BAB I
PENDAHULUAN
yang yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara
bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu,
tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun
Iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam
terhadap hal-hal yang “ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental,
sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun
Iman (pilar keyakinan) ini adalah terdiri dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan taat
Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di
alam semesta), 3) iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam
kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman
kepada hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6)
iman kepada Qada dan Qadar(paham pada keputusan serta kepastian yang
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib
dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah
Oleh karena itu, penulis akan mengkaji berbagai hal yang meyangkut enam
dan bermasyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah
ini, yaitu:
Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang rukun Islam ini adalah:
1. Memahami maksud dengan rukun Iman?
BAB II
keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun
kebaktian itu ialahberiman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqarah:177)
Begitu juga nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda dalam hadits Jibril:”Iman
kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah,
Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu,
Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak
diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada
selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat
dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada Allah Maha Esa itu
merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran
Sunni menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa
batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya
sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan
tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan
(al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang
dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam
tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah,
sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi,
setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan
perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya
disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal (global).
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya
kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakanKalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya
dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib
beriman secaraijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya
secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari
sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan
seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi
berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu.
Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang
diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
2.2.4 Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia
mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka,
wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman secara tafshilkepada siapa di
antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-
Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang
jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah
Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah
yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada
nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua
pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah
pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat
nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu
: Adam, Idris,Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli,
Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya,Isa,
Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah adalah sebagai berikut:
1) "Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2) "Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu Kami utus
seorang Rasul," (Isra', 17:15).
berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki.
Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa
ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan
hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di
2.2.6 Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan
itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak
zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan
apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya.
Allah berfirman ”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49)
Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan seseorang muslim terhadap
perilakunya sehari-hari.
a. Pengaruh Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang muslim,
sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah
beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa
berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya,
sebab ia yakin bahwa Allah itu ada. Karena itu selama iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat
Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama dan tugas-tugasnya, akan
berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk
kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan keyakinan adanya malaikat,
maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan.
Oleh karena itu iman kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak mudah
putus asa atau kecewa.
c. Pengaruh Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan
yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab suci.
Manusia tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan untuk
melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup berakhir, maka dengan pemberitahuan kitab suci
manusia dapat mengatur hidupnya menyesuaikan dengan rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka manusia dapat
melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan
perilaku yang dicontohkan Rasulullah, maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap
mengenai berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah, hubungan antar manusia maupun
lainnya.
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir sebagai ujung
perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang
sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah balasan dari amal perbuatannya, karena ia
yakin di hari akhir ia akan memperoleh balasan apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim yakin
akan hari akhir, maka ia akan terhindar dari sikap malas dan suka melamun, melainkan ia akan terus berproses
dan mencari makna kehidupan.
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab yang
menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang
terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh
karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk
menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena itu dalam kaitan dengan
takdir ini segogjayanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai
3.1 Kesimpulan
a. Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hariKiamat,
karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita
kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga
keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir senantiasa harus
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
rukun iman
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur tehadap Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia serta pentunjuk-Nya, sehingga penulis menyelesaikan
makalah dengan judul “RUKUN IMAN “
Dalam pembuataan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasaan
dan kekurangaan yang dirasakan mengingat pengetahuaan dan pengalamaan
penulis yang masih terbatas. Berkat bantuaan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga keterbatasaan dan kekurangaan
tersebut dapat diatasi sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, kritik dan saraan dari semua pihak sangat kami harapkan
untuk kesepurnaan makalah yang penulis buat, semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan bagi kita semua.
Amin.....
Makassar, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Rukun Iman
II.2 Penjelasan Rukun Iman
II.3 Makna Rukun Iman
BAB III : PENUTUP
III.1 Saran
III.2 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan rukun Iman?
2. Bagaiamana penjelasan rukun iman ?
3. Apakah makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang rukun Islam ini
adalah:
1. Memahami maksud dengan rukun Iman
2. Mengetahui penjelasan rukun iman.
3. Memahami makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
RUKUN IMAN
QS Al-Maidah: 44.
Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah SWT kepada Daud alaihi sallam.
Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman
Allah SWT : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil yang berisi petunjuk dan nur, dan
sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS : Al-Maidah : 46)
Shuhuf, (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa, ‘Alaihimas-shalatu
Wassalam.
Al-Quran, kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammadshalallohu ‘alahi
wa sallam, penutup para nabi. Firman Allah SWT, yang artinya: ” Bulan Ramadhan
yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara
yang haq dan yang batil…”(QS. Al Baqarah: 185)
Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijaksanaan Allah SWT yang telah
menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia
untuk menerima dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah SWT juga
memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang menentang rasul-Nya, kalau
seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini semua
merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah SWT tentu saja terbebas darinya.
Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal abadi
bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah SWT
persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka
adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-
orang yang kafir dan zalim.
b) Fitnah kubur dan siksa kubur
Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian, seperti :
Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia dikuburkan
mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa Nabinya. Pada saat itu Allah
SWT akan memberikan ketegaran bagi hamba-hamba-Nya yang beriman sehingga
ia akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik.
Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zalim
yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-
orang yang beriman dan tulus lagi jujur
c) Buah iman kepada hari Akhir
Iman kepada hari akhir akan membuahkan :
Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan
Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat
6. Iman Kepada Takdir
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala
kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah SWT. Allah SWT telah
mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum
menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai
dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah SWT telah menulisnya pula di
dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah SWT
berfirman”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar
(ukuran).” (Al-Qomar: 49)
a) Kandungan iman kepada Takdir
Iman kepada takdir mencakup empat hal :
Mengimani bahwa Allah SWT telah mengetahui segala sesuatu baik secara
global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah SWT sendiri
ataupun perbuatan makhluk
Mengimani bahwa Allah SWT telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz
sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali dengan
kehendak Allah SWT, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun makhluk
Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan makhluk
Allah SWT, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya
b) Kehendak manusia
Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan
kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syari’at maupun dalil kenyataan. Dalil dari
syari’at antara lain firman Allah SWT (yang artinya), “Maka baransgiapa yang
berkehendak silakan mengambil jalan untuk kembali kepada Rabb-nya.” (QS. an-
Naba’ : 39). Allah SWT juga berfirman (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah
SWT sekuat kemampuan kalian.” (QS. at-Taghabun : 16). Sedangkan dalil
kenyataan menunjukkan bahwa setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai
kehendak dan kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau
meninggalkannya.
c) Buah iman kepada Takdir
Iman kepada takdir akan menghasilkan :
Sikap bersandar kepada Allah SWT dalam melakukan usaha
Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri
Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa
d) Macam-macam taqdir
Takdir ada bermacam-macam :
Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah SWT
tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi
Takdir umri yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai mengawali
kehidupannya di dalam rahim ibunya
Takdir sanawi yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap
tahunnya
Takdir yaumi yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya, baik itu
terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang
C. Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim
Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan
seseorang muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
1. Pengaruh iman kepada Allah
Iman kepada Allah SWT serta iman kepada sifat-sifatnya akan
mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya
akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa
Allah SWT itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya
akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati
tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya, sebab ia yakin bahwa Allah SWT itu
ada. Karena itu selama iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat berbuat
yang tidak sesuai dengan perintah Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:man kepada Allah SWT , Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
SWT, Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT, Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT,
Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada danQadar,
2. Iman kepada Allah SWT serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah SWT itu ada,
Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa
berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang
manusiapun di sekitarnya.
3. Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka
seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia
akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
4. Iman kepada kitab Allah SWT bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat
akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh
manusia telah diberitahukan Allah SWT dalam kitab suci.
5. Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul
maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai
dengan apa yang diharapkan Allah SWT.
6. Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari
akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan
sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia,
karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
7. Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
SWT takdirkan kepadanya dan Allah SWT akan memberikan yang terbaik kepada
seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari,
oleha karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan
taqwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut
pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari
akhir dan takdir senantiasa harus ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.
DAFTAR PUSTAKA
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
Mengenal Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul| Beriman kepada nabi dan rasul adalah meyakini
kebenaran bahwa nabi dan rasul merupakan utusan Allah swt. yang membawa wahyu, untuk disampaikan
kepada umat manusia sebagai pedoman hidup dunia dan akhirat. Pengertian Nabi dan Rasul- Pengertian
nabi adalah seorang laki-laki yang dipilih Allah swt. untuk menerima wahyu untuk kepentingan dirinya
sendiri dan tidak wajib disampaikan kepada umatnya, sedangkan pengertian rasul adalah seorang laki-laki
yang dipilih Allah swt. untuk menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan diwajibkan menyampaikan kepada
umatnya. Persamaan nabi dan rasul adalah sebagai berikut..
1. Nabi dan rasul adalah seorang laki-laki yang dipilih oleh Allah swt
2. Nabi dan rasul sama-sama menerima wahyu dari Allah swt.
Umat Islam wajib mempercayai bahwa nabi dan rasul adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah swt.
bertugas menyampaikan wahyu (amanat) dari Allah swt. untuk umatnya. Berbeda dengan nabi, nabi diberi
wahyu oleh Allah swt. hanya untuk dirinya sendiri dan tidak disampaikan kepada orang lain (umatnya).
Nama-Nama Nabi
Adapun nama nabi dan rasul yang tercantum dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut..
1. Nabi Adam a.s.
2. Nabi Idris a.s.
3. Nabi Nuh a.s.
4. Nabi Hud a.s.
5. Nabi Saleh a.s.
6. Nabi Ibrahim a.s.
7. Nabi Luth a.s.
8. Nabi Ismail a.s.
9. Nabi Iskak a.s.
10. Nabi Yakub a.s.
11. Nabi Yusuf a.s.
12. Nabi Ayub a.s.
13. Nabi Zulkifli a.s.
14. Nabi Syuaib a.s.
15. Nabi Musa a.s.
16. Nabi Harun a.s.
17. Nabi Daud a.s.
18. Nabi Sulaiman a.s.
19. Nabi Ilyas a.s.
20. Nabi Iyasa a.s.
21. Nabi Yunus a.s.
22. Nabi Zakaria a.s.
23. Nabi Yahya a.s.
24. Nabi Isa a.s.
25. Nabi Muhammad saw.
Di antara nabi dan rasul tersebut, ada lima rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi, yaitu suatu gelar yang
diberikan kepada para rasul yang memiliki keuletan, ketabahan, dan kesabaran luar biasa dalam
menyampaikan wahyu atau risalah yang dibebankan kepadanya.
Allah memberikan mukjizat kepada para nabi dan rasul yang termasuk Ulul Azmi, agar umatnya mudah
percaya tentang kemampuan luar biasa yang berikan Allah kepadanya yang tidak dapat ditiru dan
dipelajari.
Menambah keimanan kepada Allah swt. bahwa rasul itu benar-benar manusia pilihan.
Memberikan rahmat dan suri teladan yang baik kepada umatnya.
Mempercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya.
Mempercayai bahwa akan dijamin oleh Allah swt. masuk surga
Mengingat perjuangan beliau dalam menyampaikan agama Allah swt.
Demikianlah pembahasan Mengenal Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul semoga teman-teman
dapat menerima dan dapat bermanfaat, hal yang telah dibuk harus ditutup kembali, dengan segala
hormat "Wassalamualaikum wr.wb".
Mu’jiazat adalah “. suatu kemampuan yang luar biasa yang diberikan Allah
kepada rasul-Nya dan tidak dapat ditiru oleh siapapun ”.
Nabi-nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi, tantangan yang dihadapi serta
mu’jizat yang diterimanya adalah:
1. Nabi Nuh a.s.
Di uji Allah dengan banjir bandang yang menenggelamkan seluruh umatnya,
kecuali umat yang mau mengikuti ajaran agama Allah, bahkan anaknya sendiri
durhaka kepadanya. Dapat membuat perahu yang besar ketika banjir bandang
tiba untuk menyelamatkan umatnya yang beriman, termasuk hewan-hewan
yang naik perahu itu.
Yakin dan percaya bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang akhir
Kesimpulan:
1. Iman kepada Rasul Allah adalah rukun iman yang ke empat.
2. Nabi adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah swt, tidak wajib
menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah orang yang diberi
wahyu ole h Allah swt. untuk disampaikan kepada umatnya.
3. Rasul yang wajib dipercayai adalah 25 orang sebagaimana yang terdapat di
dalam al-Quran.
4. Rasul Ulul Azmi adalah Rasul yang memiliki kesabaran yang tinggi dan
ketabahan yang luar biasa dalam menyiarkan ajaran yang dibawanya Rasul Ulul
Azmi ada lima orang, yaitu Ibrahim as. Nuh as. Musa as. Isa as. Dan Muhammad
saw.
5. Mu’jizad adalah kejadian yang luar biasa yang terjadi pada diri Nabi / Rasul
tidak dapat ditiru oleh manusia biasa.
6. Sifat-sifat yang wajib bagi rasul ada empat yaitu, Sidiq, Amanah, Fathanah,
tablig.
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itulah, makalah ini disusun bukan hanya semata-mata untuk
memenuhi tugas kewajiban mata kuliah, akan tetapi untuk memberikan jawaban
tentang apa yang di maksud Iman kepada Nabi dan Rasul dan ruang lingkup
yang ada di dalamnya. Dan kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tentunya banyak kekeliruan. Maka dari itulah, kekeliruan-kekeliruan itu akan
kita kaji bersama sebagai penyempurna makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
“Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat,
tetapi kebaikan itu adalah siapa yang beriman kepada Allah, hari kiamat,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang
dala perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dan membebaskan
perbudakan, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Dan orang-orang yang
memenuhi janjinya bila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesengsaraan, penderitaan dan pada waktu peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang bertakwa” (QS Al-Baqarah [2]: 177)
Adapun yang dimaksud iman kapada Rasul ialah mempercayai bahwa Allah
SWT telah mengutus para-Rasul-Nya untuk membawa syiar agama dan
membimbing umat pada jalan lurus dan diridhai Allah SWT.[2]
Adapun yang dimaksud percaya kepada para Rasul menurut Imam Al-
Jazairi ialah,
,نعتقد أن هلل تعالى رسال أرسلهم رحمة منه وفضال مبشرين للمحسن بالثواب
,ومنذرين للمسء بالعقاب ومبينين للناس ما يحتاجون إليه من مصالح الدين والدنيا
, ومعجزات باهراة, وأيدهم بأيات ظاهرة,ومفيدين لهم ما يبلغون به الدرجة العليا
[3]0 وأخرهم نبينا محمد,أولهم ادم
Artinya:
“Kami percaya bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai utusan yang diutus
karena belas kasih Allah SWT dan keutamaan yang mana para utusan
membawa kabar bahagia berupa pahala bagi orang yang berbuat kebaikan, dan
kabar buruk berupa siksa bagi orang yang berbuat keburukan (maksiat) dan
menerangkan kepada manusia tentang sesuatu yang dibutuhkan mereka dari
beberapa kenikmatan agamab dan dunia, dan memberikan manfaat kepada
mereka tentang apa yang disampaikan para utusan dengan pangkat yang mulia,
dan Allah SWT telah memberikan kekuasaan kepada mereka berupa ayat-ayat
(tanda) yang tampak, dan juga mukjizat-mukjizat yang jelas dimana Nabi Adam
sebagai Nabi pertama dan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup.”
Dengan kata lain, kita harus percaya bahwa berkat merekalah kita dapat
membedakan antara yang baik dan buruk dan dapat mengenal agama islam
sampai sekarang.
1. Pengertian Nabi
Terdapat sedikit perbedaan antara Nabi dan Rasul, terus apa yang
dinamakan Nabi dan Rasul?, yang dinamakan Nabi adalah,
“Seorang laki-laki merdeka yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dengan
hukum syara’ untuk diamalkan sendiri.”
“Seorang laki-laki merdeka yang mendapatkan wahyu Allah SWT dengan hukum
syara’ untuk diamalkan sendiri serta disampaikan kepada orang lain.”
Adapun jumlah Nabi yang wajib diketahui oleh orang mukallaf yaitu 25
sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran.
Dari dua puluh lima Rasul tersebut terdapat beberapa Rasul yang
disebut Ulil Azmi, yaitu Rasul-Rasul yang mempunyai keteguhan hati sangat
mengagumkan, ketabahan yang luar biasa, dan kesabarannya yang tidak ada
batasnya. Dan hal ini telah diterangkan dalam Al-Quran,
Ada sebagian ‘Alim ulama’ yang mengatakan bahwa yang termasuk dalam
golongan Ulul ‘Azmi adalah semua Rasul, jadi kata “Min” yang artinya “dari”
hanyalah menujukkan keterangan yakni jenis Rasul sebagai utusan Tuhan.
b. Nabi Nuh
c. Nabi Ibrahim
d. Nabi Musa
e. Nabi Isa
Allah SWT telah menyebutkan nama-nama beliau dalam dua buah ayat,
dijelaskan benar-benar nama-nama itu diantara seluruh Nabi.
وإذ أخذنا من النبيين ميثاقهم ومنك ومن نوح وإبراهيم وموسى وعيسى ابن
)7:(االحزاب000مريم وأخذنا منهم ميثاقهم غليظا
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Kami mngambil perjanjian dari Nabi-Nabi dan dari kamu
(sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)
شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به
)13:(الشورى0إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين وال تتفرقوا فيه
Artinya:
3. Sifat-Sifat Nabi
Nabi dan Rasul selain mempunyai sifat yang bijaksana, lemah lembut,
zuhud dan juga taqwa kepada Allah SWT, mereka juga mempunyai sifat-sifat
yang wajib bagi mereka, sifat yang jaiz dan juga sifat yang muhal.
a. Sifat-Sifat Wajib Bagi Rasul
Sifat-sifat yang wajib bagi para utusan yaitu ada empat, sebagaimana
yang dinadhamkan Syekh Imam Nawawi dalam kitabnya Nurud Dhalam,
“Allah SWT telah mengutus para Nabi dengan sifat Fathanah (Pintar), Shidiq
(jujur), Tabligh (menyampaikan), dan Amanah (terpercaya).”
2) Amanah (terpercaya)
3) Tabligh
4) Fathanah (cerdas)
“Dan boleh bagi mereka sifat-sifat manusia selain sifat yang merendahkan
martabatnya seperti sakit yang ringan”.
Selain kedua sifat itu para Utusan/Nabi juga mempunyai sifat yang
mustahil bagi mereka, yaitu sifat pembohong (Kidsbun), menyimpan ilmu/kabar
(Kitmaanun), pengkhianat (Khiyaanatun), dan bodoh (Balaadatun).
Kita sebagai umat muslim tentunya ini adalah kewajiban bagi kita untuk
beriman kepada para Utusan sebagai orang yang telah membawa petunjuk,
karena hal ini adalah suatu bukti bahwa kita cinta terhadap Allah SWT. Dan hal
ini telah kita ketahui bersama bahwa iman kepada Nabi adalah rukun iman yang
ketiga yang seyogianya memang wajib bagi kita. Namun ada beberapa pengaruh
iman kepada nabi dalam kehidupan kita. Dan hal ini dapat diambil dari tujuan
diutusnya para nabi kepada semua manusia. Pertama, pengaruh iman kepada
Nabi adalah kita dapat lebih mendekatkan lagi diri kita kepada Allah SWT yang
telah mengutus orang-orang pilihan-Nya untuk memberikan
petunjuk. Kedua,dapat mencontoh semua sifat, sikap, dan suri tauladan dari
para Utusan. Ketiga, merasa berhutang budi kepada para utusan yang telah
membawa kita dari kejahiliyaan menuju alam sekarang dengan cara selalu
mengikuti sunnahnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iman kapada Rasul ialah mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus
para-Rasul-Nya untuk membawa syiar agama dan membimbing umat pada jalan
lurus dan diridhai Allah SWT.
Ada beberapa pengaruh iman kepada nabi dalam kehidupan kita. Dan hal
ini dapat diambil dari tujuan diutusnya para nabi kepada semua
manusia. Pertama,pengaruh iman kepada Nabi adalah kita dapat lebih
mendekatkan lagi diri kita kepada Allah SWT yang telah mengutus orang-orang
pilihan-Nya untuk memberikan petunjuk. Kedua, dapat mencontoh semua sifat,
sikap, dan suri tauladan dari para Utusan. Ketiga, merasa berhutang budi
kepada para utusan yang telah membawa kita dari kejahiliyaan menuju alam
sekarang dengan cara selalu mengikuti sunnahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Supadie, Didik, Pengantar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Aljazairi, Thahir ibn Shaleh, Jawahirul Kalamiyah, trj. Thahir ibn Abd Rahman,
Surabaya: Al-Hidayah
Sabiq, Sayyid, Aqidah Islam, trj. Moh. Abdai Rathomy Bandung: Penerbit
diponegoro, 2001
[1] Didik Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hal 157-158
[2] Latief Mahmud, Tauhed Ilmu Kalam, (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press,
2006), hal 81
[3] Thahir bin Shalih Al-jazairi, Jawahirul Kalamiyah. Trj. Moh. Thahir bin abd
Rahman (Surabaya:Hidayah) Hal 32
[7]Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, trj. Moh. Abdai Rathomy (Bandung: Penerbit
diponegoro, 2001), hal,. 321-322
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas khendak nya saya telah dapat
menyelesaikan makalah ini. meskipun banyak sekali kekurangan dan kesalahan didalamnya, namun saya berharap bisa
memberikan sedikit penegtahuan tentang hal yang saya tulis ini.
Makalah ini memuat tentang Iman kepada Para Rasul Allah, dimana didalamnya di terangkan bagaimana
seharusnya kita mengimani keberadaan Rasul-Rasul Allah, baik yang di sebutkan maupun yang tidak di sebutkan. Maka
dengan hal ini, semoga kita semua akan menjadi lebih mengetahui dan lebih memperkuat iman kita terhadap keberadaan
Rasul-Rasul Allah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari bahwa dalam
penuliasan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu Saya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga makalah ini dapat bernmanfaat bagi pembaca.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................
1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. Tujuan .................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ...........................................................................................
A. Pengertian Iman Kepada Rasul Allah ................................................... 2
B. Fungsi Iman Kepada Rasul Allah.......................................................... 3
C. Meneladani Iman Kepada Rasul Allah.................................................. 4
Bab III Penutup ................................................................................................
1. Kesimpulan ........................................................................................... 5
2. Saran ..................................................................................................... 6
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan
rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan Rasul,mulai dari
Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW. Merupakan suatu
rangkaian yang memiliki satu tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat atau hukum tertentu yang kemudian
disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu,kita sebagai seorang muslim,wajib beriman atau mempercayai
kepada para Rasul utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang di bawa oleh Rasul
utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga
akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya mengetahui tentang pengertiannya saja itupun hanya
terbatas, tanpa mengetahui akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang kita jalani atau di
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan wajib mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian iman kepada Rasul.
2. Untuk mengetahui cara kita beriman kepada Rasul Allah.
3. Untuk mengetahui jumlah Rasul yang wajib kita ketahui beserta sejarah singkatnya.
4. Untuk mengetahui tugas dari para Rasul Allah.
5. Untuk mengetahui hikmah dari beriman kepada Rasul Allah
6. Untuk mengetahui bagaimanakah cara kita untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap
umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-
orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Imam Baidhawi,
Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya.
Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya.
Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan
syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang keempat. Karena merupakan rukun iman yang keempat,
bagi setiap muslim wajib untuk mengetahui dan mengimani 25 Nabi dan Rasul tersebut. Nabi adalah manusia terpilih untuk
menerima wahyu dari Allah. Lalu apa perbedaan Nabi dan Rasul? Nabi menerima wahyu untuk dirinya sendiri, sedangkan
Rasul menerima wahyu dan memiliki tugas untuk menyampaikannya pada seluruh umat di dunia.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu
kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya:
7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa
suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara)
dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki,
tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya
sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang merupakan tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi
iman kepada Rasul-rasul Allah swt, yaitu:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barang siapa yang mengingkari mereka walaupun hanya
salah seorang Rasul, maka dianggap kafir.
Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).
2. Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal namanya.
Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.”(Qs:
Al-mu-min:78).
3. Membenarkan berita-berita yang bersumber dari wahyu Allah swt.
4. Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada kita
Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu
keberatan terhadapm putusan yang kamu berikan dan meeka menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
C. Meneladani Sifat-sifat Rasulullah SAW.
Untuk menel;adani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak
berbohong dalam berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan. Rasulullah saw, selama hidupnya
tidak pernah berbohong, baik terhadap para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.
Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya melakukanb sesuatu sebaiknya dapat dipercaya, sehingga
tugas apa pun selalu dikerjaan dengan baik dan benar.
Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata.
ada yang cerdas dan ada pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan cara bersungguh-
sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.
Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia termasuk salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig.
Mnyampaikan kebenaran dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain biasanya mengandung risiko. Keberanian
melakukan ini merupakan salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, ketika
berdakwah. Beliau seringkali disambut dengan cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini semua
dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh setiap umat muslim di seluruh
dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti adalah kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul
allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Rasul
merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang
terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan patut dipelajari. Karena, selain
memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik
di dunia maupun di akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan menerapkannya
di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya,
dan mendapat kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.
B. SARAN
Diskusi mengenai pembahasan ini merupakan awal yang masih sederhana sehingga ada beberapa hal yang
disarankan, antara lain :
1. Masyarakat harus mengetahui dan memahami mengenai pengertian iman kepada Rasul Allah secara dalam.
2. Pemerintah harus lebih menambah waktu jam pelajaran mengenai materi tersebut di dalam kalangan pelajar agar mereka
mampu memahami lebih dalam, luas, serta terarah nantinya.
3. Masyarakat Harus mampu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, dengan menunjukkan contoh-contoh perilaku
beriman kepada Rasul-rasul allah.
4. Kepada siswa dan siswi diharapkan mampu mempelajari tentang materi Beriman kepada Rasul-rasul allah secara intensif
dan lebih luas.
5. Diharapkan ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari makalah ini.
Makalah Iman kepada Nabi Dan Rosul Allah
10/23/2013 05:23:00 AM by Ainul IrjazNo comments
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
petunjuknya kami telah menyelesaikan makalah “IMAN KEPADA NABI DAN
ROSUL”.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada guru yang
memberikan tugas kepada saya tentang beberapa materi yang disampaikan
kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para teman-teman saya
karena berkat do’a dan dukungannyalah sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas makalah ini.
Penulis
M. Ainul Y.E. I.
LEMBAR PENGESAHAN
Iman kepeda nabi dan rosul Allah sangatlah penting. Sampai menjadi
rukun iman yang ke empat. Pembahasan dengan makalah ini semoga dapat
memperkuat keimanan kita semua.
Makalah ini dibuat sebagai pemenuh tugas PAI (Pendidikan Agama Islam
).
Mengetahui.
Guru Pembimbing
Ninik Mukaromah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Nabi dan Rasul
2.2. Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul
2.3. Jumlah Nabi dan Rasul
2.4. Tugas Para Rasul ‘alaihissalam
2.5. Sifat-sifat Rasul Allah SWT
2.6. Cara Menumbuhkan Iman Kepada Rasul
2.7. Fungsi Iman kepada Rasul Allah Swt
2.8. Hikmah beriman kepada Rasul Allah SWT.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
3.3. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena
iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman
kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan
Rasul,mulai dari Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as
hingga Nabi Muhammad SAW. Merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu
tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat atau hukum tertentu yang
kemudian disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu,kita
sebagai seorang muslim,wajib beriman atau mempercayai kepada para Rasul
utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran
yang di bawa oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada
Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya
mengetahui tentang pengertiannya saja itupun hanya terbatas, tanpa mengetahui
akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang
kita jalani atau di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan
wajib mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-
hari, tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
1.2. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena
mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang
yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa
berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.
Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan
wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul
adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk
menyampaikannnya.
Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan,
karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan,
dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk menyembunyikan wahyu
Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Syaikh Ibn Abdul Wahhab menggunakan definisi ini dalam
Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat, begitu pula Syaikh Muhammad ibn
Sholeh Al Utsaimin.
“Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan
sekelompok orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak
bersama seorang pun.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada
umatnya. Ulama lain menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu bukan berarti Nabi tidak boleh menyampaikan wahyu.
Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah seorang
Rasul mendapatkan syari’at baru sedangkan Nabi diutus untuk mempertahankan
syari’at yang sebelumnya.
2.2. Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul
Jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul juga
tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul ‘Azmi. Hal ini berdasarkan
hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
berapa jumlah rasul?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Tiga ratus
belasan orang.” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Albani). Dalam riwayat Abu
Umamah, Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?”,
Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab,“124.000 dan Rasul itu 315 orang.”
Namun terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa
jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu’alam.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi,
maka kita tetap mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak
dikisahkan dalam Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan
sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak
Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-Mu’min 40:78). Selain 25 nabi yang telah
disebutkan dalam Al-Qur’an, terdapat 2 nabi yang disebutkan
Nabishalallahu’alaihiwasalam, yaitu Syts dan Yuusya’.
Berkenaan dengan tiga nama yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu
Zulkarnain, Tuba’ dan Khidir terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan
ulama apakah mereka Nabi atau bukan. Akan tetapi, untuk Zulkarnain dan
Tuba’ maka yang terbaik adalah mengikuti Rasulullah
shalallahu’alaihiwasalam, Beliau shalallahu’alaihiwasalam bersabda, “Aku
tidak mengetahui Tubba nabi atau bukan dan aku tidak tahu Zulkarnain nabi
atau bukan.” (HR. Hakim dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohih Jami As
Soghir). Maka kita katakanwallahu’alam. Untuk Khidir, maka dari ayat-ayat
yang ada dalam surat Al-Kahfi, maka seandainya ia bukan Nabi, maka tentu ia
tidak ma’shum dari berbagai perbuatan yang dilakukan dan Nabi Musa
‘alaihissalam tidak akan mau mencari ilmu pada Khidir. Wallahu’alam.
2.4. Tugas Para Rasul ‘alaihissalam
1. Mengenali sikap dan keteladanan serta kepribadian Rasul SAW yang mulia
2. Membaca dan menghayati kisah-kisah para Rasul SAW
3. Kehalusan tutur kata Rasul, bagusnya sikap dan tingkah laku Rasul dapat
dijadikan teladan dalam kehidupan
4. Menerapkan sunah-sunah Rasul dalam kehidupan sehari-hari
5. Tidak berputus asa dalam menjalankan apa yang telah di contohkan oleh Rasul.
Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang merupakan
tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi iman kepada Rasul-rasul Allah swt,
yaitu:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barang siapa
yang mengingkari mereka walaupun hanya salah seorang Rasul, maka dianggap
kafir.
Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah mendustakan para
Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).
2. Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal namanya.
Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah Kami utus
beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan
kepadamu.”(Qs: Al-mu-min:78).
3. Membenarkan berita-berita yang bersumber dari wahyu Allah swt.
4. Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada kita.
Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada
hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka suatu keberatan terhadapm putusan yang kamu berikan dan meeka
menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
2.8. Hikmah beriman kepada Rasul Allah SWT.
Hikmah beriman kepada rasul Allah SWT dalam kehidupan, antara lain
sebagai berikut :
1. Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul itu benar-
benar manusia pilihan-Nya.
2. Mau mengamalkan apa yang disampaikan para rasul.
3. Bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan.
4. Memercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya.
5. Lebih mencintai, menghormati, dan mengagungkan rasul atas perjuangannya
dalam menyampaikan agama Allah SWT kepada umatnya.
6. Akan selamat di dunia dan di akhirat dengan bimbingan yang diberikan rasul.
7. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui
oleh setiap umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul
allah berarti adalah kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul
allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh
Allah dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara
manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah
sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga
dan patut dipelajari. Karena, selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat
bermanfaat juga memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita
baik di dunia maupun di akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih
dalam, memahami lebih luas, dan menerapkannya di dalam kehidupan kita
tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita dapat menjadi yang lebih
baik di setiap harinya, dan mendapat kehidupan yang bahagia di dunia maupun
di akhirat.
3.2. Saran
http://islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah.html
http://13hif.blogspot.com/2012/01/hikmah-beriman-kepada-rasul-alllah_13.html
http://www.scribd.com/doc/84883105
islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Iman
Pengertian iman yang tercantum di dalam Al-Qur'an ditemukan dalam kata-kata :
aamana , yu minu , ii maanan, yang merupakan hasil pemecahan dari bentuk kata Iman.
Terjemahan umum dari kata-kata tersebut adalah:
aamana = telah / sudah ber-iman.
yu minu = sedang / akan / lagi ber-iman.
iimanan = Iman
mu minu = yang ber-iman.
Didalam memberikan definisi tentang perkataan Iman ini menurut yang ada sama dengan
Percaya atau menurut Arab sama dengan : 'aqdun bil qolbi faqath. Sedangkan Iman
berdasarkan Al-Qur'an, seperti dijelaskan oleh hadits yang artinya : Iman adalah tanggapan
hati (proses menanggapi) kemudian dinyatakan dalam lisan (proses pernyataan diri/sika) dan
menjelma kedalam seluruh laku perbuatan (proses pembuktian dalam hidup).Atau dengan
kata lain Iman adalah tambatan hati yang menggema ke dalam seluruh ucapan dan laku
perbuatan.
B. Pengertian Rasul
Rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi
arahan. Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk
menyampaikannnya.
Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada
manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa,
dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia
lain.
Ciri-ciri Rasul:
1. Laki-laki yang berasal dari manusia, QS. Al Kahfi (18) : 110
2. Ma’sum terjaga dari kesalahan, QS. An Najm (53) : 2-5
3. Menjadi suri teladan, QS. Al Ahzab (33) : 21
4. Memiliki akhlaq yang mulia; shidiq, tabligh, amanah dan fathonah. QS. Al Qalam (18) : 4
5. Memiliki mu’jizat, QS. Al Qomar (54) : 1
6. Tersampaikan berita tentang kedatangannya, QS. Ash Shaff (61) : 6
7. Adanya berita kenabian, QS. Al Furqan (25) : 30
8. Hasil perbuatan seperti kader (sahabat), lingkungan dan tatanan kehidupan dan peradaban
Islami, QS. Al Fath (48) : 29
BAB III
METODOLOGI
B. Metode Diskusi
Metode yang kami gunakan dalam diskusi ini adalah Studi Pustaka.
D. Cara Kerja
Cara kerja yang kami lakukan, adalah dengan Mengunjungi perpustakaan dan Situs
internet sebagai bahan Penunjang Pembahasan yang kami diskusikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
C. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai
dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
َّ َِّب اِل
ي ِمن د ُنيَا ُكم ثَالَث َّ سا ُء َو ُج ِعلَت قُ َّرة ُ َعينِى فِى ال
َ ُح ِب: ِصالَة ِّ ِ َ ائ( ا
َ ِِّلطيبُ َوالن ِ سَ ِّ) َر َواهُ الن
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian,
serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
D. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada
kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan
dirinya sendiri.
E. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah
seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua
lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.
24.) Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir
atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat
Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh
umat Kristen.
25.) Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah
masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang
merupakan kitab suci terakhir pula.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh
setiap umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti adalah
kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah
dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya
sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia
dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan patut
dipelajari. Karena, selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga
memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat.
Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan
menerapkannya di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita
dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya, dan mendapat kehidupan yang bahagia di
dunia maupun di akhirat.
B. SARAN
Diskusi mengenai pembahasan ini merupakan awal yang masih sederhana sehingga
ada beberapa hal yang disarankan, antara lain :
1. Masyarakat harus mengetahui dan memahami mengenai pengertian iman kepada Rasul
Allah secara dalam.
2. Pemerintah harus lebih menambah waktu jam pelajaran mengenai materi tersebut di dalam
kalangan pelajar agar mereka mampu memahami lebih dalam, luas, serta terarah nantinya.
3. Masyarakat Harus mampu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, dengan
menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul allah.
4. Kepada siswa dan siswi diharapkan mampu mempelajari tentang materi Beriman kepada
Rasul-rasul allah secara intensif dan lebih luas.
5. Diharapkan ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Dwi dkk.2010.Pendidikan Agama Islam kelas 2
SMA/MA.Surakarta:Suara Media Sejahtera.
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/mengenal-rasulullah-saw/
http://muslimah.or.id/aqidah/iman-kepada-rasul.html
http://organisasi.org/definisi_pengertian_dan_sifat_sifat_nabi_dan_rosul_rasul_pendidikan_agama_islam
http://www.mail-archive.com/keluarga-sejahtera@yahoogroups.com/msg03872.html
http://abumushlih.com/definisi-iman.html/
http://aliph.wordpress.com/2007/01/23/pengertian-iman-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaah/
http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/iman-kepada-rasul-rasul-allah.html
http://blog.re.or.id/hakikat-cinta-kepada-rasulullah.htm
A.Pengertian Iman Kepada rasul
iman kepada rasul-rasul allah• merupakan rukun iman ke empat• meyakini dengan sepenuh
hati bahwa rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh allah untuk menerima wahyu.
Ayat tentang perintah beriman kepada rasul: adalah
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul- Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
QS. An-Nisaa : 136
Definisi iman Menurut bahasa iman mempunyai arti pembenaran hati. Sedangkan
menurut istilah, iman adalah "membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan". Ini adalah penjapat jumhur ulama. Dan Imam Syafi'I
meriwayatkan ijma (Kesepakatan) para shahabat, tabi'in dan orang-orang sesudah mereka
yang sezaman dengan beliau atas perngertian tersebut.
Rasul adalah manusia yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara
istilah, rasul adalah hamba Allah yang terpilih yang diberikan wahyu dan diutus kepada kaum yang kafir,
terkadang dengan syari’at baru -dan ini kebanyakannya- dan terkadang dengan syari’at rasul sebelumnya.
B. Sangat Butuhnya Makhluk Terhadap Terutusnya Rasul
Sesungguhnya kebutuhan makhluk terhadap terutusnya para rasul merupakan kebutuhan yang paling
penting yang mengalahkan semua kebutuhan yang paling darurat sekalipun. Imam Ibnul Qoyyim -
rahimahullah- berkata dalam Zadul Ma’ad (1/15), “… dari sinilah nampak bagaimana betul-betul sangat
butuhnya para hamba untuk mengenal sang rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan apa yang beliau bawa,
membenarkan apa yang dia khabarkan, dan mentaati apa yang dia perintahkan, karena sesungguhnya
tidak ada satupun jalan menuju kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat kecuali melalui
perantaraan para rasul, dan tidak ada satupun cara untuk mengetahui yang baik dan yang buruk secara
rinci kecuali dari mereka, dan sekali-sekali tidak akan bisa didapatkan ridho Allah selama-lamanya kecuali
melalui perantaraan mereka. Maka tidak ada kebaikan dalam semua amalan, ucapan, dan akhlak kecuali
tuntunan mereka dan apa yang mereka bawa. Maka mereka adalah tolak ukur yang benar yang mana
seluruh akhlak dan amalan (hamba) diukur dengan amalan dan akhlak mereka, dan dengan mengikuti
mereka akan nampak mana pengikut kesesatan. Maka kebutuhan (hamba) kepada mereka melebihi
kebutuhan badan kepada ruh, kebutuhan mata kepada cahayanya, kebutuhan ruh kepada kehidupannya,
dan bagaimanapun mendesaknya dan pentingnya suatu kebutuhan maka kebutuhan hamba terhadap para
rasul melebihi semua hal itu. Dan bagaimana menurut kamu mengenai orang yang jika tuntunan dan apa
yang datang darinya walaupun sekejap mata maka akan (mengakibatkan) hatimu rusak dan dia (hatimu)
akan menjadi seperti ikan jika dia dipisahkan dari air dan diletakkan di padang pasir. Maka keadaan hamba
ketika hatinya berpisah dari apa yang para rasul datang dengannya sama seperti (ikan) ini, bahkan lebih
parah. Akan tetapi hal ini tidak bisa dirasakan kecuali oleh hati yang hidup karena hati yang mati tidak bisa
merasakan sakitnya luka. Jika kebahagiaan hamba di dua negeri (dunia dan akhirat) ditentukan oleh
hidayah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- maka wajib bagi setiap orang -yang (mau) menasehati dan
menghendaki keselamatan dan kebahagiaan jiwanya- untuk mengetahui petunjuk, sejarah dan keadaan
beliau, mengeluarkan dirinya dari jejeran orang-orang yang bodoh terhadapnya (petunjuk Nabi) dan
menggolongkan dirinya ke dalam jejeran pengikut, penolong, dan kelompok beliau. Dan manusia dalam
perkara ini ada yang (mendapatkan) sedikit, dan ada yang banyak dan ada yang diharamkan (darinya),
dan keutamaan hanya di tangan Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha
Memiliki Keutamaan yang besar”.
C. Hikmah Terutusnya Nabi dan Rasul
Hikmah Allah yang agung, perhatian Allah yang besar, dan rahmat Allah yang luas mengharuskan adanya
hikmah yang sangat mulia dari terutusnya para nabi dan rasul. Di antara hikmah yang Allah nampakkan
kepada kita adalah:
1. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-
Nya, dan tidak mungkin bagi hamba untuk menyembah Tuhan mereka, melaksanakan apa yang dicintai-
Nya dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya kecuali melalui tuntunan para rasul, yang mana mereka ini
adalah makhluk pilihan Allah dari kalangan manusia.
2. Sesungguhnya penegakan hujjah atas seluruh hamba akan terjadi dengan terutusnya para rasul. Allah
-’Azza wa Jalla- menegaskan:
“Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak
ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa` : 165)
3. Sesungguhnya akal-akal hamba tidak akan sanggup menggapai perkara-perkara yang gaib, seperti
keimanan terhadap kebangkitan, adanya surga dan neraka, para malaikat dan jin, dan yang lainnya.
Semua perkara ini hanya bisa diketahui melalui jalur para rasul yang mendapatkan wahyu dari Yang
Mengutus mereka, seandainya para nabi dan rasul tidak terutus maka para hamba tidak akan memiliki
keimanan terhadap perkara yang gaib.
4. Jin dan manusia sangat membutuhkan suri tauladan yang baik, yang bersifat dengan sifat-sifat yang
paling sempurna yang bisa dicapai oleh seorang hamba, yaitu wahyu dan ‘ushmah (penjagaan dari dosa).
Dan tidak ada seorangpun yang bersifat seperti ini kecuali orang-orang yang dipilih oleh Allah, yaitu para
rasul, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
سنَةٌ ِّل َمنْ كَانَ يَ ْر ُجو هللاَ َوا ْليَ ْو َم اآلخِّ ِّر ْ ُ س ْو ِّل هللاِّ أ
َ س َوةٌ َح ُ لَقَ ْد كَانَ لَ ُك ْم فِّي َر
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21 )
D. Nama-Nama Nabi dan Rasul
Yang merupakan aqidah kaum muslimin bahwa tidak ada yang mengetahui jumlah nabi dan rasul secara
pasti selain Allah -Subhanahu wa Ta’ala- yang telah mengutus mereka. Akan tetapi Allah -Ta’ala- telah
mengabarkan kepada kita sebahagian dari nama-nama mereka, sehingga kita harus mengimani akan
adanya nabi-nabi tersebut secara rinci. Sedangkan nabi-nabi yang tidak Allah khabarkan kepada kita,
maka kita wajib beriman kepada mereka secara global.
Merupakan suatu kaidah yang asasi bahwa tidak boleh menetapkan jenjang kenabian kepada seorangpun
kecuali dengan dalil yang shohih dan tegas. Syaikh Muhammad bin ‘Abdilah Al-Imam dalam kitab beliau
yang berjudul Tahdzirul Atqiya` min ‘Ibadati Quburil Anbiya` wal Auliya` menyebutkan nama-nama nabi
yang tsabit dan yang tidak tsabit dari Al-Qur`an dan Sunnah. Nama-nama nabi dan rasul yang masyhur
yang jumlahnya 25 disebutkan oleh seorang penya`ir dalam dua bait sya’irnya:
E. Para Nabi dan Rasul Adalah Makhluk yang Paling Mulia Secara Mutlak
Bukan perkara yang samar bagi setiap muslim bahwa derajat nabi dan rasul jauh lebih tinggi di atas derajat
hamba yang paling sholih dan paling bertaqwa yang bukan seorang nabi atau rasul.
Allah -Ta’ala- menegaskan:
سنَ أُولَئِّكَ َرفِّيقًاحَ
ُ َ و َين ل
ِِّّح ا ص
َّ الوَ د
َِّاء ه
َ ش
ُّ الوَ َينقِّ ِّي
د الصو
ِّ َ َينيِّ ِّ بَّ نال َن ِّم م ْه
ْ ِّ يَ ل ع
َ َّللا
ُ َّ م
ََ ع ْ
ن َ أ َينذِّ َّ ل ا ع م
َ َ َك ئ
ِّ َ ل وُ أَ ف ل
َ و س َّ َو َمنْ يُطِّ ِّع
ُ َّ َ ََّللا
الرو
“Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-
orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. An-Nisa` : 69)
Jadi, derajat Ash-Shiddiqin, Asy-Syuhada`, dan Ash-Sholihin seluruhnya tidak akan mencapai derajat
seorang nabi, terlebih lagi derajat seorang rasul. Hal ini tentunya jelas, karena tidak mungkin mereka bisa
mencapai derajat-derajat tersebut (Ash-Shiddiqin, Asy-Syuhada`, dan Ash-Sholihin) kecuali dengan
beriman dan mentaati nabi dan rasul.
Peringatan:
Oleh karena itulah, di antara kebatilan apa yang dinyatakan oleh Ibnu ‘Araby bahwa jenjang tertinggi dalam
agama adalah jenjang wali, setelah itu jenjang kenabian, dan yang paling rendah adalah jenjang
kerasulan.Apa yang dia nyatakan ini adalah pemutarbalikan hakikat dan tidak tersembunyi kebatilannya
dari setiap orang awam dari kaum muslimin, apalagi ulama’nya.
F. Beriman Kepada Para Rasul Mengandung Beberapa Perkara:
Pertama: Mengimani bahwa risalah mereka adalah benar dari Allah Ta’ala. Karenanya barangsiapa yang
mengingkari risalah salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah mengingkari risalah semua
rasul. Allah Ta’ala berfirman, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’ara`: 105)
Kedua: Mengimani secara terperinci siapa di antara mereka yang kita tidak ketahui namanya, yaitu mereka
yang telah kami sebutkan di atas. Adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita beriman kepadanya
secara global, sebagaimana di atas.
Ketiga: Membenarkan kabar-kabar dan kisah-kisah tentang mereka selama kabar dan kisah itu benar dan
shahih.
Keempat: Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yakni Muhammad -alaihishshalatu
wassalam-. Allah Ta’ala berfirman, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa`: 65)
G. Buah Keimanan Kepada Para Rasul
Pertama: Mengetahui rahmat dan perhatian Allah kepada para hamba tatkala Dia mengutus kepada
mereka nabi dan rasul yang akan menuntun mereka menuju jalan yang lurus.
Kedua: Bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat yang besar ini.
Ketiga: Mencintai dan memuliakan para nabi dan rasul -alaihimushshalatu wassalam- karena mereka
adalah hamba-hamba yang paling sempurna dalam ibadah kepada-Nya, mereka menyampaikan risalah-
Nya, dan menasehati hamba-hambaNya.
____________
(1) Maksudnya adalah ayat 83-86 dari surah Al-An’am, Allah menyatakan:
(( علِّي ٌم َ ت َمنْ نَشَا ُء إِّنَّ َربَّكَ َحكِّي ٌم ٍ علَى قَ ْومِّ ِّه نَ ْرفَ ُع د ََرجَاَ َوتِّ ْلكَ ُح َّجتُنَا َءات َ ْينَاهَا إِّب َْراهِّي َم. ْوب ك اُال َه َد ْينَا َونُو ًحا َه َد ْينَا مِّ نْ قَ ْب ُل َومِّ ن
َ ُسحَاقَ َويَ ْعق ْ َِّو َو َه ْبنَا لَهُ إ
س َع ي
َ َ َ َ ْ
ل او ل ِّي
ع ام س إو
َ ْ ِّ َ . َين ل
ِِّّح َّا
ص ال َن ل ك
ُ اس يلْ
َِّ َ ِّ َ َ ٌّ م إو ى س ِّي
ع و ى ي يو ا
َ َ َْ ِّ َّ َ َح يَرك َزو . َينن س م
ِّ ِّ ُْ ح ْ
ل ا ي ز َ ن
ِّ َْ ِّ ج َك لَ ذكَ و َون َار
ُ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ َ ُّ َ َ ْ ُ َاو َد َو
ه و ى س و م و ف س و يو وب يَ أو َان م يَ ل س ُ ذُ ِّريَّ ِّت ِّه د
َ
َالعَالمِّ ين ْ َ
على َ ْ
ضلنَا َّ فَ َوك اُال ً
َولُوطا سَ ُ)) َويُون
“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada (1)Ibrahim untuk menghadapi kaumnya, Kami tinggikan
siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat, sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan (2)Ishaq dan (3)Ya`qub kepadanya (Ibrahim), masing-
masing dari keduanya telah Kami beri petunjuk; dan kepada (4)Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri
petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu (5)Daud, (6)Sulaiman, (7)Ayyub, (8)Yusuf,
(9)Musa, dan (10)Harun, demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan
(11)Zakaria, (12)Yahya, (13)`Isa dan (14)Ilyas, semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan
(15)Ismail, (16)Ilyasa`, (17)Yunus, dan (18)Luth, masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat
(di masanya)”.
Ini adalah nama 18 nabi, dan sisanya berupa 7 nabi yang lain disebutkan oleh penya’ir tersebut dalam
sya’irnya
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
iman kepada rasul-rasul allah• merupakan rukun iman ke empat• meyakini dengan sepenuh
hati bahwa rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh allah untuk menerima wahyu.
Ayat tentang perintah beriman kepada rasul: adalah
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul- Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
QS. An-Nisaa : 136
Yang merupakan aqidah kaum muslimin bahwa tidak ada yang mengetahui jumlah nabi dan rasul secara
pasti selain Allah -Subhanahu wa Ta’ala- yang telah mengutus mereka. Akan tetapi Allah -Ta’ala- telah
mengabarkan kepada kita sebahagian dari nama-nama mereka, sehingga kita harus mengimani akan
adanya nabi-nabi tersebut secara rinci. Sedangkan nabi-nabi yang tidak Allah khabarkan kepada kita,
maka kita wajib beriman kepada mereka secara global.
Merupakan suatu kaidah yang asasi bahwa tidak boleh menetapkan jenjang kenabian kepada seorangpun
kecuali dengan dalil yang shohih dan tegas. Syaikh Muhammad bin ‘Abdilah Al-Imam dalam kitab beliau
yang berjudul Tahdzirul Atqiya` min ‘Ibadati Quburil Anbiya` wal Auliya` menyebutkan nama-nama nabi
yang tsabit dan yang tidak tsabit dari Al-Qur`an dan Sunnah. Nama-nama nabi dan rasul yang masyhur
yang jumlahnya 25 disebutkan oleh seorang penya`ir dalam dua bait sya’irnya: