Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KEJAR PAKET A, B, DAN C”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Non Formal
Dosen pengampu : Qurroti A’yun, M.Pdi

Disusun oleh kelompok IV:


Anggita Wilda Pangestu (21701011106)
Anis Nahdiyah (21701011112)
Afidatus Shoimatut Tajdidiyah (21701011145)
Abdul Mufidz (21701011162)
Linda Rahayu Febriyanti (21701011079)
M. Muhtadi Syah Putra (21701011188)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Pendidikan Non Formal dengan judul:
“Kejar Paket A, B, dan C”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan semua
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yng membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.

Malang, 30 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...……...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...… ……...1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...………….1
C. Tujuan……………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..……….…2
A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan……………………………………………....………..2
B. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah………………………………….…………..……3
C. Perencanaan Pembelajaran Kejar Paket A, B, dan C…………………………….….……5
D. Prinsip Penilaian Kejar Paket A, B, dan C…………………………………….………….8
E. Permasakahan yang Terjadi Dalam Kejar Paket A, B, dan C…………………….………8
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….12
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode Pendidikan terbagi dua, yaitu Pendidikan formal dan Pendidikan non formal.
Pembahasan kali ini terfokus pada Pendidikan non formal, seperti kejar paket A, B, dan C yang
dapat diselenggarakan melalui sanggar kegiatan belajar (SKB), pusat kegiatan belajar
masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya.
Sistem Pendidikan paket ini diberlakukan supaya bisa menyetarakan Pendidikan warga
negara di Indonesia. Selain itu, biaya untuk menempuh Pendidikan sekolah paket ini juga tidak
memberatkan rakyat kalangan menengah kebawah. Sasaran Pendidikan kesetaraan adalah
warga masyarakat yang putus dalam jenjang atau antar jenjang yang karena berbagai alasan
dan kondisi sehingga tidak dapat menempuh Pendidikan pada jalur formal. Pendidikan
kesetaraan meliputi program Paket A setara SD, program Paket B setara SMP, program Paket
C setara SMA. Definisi setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi, dan
kedudukan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pendidikan kesetaraan?
2. Apa saja karakteristik dari Pendidikan Non Formal?
3. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam kejar paket A, B, dan C?
4. Bagaimana perencanaan pembelajaran kejar paket A, B, dan C?
5. Bagaimana prinsip pelaksanaan kejar paket A, B dan C?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pendidikan kesetaraan
2. Untuk mengetahui karakteristik dari Pendidikan Non Formal
3. Untuk mengetahui permasalah-permasalahn yang timbul dalam kegitan pembelajaran
ini
4. Untuk mengetahui rencana-rencana yang dilakukan dalam pembelajaran kejar paket
A, B, dan C
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan yang dilakukan atau diterapkan dalam
kejar paket A, B, dan C.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket
A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional peserta didik.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU No 20/2003
Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6).
Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B atau PaketC mempunyai
hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan
Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dengan lulusan pendidikan formal dalam
memasuki lapangan kerja.
A. Program paket A
Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara
SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih
pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A
memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI.

B. Program Paket B

Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara
SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih
pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B
memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.

C. Program Paket C

Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal
setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan
memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah
Program Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.

2
B. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah

Untuk memahami pendidikan luar sekolah, diperlukan pemahaman terhadap ciri-ciri yang
dimiliki oleh pendidikan luar sekolah. Agar mudah mengetahui ciri PLS, maka berikut ini
disajikan ciri umum PLS :

a. Peserta didiknya heterogen.


Dalam PLS terdapat peserta didik yang disebut dengan warga belajar (WB) dengan nama
yang bervariasi, misalnya: warga belajar, audience, trainee, peserta pelatihan, dan sebagainya.
Dari segi umur mereka heterogen; artinya dcalam program PLS umur mereka berbeda-beda
tapi dapat bersatu bersama mengikuti suatu program PLS yang sama. Misalnya dalam satu
kelas program pelatihan komputer, pesertanya (WB) nya dapat bervariasi usianya, anak usia
15 tahun, usia 20 atau usia berapa saja dapat berkumpul dalam satu kelas mengikuti program
pelatihan komputer.

b. Pendidik PLS tidak harus berpendidikan tinggi.


Pendidik PLS tersebut tutor, instruktur, pelatih, fasilitator, dan sebagainya tidak harus
memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi. Syarat pendidik yang dipersyaratakan adalah
memiliki keahlikan tertentu yang dapat ditularkan kepada peserta didik, dan bersedia berperan
sebagai pendidik PLS. Tutor atau instruktur dalam PLS dalam PLS dapat diperankan oleh
teman sebaya dari WB yang berasal dari masyarakat setempat, dengan syarat memiliki
kemampuan dan kesediaan.

c. Tempat belajar fleksibel.


Tempat belajar PLS tidak harus menetap dalam ruangan khusus. Kegiatan PLS dapat
dilangsungkan di sembarang tempat asalkan sesuai dengan kondisi peserta didik dan
memenuhi persyaratan kesehatan, misalnya di rumah penduduk, di balai desa, di musholla, di
ruang kelas, dan sebagainya. Bahkan tempat belajar PLS dapat berpindah-pindah secara
bergilir di rumah WB sesuai dengan kehendak peserta didik.

d. Bahan ajar/ materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lebih bersifat
praktis.
PLS memberikan layanan pendidikan dengan materi ajar sesuai dengan kebutuhan warga

3
belajar, baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan. Pengetahuan dan ketrampilan yang
disajikan oleh program PLS selalu dikaitkan dengan kebutuhan praktis warga masyarakat.
e. Waktu pendidikan berjangka pendek.
Program PLS bersifat jangka pendek, karena warga masyarakat menghendaki segera
memanfaatkan hasilnya. Dengan waktu yang tidak lama, misalnya 3 sampai 4 bulan atau
bahkan 1 sampai 2 bulan suatu program PLS dapat diselesaikan. Misalnya pelatihan
pembukuan sederhana bagi para pedagang kaki lima. Mungkin program semacam ini cukup
dilaksanakan dalam waktu 1 bulan pedagang kaki lima sebagai peserta pelatihan sudah dapat
memanfaatkan hasil pelatihan yang diikutinya.

f. Hasil belajar bersifat fungsional.


Program PLS memberikan hasil pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan yang
fungsional. Maksudnya warga belajar yang mengikuti program PLS akan memperoleh hasil
pendidikan berupa pengetahuan atau ketrampilan yang bermanfaat langsung bagi kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan atau ketrampilan yang didapat warga belajar dari keikut sertaannya
dalam program PLS dapat dimanfaatkan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

g. Program belajar tidak harus berjenjang.


Program PLS dapat dilaksanakan secara berjenjang dapat pula tidak berjenjang.
Maksudnya ada program PLS yang bersifat berjenjang atau bertingkat, misalnya kursus
bahasa inggris tingkat dasar, tingkat menengah dan tingkat tinggi. Disamping itu ada pula
program PLS yang bersifat tidak berjenjang, misalnya pelatihan pembuatan kue bagi ibu-ibu
rumah tangga.

h. Kegiatan belajar sedikit teori banyak praktek.


Program PLS umumnya banyak dilaksanakan dalam bentuk praktek atau latihan
ketrampilan. Karenyanya kegiatan warga belajar lebih banyak belajar atau belajar ketrampilan
dan sedikit belajar teori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan belajar teori lebih dan
praktek sedikit atau bahkan tanpa praktek, karena memang tujuan dari program yang
dilaksanakan bersifat informatif teoritik.

i. Kurikulum fleksibel.
Kurikulum dalam PLS tidak harus baku atau tetap, tetapi bersifat luwes dan dapat berubah
sesuai dengan kesepakatan warga belajar. Misalnya jadwal dan materi ajar yang semula sudah

4
ditetapkan, ternyata dalam perjalanan warga belajar menghendaki perubahan; maka
perubahan dapat dilaksanakan.

j. Sistem pendidikan tidak harus formal/resmi.


Sistem pendidikan terutama sistem pembelajaran dalam PLS tidak harus menggunakan
sistem disiplin ketat, tetapi disiplin longgar. Namun tetap memperhatikan kualitas dan hasil
pembelajaran yang diharapkan. Misalnya warga belajar tidak harus menggunakan pakaian
seragam.

C. Perencanaan Pembelajaran Kejar Paket A, B, dan C

Perencanaan pembelajaran program kejar paket A, B, dan C meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil
belajar, dan sumber belajar. Perencanaan proses pembelajaran Pendidikan kesetaraan program
kejar paket A, B,dan C harus memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik.

1. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Pendidikan kesetaraan program kejar paket A, B, dan C memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indicator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu sesuai dengan jenis layanan
pembelajaran, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan Pendidikan non
formal penyelenggaraan Pendidikan kesetaraan kejar paket A, B, dan C berdasarkan
standar kompetensi kelulusan (SKL) dan standar isi (SI), serta kurikulum Pendidikan
kesetaraan kejar paket A, B dan C yang disusun oleh dinas kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dalam bidang Pendidikan. Penyusunan silabus disupervisi oleh
dinas yang bertanggung jawab dibidang Pendidikan yang sesuai dengan tingkat
kewenangannya.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap pendidik berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
isitematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

5
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat perkembangan fisik dan psikologis, serta lingkungan peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran.
Pendidik merancang penggalan RPP untuk setiap aktivitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan Pendidikan
Komponen RPP adalah sebagai berikut:
a. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi: satuan Pendidikan, kelas/kelompok belajar,
semester/tingkatan, program, mata pelajaran atau tema pelajaran, dan jumlah
aktivitas pembelajaran
b. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran.
c. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indicator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
d. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk
menunjukkan ktercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikatir pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
e. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

6
g. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar
h. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indicator yang telah ditetapkan . pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i. Kegiatan pembelajaran
1. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran
2. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untukmencapai KD kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan kemandirian sesuai
dengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis pseserta didik.
Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui proses
eksplorasi, eloborasi, dan konfirmasi.
3. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian diri dan refleksi, umpan balik, serta tindak lanjut.
j. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajar dan indikator pencapaian kompetensi
k. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indicator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

7
D. Prinsip Penilaian Kejar Paket A, B, dan C

Penilaian hasil belajar anak didik yang mengikuti program paket A, program paket B, dan
program paket C didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
E. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Kejar Paket A, B, dan C
Mengajak warga masyarakat untuk belajar di kelompok belajar (Kejar) paket tidaklah
mudah. Sesuai dengan sebutannya yakni Kejar, kita betul-betul harus mengejar para calon
warga belajar ini. Memotivasi mereka dan menjelaskan akan pentingnya pendidikan. Untuk
itu memang perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pendekatan terhadap sasaran didik.
Maklumlah, mereka adalah orang-orang yang bermasalah. Bermasalah dalam artian berkaitan
dengan berbagai masalah seperti masalah ekonomi sehingga membuat mereka tidak mampu
melanjutkan pendidikannya di pendidikan formal.
Faktor-faktor yang paling sering mempengaruhi kegagalan mereka melanjutkan
pendidikan formalnya antara lain yang paling signifikan adalah faktor ekonomi. Oleh karena
itulah faktor ekonomilah yang lebih mereka perhatikan dari pada pendidikan. Pada saat
melaksanakan proses belajar ini juga sarat dengan menghadapi berbagai kendala seperti warga
belajar yang bermalas-malasan. Kendala lainya adalah masalah cuaca yang kurang bersahabat.
Terutama sekali saat-saat musim penghujan. Pada musim penghujan biasanya warga belajar
malas keluar rumah untuk diajak belajar.

8
Dalam Pelaksanaan Program Paket A setara SD dan Paket B Setara SUP, berbagai
permasalahan yang paling berat dihadapi, diuraikan sebagai berikut:
A. Warga belajar
Permasalahan yang berkaitan dengan warga belajar adalah:
a) lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan
satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar;
b) latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi
kehadirannya sangat rendah;
c) warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau
waktu mengizinkan;
d) motivasi belajar rendah, mereka berpendapat tanpa belajarpun mereka sudah
mendapatkan uang.
B. Tutor
Tugas tutor bukanlah mengajar tetapi membimbing warga belajar dalam memahami
materi pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu
diperlukan tutor yang paham akan masalah Pendidikan.
Masalah yang menghambat pelaksanaan Paket A, B dan C adalah:
a) sulit mendapatkan tutor yang memiliki latar belakang keguruan,
b) honorarium yang diterima tutor tidak memadai
c) usaha peningkatan kemampuan Tutor tidak merata, banyak Tutor yang tidak pernah
ditatar dan tempat tinggal Tutor jauh dari warga belajar.
Seorang Tutor untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan baik seharusnya
dilengkapi dengan kebiasaan seperti:
a) Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan belajar
b) Kemampuan menyusun program prmbelajaran yang berorientasi pada tujuan
yang diinginkan warga belajar
c) Kemampuan berkomunikasi agar mampu menggunakan berbagai cara alam
pembelajaran.
d) Kemampuan menjalankan program dalam arti kemampuan mengorganisir program.
e) Kemampuan menilai hasil program. Dengan demikian Tutor harus mengalami standar
yang harus dicapai pada setiap kurun waktu.
f) Kemampuan menggunakan hasil penilaian dalam usaha memperbaiki program di masa
mendatang.

9
C. Prasarana dan Sarana
a) Prasarana
Permasalahan prasarana belajar yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab
hambatan belajar antara lain:
1. Belum memiliki gedung sendiri, tetapi masih memanfaatkan Balai Desa; gedung
sekolah yang kosong dan tempat pertemuan lainnya, sehingga tidak jarang
meminjam tempat tinggal tokoh masyarakat atau rumah warga belajar yang
luas. Dengan dilembagakannya PKBM sebagai tempat segala kegiatan yang
ada di masyarakat, maka dapat digunakan oleh warga belajar Kejar Paket A,
dan B Setara;
2. Lokasi gedung sekolah jauh dari tempat tinggal warga belajar;
3. Fasailitas belajar kurang memadai.
b) Sarana
Sarana belajar sebagai media yang digunakan untuk belajar membawa berbagai
hambatan antara lain: (a) jumlah modul terbatas, yaitu 1 modul untuk 3 orang warga
belajar, yang seharusnya 1 modul untuk tiap warga belajar, akibatnya mereka sukar
untuk dapat melaksanakan proses belajar mandiri; (b) terbatasnya jumlah buku yang
dapat menambah wawasan warga belajar; dan (c) kurang dimanfaatkannya sarana
belajar lokal atau yang tersedia di lokasi kegiatan.
D. Pehabtanas.
Secara konseptual penilaian terhadap warga belajar Paket A, B dan C dilaksanakan
dalam bentuk evaluasi proses pembelajaran modul, evaluasi sekelompok modul dan
penilaian hasil belajar tahap akhir akhir (Perhabnatas). Secara umum langkah penilaian
tersebut di lapangan sudah dilaksanakan, khusus untuk Pehabtanas materi pelajaran
yang diujikan meliputi PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan matematika untuk Paket
A dan ke lima bidang studi tersebut ditambah Bahasa Inggris untuk Paket B.
pelaksanaan pengembangan soal dan pemerikasaan hasil ujian tidak dikelola oleh
perencana dan pelaksana pembelajaran.
Pelaksanaan Perhabnatas masih menghadapi beberapa masalah, antara lain:
a) Terbatasnya jumlah tenaga yang handal yang mampu menangani Perhabnatas;
b) Pendaftaran peserta ujian yang sering terlambat;
c) Pendaftaran peserta tidak sekaligus, akibatnya sering berbeda antara data yang
dikirim oleh daerah dengan data yang diterima di pusat;

10
d) Data peserta yang sering berubah-ubah, akibatnya menghambat dalam membuat
pengumuman kelulusan;
e) Longgarnya pengawasan, akibatnya di beberapa daerah ditemukan adanya
kesenjangan pelaksanaan;
f) Terlambatnya pengumuman akibat terlambat pengembalian Lembar Jawaban Kerja
(LJK) dari daerah ke pusat, yang dapat mengakibatkan kurang kepercayaan peserta
pada sistem yang dibangun.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket
A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional peserta didik.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (UU No 20/2003
Sisdiknas Pasal 26 Ayat (6).
Perencanaan pembelajaran program kejar paket A, B, dan C meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil
belajar, dan sumber belajar.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://desikunatasolin.blogspot.com/2013/05/pendidikan-kesetaraan.html?m=1
Kamil, M. (2010).pendidikan non formal.Bandung:Alfabeta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan
www.pradikto.com/2012/06/pendidikan-kesetaraan

13

Anda mungkin juga menyukai