Anda di halaman 1dari 3

1.

Pendekatan dalam Psikologi Kognitif

Menurut Groome (1999), terdapat tiga pendekatan dalam psikologi kognitif, yaitu
pendekatan psikologi eksperimen, computer modeling, dan cognitive neuropsychology.

a. Psikologi Eksperimen
Pendekatan psikologi eksperimen menggali proses persepsi, belajar,mengingat, dan berpikir
dengan menggunakan metode eksperimen. Teori skema menjelaskan bahwa dalam otak kita
terdapat skema yang berisi kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman, dan
berpegangan terhadap pemahaman kita terhadap suatu stimulus.
b. Computer Modeling
Pendekatan computer modeling memandang fungsi kognitif manusia seperti sistem pemrosesan
Informasi pada computer, atau yang biasa disebut juga information processing system
psychology. Sistem pemrosesan pada computer dijadikan model dalam menjelaskan sistem
pemrosesan informasi dalam otak manusia. Penelitian Newell, dkk yang membandingkan
kemampuan memecahkan masalah antara manusia dan computer, dan juga penelitian
Broadbent mengenai keterbatasan kemampuan kognisi manusia dalam memroses dua input
dalam satu waktu secara bersamaan merupakan contoh penelitian dengan pendekatan
computer modeling.
c. Cognitive Neuropsychology
Pendekatan terkahir adalah cognitive neuropsychology, yaitu pendekatan yang menaruh
perhatian pada bagaimana aktivitas otak ketika melakukan pemrosesan informasi kognitif.
Menurut Kolb dan Whishaw, cognitive neuropsychology menjelaskan “hubungan antara fungsi
otak dan perilaku” atau menjelaskan masalah-masalah perilaku yang bersumber dari masalah-
masalah yang ada di otak. Dalam penelitiannya, antara lain menggunakan instrument berikut:
Electroencephalogram (EEG) yang berguna dalam mencatat aktivitas listrik pada otak, Positorn
Emission Tomography (PET) yang berguna untuk melihat aktivitas kognitif secara visual, dan lain-
lain.
2. Keterkaitan dengan Biopsikologi dan Psikologi Evolusi
Psikologi kognitif memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan Biopsikologi dan
Psikologi Evolusi. Cognitive Neuropscychology yang merupakan salah satu pendekatan yang
cukup dominan dalam psikologi kognitif beririsan dengan salah satu divisi dari Biopsikologi,
yaitu cognitive neuroscience. Kaitan antara psikologi kognitif dan psikologi evolusi jauh lebih erat
lagi.
a. Biopsikologi
Biopsikologi adalah ilmu psikologi yang berusaha menjelaskan gejala-gejala psikologis
dengan menggunakan penjelasan biologis. Biopsikologi muncul pada tahun 1948. Pada tahun
itu, diselenggarakan konferesi tentang Cerebral Mechanism in Behaviour, yang mengahadirkan
beberapa tokoh anatara lain Karl Lashley, Kohler, dan Von Neumann, dan membahas hubungan
antara mekanisme saraf dengan gejala-gejala psikologis. Setahun berikutnya D.O. Hebb
mempublikasikan bukunya yang berjudul The Organization of Behavior, yang menjelaskan
gejala-gejala psikologis dengan menggunakan aktivitas otak. Karl Spencer Lashley dan Donald
Hebb disebut-sebut sebagai pionir dari biopsikologi. Lashley mempunyai pandangan bahwa otak
manusia itu secara aktif mengorganisasikan perilaku, sehingga Hebb menawarkan pandangan
bahwa didalam otak manusia terdapat susuna sel atau struktur saraf yang terstruktur dan
terbentuk melalui stimulasi yang terus-menerus, yang mengatur proses belajar.
Perkembangan biopsikologi tidak lepas dari pengaruh inovasi teknologi yang
memungkinkan kita mempelajari keterkaitan antara aktivitas biologis dengan fungsi psikologis.
Dewas ini memang kita memungkinkan untuk mengetahui aktivitas otak, seperti dengan
menggunakan Electroencephalogram (EEG), Positorn Emission Tomography (PET), ataupun
aktivitas tubuh dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Menurut Pinel, biopsikologi terdiri dari enam divisi, yaitu physiological psychology,
psychopharmacology,neuropsychology, psychophysiology, cognitive neuroscience, dan
comparative psychology. Physiological psychology merupakan salah satu divisi dari biopsikologi
yang mempelajari mekanisme saraf yang mengendalikan perilaku: neuropsychology mempelajari
pengaruh dari kerusakan otak terhadap fungsi-fungsi psikologis: psychopharmacology berusaha
memengaruhi atau memanipulasi akitivitas saraf yang berhubungan dengan suatu perilaku
tertentu dengan menggunakan obat: psychophysiology mempelajari hubungan antara aktivitas
fisiologis dengan fungsi-fungsi psikologis dan cognitive neuroscience mempelajari aktivitas saraf
yang mengendalikan kognisi.
1) Karl S. Lashley (1890-1958)
Lashley dilahirkan pada tanggal 7 juni 1890 di Davis Virginia. Pada tahun 1914. Lashley
memperoleh gelar Ph.D. dari John Hopkins University. Di John Hopkins University, Lashley
bertemu dan sempat bekerja sama dengan Watson sampai tahun 1916. Setelah itu, Lashley
kemudian pernah mengajar di University of Minnesota (1917), University of Chicago (1926),
Harvard University (1935) dan menjadu Direktur Yerkes Primate Laboratories di Florida. Ia
pernah menjadi Presiden dari Animal Behavior Society, dan mengepalai beberapa divisi di
American Psychological Association (APA)
Awalnya Lashley memang memang tertarik dengan behaviorisme Watson, dan berusaha
menjelaskan hubungan antara stimulus dan respons tersebut dengan penelitian-penelitian
neurophysiology. Lashley berusaha menjelaskan hubungan antara Conditional Stimulus (CS) dan
Unconditioned Stimulus (USC) yang meurut Pavlov keduanya terpusat di dalam otak, ada pusat
CS dan ada pusat USC. Hasil penelitiannya dengan beberapa percobaan terhadap tikus,
menunjukan hasil yang berbeda dengan apa yang disimpulkan oleh Pavlov. Lashley kemudian
menunjukan ketidaksepahamannya dengan Watson dan tidak lagi melanjutkan kerja sama
dengannya. Pandangan Watson dan Pavlov bahwa hubungan antara stimulus dan respons itu
dikendalikan oleh bagian tertentu dalam otak (cerebral cortex), ternyata tidak terbukti secara
empiris. Hasil penelitian Lashley menunjukan bahwa tidak adanya bagian tertentu dari otak yang
secara khusus mengatur suatu proses belajar. Selain itu, Lashley menemukan bahwa fungsi
kognitif dalam otak itu ternyata seperti Gestalt, dan hubungan antara stimulus dan respons
motoric itu tidaklah sederhana.
Temuan Lashley yang terkenal adalah law of mass action dan equipotentiality. Lashley
menyakini bahwa otak itu bekerja seperti hukum Gestalt, sehingga kerusakan pada suatu bagian
dari otak bukan hanya otak yang mengalami kerusakan saja, tapi boleh jadi akan lebih luas lagi.
Demikian juga dengan proses belajar, akan lebih efektif dan efesien jika melibatkan otak secara
utuh. Hukum ini kemudian dinamakan dengan law of mass action. Selain itu, Lashley pun
mempunyai pandangan bahwa setiap bagian dari otak mempunyai kontribusi yang sama
terhadap proses belajar.
2) Donald Olding Hebb (1904-1985)
Hebb dilahirkan pada tanggal 22 juli 1904 di Chester Nova Scotia. Ia merupakan seorang
neuropsychologist berkebangsaan Kanada. Master dalam bidang psikologi diperolehnya dari
McGill University pada tahun 1932, dan disinilah Hebb bertemu dan belajar dari Ivan Pavlov.
Pada tahun 1936, Hebb diangkat sebagai professor di Harvard University, dan 1948 di McGill
University. Hebb menjabat sebagai President APA pada tahun 1960, dan mendapatkan APA
Distinguished Scientific Contribution Award pada tahun 1961.
Padangan Hebb yang paling terkenal mengenai cell assemblies (jalinan sel). Menurut Hebb,
awalnya interkoneksi antara satu sel dengan sel lainnya terhubung secara random. Seiring
dengan berjalannya waktu, pengalaman yang dialami anak kemudian membuat sel-sel tersebut
terhubung dengan secara teratur. Sel-sel yang tadinya tidak terhubung, karena stimulasi dari
dalam diri ataupun lingkungan, bisa terhubungan sedemikian rupa sehingga ketika suatu sel
aktif, maka sel yang terhubung dengannya pun ikut aktif juga.
b. Psikolgi Evolusi
Psikologi evolusi merupakan ilmu psikologi yang banyak dipengaruhi oleh Teori Evolusi Darwin.
Teori Evolusi Darwin sebenarnya juga berpengaruh terhadap fungsionalisme James, psikonalisis
Frued, dan juga Behaviorisme. Kenyakinan James dan Frued mengenai Insting tidak lepas dari
pengaruh Teori Evolusi Darwin. Namun, psikologi evolusi jauh lebih kuat lagi dalam mengadopsi
Teori Evolusi Darwin dalam menjelaskan psikologi manusia.
Tokoh utama dari psikologi evolusi adalah David M. Buss. Psikologi evolusi dibangun
berdasarkan asumsi bahwa “human mind is the product of evolution”. Karena merupakan
produk evolusi, maka jiwa manusia akan lebih baik jika dipahami dalam konteks evolusi.
Manusia harus dipandang sebagai mahluk biologis yang perilaku, pikiran, dan perasaannya,
diramcang sedemikian rupa untuk bertahan dan melestarikan keturunannya. Menurut psikologi,
manusia memiliki kecenderungan bawaan yang kemudian berpengaruh pada bagaimana
manusia berpikir, berperasaan, dan berperilaku.

Anda mungkin juga menyukai