Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT AGAMA ISLAM

KELOMPOK 2 :

 Azzahra Cahya Fatihah 227310177


 M. Ridwan Efendi 227310269
 Violin Nanda Wiharma 227310117

Program Studi
ILMU PEMERINTAHAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat berkah dan karunia-
Nya yang sudah diberikan kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Agama
Islam”. Penulisan makalah ini disusun dengan memberikan informasi tambahan mengenai
hakikat agama Islam dan juga untuk memenuhi tugas dan diberikan dalam mata kuliah
pendidikan agama Islam.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan baik dari teknis
penulisan ataupun materi, mengingat akan kemampuan dan pengalaman yang kami miliki belum
cukup banyak. Maka dari itu, segala kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan masalah ini khususnya kepada Bapak
Sarmadhan Lubis, S.Pd.I., M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam yang sudah
memberikan tugas ini.

Pekanbaru, 13 Oktober 2022

Penulis

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
i
BAB I...............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Tujuan...............................................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
a pengertian hakikat.............................................................................................................6
b pengertian agama..............................................................................................................6
c pengertian islam................................................................................................................6
d Pengertian Agama Islam...................................................................................................7
2.1 Kerangka Dasar Agama Islam..........................................................................................8
e Aqidah...............................................................................................................................9
f Syariah............................................................................................................................10
g Akhlak.............................................................................................................................11
h Hubungan antara Aqidah, Syariah, dan Akhlak..............................................................12
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama dalam kehidupan manusia tidak berada dalam ruang hampa. Iya tidak hanya
sekedar mengisi kekosongan atau memenuhi kebutuhan batin saja, tetapi ia memberikan
corak dalam kehidupan, baik di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang. Iya
bahkan menjadi acuan sekaligus penentu dalam pencarian makna hidup yang hakiki.
Sebaliknya, bila agama masih berada di dalam ruang hampa dalam artian masih belum
membutuhkan keteguhan hati dan ketenangan batin bagi pemeluknya, berarti ada
ketimpangan antara agama dan keberagamannya. Bisa jadi seseorang memeluk agama hanya
sekedar formalitas (kepemelukam pasif), atau bisa jadi kepemilukan aktif namun belum
menemukan makna agama yang hakiki. maka tidak heran jika seseorang tidak berhasil
mendapatkan ketenangan yang sejati dan tidak pula menemukan makna hidup yang hakiki.
Untuk itu sangatlah penting bagi manusia untuk memahami hakikat agama karena
pandangan seseorang terhadap agama banyak ditentukan oleh pemahamannya terhadap
agama itu sendiri. Banyak sekali orang yang mempelajari agama hanya mendapatkan isi
kognitif (pemahamannya)-nya saja tanpa mendapatkan keluasan pemahaman, apalagi
menemukan makna agama yang hakiki. Indikasinya terletak ada tidaknya perubahan positif
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam keberagaman itu.
Perlu digarisbawahi bahwa tujuan dari mempelajari agama yaitu untuk memahami
ajaran agama yang sedalam-dalamnya. Isilah "memahami" di sini mempunyai makna yang
luas tidak terbatas pada pemahaman teks-teks agama ansich, namun bisa meliputi
pemahaman makna agamis, filosofis, psikologis, dan sosiologis serta pengaruhnya terhadap
kehidupan individu dan masyarakat, yang pada gilirannya dapat menemukan hakikat agama
dan keberagamannya.
Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna dihadapanAllah SWT.
Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran agama Islam diseluruh penjuru dunia
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu tidakterlepas dari perjuangan Nabi
Muhammad SAW. Sehingga, perkembangan agamaIslam masih ada sampai sekarang dan
berkembang pesat.
Degradasi akhlaq disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang mendalamtentang
Islam. Kebanyakan orang Islam sekarang mengaku Islam tetapi tidak disertaidengan
pengamalannya. Dengan kata lain, umat Islam tidak secara kaffah memelukIslam, tetapi
hanya setengah.
Oleh karena itu perlunya pemahaman tentang Kerangka Dasar Agama Islam yang
meliputi aqidah, syari‟at, dan akhlaq. Sehingga,kita bisa lebih mudah untukmemahami Islam
lebih jauh.

1
1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami materi tentang “Hakikat Agama
Islam”, serta untuk mengetahui pengertian Agama Islam dan Kerangka Dasar Agama Islam,
sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasi beberapa


pertanyaanyang akan dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah.
Diantaranya yaitu:
1. Apa itu Hakikat Agama Islam?
2. Apa pengertian dari Agama Islam?
3. Apa pengertian dari aqidah?
4. Apa saja bagian-bagian dari ilmu Aqidah?
5. Apakah pengertian dari Syari’at?
6. Apa saja perkara-perkara yang dihadapi umat islam dalam beribadahnya?
7. Apa pengertian dari Akhlaq?
8. Bagaimana akhlaq itu menurut islam?

2
BAB II

PEMBAHASAN

Hakikat agama Islam adalah sumber, makna yang sebenar-benarnya atau makna yang
paling dasar mengenai agama Islam.

1.4 pengertian hakikat

Kata hakikat (haqiqat) merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab yaitu kata
"Al Haqq" dalam bahasa Indonesia menjadi kata pokok yaitu kata "hak" yang memiliki arti
(kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada, sedangkan secara etimologi hakikat
berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari segala sesuatu. Jadi hakikat adalah suatu
kalimat atau ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan makna yang sebenar-benarnya
atau makna yang paling dasar dari suatu seperti benda kondisi atau pemikiran.

1.5 pengertian agama

Kata "agama" dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan Din dalam bahasa Arab dan
samid, atau dalam bahasa Eropa sama dengan religion (Inggris), die religion (Jerman).
Secara bahasa, kata "agama" berasal dari Sansekerta yang memiliki arti tidak pergi, tetap di
tempat, dan diwarisi turun temurun. Kata Din secara bahasa berarti menguasai,
menunjukkan, patuh, balasan, atau kebiasaan.

Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang mengatur tentang keyakinan,
keimanan atau kepercayaan Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT.
kepada nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam
sebagai agama yang rahmatan lil alamin. (Rahmat bagi seluruh alam). Bagaimana Allah
berfirman dalam Quran surat Al-anbiya ayat 107:

َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬


‫ك ِااَّل َرحْ َم ًة لِّ ْل ٰع َل ِمي َْن‬
"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

1.6 pengertian islam


Kata islam menurut bahasa berasal dari kata “ Aslama” yang berarti tunduk patuh dan
berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang diturunkan Allah SWT. Kepada
Rasul-Nya untuk disampaikan kepada manusia. Ajaran islam berisi ajaran ajaran Allah
SWT. Yang didalamnya diatur tentang bagaimana cara cara manusia dalam berhubungan

3
dengan Allah SWT. Hubungan antar manusia dengan alam semesta. Pada dasarnya agama
islam mengajarkan tentang:

1. Akidah atau keimanan yang intinya adalah tauhid (mengEsakan Allah SWT)
2. Syari’ah yang berisi aturan-aturan yang berkaitan dengan ibadah dan mu’amalah
3. Akhlak yang berkaitan dengan kepribadian seorang muslim yang berprilaku baik
dan mulia atau akhlak karimah

Islam memiliki dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Pengertian khusus adalah
apabila islam digunakan secara mutlak atau lepas maka maksudnya adalah agama Nabi
Muhammad. Sedangkan makna umumnya, yaitu agama semua nabi yang mengajarkan
tauhid, tunduk patuh hanya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
An’am : 162-163, yang berbunyi

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sesembelihanku, hidup dan matiku adalah milik


Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya. Karena itulah aku diperintah dan aku
adalah orang pertama dari kaum muslimin (Q.S Al-An’am ayat 162-163).

1.7 Pengertian Agama Islam


Agama islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agam sebelumnya. Allah telah
menyempurnakan agama ini bagi hamba-hamba-Nya. Dengan agama islam ini juga Allah
menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi sebagai agama yang harus
mereka peluk. Oleh sebab itu tidak aa satu agama pun yang diterima selain islam. Allah
ta’ala juga berfirman:

“ pada hari ini aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan aku telah cukupkan
nikmat-ku atas kalian dan aku pun telah ridhai islam menjadi agama bagi kalian ”

Umar bin Khatab

Menjelaskan islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT. Nabi Muhammad Saw
didalam agama islam terdapat tiga hal yakni: Akidah, Syariat dan Akhlak

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tawaijiri

Mengatakan bahwa islam sdalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada allah dengan
mengesakannnya dan melaksanakan syariat syariat nya dengan penuh keikhlasan

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

4
Beliau mengatakan bahwa islam adalah berserah diri kepada allah swt dengan cara
mentauhidkannya tunduk dan patuh kepadanya dengan ketaatan da berlepas diri dari
perbuatan perbuatan syirik dan para pelakunya.

Jadi pengertian agama islam secara umum yaitu agama yang diridhai allah yang paling
benar dan sempurna serta agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Islam
merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi
terakhir pilihanna. Didalamnya terdapat aturan dan hokum yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat agar selamat dan bahagia didunia sampai
akhirat. Agama islam agama yang benar, yang mengajarkan segala sesuatunya dengan baik
dan sempurna dan berumber pada al quran dan hadist

Agama islam sering dipandang sempit sebagai agama dogma dan berisi ibadah ritual saja.
Padahal aspek ritual tersebut hanya sebagian saja dari komponen ajaran islam, karena
ajarannya berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia yang sekaligus memberikan
nilai nilai esensial terhadap semua aspek tersebut. Islam diturunkan untuk menata kehidupan
manusia didunia, sedangkan diakhirat adalah hasil dari kehidupan dunia islam yang
menunjukkan jalan dan arah yang ditempuh untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki
didunia dan akhirat.

2.1 Kerangka Dasar Agama Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerangka memiliki beberapa arti, di antaranya
adalah garis besar dan rancangan (Tim Penyusun Kamus, 2001: 549). Kerangka dasar berarti
garis besar atau rancangan yang sifatnya mendasar. Dengan demikian, kerangka dasar ajaran
Islam maksudnya adalah garis besar atau rancangan ajaran Islam yang sifatnya mendasar,
atau yang mendasari semua nilai dan konsep yang ada dalam ajaran Islam.

Kerangka dasar ajaran Islam sangat terkait erat dengan tujuan ajaran Islam. Secara umum
tujuan pengajaran Islam atau Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya di perguruan tinggi
adalah membina mahasiswa agar mampu memahami, menghayati, meyakini, dan
mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi insan Muslim yang beriman, bertakwa kepada
Allah Swt., dan berakhlak mulia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kerangka dasar
ajaran Islam meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Tiga
kerangka dasar ajaran Islam ini sering juga disebut dengan tiga ruang lingkup pokok ajaran
Islam atau trilogi ajaran Islam.

Kalau dikembalikan pada konsep dasarnya, tiga kerangka dasar Islam di atas berasal dari
tiga konsep dasar Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan. Ketiga konsep dasar Islam ini
didasarkan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan dari Umar Ibn Khaththab. Hadis ini

5
menceritakan dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi saw. Jibril bertanya kepada Nabi
tentang ketiga konsep tersebut, pertamatama tentang konsep iman yang dijawab oleh Nabi
dengan rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulnya, Hari Akhir, dan Qadla dan Qadar-Nya. Jibril lalu bertanya tentang islam
yang dijawab dengan rukun Islam yang lima, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu.. Kemudian Jibril
bertanya tentang konsep ihsan yang dijawab dengan rukun ihsan, yaitu menyembah
(beribadah) kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, dan jika tidak bisa melihat Allah, harus
diyakini bahwa Dia selalu melihatnya.

Berdasarkan hadis di atas, dapat dipahami bahwa rukun atau kerangka dasar ajaran Islam
itu ada tiga, yaitu iman, islam, dan ihsan. Dari tiga konsep dasar ini para ulama
mengembangkannya menjadi tiga konsep kajian. Konsep iman melahirkan konsep kajian
aqidah; konsep islam melahirkan konsep kajian syariah; dan konsep ihsan melahirkan
konsep kajian akhlak. Penjelasan ketiga konsep kajian ini dapat dilihat di bawah ini.

1.8 Aqidah
Secara etimologis, aqidah berarti ikatan, sangkutan, keyakinan. Aqidah secara teknis
juga berarti keyakinan atau iman. Dengan demikian, aqidah merupakan asas tempat
mendirikan seluruh bangunan (ajaran) Islam dan menjadi Kerangka Dasar Ajaran Islam 77
sangkutan semua hal dalam Islam. Aqidah juga merupakan sistem keyakinan Islam yang
mendasar seluruh aktivitas umat Islam dalam kehidupannya. Aqidah atau sistem keyakinan
Islam dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang biasa disebut dengan rukun iman yang
enam.

Adapun kata iman, secara etimologis, berarti percaya atau membenarkan dengan hati.
Sedang menurut istilah syara’, iman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan
dengan lidah, dan melakukan dengan anggota badan. Dengan pengertian ini, berarti iman
tidak hanya terkait dengan pembenaran dengan hati atau sekedar meyakini adanya Allah
saja, misalnya. Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada; membuktikannya
dengan ikrar syahadat atau mengucapkan kalimat-kalimat dzikir kepada Allah; dan
mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah makna iman
yang sebenarnya, sehingga orang yang beriman berarti orang yang hatinya mengakui adanya
Allah (dzikir hati), lidahnya selalu melafalkan kalimat-kalimat Allah (dzikir lisan), dan
anggota badannya selalu melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-
Nya (dzikir perbuatan).

Dari uraian di atas dapat juga dipahami bahwa iman tidak hanya tertumpu pada ucapan
lidah semata. Kalau iman hanya didasarkan pada ucapan lidah semata, berarti iman yang
setengah-setengah atau imannya orang munafiq seperti yang ditegaskan al-Quran dalam
surat al-Baqarah (2) ayat 8-9:

6
Artinya: “Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya
sendiri, sedang mereka tidak sadar.” (QS. alBaqarah [2]: 8-9).

1.9 Syariah
Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air atau jalan yang harus diikuti, yakni
jalan ke arah sumber pokok bagi kehidupan. Orang-orang Arab menerapkan istilah ini
khususnya pada jalan setapak menuju palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas
terlihat mata (Ahmad Hasan, 1984: 7). Adapun secara Kerangka Dasar Ajaran Islam 79
terminologis syariah berarti semua peraturan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk kaum
Muslim baik yang ditetapkan dengan al-Quran maupun Sunnah Rasul (Muhammad Yusuf
Musa, 1988: 131).

Mahmud Syaltut mendefinisikan syariah sebagai aturan-aturan yang disyariatkan oleh


Allah atau disayariatkan pokokpokoknya agar manusia itu sendiri menggunakannya dalam
berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudaranya sesama Muslim, dengan saudaranya
sesama manusia, dan alam semesta, serta dengan kehidupan (Syaltut, 1966: 12). Syaltut
menambahkan bahwa syariah merupakan cabang dari aqidah yang merupakan pokoknya.
Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan. Aqidah
merupakan fondasi yang dapat membentengi syariah, sementara syariah merupakan
perwujudan dari fungsi kalbu dalam beraqidah (Syaltut, 1966: 13).

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kajian syariah tertumpu pada masalah aturan
Allah dan Rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur manusia dalam
berhubungan dengan Tuhannya (hablun minallah) dan dalam berhubungan dengan
sesamanya (hablun minannas). Kedua hubungan manusia inilah yang merupakan ruang
lingkup dari syariah Islam. Hubungan yang pertama itu kemudian disebut dengan ibadah, dan
hubungan yang kedua disebut muamalah. Ibadah mengatur bagaimana manusia bisa
berhubungan dengan Allah. Dalam arti yang khusus (ibadah mahdlah), ibadah terwujud
dalam rukun Islam yang lima, yaitu mengucapkan dua kalimah syahadah (persaksian),
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bagi yang
mampu. Sedang muamalah bisa dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya. Bentuk-bentuk hubungan itu bisa berupa hubungan

7
perkawinan (munakahat), pembagian warisan (mawaris), ekonomi (muamalah), pidana
(jinayah), politik (khilafah), hubungan internasional (siyar), dan peradilan (murafa’at).

Dengan demikian, jelaslah bahwa kajian syariah lebih tertumpu pada pengamalan konsep
dasar Islam yang termuat dalam aqidah. Pengamalan inilah yang dalam al-Quran disebut
dengan al-a’mal al-shalihah (amal-amal shalih). Untuk lebih memperdalam kajian syariah ini
para ulama mengembangkan suatu ilmu yang kemudian dikenal dengan ilmu fikih atau fikih
Islam. Ilmu fikih ini mengkaji konsep-konsep syariah yang termuat dalam al-Quran dan
Sunnah dengan melalui ijtihad. Dengan ijtihad inilah syariah dikembangkan lebih rinci dan
disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat manusia.
Sebagaimana dalam kajian aqidah, kajian ilmu fikih ini juga menimbulkan berbagai
perbedaan yang kemudian dikenal dengan mazhab-mazhab fikih.

Jika aqidah merupakan konsep kajian terhadap iman, maka syariah merupakan konsep
kajian terhadap islam. Islam yang dimaksud di sini adalah islam sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadis Nabi saw. yang di riwayatkan oleh Umat Ibn Khaththab sebagaimana
yang diungkap di atas.

1.10 Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang merupakan
bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat
(Hamzah Ya’qub, 1988: 11). Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika, moral, dan karakter.
Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah
melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan
oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang
tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
membutuhkan kepada pikiran (Rahmat Djatnika, 1996: 27). Adapun ilmu akhlak oleh Dr.
Ahmad Amin didefinisikan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada sebagian lainnya, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat (Hamzah Ya’qub, 1988: 12).

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa kajian akhlak adalah tingkah laku manusia, atau
tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai
buruk (tercela). Yang dinilai di sini adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
Tuhan, yakni dalam melakukan ibadah, Kerangka Dasar Ajaran Islam 81 dalam berhubungan
dengan sesamanya, yakni dalam bermuamalah atau dalam melakukan hubungan sosial antar
manusia, dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan
tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau benda-benda mati yang juga
merupakan makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu
akhlak kepad Khaliq (Allah Sang Pencipta) dan akhlak kepada makhluq (ciptaan-Nya).

8
Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang
penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang sedang
menghadap dan berada di depan Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu
pendidikan atau latihan untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaffah),
sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman seseorang. Ihsan ini baru tercapai
kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang mencapai
predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan tercermin dalam bentuk
akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang menjadi misi utama diutusnya Nabi
saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya dalam sebuah hadisnya: “Sesungguhnya aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”.

1.11 Hubungan antara Aqidah, Syariah, dan Akhlak


Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan
satu kesatuan yang tidak dapt dipisah-pisahkan. Meskipun demikian, ketiganya dapat
dibedakan satu sama lain. Aqidah sebagai konsep atau sistem keyakinan yang bermuatan
elemen-elemen dasar iman, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syariah
sebagai konsep atau sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama.
Sedangkan akhlak sebagai sistem nilai etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak
dicapai oleh agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam
diri seorang Muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah
pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah,
sedangkan buahnya adalah akhlak.

Muslim yang baik adalah orang yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang
mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga
tergambar akhlak yang mulia dalam dirinya. Atas dasar hubungan ini pula maka seorang
yang melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau iman, maka ia
termasuk ke dalam kategori kafir. Seorang yang mengaku beriman, tetapi tidak mau
melaksanakan syariah, maka ia disebut orang fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman
dan melaksanakan syariah tetapi tidak dilandasi aqidah atau iman yang lurus disebut orang
munafik.

Demikianlah, ketiga konsep atau kerangka dasar Islam ini memiliki hubungan yang
begitu erat dan tidak dapat dipisahkan. Al-Quran selalu menyebutkan ketiganya dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini bisa dilihat dalam berbagai ayat, seperti surat an-Nur (24): 55:

9
Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridoi-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Nur [24]: 55).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia, karenanya Sangat perlu dipahami secara Seksama
oleh setiap manusia. Agama juga membawa peraturan peraturan berupa hukum hukum
yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa
larangan yang harus ditinggalkan. Agama Islam adalah agama yang mengajarkan tentang
bagaimana berperilaku baik terhadap sesama makhluk Allah. Agama Islam sebagai
agama Rahmatan Lil Alamin yang artinya Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan
masyarakat mampu mewujudkan kedamayan dan kasih sayang bagi Sesama manusia
maupun alam.

Dan dari apa yang telah disampaikan dalam makalah ini kita dapat menyimpulkan
bahwa di dunia ini agama digolongkan atau diklasifikasikan menjadi beberapa macam
dan hidup berkembang di kawasan yang berbeda-beda.

Kita juga dapat menyimpulkan bahwa agama Islam berperan penting dalam
kehidupan manusia titik peran Islam dalam kehidupan yaitu Islam sebagai kumpulan
informasi-informasi yang berasal dari Allah SWT , yang bertujuan untuk mengesakan
Tuhan dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudi luhur,
sebagai penuntun bagi umatnya menuju jalan yang benar sebagai rambu-rambu atau
aturan dalam hidup, berperan sebagai peningkat etos kerja dalam kehidupan, dan
mengendalikan juga mengerahkan penggunaan teknologi untuk kepentingan manusia.

Kerangka dasar ajaran Islam merupakan dasar-dasar pokok ajaran Islam yang
membekali setiap orang untuk bisa mempelajari Islam yang lebih luas dan mendalam.
Memahami dan mengamalkan kerangka dasar ajaran Islam merupakan keniscayaan bagi
setiap Muslim yang menginginkan untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah. Tiga
kerangka dasar Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak, tidak bisa dipisah-pisahkan.
Karena itu, tidak dimungkinkan bagi seorang Muslim memilih sebagiannya dan
meninggalkan sebagiannya yang lain.

Sebagai generasi muda Islam yang masih memiliki waktu yang panjang, hendaknya
para mahasiswa Muslim menyadari hal tersebut, sehingga termotivasi untuk mendalami
ajaran Islam yang utuh dan bisa mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan
benar. Dengan bekal ajaran Islam yang cukup, diharapkan aktivitas yang dilakukan,

11
terutama aktivitas ibadah, menjadi berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkannya di
hadapan Allah Swt.

Untuk menghasilkan akhlak atau karakter mulia – yang merupakan citacita setiap
Muslim, juga salah satu tujuan pendidikan nasional Indonesia – dalam konsep Islam
harus dimulai dari membangun fondasi yang kuat, yakni mendasari dengan akidah atau
iman yang kokoh. Dengan iman yang kokoh pasti akan tumbuh semangat yang tinggi
untuk melaksanakan seluruh aturan Allah baik yang 84 Kerangka Dasar Ajaran Islam ada
dalam al-Quran maupun Sunnah, baik yang terkait dengan ibadah maupun muamalah,
dengan baik dan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah, tanpa ada tendensi lainnya.
Jika semua aturan Allah ditaati dan dilaksanakan pastilah akan terwujud akhlak atau
karakter mulia pada diri seseorang. Karena itu, pemahaman yang benar akan konsep
dasar Islam menjadi sangat penting untuk membangun komitmen moral untuk
melaksanakan seluruh ajaran Islam.

3.2 Saran

Dalam kehidupan beragama setiap manusia harus menanamkan sikap saling


menghormati dan menghargai satu sama lain. Karena sesama muslim atau manusia adalah
bersaudara. Dan agama Islam adalah agama yang sangat cinta perdamaian.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Azyumardi Azra, dkk, Ensiklopedi Islam:2020: 63


2. Ajat Sudrajat, dkk, 2018: 23
3. Prof. H. Mohammad Daud Ali, S. H, 2010: 69-71
4. http://www.definisi-pengertian.com/2015/01/definisi-dan-pengertian-hakikat.html
5. https://www.kajianmakalah.com/2015/12/pengertian-agama-menurut-ahli.html
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah
7. http://abibakarblog.com/agama/hubungan-antara-aqidah-dan-syariat/

13

Anda mungkin juga menyukai