OLEH:
FAKULTAS PSIKOLOGI
SURABAYA
2020
Kata Pengantar
Puji syukur atas berkat Allah yang telah memberikan berkatnya agar kami
dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah pembahasan tentang
Emotional Intelligence tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Nurlaila Effendy, M,Si dan Ibu
Agnes Maria Sumargi, Ph.D pada mata kuliah Psikologi Positif. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk memperluas wawasan tentang Emotional
Intelligence bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih pada Dr. Nurlaila Effendy, M,Si dan Ibu
Agnes Maria Sumargi, Ph.D yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
3.1 Saran............................................................................................................22
3.2 Kesimpulan..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................iv
RFLEKSI..........................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang pasti pernah mengalami situasi penuh stres, baik itu pekan ujian,
jadwal yang padat, atau revisi. Bagaimana cara kita menangani situasi stres ini
dinamakan dengan kecerdasan emosi. Apakah kita akan menghadapinya dengan
penuh semangat atau dengan marah-marah menggambarkan tingkat kecerdasan
emosi kita. Kecerdasan emosi merupakan hal yang penting dalam kelangsungan
hidup seseorang sebab emosi memberi pengaruh terbesar terhadap pengoperasian
otak. Masing-masing emosi mempersiapkan kita untuk menghadapi situasi dan
mengarahkan pada cara yang sudah terbukti berjalan lancar untuk menangani
tantangan hidup.
1
1.3 Tujuan Penelitian
Dari asal yang paling primitif, batang otak merupakan pusat utama emosi.
Jutaan tahun kemudian, “the thinking brain” atau neokorteks ini berevolusi.
Neokorteks merupakan hasil evolusi dari otak pusat emosi sehingga
menyatakan relasi yang kuat antara pikiran dan perasaan. Otak yang mengatur
emosi (the feeling brain) sudah ada jauh sebelum otak rasional (the thinking
brain). Otak yang mengatur emosi ini dinamakan dengan sistem limbik.
Neokorteks mempunyai peran survival yang dapat dibuktikan dengan
kemampuannya untuk menyusun strategi, long-term planning, dan lain-lain.
Namun, pendekatan biologis ini tidak menguasai seluruh kehidupan emosional
seseorang. Seiring berjalannya waktu, akar new brain tumbuh dan menjadikan
area pengatur emosi berhubungan dengan bagian-bagian neokorteks. Hal ini
menyebabkan emosi menjadi sesuatu yang paling berpengaruh pada
pengoperasian otak termasuk pusat pikiran.
3
Menurut Salovey dan Mayor (1997), kecerdasan emosi adalah kemampuan
untuk memahami perasaan diri sendiri dan orang lain serta menggunakan
perasaan itu untuk mengarahkan pemikiran dan perilaku. Apabila seseorang
memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, ia dapat membedakan perasaan dan
menggunakan informasi tersebut untuk mengatur pikiran, serta tindakan agar
dapat beradaptasi pada suatu lingkungan atau meraih tujuan hidup. Seberapa
baik kita menangani diri sendiri, bagaimana kita menangani suatu
permasalahan, darimana emosi tertentu datang, paham dengan apa yang kita
rasakan merupakan keterampilan kecerdasan emosi. Kemampuan ini akan
sangat bermanfaat dalam membuat keputusan dalam hidup karena seorang
tidak akan larut dalam emosi yang mereka rasakan dan tetap fokus serta
bersikap rasional terhadap masalah yang mereka hadapi. Orang dengan
kecerdasan emosi tinggi biasanya memiliki intuisi dan moral yang baik.
Kecerdasan emosi bukan berarti mengabaikan apa yang kita rasakan, mereka
tetap merasakan emosi-emosi tersebut, hanya saja mereka dapat mengolahnya
dengan lancar.
Teori ini melihat EI sebagai konsep tradisional terdiri dari keterampilan yang
menyatukan emosi dan kognitif (Mayor, Salovey, & Caruso, 2008). Salovey
dan Mayer adalah tokoh pertama yang memperkenalan kecerdasan emosi
sebagai kemampuan untuk mengontrol emosi diri sendiri dan orang lain,
membedakan emosi-emosi tersebut, serta menggunakan informasi ini sebagai
panduan berpikir dan berperilaku. Dengan bantuan Caruso, mereka bertiga
mengasah model kecerdasan emosi tersebut dan mengajukan four-branch
measure of emotional intelligence (empat cabang pengukuran kecerdasan
emosi) yang dinamakan MSCEIT atau Mayor-Salovey-Caruso’s Emotional
Intelligence Test.
1. Sadar akan emosi yang kita miliki. Seorang dapat memahami dirinya
apabila menyadari emosi yang ia rasakan. Setelah menyadari emosi yang
dirasakan, kita dapat berusaha untuk mengaturnya.
2. Mengolah emosi yang kompleks. Tentunya seseorang tidak akan bebas
total dari ketakutan, kecemasan, dan amarah. Tetapi, kita dapat
mengolahnya secara efektif sehingga tidak berpengaruh dalam meraih
hal-hal penting dalam hidup.
3. Menggunakan emosi untuk memotivasi diri. Kita akan merasa semangat
untuk melakukan hal-hal penting dalam hidup dan andaikata motivasi
kita berkurang, tetap ada self-control yang menjaga diri untuk tetap
konsisten dalam menghadapi permasalahan.
4. Mengenali emosi pada orang sekitar agar dapat memahami dan
membangun empati pada orang lain.
5. Menangani emosi, mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan
memotivasi orang sekitar.
17
2.6.2 Pendapat dari Mayer, Salovey dan Caruso
The MSCEIT V2.0 adalah teknik pengembangan EI yang telah diperbarui oleh
Mayor, Salovey, dan Caruso. Teknik ini mencakup 141 item yang digunakan
untuk mengukur empat cabang skill tertentu dari EI. Perbedaan mendasar dari
MSCEIT dengan MSCEIT V2.0 adalah masing-masing dari dimensi mencakup
dua bagian yang saling mempengaruhi.
The six seconds model theory merupakan teori yang dapat merubah
emotional intelligence menjadi lebih praktis. Teori ini dibuat tahun 1997
sebagai suatu action plan yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Six seconds model terdiri dari tiga konsep yang penting yakni
Tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan emosi merupakan topik yang penting
diajarkan pada generasi muda sehingga mereka paham sejak dini tentang cara
mengolah emosi. Metode yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah oleh para
pengajar untuk meningkatkan kecerdasan siswa-siswi adalah self-awareness
exercises dapat membantu anak-anak dalam menghadapi stres atau kecemasan
saat ujian. Teknik ini dapat dilakukan dengan penulisan jurnal murid. Dengan
menulis jurnal, siswa dapat mengidentifikasi perlakuan dan pikiran mereka
sendiri. Sebagai contoh, siswa dapat menuliskan tentang perasaan atau suasana
hati yang ia rasakan hari ini. Contoh pertanyaan dalam jurnal:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Goleman, Daniel. 2000. Working with Emotional Intelligence. New York: Bantam
Books.
De Klerk, R. & Le Roux, R. 2007. Emotional Intelligence for children and teens.
Human and Roussou.
iv
Brackett, M. A., & Salovey, P. 2006. Measuring emotional intelligence with the
Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT). Psicothema,
18(S), 34-41.
Thomas, C. L., Cassady, J. C., & Heller, M. L. 2017. The influence of emotional
intelligence, cognitive test anxiety, and coping strategies on undergraduate
academic performance. Learning and Individual Differences, 55, 40-48.
Hughes, M., Thompson, H. L., & Terrell, J. B. 2009. Handbook for developing
emotional and social intelligence: Best practices, case studies, and strategies.
John Wiley & Sons.
2. Perasaan:
3. Pemaknaan:
Saya mendapat ilmu baru dan bisa menemukan jurnal-jurnal ilmiah yang
belum pernah saya baca.
4. Dampak:
Saya jadi lebih tau mengenai emosi itu sendiri dan juga ternyata memiliki
konsep yang bervariatif dan mungkin bisa saya terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Saya mau mengulanginya dalam artian untuk
mencari-cari sumber jurnal yang bisa saya baca untuk menambah
pengetahuan saya.
Nama: Dita Lavienda
NRP: 7103020077
1. Fakta
Jawab: Saya membantu untuk mencari jurnal tentang kecerdasaan emosi dan
membantu untuk menata bahasa agar lebih efektif dan enak dibaca, serta
membantu untuk membuat daftar isi dan format halaman dalam makalah.
2. Peraasan
Jawab: Perasaan saya yang awalnya kesulitan dalam mencari jurnal karena
hampir setiap jurnal tidak memberikan hasil penelitian agar bisa dimasukkan
ke dalam makalah, tetapi perasaan saya juga sangat senang saat mengerjakan
makalah ataupun PPT bersama dengan kelompok.
3. Pemaknaan
Jawab: Hal yang saya peroleh saat mengerjakannya saya menjadi tahu
mengenai kecerdasaan emosi, bagaimana kecerdasaan emosi ini digunakan,
dan sebagainya. Saya juga dapat menjalin hubungan pertemanan yang lebih
erat lagi dengan teman sekelompok. Saya memiliki perasaan seperti ini karena
saya merasa topik ini memiliki hubungan dengan kehidupan sehari-hari.
4. Dampak
Jawab: Saya akan mengerti bahwa kecerdasaan emosi seseorang itu berbeda-
beda, dan saya akan berusaha untuk menempatkan emosi dan pemikiran saya
mengenai hal itu. Ya saya ingin mengulanginya lagi, karena berkelompok
dengan teman-teman yang memiliki beberapa pandangan yang berbeda seperti
teman-teman di kelompok ini dapat membantu saya untuk tidak hanya berfokus
pada cara pandang saya mengenai suatu hal.
Nama: Margaretha E. G. M.
NRP: 7103020078
1. Fakta:
Saya membantu mencari jurnal tentang kecerdasan emosi pada siswa dan
membantu untuk menuliskan saran serta jawaban rumusan masalah tetapi
masih terlalu sedikit dan tidak maksimal. Perasaan: perasaan saya awalnya
kesusahan dalam mencari jurnal karena kecerdasan emosi sangat beragam
dan bingung untuk memasukkan mana yang tepat dan cocok untuk
makalah kelompok saya.
2. Perasaan:
Perasaan saya awalnya kesusahan dalam mencari jurnal karena kecerdasan
emosi sangat beragam dan bingung untuk memasukkan mana yang tepat
dan cocok untuk makalah kelompok saya.
3. Pemaknaan:
Saya memperoleh banyak hal melalui pengerjaan makalah kecerdasan
emosi ini dan yang saya pikirkan saat mengerjakan makalah adalah saya
lebih bisa mengetahui bagaimana mengatur emosi saya dengan kegiatan
saya sehari-hari yang bersangkutan dengan kecerdasan emosi, karena hal
ini penting untuk diamati serta dipelajari demi pribadi yang baik untuk
kedepannya.
4. Dampak:
Yang setelah ini terjadi adalah saya akan berusaha lebih memahami diri
saya dalam proses pengoptimalan kecerdasan emosi dan itu sangat
berpengaruh pada diri saya.
Saya juga ingin mengulang kembali karena ini maerupaka suatu
pengalaman yang menarik bagi saya.
Nama: Elizabeth Rani
NRP: 7103020081
1. Fakta: