitab yang ada telah terhapus (mansukh) dengan turunnya Al-Qur’an.

A. Pentingnya Mengimani Kitab Allah S.W.T


Iman berasal dari bahasa Arab; ( ‫ ﺈﻳﻣﺎﺎﻧ‬- ‫ ﻳﻮﻣﻦ‬- ‫ ) ﺄﻣﻦ‬yang artinya yakin atau percaya. Sedangkan,
kitab-kitab Allah swt. berarti firman-firman Allah swt. yang dibukukan menjadi sebuah
mushaf. Iman kepada kitab Allah Swt. artinya meyakini sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah
menurunkan kitab kepada nabi atau rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia iman diartikan sebagai kepercayaan atau
keyakinan. Sedangkan kitab (jama’nya kutub) adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang
berarti menulis. Setelah menjadi mahdar artinya menjadi tulisan atau yang ditulis. Yang
dimaksud dengan kitab-kitab allah dalam tulisan ini adlah kitab-kitab yang diturunkan oleh
Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya.

Dengan demikian, maksud dari iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan
meyakini bahwa kitab-kitab itu benar-benar wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada para
Nabi dan Rasul-Nya untuk menjadi pedoman hidup bagi umat manusia.

Iman kepada kitab yang diwahyukan oleh Allah merupakan salah satu fondasi dalam
ajaran Islam. Kepercayaan ini merupakan salah satu dari enam rukun iman. Bagi umat islam
kepercayaan (keimanan) kepada Al-Qur’an, pada saat yang bersamaan juga mesti
mempercayai kitab-kitab yang lain yang juga diturunkan oleh Allah SWT. karena itu,
pengingkaran terhadap hal ini, iman kepada kitab, otomatis menjadi pengingkaran kepada
Allah dan Rasulnya. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah swt.

B. Perbedaan Kitab dan Suhuf


Kitab dan suhuf merupakan wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada para rasul untuk
disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Perbedaan antara kitab
dan suhuf adalah sebagai berikut:

1. Kalau Suhuf, wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada para rasul, tetapi masih
berupa “lembaran-lembaran” yang terpisah. Sedangkan Kitab, wahyu Allah Swt. yang
disampaikan kepada para rasul sudah berbentuk buku/kitab.

2. Kalau Suhuf isinya sangat simpel. Sedangkan Kitab, isinya lebih lengkap jika
dibandingkan dengan isi suhuf.

C. Kitab-Kitab Allah dan para penerimanya


a. Kitab Taurat

Taurāt adalah kitab yang diturunkan kepada Nabī Musa a.s. sekitar abad ke-12 SM didaerah
Israil dan Mesir, sebagai pedoman hidup bagi kaum Banī Isrāīl. Firman Allāh SWT.
Artinya: “ Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurāt) dan Kami jadikan kitab Taurāt itu
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain
Aku.” (QS. Al-Isrā [17]:2)

Adapun isi pokok Kitab Taurāt dikenal dengan sebutan Sepuluh Hukum (Ten
Commandements) atau Sepuluh Firman yang diterima Nabi Musa as. di atas Bukit Tursina
(Gunung Sinai). Sepuluh Hukum tersebut berisi asas-asas keyakinan (akidah) dan asas-asas
kebaktian (syari'ah), seperti:
1. Jangan ada padamu Tuhan lain dihadirat-Ku.
2. Jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung karena Aku
Tuhan Allāh mu.
3. Jangan kamu menyebut Tuhan Allāh mu dengan sia-sia.
4. Ingatlah akan hari sabat (sabtu), supaya kamu sucikan dia.
5. Berilah hormat kepada bapak ibumu.
6. Jangan membunuh sesama manusia.
7. Jangan berzina.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan menjadi saksi palsu.
10. Jangan berkeinginan memiliki hak orang lain.

Namun, kitab Taurat yang sekarang beredar dikalangan bangsa Yahudi tidak murni lagi,
dan sudah banyak perubahan. Para ulama sepakat bahwa tidak ada lagi Taurat murni, yang
beredar sekarang merupakan karangan orang Yahudi pada masa dan waktu yang berlainan.
Pada masa Nabi Musa a.s. bangsa Yahudi masih beriman dan mereka pun mengetahuinya dan
percaya bahwa akan ada Nabi yang diturunkan oleh Allah pada akhir zaman, yaitu Nabi
Muhammad saw. Mereka mengetahui tentang kedatangan Nabi Muhammad saw., serta tanda-
tandanya dari kitab Taurat. Akan tetapi, setelah Nabi Musa wafat, mereka mengubah isi
Taurat dan banyak diantaranya menjadi kafir lagi.

b. Kitab Zabur

Zabūr adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s untuk dijadikan pedoman hidup
bagi kaumnya. Firman Allāh SWT.

Artinya: “ Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan
Kami berikan Zabūr kepada Daud.” (QS. Al-Isrā [17]:55)

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. seorang raja bangsa Israil di Kan’an, sekitar
abad ke-10 SM. Isi pokok kitab Zabur terdapat pada Mazmur 146. Secara garis besar,
nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud a.s. dalam Kitab Zabur terdiri atas
lima macam:
1. Nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi),
2. Nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur,
3. Ratapan-ratapan jamaah,
4. Ratapan dan doa individu,
5. Nyanyian untuk raja.

c. Kitab Injil

Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s sebagai pedoman dan petunjuk hidup
bagi Bani Israil. Firman Allāh SWT.

Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Banī Isrāīl) dengan Isa putra
Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurāt. Dan Kami telah
memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya
(yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurāt. Dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Māidah
[5]:46)

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s. sebagai petunjuk dan cahaya penerang bagi
manusia. Kitab Injil sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa Isa a.s. untuk
mengajarkan tauhid kepada umatnya atau pengikutnya. Tauhid di sini artinya meng-esa-kan
Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Penjelasan ini tertulis dalam Q.S. al-Ḥadid[57]: 27. Ada
juga yang dinamakan Injil Barnabas karangan Barnaba. Kitab Injil Barnaba dipandang ulama
lebih sesuai dengan ajaran tauhid, tetapi Injil Barnabas ini tidak dipergunakan oleh orang-
orang Kristen (Nashrani). Oleh karena itu, Injil yang wajib diyakini oleh umat muslim adalah
Injil yang asli yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s., bukan Injil-Injil yang beredar saat ini.

d. Al-Qurān

Al-Qurān adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW sebagai
petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang hanya terbatas untuk
satu kaum, al Qurān tidak hanya diturunkan untuk bangsa Arab, melainkan untuk seluruh
umat. Firman Allāh SWT.

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qurān dengan berbahasa Arab,


agar kamu memahaminya.” (QS. Yūsuf [12]:2)

Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril. Al-
Qur’an diturunkan tidak sekaligus, melainkan secara berangsur- angsur. Waktu turun al-
Qur’ān selama kurang lebih 23 tahun atau tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri atas 30
juz, 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Wahyu pertama adalah surah
al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramaḍan tahun 610 M. di Gua Hira, ketika
Nabi Muhammad saw. sedang berkhalwat.

Sebagai pedoman hidup dan petunjuk yang datang dari Allah, Al-Qur’an harus dijadikan
pegangan dalam semua aspek kehidupan kaum muslimin. Artinya, hanya Al-Qur’anlah
pedoman hidup mereka. Menjadikan petunjuk lain selain Al-Qur’an yang datang dari Allah
itu, niscaya akan membawa mereka pada kesengsaraan dan penderitaan.

Nama lain dari Al-Qur’an;


a. Al-Huda, artinya al-Qur’an sebagai petunjuk seluruh umat manusia.
b. Al-Furqān, artinya al-Qur’an sebagai pembeda antara yang baik dan buruk.
c. Asy-Syifa', artinya al-Qur’an sebagai penawar (obat penenang hati).
d. Aż-Żikr, artinya al-Qur’an sebagai peringatan adanya ancaman dan balasan.
e. Al-Kitāb, artinya al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang dibukukan.

Isi kandungan dari Al-Qur’an Adapun isi kandungan al qur’an adalah sebagai berikut.

a. Aqidah atau keimanan.


b. 'Ibādah, baik 'ibadah mahdah maupun gairu mahdah.
c. Akhlaq seorang hamba kepada Khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya.
d. Mu’amalah, yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia.
e. Tarekh, yaitu cerita nabi dan rasul, orang-orang saleh, dan orang-orang yang ingkar.
f. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan.

D. Al – Qur’an sebagai koreksi dan penutup kitab-kitab Allah


Al – Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Al – Qur’an
setidaknya memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran dan bukti kebenaran
kerasulan Muhammad saw. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang dikhususkan bagi
sebuah kaum, Al – Qur’an diturunkan untuk pedoman umat manusia, tidak terbatas pada
bagsa Arab tempat Muhammad saw. Dilahirkan. Dalam konteks ini pula Rasulullah saw.
Bersabda :

Sebagai kitab yang diturunkan terakhir Al – Qur’an mempunyai fungsi sebagai berikut;

1. Penjaga kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana terdapat dalam Qs. Maidah : 48

Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang
telah kamu perselisihkan itu, “ (Qs. Al – Maidah:48)

2. Hakim tentang apa yang diperselisihkan

Artinya : “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada
umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik
perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan
bagi mereka azab yang sangat pedih. Dan Kami tiadalah menurunkan kepadamu Al
Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
(Qs. An – Nahl: 63-64)

E. Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Allāh


a. Cara beriman kepada kitab-kitab sebelum al Qurān;
1. Meyakini bahwa kitab-kitab itu (Zabūr, Taurāt, Injil) adalah benar-benar wahyu
Allāh, bukan buatan para Rasūl.
2. Meyakini bahwa isi kitab-kitab itu benar.
b. Cara beriman kepada al Qurān;
1. Meyakini bahwa al Qurān itu benar-benar wahyu Allāh, bukan karangan Nabi
Muhammad SAW.
2. Meyakini bahwa isi al Qurān itu benar dan tidak ragu sedikitpun.
3. Mempelajari, memahami, dan menghayati isi al Qurān.

F. Hikmah Beriman kepada Kitab-Kitab Allah


Kewajiban mengimani kitab-kitab Allah mengandung beberapa hikmah berikut:

1. Meningkatkan keimanan kepada Allah swt


Allah swt telah mengutus para rasul kepada manusia untuk menyampaikan kebenaran
melalui kitab-kitabnya. Kitab suci yang diturunkan itu menjadi pedoman dan tuntunan
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Tanpa kitab-kitab itu, manusia akan
menjalani hidup tanpa tujuan yang pasti.
2. Mencegah perselisihan di antara sesama manusia
manusia seringkali dihadapi oleh berbagai masalah, namun karena keterbatasannya
seringkali masalah itu tidak terselesaikan. Maka kitab suci hadir untuk memberi
penyelesaian. Qs. Yunus[9]:19 “Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian
mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari
Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang
mereka perselisihkan itu. “
3. Manusia menjadi lebih bersyukur kepada Allah karena perhatian-Nya kepada manusia
yang telah memberi kitab-kitab sebagai panduan hidup (untuk memahami hakikat dan
dan tujuan hidup). Meski manusia tidak memintanya, Allah telah memberi panduan
itu. Allah memberi apa yang dibutuhkan oleh manusia, tapi seringkali manusia tak
menyadari hal ini.
4. Beriman kepada kitab-kitab Allah menuntun seseorang untuk hidup dengan teratur
dan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan seluruh perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya sebagaimana yang tercantum dalam kitab-kitab.

Kesimpulan
Yang dimaksud dengan beriman kepada kitab-kitab Allah adalah kita harus percaya
kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi, dan sebagian nabi-nabi itu diberi kitab
suci yang merupakan wahyu-wahyu Allah. Adapun kitab yang ada sekarang (Taurat, Zabur
dan Injil) ini, patut diragukan keasliannya dan bukanlah kitab suci yang asli yang merupakan
wahyu Allah SWT. karena ke 3 kitab tersebut sudah lama hilang, sehingga tidak bisa
dibuktikan keasliannya.

Perlu ditegaskan bawa seorang muslim wajib mengimani bahwa Allah telah menurunkan
wahyu dan Alkitab ini kepada nabi-nabi pilihan-Nya, sebelum Al-Quran diturunkan. Akan
tetapi setiap muslim tidak wajib mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan
kandungannya. Karena kitab kitab tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah
berakhir dengan diturunkannya Al-Quran. Itulah arti dan makna iman (percaya) pada kitab-
kitab Allah.

Dengan demikian, maksud dari iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini bahwa
Allah pernah menurunkan Kitab-kitabnya melalui para nabi dan rasul. Namun kita sebagai
umat islam saat ini hanya untuk meyakini keberadaannya saja tidak untuk mengimaninya,
karena yang wajib kita imani saat ini yaitu kitab allah yang terakhir sekaligus penutup yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Al – Qur’an.

Kitab-Kitab Allah dan para penerimanya, Kitab Taurāt adalah kitab yang diturunkan kepada
Nabī Musa a.s. sekitar abad ke-12 SM didaerah Israil dan Mesir, sebagai pedoman hidup bagi
kaum Banī Isrāīl.

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. seorang raja bangsa Israil di Kan’an, sekitar
abad ke-10 SM, untuk dijadikan pedoman hidup bagi kaumnya.

Kitab Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s sebagai pedoman dan petunjuk
hidup bagi Bani Israil.

Kitab Al-Qurān adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW. pada
malam 17 Ramaḍan tahun 610 M. di Gua Hira, ketika Nabi Muhammad saw. sedang
berkhalwat, sebagai pedoman hidup dan petunjuk yang datang dari Allah. Dan Kami tiadalah
menurunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan
kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman.

Manusia menjadi lebih bersyukur kepada Allah karena perhatian-Nya kepada manusia
yang telah memberi kitab-kitab sebagai panduan hidup (untuk memahami hakikat dan dan
tujuan hidup).

Sebenarnya, untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang mencerminkan keimanan


kepada kitab kitab allah tidaklah terlalu sulit, cukup dengan menumbuhkan rasa kesadaran
diri sendiri bahwa kita sebagai umat islam harus tahu dan mengerti untuk apa kitab kitab itu
dirunkan ke bumi ini. Allah menurunkan kitab kitabnya khususnya Al-Quran bukan semata
mata untuk dijadikan pajangan dan penanda keislaman seseorang.

Daftar Pustaka

Bunyamin, dkk, AQIDAH untuk Perguruan Tinggi, Edit. Hilal Ramadhan, Muhammad Dwi
Fajri, Jakarta, Uhamka Press, 2015

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag. 2018. Aqidah Akhlak. Risna Mosiba

https://dikbud.ntbprov.go.id/assets/download/mediapembelajaran/PAI%2012.pdf

Anda mungkin juga menyukai