Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KECAKAPAN ANTAR PERSONAL

TEAMWORK

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Kecakapan Antar Personal


Dosen : Agus Kodir Arifin, S.Kom, M.M.

Disusun oleh :
Endri septiawan
NPM: 201443500371

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


TEKNIK INFORMATIKA
Jakarta
2016/2017

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar belakang....................................................................................................4
B. Rumusan masalah..............................................................................................4
C. Tujuan penulisan................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................................5
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Pengertian Teamwork ( Kerjasama Tim).............................................................5


Tipe-tipe teamwork.............................................................................................6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Teamwork..............................10
Karakteristik teamwork......................................................................................11
Tahap Perkembangan Teamwork.....................................................................13
Faktor-faktor penghambat kesuksesan teamwork (kerjasama tim)...................14
Kunci keberhasilan teamwork...........................................................................15
Dimensi dalam tim kerja...................................................................................16

BAB III PENUTUP .....................................................................................................18


A. Kesimpulan .....................................................................................................18
B. Saran
.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Team Work tepat
pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah kecakapan antar
personal.
saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan saya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi saya dan
umumnya bagi pembaca.

Jakarta,9 November2016
Penyusun,
Endri septiawan
201443500371

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun
hidupberkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang cukup, ia akan selalu
membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling memberi support dan bergotong
royong. Manusia tidak hanya membutuhkan agama, ilmu pengetahuan, atau hiburanatau
kesenian, tetapi juga kebersamaan. Semuanya diperlukan. Karena dengan agama hidup
lebih terarah, dengan pengetahuan hidup akan lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah
dan dengan kebersamaan hidup akan lebih berfaidah.
Dalam definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan perilaku
dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap,
maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan
membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Untuk mencapai kerjasama tim yang baik
perlu ditumbuhkan sikap positif di antara anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling
mendengarkan sehingga tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada
anggota tim yang membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang
diperoleh dari setiap anggota tim.
Sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi.
Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung
jawab dalam keorganisasian.Makalah ini akan membahas definisi teamwork, manfaat dan
fungsi teamwork, jenis teamwork, perbedaan tim kerja dan kelompok kerja, peranan tim
kerja, tahap perkembangan teamwork, dan dimensi dalam tim kerja.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa definisi teamwork ?

2.

Apa saja jenis teamwork ?

3.

Apa saja peranan tim kerja ?

4.

Bagaimana tahap perkembangan teamwork ?

5.

Apa saja dimensi dalam tim kerja ?

C.

Tujuan Penulisan

1.

Mengetahui definisi teamwork.

2.

Mengetahui jenis teamwork.

3.

Mengetahui peranan tim kerja.

4.

Mengetahui tahap perkembangan teamwork.

5.

Mengetahui dimensi dalam tim kerja.


4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

Pengertian Teamwork ( Kerjasama Tim)


Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama tim
merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta
berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai
tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan
peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari
pribadi yang paling populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandengtangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau
tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang
dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan
dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi
perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu.
Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam satu tim bisa jadi
berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula
perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai
anggota tim di atas segalanya.
Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama lain,
setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan
berusaha
interpersonal.

keras

untuk

mengembangankan

dan

memelihara

hubungan

Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan

merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara
sesama anggota team.
Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai
talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan, selain itu
ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok
juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika
dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.

Francis and Young (1979:72) menjelaskan sebuah tim sebagai sekelompok orang
giat yang bekerja untuk meraih sasaran umum, di mana bekerja bersama dengan baik dan
menikmatinya, dan menghasilkan hasil kualitas tinggi.
Johnson and Johnsons (1991:116) mengartikan sebuah tim adalah seperangkat
struktur hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan, sementara itu Huszczo (1990:40)
mengemukakan pendapat bahwa teamwork merupakan lambungan gagasan dari satu orang
ke orang lainnya dan mendatangkan solusi untuk permasalahan kritis, dan organisasi
tersebut dimulai dengan mengambil strategi tim untuk bekerja dengan kompetisi.
Tarkenton (1986:30) menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan
memfokuskan dalam aktivitas khas dari teamwork : Teamwork memiliki arti bahwa kita
mengenali nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan pekerjaan mereka,
bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi kita. Ini berarti mendorong
level kreativitas dan membuat keputusan lebih lanjut. Teamwork adalah terdiri dari berbagai
macam kelompok kecil orang, setiap orang memiliki derajat yang sama dan penting dalam
organisasi. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Cosgriffe dan Dailey (1969:43) yang
menyatakan bahwa teamwork merupakan perbuatan dua orang atau lebih yang bekerja
sama ke arah tujuan umum, saling membagi waktu, bakat, dan pengetahuan dan
menggunakan metode yang cocok untuk semua anggota tim.
Analisis ini mendefinisikan teamwork adalah kelompok yang berinteraksi terutama
untuk berbagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota
bekerja di dalam area tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan bersama.
B.

Tipe-tipe Teamwork
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari enam jenis, yaitu:

1.

Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari struktur
organisasi formal.

2.

Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan beberapa
orang bawahannya dalam rantai komando organisasi formal.

3.

Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat
hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.

4.

Tim dengan Tugas Khusus

Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar organisasi formal untuk
menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5.

Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua puluh orang pekerja dengan
beragam keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk
atau jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.

6.

Tim Pemecahan Masalah


Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas karyawan yang dibayar
perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara
memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada tiga tipe tim, yaitu:

1.

Problem Solving Team


Sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam upaya
memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah mengidentifikasikan
berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan
melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim biasanya berasal dari satu
departemen yang beranggotidakan kurang lebih sepuluh orang yang melakukan pertemuan
rutin setiap minggu.

2.

Self Managed Team


Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas dengan memberikan
kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja mereka misalnya menjadwal kerja,
menentukan metode kerja, mengawasi anggota, memberi reward dan hukuman bagi
anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu departemen
yang melakukan tugas yang sama.

3.

Cross Functional Team


Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas khusus, misalnya pengembangan
produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem kompensasi. Anggota tim ini berasal
dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan orientasi yang berbeda dan
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut

Robbins

(2008),

tim

dapat

diklasifikasikan

berdasar

Terdapat empatbentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :
7

tujuannya.

1.

Tim Problem Solving


Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain.
Mereka umumnya terdiri atas empat hingga dua belas pekerja yang dibayar per jam dari
departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam setiap minggu untuk membahas
peningkatan

kualitas,

efisiensi,

dan

lingkungan

kerja.

Tim

seperti

ini

disebut

Tim Problem Solving. Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan
menawarkan saran seputar proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar
produktivitas dapat ditingkatkan.
Tim ini jarang diberikan otoritas secara unilateral (sendiri) untuk menerapkan saran
mereka

ke

dalam

tindakan.

Satu

hal

yang

dikenal

sebagai

bentuk tim problem solving adalah lingkaran kualitas.Tim problem solving merupakan tim
kerja yang terdiri

atas

gabungan delapan hingga sepuluh pekerja

dan

supervisor. Mereka saling berbagi gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara
teratur untukmendiskusikan masalah kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab
masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
2.

Tim Self-Managed Work


Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetetapi mereka tidak beranjak
jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi
implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong
eksperimen dari tim yang benar-benar otonom yang tidak hanya bercorak problemsolving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas
hasilnya.
Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas sepuluh hingga lima belas orang
yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk
kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan
masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara
kolektif. Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General
Motors, Coors Brewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars, dan Aetna Life
sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah mengimplementasikan
konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebutkansekitar 30% pekerja Amerika Serikat
menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka
50%.

3.

Tim Cross-Functional,
Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis,
Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen yang bersifat fungsional,
8

tetetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen tersebut tidak mampu


memenuhi kebutuhan yang berubah dari klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini
menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan
komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan
produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim
ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetetapi beda wilayah pekerjaannya.
Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
Robbins

menyebutkan,

banyak

organisasi

sudah

menggunakan tim cross-

functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas
pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang
terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan tim cross-functional yang sifatnya
temporer.

Namun,

Robbins

mencatat

bahwa

ledakan

penggunaan tim cross-

functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda,
Nissan, BMW, General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000
manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya
guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan
memasarkan produk secara cepat ke pasar. Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya
karakteristik yang serupa dimana mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek
berjangka cepat. Speed Team, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan
saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan
lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM
bisa mempercepat produksinya.
4.

Tim Virtual
Tim

yang

telah

dibahas

melakukan

pertemuan face-to-face.

Tim

Virtual

menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara


fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling
bekerjasama lewat metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan
benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal daripada tim lainnya terutama dalam
hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka terdiri
atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan
para pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
9

Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dengan tim lain yang faceto-face, yaitu :
a)

Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;

b)

Terbatasnya konteks sosial, dan

c)

Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.


Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada
suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak
tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetetapi kini
hal-hal tersebut nihil di dalam tim virtual. Tim virtual menderita kekurangan laporan sosial
yang manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.
Robbins mencontohkan, perusahaan seperti Hewlett-Packard, Boeing, Ford,
VeriFone, dan Royal Dutch/Shell menjadi pengguna utama tim virtual ini. VeriFone, contoh
Robbins lebih lanjut, adalah perusahaan perakit mesin pembaca informasi kartu kredit, di
mana penggunaan Tim Virtual dalam perusahaan ini memungkinkan 3000 karyawannya
yang berlokasi di seluruh penjuru dunia, untuk kerja bersama mendesain proyek,
merencanakan pemasaran, dan membuat presentasi penjualan. Lebih jauh, wakil presiden
VeriFone menyatidakan Kami tidak memindahkan orang. Jika seseorang nikmat tinggal di
Colorado

dan

bisa

melakukan

pekerjaan

dari

sana,

kenapa

kami

harus

mengintimidasinya?.
Tim kerja dapat dikelompokan dalam beberapa tipe, antara lain:
a.

Tim Kerja Formal


Tim kerja formal biasanya merupakan bagian yang melekat dari struktur organisasi, dan
relative permanen.

b.

Tim kerja Informal


Tim kerja informal biasanya berada di luar struktur organisasi formal, yang di bentuk untuk
memecahkan masalah atau bekerja untuk suatu kegiatan organisasi yang spesifik. Tipe tim
ini mempunyai dua bentuk yakni tim pemecah masalah dan tim pembagian tugas ( task
force ).

C.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Teamwork


Hackman

(1987:152),

mendaftarkan

lima

faktor

sebagai

kebutuhan

untuk

perkembangan menjadi sukses dari team :


1.

Tujuan dan arah yang jelas.


Tim butuh tujuan untuk memusatkan untuk memusatkan tujuan mereka dan mengevaluasi
kinerja mereka.
10

2.

Pimpinan yang baik.


Pemimpin dibutuhkan untuk mengatur hubungan internal dan eksternal dari tim dan untuk
menghadapkan tim ke tujuan mereka.

3.

Tugas yang sesuai dengan teamwork.


Tugas harus kompleks, penting, dan menantang sehingga anggota tim memerlukan usaha
dan tidak sanggup bekerja individu.

4.

Catatan kebutuhan untuk melakukan pekerjaan


Sumber penghasilan bahwa tim butuh memasukkan kedua sumber alat dan pelatihan dan
sumber penghasilan personil.

5.

Lingkungan organisasi yang mendukung


Organisasi harus cukup bertenaga dan berwibawa untuk mengizinkan anggota tim untuk
membuat dan melaksanakan keputusan mereka.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka kami mengambil kesimpulan bahwa banyak
faktor yang dapat mempengaruhi teamwork. Evaluasi dan penghargaan, hubungan sosial
untuk memecahkan konflik internal, dukungan organisasi, tugas dan tujuan yang jelas,
lingkungan organisasi, serta pemimpin yang berguna untuk memfasilitasi interaksi tim
diperlukan untuk untuk menciptakan tim yang sukses.

D.

Karakteristik Teamwork
Menurut Tjiptono dan Diana (2000; 165-166) tim merupakan sekelompok orang yang
memiliki tujuan bersama. Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat
dianggap sebagai tim maka sekelompok orang tertentu harus memiliki karakteristik sebagai
berikut:

1.

Ada kesepakatan terhadap misi tim


Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut dapat bekerja dengan
efektif, semua anggotanya harus memahami dan menyepakati misisnya.

2.

Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku.


Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat membentuk kerangka
usaha pencapaian nilai. Suatu kelompok atau grup dapat menjadi tim manakala ada
kesepakatan terhadap misi dan ketaatan tehadap peraturan yang berlaku.

3.

Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil


Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang. Tim dapat berjalan dengan baik
apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi dan setiap anggota diperlakukan secara adil.

4.

Orang beradaptasi terhadap perubahan

11

Setiap anggota tim harus saling dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap
perubahan secara positif. Berdasarkan teori diatas maka, maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa tidak semua kumpulan dapat dikatakan tim. Kesepakatan terhadap visi
dan misi, menaati peraturan yang belaku, pembagian tugas dan wewenang yang adil serta
beradaptasi terhadap perubahan merupakan karakteristik dari sebuah tim, sehingga team
dapat dikatakan ideal.
Huszczo (1990 dalam Stott dan Walker, 1995:49), memberikan daftar karakteristik
yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang dapat membentuk dasar dari
penilaian team yang sistematis, yaitu :
a.

Tujuan.
Arah harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling luas. Hal ini juga harus menjadi
komitmen dari para anggota.

b.

Bakat.
Team harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi untuk tugas. Hal ini harus
menjadi dorongan anggota untuk perkembangan selanjutnya.

c.

Tugas.
Para anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan untuk kesuksesan team.
Mereka harus memiliki komitmen terhadap tugas-tugas tersebut dan kejelasan tentang
kontribusi individu.

d.

Pelaksanaan.
Menjalankan pelaksanaan yang efektif dan berguna harus ada di dalam team. Pertemuan
dan perencanaan harus efektif, dan para anggota harus mengetahu bagaimana membuat
keputusan, mengatasi masalah, dan membagi serta menerima informasi sebagai
sebuah team.

e.

Hubungan Interpersonal.
Para anggota team perlu untuk berhubungan baik dengan satu dengan yang lain,
komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka harus saling mendukung satu sama lain.
Mereka harus menunjukkan perhatian sehingga level keterampilan semakin tinggi.

f.

Penguatan.
Sistem penguatan yang efektif dibutuhkan untuk peningkatan teamwork. Pada level
personal, apresiasi harus tegas, dan ini sangat penting untuk pembentukan perilaku team.
Organisasi juga bertanggung jawab untuk penguatan ini.

g.

Hubungan external.
Pembentukan hubungan external dengan lingkungan external harus ada, dan ini harus juga
harus menjadi hubungan yang sehat dengan unit lain dalam organisasi itu sendiri. Team
12

juga perlu untuk meninjau lingkungan tersebut untuk mengenali yang menyangkut ancaman
dan kesempatan.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka saya mengambil kesimpulan bahwa tujuan,


bakat, tugas, pelaksanaan, hubungan interpersonal, penguatan, dan hubungan external
digunakan sebagai dasar membentuk teamwork dalam suatu organisasi.
E.

Tahap Perkembangan Teamwork


Ada empat tahap perkembangan tim, yaitu :

1.

Undevelopment
Tahap undevelopment ini adalah tahap yang paling sering dijumpai pada suatu
organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini adalah :

a)

Terlihat sekelompok orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak bersepakat
tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja. Contohnya antara lain dalam rapat atau
pertemuan lebih sering terjadi antrian lontaran gagasan dan bukan diskusi. Gagasan yang
sebenarnya bersifat membangun, tidak mereka utarakan. Mereka tidakut jika gagasan itu
akan mengganggu keseimbangan organisasi.

b)

Tidak melibatkan perasaan individu karena dianggap tidak pada tempatnya untuk
membicarakan perasaan orang lain secara terbuka. Contohnya yaitu setiap orang sibuk
dengan tugasnya masing-masing dan atasan yang membuat hampir semua keputusan.
Sehingga roda organisasi menggelinding sesuai aturan dan prosedur dari atasannya. Perlu
diketahui disini bahwa banyak tim yang tidak efektif menunjukkan ciri-ciri di atas, dan
biasanya terjadi jika atasan memiliki kearifan, energi dan waktu untuk membuat semua
keputusan. Ini bukan kerjasama kelompok yang benar, karena dengan cara ini kekuatan
yang ada didalam tim tidak dimanfaatkan sehingga lebih terpusat pada pemimpinnya.

2.

Experimenting
Tahap ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai meninjau ulang
metode operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap Experimenting, tim berkemauan
untuk melakukan eksperimen dan uji coba. Mereka berani menghadapi berbagai
kemungkinan dengan memasuki daerah yang belum dikenal.
Pada tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan dibahas
secara lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang lebih luas
sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu permasalahan pribadi

13

dibicarakan secara terbuka, perasaan individu dipertimbangkan dan diselesaikan sampai


tuntas.
Pada tahap ini walaupun tim telah menjadi lebih terbuka dan mempunyai potensi
untuk menjadi lebih efektif, masih kurang untuk disebut sebagai tim yang efektif yang
menghasilkan keuntungan.
3.

Consolidating
Setelah berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim mulai memiliki
kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba cara kerjanya. Biasanya tim
akan memilih cara kerja yang lebih sistematik atau bermetode. Aturan dan cara kerja yang
kaku diubah dengan aturan baru yang disepakati bersama, dimana setiap anggota memiliki
peran agar tujuan dapat dicapai. Walau hubungan antar pribadi telah mejadi lebih erat,
mereka sadar akan pentingnya aturan-aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai oleh
tim.
Bukti nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan, yaitu
adanya kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan sasaran, pengumpulan
informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan memikirkan kemungkinan yang ada pada tim,
adanya perencanaan rinci mengenai apa yang harus dilakukan, kemauan meninjau kembali
hasil kerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk memperbaiki cara kerja di masa yang
akan datang. Hubungan antar pribadi yang lebih baik pada tahap 2 ini tetap dipertahankan,
tetetapi mereka membangun aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai oleh tim.

4.

Mature
Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka tersusunlah dasar bagi
terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian dan peningkatan hubungan
pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik dari tahap 3 merupakan modal dasar
bagi terbentuknya tim yang benar-benar matang.
Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap kebutuhan memiliki prosedur
kerja yang berbeda. Seseorang tidak lagi khawatir untuk mempertahankan posisi mereka.
Tim mengenali tipe kepemimpinan yang dibutuhkan saling percaya, jujur, terbuka dan
pemimpin mengenali kebutuhan untuk melibatkan anggotanya.
Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review
berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim. Tim akan selalu bersedia untuk
membantu tim lain yang mengalami kesulitan maupun yang belum sampai ke tahap mereka.
Tetetapi lebih dari itu, tim ini adalah tempat yang menyenangkan dan membawa hasil.

F.

Faktor-Faktor Penghambat Kesuksesan Teamwork (Kerjasama Tim)


14

Seperti telah dijelaskan, sekumpulan orang belum tentu merupakan suatu tim.
Orang-orang dalam satu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama. Seringkali tim
tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan (Tjiptono dan Diana, 2000: 167-168).
Beberapa aspek diantaranya adalah:
a.

Identitas Pribadi Anggota Tim


Suatu tim tidak dapat berjalan efektif bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim
tersebut.

b.

Hubungan Antar Anggota Tim


Agar setiap anggota dapat bekerja sama, mereka harus saling mengenal dan berhubungan.

c.

Identitas Tim di dalam Organisasi


Faktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kecocokan tim di dalam organisasi. Aspek kedua
adalah pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di
luar tim. Berdasarkan teori diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang membuat sebuah teamwork menjadi tidak ideal. Identitas pribadi anggota, hubungan
antar anggota team, identitas team dalam organisasi merupakan beberapa faktor yang
membuat team kerja menjadi tidak ideal dan menghambat kinerja team.

G.

Kunci Keberhasilan Teamwork


Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Untuk itu diperlukan upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan
pembentukannya. King (dalam Tjiptono dan Diana, 2000, 168-170), menganjurkan 10
strategi yang ia sebut Sepuluh perintah tim (ten team commandets) untuk meningkatkan
kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kesepuluh strategi tersebut
adalah:

a.

Saling ketergantungan
Saling ketergantungan diperlukan antara para anggota tim dalam hal informasi, sumber
daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan. Adanya saling ketergantungan dalam memperkuat
kebersamaan tim

b.

Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan
tersebut akan membentuk semangat persatuan, kebanggaan, dan kesatuan tim.

c.

Penjajaran
Anggota tim harus siap menyisihkan sikap individualisnya dalam rangka mencapai misi
bersama.

d.

Bahasa yang umum


15

Pemimpin tim harus mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena biasanya
anggota tim berasal dari departemen yang berbeda.
e.

Kepercayaan/ Respect
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk memebentuk kepercayaan dan respect agar setiap
anggota tim dapat bekerja sama.

f.

Kepemimpinan/ keanakbuahan yang dibagi rata


Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu pemimpin yang
baik harus mengetahui bakat tertentu setiap anggota tim.

g.

Keterampilan pemecahan masalah


Tim harus menggunakan waktunya untuk membina kemampuan anggotanya dalam
memecahkan masalah, karena masalah merupakan hal yang selalu dihadapi setiap
organisasi.

h.

Keterampilan menangani konfrontasi/ konflik


Dalam lingkungan kerja yang high preasure dan kompetitif, konflik merupakan hal yang tak
terelakkan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Oleh karena itu diperlukan
keterampilan dalam menerima perbedaan pendapat dan menyampaikan ketidaksetujuan
terhadap pendapat orang lain.

i.

Penilaian/ tindakan
Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan
dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisikan
tujuan, sasaran, jangka waktu, dan penugasan, serta tanggung jawab setiap anggota.

j.

Perayaan
Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan jalan
merayakannya. Penghargaan dan pengakuan atas tugas yang terlaksana dengan baik akan
memotivasi anggota agar bekerja lebih giat dan tangkas untuk mencapai tujuan berikutnya.
Berdasarkan teori diatas, maka kami menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang menjadi kunci keberhasilan dalam sebuah tim. Saling ketergantungan, perluasan
tugas,

penjajaran,

bahasa

yang

umum,

kepercayaan/respect,

Kepemimpinan/

keanakbuahan yang dibagi rata, Keterampilan pemecahan masalah, Keterampilan


menangani konfrontasi/ konflik, Penilaian/ tindakan serta perayaan merupakan beberapa
kunci keberhasilan dari kerjasama tim.
H.

Dimensi Dalam Tim Kerja


Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang harus
diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya
16

merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas yang harus diemban tim yaitu
menjalankan seluruh program pelayanan yang sesuai dengan aturan organisasi yang baik,
di mana dalam setiap tugas kerja selalu ada tujuan, strategi, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi. Semua akan efektif jika dikerjakan dalam sebuah tim kerja. Tetetapi tim kerja
merupakan satu unit sosial yang mempengaruhi kerja tim. Dengan perkataan lain, di dalam
tim terdapat interaksi sosial yang unik dan kompak.
Tim terdiri atas kumpulan individu yang memiliki perbedaan emosi, sosial, dan
berbagai kebutuhan manusia, yang membuat tim secara keseluruhan dapat membantu atau
bahkan membuat frustrasi. Hal ini disebabkan tim bukan saja berkumpul dan menjalankan
tugas organisasi, tetetapi ada yang penting dan perlu mendapatkan perhatian, yakni relasi
sosial dalam kebersamaan mereka sebagai sebuah tim kerja. Relasi antarpribadi yang
akrab dan terbuka untuk bekerja dengan satu hati, satu pikiran dan satu kehendak, akan
menolong tim kerja berjalan dengan efektif.
1.

Dimensi Personal

a.

Tim yg efektif memiliki komitmen yg dalam satu dengan yang lain.

b.

Segenap tim saling menularkan anthusiasme.

c.

Setiap orang rindu memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.

2.

Dimensi Relational

a.

Tim yang efektif berkomunikasi secara terbuka dan jujur.

b.

Mereka berkolaborasi dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi mencapai tujuan
bersama.

c.
3.

Mereka memanage konfliks secara bijak.


Dimensi Strategis

a.

Tim yang efektif fokus kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju bersama.

b.

Mereka menyepakati dan mengikuti sasaran yang jelas.

4.

Dimensi Proses

a.

Tim yang efektif sangat terbuka terhadap perubahan.

b.

Mereka memiliki kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota tim.

17

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat
turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu
untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim
agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan
secara efesiensi dan efektif. Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak
menghasilkan sinergy positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih
tinggi dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui usaha
yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual.
Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila peningkatan kinerja
organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus memastikan bahwa tim-timnya
memiliki karakteristik-karakteristik. Dalam Tim kerja harus mempunyai Sembilan peranan
yaitu

1.

Pencipta-pembaharu

2.

Penjelajah-Promotor

3.

Penilai-Pengembang

4.

Pendorong-Pengorganisasi

5.

Penyimpul-penghasil

6.

Pengawas-Pemeriksa

7.

Pemerkuat-Penasehat

8.

Pelapor-Penasehat

9.

Penaut
Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang
harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para
anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial.
18

B.
1.

Saran
Meskipun teamwork menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun
masihdiperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam
keorganisasian.

2.

Teamwork tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara
kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat
sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, perbedaan cara kerja dalam tiap
anggota tim harus ditanggapi dengan positif.

19

DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P (2008), Organizational Behavior, Concept, and Application, 12th Edition,
Prentice Hall, USA.
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2013/01/tahap-tahap-perkembangan-kelompok.html
[Diakses 10 April 2013]
http://managementfile.com/journal.php?id=211&sub=journal&page=strategic [Diakses 10
April 2013]
http://ririndwi19.blogspot.com/2011/12/manfaat-dan-tujuan-bekerja-dalam-tim.html [Diakses
10 April 2013]
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html [Diakses
10 April 2013]
http://www.leadership-park.com/new/more-about-u/tahap-tahap-perkembangan-tim.html
[Diakses 10 April 2013]

20

Anda mungkin juga menyukai