Anda di halaman 1dari 69

Makalah agama rukun iman

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Beragama adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal

yang yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara

bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu,

tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang

ditetapkan oleh agama tersebut.

Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun

Iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam

terhadap hal-hal yang “ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental,

sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun

Iman (pilar keyakinan) ini adalah terdiri dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan taat

kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat

Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di

alam semesta), 3) iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam

kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman

kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh perjuangan paraNabi dan Rasul dalam

menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) iman

kepada hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6)
iman kepada Qada dan Qadar(paham pada keputusan serta kepastian yang

ditentukan Allah pada alam semesta).

Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib

dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah

keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu

kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Oleh karena itu, penulis akan mengkaji berbagai hal yang meyangkut enam

pilar keimanan tersebut, baik dalil-dalilnya maupun pengaruh keimanan tersebut

terhadap kehidupan seorang muslim. Diharapkan kajian tersebut akan menambah

pemahaman penulis mengenai pentingnya rukun iman dalam kehidupan beragama

dan bermasyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah
ini, yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan rukun Iman?


2. Apakah kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?

3. Apakah makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang rukun Islam ini adalah:
1. Memahami maksud dengan rukun Iman?

2. Mengetahui kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?

3. Memahami makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?


1.4 Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan kemudian dianalisis
berdasarkan teori-teori yang ada dan pengetahuan penulis. Adapun teknis penulisan yang
digunakan adalah kajian kepustakaan terhadap berbagai literatur aqidah.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan tujuan
Penulisan, metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan materi, yang berisi tentang pengertian, dalil-dalil dan materi rukun Iman
Bab III Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

RUKUN IMAN SEBAGAI PILAR KEYAKINAN UMAT ISLAM

2.1 Pengertian Rukun Iman

Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar

keyakinan seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun

iman dalam ajaran Islam, yaitu:


 Iman kepada Allah
o Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
 Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
o Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta
 Iman kepada Kitab-kitab Allah
o Melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah
adalah Al-Qur'an
o Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur,Taurat, dan Injil
 Iman kepada Rasul-rasul Allah
o Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran
yang disertai kesabaran
 Iman kepada hari Kiamat
o Paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan
 Iman kepada Qada dan Qadar
o Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta

Mengenai rukun iman ini berikut dalil-dalilnya:


”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya

kebaktian itu ialahberiman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqarah:177)

Begitu juga nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda dalam hadits Jibril:”Iman

ituadalah hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-

kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah,

yang baik maupun yang buruk.”(HR Muslim)

2.2 Penjelasan Ringkas Tentang Rukun Iman


2.2.1 Iman Kepada Allah Ta’ala

Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu,
Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak

diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada
selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat
dan kekurangan.

Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada Allah Maha Esa itu
merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran

Sunni menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa
batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya

sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan

tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan
(al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).

2.2.2 Iman Kepada Para Malaikat-Nya


Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang

diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang
dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam

tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah,
sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi,

setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan
perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya

disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal (global).

2.2.3 Iman Kepada Kitab-Kitab

Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya
kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakanKalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya

dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib
beriman secaraijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya

secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari

sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan

seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi
berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu.

Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang

diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
2.2.4 Iman Kepada Rasul-rasul

Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia
mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka,
wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman secara tafshilkepada siapa di

antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-

Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang
jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah

Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah
yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada

nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua
pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah
pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat
nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu
: Adam, Idris,Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli,
Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya,Isa,
Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah adalah sebagai berikut:
1) "Kami utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2) "Kami tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu Kami utus
seorang Rasul," (Isra', 17:15).

2.2.5 Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati


Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di
negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang

berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki.
Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa

ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan
hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di

dunia maupun di akhirat.

2.2.6 Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.

Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan

itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak
zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan
apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya.
Allah berfirman ”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49)

2.3 Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim

Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan seseorang muslim terhadap
perilakunya sehari-hari.
a. Pengaruh Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang muslim,
sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah
beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa
berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya,

sebab ia yakin bahwa Allah itu ada. Karena itu selama iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat

berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah.


b. Pengaruh Iman Kepada Malaikat

Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama dan tugas-tugasnya, akan
berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk

kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan keyakinan adanya malaikat,

maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan.

Oleh karena itu iman kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak mudah
putus asa atau kecewa.
c. Pengaruh Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan

yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab suci.
Manusia tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan untuk

melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup berakhir, maka dengan pemberitahuan kitab suci
manusia dapat mengatur hidupnya menyesuaikan dengan rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa

depan yang jelas.


d. Pengaruh Iman Kepada Rasul

Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka manusia dapat

melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan
perilaku yang dicontohkan Rasulullah, maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap

mengenai berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah, hubungan antar manusia maupun
lainnya.

e. Pengaruh Iman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir sebagai ujung
perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang

sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.

Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah balasan dari amal perbuatannya, karena ia
yakin di hari akhir ia akan memperoleh balasan apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim yakin

akan hari akhir, maka ia akan terhindar dari sikap malas dan suka melamun, melainkan ia akan terus berproses
dan mencari makna kehidupan.

f. Pengaruh Iman Kepada Takdir

Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab yang

menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang
terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh

karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk

menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena itu dalam kaitan dengan
takdir ini segogjayanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai

dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan

seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam

ajaran Islam, yaitu:man kepadaAllah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman

kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hariKiamat,

Iman kepada Qada dan Qadar,


b. Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang
muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak
perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha
Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak
akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
c. Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika
kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang
muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
d. Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat akan
kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia telah
diberitahukan Allah dalam kitab suci.
e. Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka
manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa
yang diharapkan Allah.
f. Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir
sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap optimis,
yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
g. Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa,
sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya
dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
3.2 Saran

Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari, oleha

karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita

kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga

keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir senantiasa harus

ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.


DAFTAR PUSTAKA

A. Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
rukun iman
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur tehadap Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia serta pentunjuk-Nya, sehingga penulis menyelesaikan
makalah dengan judul “RUKUN IMAN “
Dalam pembuataan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasaan
dan kekurangaan yang dirasakan mengingat pengetahuaan dan pengalamaan
penulis yang masih terbatas. Berkat bantuaan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga keterbatasaan dan kekurangaan
tersebut dapat diatasi sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, kritik dan saraan dari semua pihak sangat kami harapkan
untuk kesepurnaan makalah yang penulis buat, semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan bagi kita semua.
Amin.....
Makassar, September 2011
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................


DAFTAR ISI ..........................................................
BAB I : PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang ...........................................................
I.2 Rumusan Masalah ...........................................................
I.3 Tujuan Penulisan ...........................................................

BAB II : PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Rukun Iman
II.2 Penjelasan Rukun Iman
II.3 Makna Rukun Iman
BAB III : PENUTUP
III.1 Saran
III.2 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA ........................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beragama adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai


hal yang diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara
bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleh karena itu,
tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang
ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan
rukun Iman, terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam
terhadap hal-hal yang “ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental,
sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun
Iman (pilar keyakinan) ini adalah terdiri dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan taat
kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat
Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di
alam semesta), 3) iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam
kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman
kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam
menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) iman
kepada hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6)
iman kepadaQada dan Qadar (paham pada keputusan serta kepastian yang
ditentukan Allah pada alam semesta).
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib
dimiliki oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah
keimanannya, sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu
kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Oleh karena itu, penulis akan mengkaji berbagai hal yang meyangkut enam
pilar keimanan tersebut, baik dalil-dalilnya maupun pengaruh keimanan tersebut
terhadap kehidupan seorang muslim. Diharapkan kajian tersebut akan menambah
pemahaman penulis mengenai pentingnya rukun iman dalam kehidupan beragama
dan bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan rukun Iman?
2. Bagaiamana penjelasan rukun iman ?
3. Apakah makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang yang bertema tentang rukun Islam ini
adalah:
1. Memahami maksud dengan rukun Iman
2. Mengetahui penjelasan rukun iman.
3. Memahami makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?

RUKUN IMAN

A. Pengertian Rukun Iman


Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar
keyakinan seorang muslim.
B. Penjelasan Rukun Iman
1. Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT
adalah Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki,
Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi.
Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh
diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan
kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah SWT itu adalah Zat (essensi) dan Ada
(eksistensi) pada Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat
mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni
menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-
Qidam), kekal tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan
(Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (Qiyâmuhu bi
Nafsihi), Maha Esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat),
berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-
Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya
(al-Kalam).
Firman Allah SWT yang artinya: “(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi serta semua
yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beridat kepada-Nya.
Adakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut disembah)?”. (QS.
Maryam: 65)
Dan firman Allah SWT , yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang
maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
a) Iman Terhadap Wujud Allah SWT
Iman terhadap wujud Allah SWT ditopang oleh fitrah, akal sehat, dalil syari’at
dan juga indera. Secara fitrah setiap manusia pasti mengakui bahwa ada yang
menciptakan dirinya, hal itu dia yakini tanpa perlu berpikir panjang atau pun belajar
ilmu tertentu. Tidak ada yang menyimpang dari keyakinan ini selain orang yang
sudah terpengaruh faktor lain yang menyimpangkannya dari fitrah tersebut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan pasti
dalam keadaan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia
beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari).
Adapun secara akal maka sesungguhnya keberadaan makhluk yang ada
sejak dahulu hingga sekarang ini semua menunjukkan pasti ada yang menciptakan
mereka. Tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri, atau terjadi secara tiba-
tiba tanpa pencipta. Maka tidak ada kemungkinan selain alam ini pasti diciptakan
oleh Allah ta’ala. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatupun yang ada sebelumnya ataukah mereka menciptakan diri mereka
sendiri?” (QS. ath-Thur : 35).
Ketika mendengar dibacakannya ayat ini maka Jubair bin Muth’im yang
pada saat itu masih kafir mengatakan, “Hampir-hampir saja hatiku terbang, itulah
saat pertama kali iman menyentuh dan bersemayam di dalam hatiku.” (HR. Bukhari).
Begitu pula adanya kitab-kitab suci yang semuanya berbicara tentang Allah
SWT, ini merupakan dalil syari’at tentang keberadaan/wujud Allah SWT. Sedangkan
secara indera adalah kita bisa menyaksikan terkabulnya doa yang dipanjatkan oleh
orang.
Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Nuh. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Dan
Nuh, ingatlah ketika dia menyeru (Rabbnya) sebelum itu dan Kami pun
mengabulkan doanya.” (QS. al-Anbiya’ : 72).
Demikian pula apa yang disaksikan oleh umat para nabi berupa mukjizat nabi yang
diutus kepada mereka. Seperti contohnya mukjizat nabi Musa yang membelah
lautan dengan tongkatnya. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Maka Kami
wahyukan kepada Musa pukulkanlah dengan tongkatmu ke laut itu, maka ia pun
terbelah dan setiap sisinya menjadi setinggi gunung yang tinggi.” (QS. asy-Syu’ara’ :
63).
b) Iman Terhadap Rububiyyah Allah SWT
Rabb adalah Dzat yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur urusan dan
memerintah. Kita wajib mengimani bahwa tidak ada pencipta, pengatur dan yang
berhak memerintah semua makhluk selain Allah SWT semata. Allah SWT berfirman
(yang artinya), “Ingatlah sesungguhnya menciptakan dan memerintah adalah hak-
Nya.” (QS. al-A’raaf : 54).
Allah SWT juga berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb kalian. Sang
pemilik kerajaan. Sedangkan sesembahan yang kalian seru selain-Nya tidaklah
menguasai apapun walaupun hanya setipis kulit ari.”(QS. Fathir :Tidak ada orang
yang mengingkari hal ini kecuali dikarenakan kesombongan dan kecongkakan
seperti halnya Fir’aun.
Orang-orang musyrik pun sudah mengakui hal ini bahwa tidak ada yang
menguasai alam ini dan menciptakan langit dan bumi selain Allah SWT. Allah SWT
berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka;
siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka pasti menjawab; yang
menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. az-
Zukhruf : 9). Allah SWT juga berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian
tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan mereka, maka pasti mereka
akan mengatakan : Allah…” (QS. az-Zukhruf : 87).
c) Iman terhadap Uluhiyyah Allah SWT.
Artinya kita mengimani bahwa hanya Allah SWT sesembahan yang benar
dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Sesembahan
kalian adalah sesembahan yang esa. Tidak ada sesembahan selain Dia, Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.”(QS. al-Baqarah : 163). “Demikian itulah kuasa
Allah SWT, Dia adalah sesembahan yang haq sedangkan segala yang diseru selain-
Nya adalah sesembahan yang batil.” (QS. al-Hajj : 62). Maka segala sesuatu yang
disembah selain Allah SWT adalah batil. Oleh sebab itu dakwah yang diserukan oleh
para rasul adalah sama yaitu, “Hai kaumku, sembahlah Allah.SWT tidak ada
sesembahan yang benar bagi kalian selain Dia.”(QS. al-A’raaf : 59).
d) Iman terhadap Asma wa Sifat Allah SWT
Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT yang
disebutkan oleh Allah SWT atau rasul-Nya, di dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah
sesuai dengan kemuliaan-Nya, tanpa menyimpangkan maknanya, tanpa menolak,
dan tanpa menentukan bentuk dan caranya, serta tidak disertai dengan
menyerupakannya dengan makhluk. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. asy-Syura : 11).
Dalam mengimani hal ini terdapat dua kelompok besar yang menyimpang
yaitu mu’aththilah dan musyabihah. Mu’aththilah menolak nama, sifat ataupun
sebagian darinya dengan alasan bahwa apabila kita menetapkan hal itu akan
menyebabkan terjadinya penyerupaan Allah SWT dengan makhluk. Hal ini jelas
tidak benar karena itu sama saja mengatakan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat
pertentangan. Padahal Allah SWT sendiri yang menetapkan adanya nama atau sifat
tersebut. Dan pertentangan ini sangat mustahil terjadi.
Sedangkan kaum musyabbihah menetapkan nama dan sifat akan tetapi
menyerupakan hakikatnya dengan nama dan sifat makhluk. Menurut mereka itulah
yang dimaksud oleh dalil, padahal Allah SWT sendiri menyatakan bahwa tidak ada
yang serupa dengan-Nya. Maka menyerupakan Allah dengan makhluk jelas sebuah
kebatilan, karena sama nama belum tentu hakikatnya sama.
2. Iman Kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT
memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh Allah SWT, adalah hamba-hamba Allah SWT yang dimuliakan.
Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih
siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing
sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT , sebagaimana disebutkan dalam
riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap
gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana,
sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani
secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah SWT,
adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka
secara ijmal (global).
a) Kandungan iman kepada malaikat
Malaikat adalah makhluk ghaib yang senantiasa taat beribadah kepada Allah
SWT. Allah SWT menciptakan mereka dari cahaya. Allah SWT menganugerahkan
kepada mereka ketundukan yang penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan yang
hebat sehingga dapat melaksanakannya. Jumlah mereka banyak, tidak ada yang
dapat menghitung semuanya kecuali Allah SWT. Hal itu sebagaimana diceritakan
oleh Nabi dalam hadits Anas yang mengisahkan peristiwa mi’raj Nabi ke langit
bahwa di baitul ma’mur ada tujuh puluh ribu malaikat yang mengerjakan shalat di
sana; apabila mereka sudah keluar darinya maka mereka tidak lagi kembali (HR.
Bukhari dan Muslim).

 Mengimani malaikat mengandung :


 Keimanan terhadap wujud/keberadaan mereka
 Mengimani nama-nama mereka yang kita ketahui dan keberadaan mereka
meskipun tidak kita ketahui namanya
 Mengimani sifat-sifat mereka yang diberitakan kepada kita
 Mengimani perbuatan atau tugas mereka yang kita ketahui
b) Buah iman kepada malaikat
 Iman kepada malaikat akan dapat membuahkan manfaat yang agung di antaranya :
 Mengetahui kebesaran Allah ta’ala dan kemahakuasaan-Nya
 Bersyukur kepada Allah atas perhatian-Nya kepada manusia di mana Allah
menciptakan malaikat yang menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka
 Mencintai ketaatan malaikat terhadap perintah Rabbnya
 Bagaimana kita mengimani para malaikat ? mengimani para malaikat Allah SWT yakni dengan
meyakini kebenaran adanya para malaikat AllahSWT Subhanahu Wa Ta’ala. Dan para malaikat itu,
sebagaimana firman-Nya, yang artinya: ”Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba
yang dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-anbiya: 26-27)
 Mereka diciptakan Allah SWT, maka mereka beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-
Nya. Firman Allah SWT, yang artinya: ” …Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka tidak
bersikap angkuh untuk beribadah kepada-Nyadan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tiada henti-hentinya. “ (QS. Al-Anbiya: 19-20).
3. Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya SWT Allah memiliki kitab-
kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar
merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang
dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah
SWT. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah
SWT, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur,
dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah
SWT , wajib pula mengimani bahwa Allah SWT telah mengucapkannya
sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula
melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan
yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab
terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan
perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan, dan bukan
makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya
a) Kandungan iman kepada Kitab
Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah kitab-kitab suci yang Allah SWT
turunkan kepada para rasul-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada manusia,
petunjuk bagi mereka agar mereka bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.

 Iman kepada kitab-kitab mengandung empat hal :


 Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah
 Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui, adapun yang tidak kita
ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global
 Membenarkan berita yang sahih yang terdapat di dalamnya sebagaimana
berita-berita yang terdapat di dalam al-Qur’an dan berita-berita di dalam kitab suci
terdahulu yang tidak diubah-ubah atau diselewengkan
 Mengamalkan hukumnya yang belum dihapus oleh al-Qur’an dan merasa
ridha dan pasrah kepada ketentuannya, sedangkan pemberlakuan kitab suci
terdahulu telah dihapuskan semuanya oleh al-Qur’an
b) Buah iman kepada Kitab
 Iman kepada kitab membuahkan :
 Menyadari perhatian Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah
SWT telah menurunkan kitab-kitab kepada masing-masing kaum sebagai petunjuk
untuk mereka
 Mengetahui kebijaksanaan Allah SWT dalam menetapkan syari’at-Nya di
mana Allah SWT menetapkan syari’at yang sesuai dengan keadaan masing-masing
kaum
c) Iman terhadap al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah, lafaz maupun maknanya. Diturunkan dari-Nya,
bukan makhluk. Didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada Muhammad SAW dan
kemudian beliau menyampaikannya kepada para sahabatnya.
Itulah yang kita baca dengan lisan kita, yang ditulis di dalam mushaf, dihafal
di dalam dada dan kita dengar dengan telinga kita.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi yang terakhir dan ia merupakan kitab
suci terakhir yang diturunkan kepada manusia dan menghapus syari’at-syari’at
terdahulu. Al-Qur’an yang ada di tangan-tangan kita itulah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, dan ia akan tetap ada hingga tiba waktunya diangkat di akhir
zaman nanti. Dan Rasulullah SAW telah menunaikan tugasnya untuk menjelaskan
Al-Qur’an ini dengan ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Allah SWT berfirman
(yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu jelaskan kepada
manusia apa yang diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau
berpikir.” (QS. an-Nahl : 44)
Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya kitab-kitab
sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang
mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan
kebersihan jiwa mereka dari kemuysrikan. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya: ”Sungguh,
kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami
turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan…
“ (QS. Al-Hadid: 25)

 Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah :


 Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa alaihi sallam, sebagaimana firman Allah SWT dalam

QS Al-Maidah: 44.
 Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah SWT kepada Daud alaihi sallam.
 Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman
Allah SWT : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil yang berisi petunjuk dan nur, dan
sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS : Al-Maidah : 46)
 Shuhuf, (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa, ‘Alaihimas-shalatu
Wassalam.
 Al-Quran, kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammadshalallohu ‘alahi
wa sallam, penutup para nabi. Firman Allah SWT, yang artinya: ” Bulan Ramadhan
yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara
yang haq dan yang batil…”(QS. Al Baqarah: 185)

4. Iman Kepada Para Rasul


Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT
telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu
kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka.
Maka, wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula
beriman secara tafshilkepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh
Allah SWT, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-
Qur’an.
Wajib pula beriman bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-rasul dan nabi-
nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah SWT, dan tidak
ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah
yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin
dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.
a) Definisi rasul
Secara bahasa Rasul artinya orang yang diutus untuk menyampaikan
sesuatu. Sedangkan pengertian rasul dalam syari’at adalah orang yang
mendapatkan wahyu dengan syari’at serta diperintahkan untuk menyampaikannya.
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam, sedangkan rasul yang
terakhir adalah Muhammad SAW. Allah SWT berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepadamu al kitab sebagaimana
Kami mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya.” (QS. an-Nisaa’ : 163).
Allah SWT juga berfirman (yang artinya), “Bukanlah Muhammad itu sekedar
bapak dari salah seorang dari kalian akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah
dan penutup nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab : 40).
b) Perbedaan nabi dengan rasul
Nabi secara istilah adalah seorang lelaki merdeka yang mendapatkan berita
dari Allah SWT dengan syari’at terdahulu untuk dia ajarkan kepada orang-orang di
sekelilingnya yang telah menganut syariat terdahulu tersebut. Adapun rasul adalah
lelaki merdeka yang mendapatkan berita dari Allah SWT dengan syariat serta
diprintahkan untuk menyampaikannya kepada kelompok orang yang tidak
mengetahuinya atau kaum yang menyelisihinya dari kalangan orang-orang yang
menjadi sasaran dakwahnya. Kenabian merupakan sayrat kerasulan, sehingga tidak
bisa menjadi rasul kecuali nabi.
Setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya. Rasul diutus kepada orang
yang belum mengenal agama Allah SWT dan syari’at-Nya atau kepada orang-orang
yang telah mengubah syariat dan agama dalam rangka mengajari dan
mengembalikan mereka kepada ajaran yang benar. Maka rasul adalah hakim di
antara mereka. Sedangkan nabi hanya diutus untuk mendakwahkan syariat
sebelumnya yang sudah ada.
c) Kandungan iman kepada para Rasul
 Iman kepada para rasul mengandung beberapa hal :
 Mengimani bahwa risalah mereka adalah haq dari sisi Allah SWT, maka
barangsiapa yang mengingkari risalah salah satu saja di antara mereka sama saja
dia telah kafir kepada mereka semua. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Kaum
Nuh mendustakan seluruh rasul.” (QS. asy-Syu’ara’ : 105).
 Mengimani rasul yang kita ketahui namanya, dan apabila tidak kita ketahui
maka kita mengimani mereka secara global
 Membenarkan berita yang benar-benar diberitakan oleh mereka
 Mengamalkan syari’at rasul yang diutus kepada kita yaitu Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam
d) Buah iman kepada para Rasul
 Iman kepada rasul membuahkan berbagai faidah di antaranya :
 Mengetahui rahmat Allah SWT dan perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya
di mana Allah SWT mengutus untuk mereka para rasul yang menunjukkan kepada
mereka kepada jalan Allah dan menjelaskan kepada mereka tata cara beribadah
kepada-Nya
 Bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang sangat agung ini
 Mencintai para Rasul SAW dan mengagungkan mereka, memuji mereka
dengan pujian yang sepantasnya karena mereka adalah para utusan Allah SWT
yang telah menunaikan dengan baik kewajiban beribadah kepada-Nya serta
menyampaikan risalah kepada umat manusia.

e) Mencintai dan mengagungkan Rasulullah


 Wajib bagi setiap orang untuk mencintai Allah SWT, bahkan hal itu tergolong
ibadah yang paling agung. Dan salah satu konsekuensi kecintaan kepada Allah
SWT adalah kecintaan kepada Rasul SAW. Nabi bersabda, “Tidaklah beriman salah
seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada anak dan orang tuanya,
dan dari seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
 Di samping itu kita juga dilarang melakukan perbuatan melampaui batas dan
berlebih-lebihan dalam memuji beliau. Beliau bersabda, “Janganlah kamu memujiku
sebagaimana kaum Nashara memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku
hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah bahwa aku adalah hamba dan utusan-
Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk bentuk pengagungan kepada beliau adalah dengan menjunjung
tinggi sunnah-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah ia (Muhammad)
berbicara dengan hawa nafsunya, namun itu adalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.” (QS. an-Najm : 3-4).

5. Iman Kepada Hari Akhir


Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah SWT akan membalas kebaikan orang-
orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah SWT
mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki.
Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan
dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur
seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera
mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah
SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
a) Kandungan iman kepada hari Akhir
Hari akhir adalah hari tatkala umat manusia dibangkitkan dari kuburnya
untuk dihisab dan dibalas amal-amalnya. Iman kepada hari akhir mengandung 3 hal
 Iman akan terjadinya hari kebangkitan; yaitu dihidupkannya orang-orang yang
telah mati ketika ditiupnya sangkakala untuk kedua kalinya maka bangkitlah mereka
untuk menghadap Allah SWT dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian,
dan belum berkhitan.
 Iman terhadap adanya hisab dan pembalasan amal. Setiap orang akan
dibalas berdasarkan amalnya.

Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijaksanaan Allah SWT yang telah
menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia
untuk menerima dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah SWT juga
memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang menentang rasul-Nya, kalau
seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini semua
merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah SWT tentu saja terbebas darinya.
 Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal abadi
bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah SWT
persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka
adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-
orang yang kafir dan zalim.
b) Fitnah kubur dan siksa kubur
 Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian, seperti :
 Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia dikuburkan
mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa Nabinya. Pada saat itu Allah
SWT akan memberikan ketegaran bagi hamba-hamba-Nya yang beriman sehingga
ia akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik.
 Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zalim
yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-
orang yang beriman dan tulus lagi jujur
c) Buah iman kepada hari Akhir
 Iman kepada hari akhir akan membuahkan :
 Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan
 Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat
6. Iman Kepada Takdir
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala
kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah SWT. Allah SWT telah
mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum
menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai
dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah SWT telah menulisnya pula di
dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah SWT
berfirman”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar
(ukuran).” (Al-Qomar: 49)
a) Kandungan iman kepada Takdir
 Iman kepada takdir mencakup empat hal :
 Mengimani bahwa Allah SWT telah mengetahui segala sesuatu baik secara
global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah SWT sendiri
ataupun perbuatan makhluk
 Mengimani bahwa Allah SWT telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz
sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
 Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali dengan
kehendak Allah SWT, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun makhluk
 Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan makhluk
Allah SWT, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya
b) Kehendak manusia
Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan
kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syari’at maupun dalil kenyataan. Dalil dari
syari’at antara lain firman Allah SWT (yang artinya), “Maka baransgiapa yang
berkehendak silakan mengambil jalan untuk kembali kepada Rabb-nya.” (QS. an-
Naba’ : 39). Allah SWT juga berfirman (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah
SWT sekuat kemampuan kalian.” (QS. at-Taghabun : 16). Sedangkan dalil
kenyataan menunjukkan bahwa setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai
kehendak dan kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau
meninggalkannya.
c) Buah iman kepada Takdir
 Iman kepada takdir akan menghasilkan :
 Sikap bersandar kepada Allah SWT dalam melakukan usaha
 Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri
 Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa
d) Macam-macam taqdir
 Takdir ada bermacam-macam :
 Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah SWT
tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi
 Takdir umri yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai mengawali
kehidupannya di dalam rahim ibunya
 Takdir sanawi yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap
tahunnya
 Takdir yaumi yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya, baik itu
terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang
C. Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim
Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan
seseorang muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
1. Pengaruh iman kepada Allah
Iman kepada Allah SWT serta iman kepada sifat-sifatnya akan
mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya
akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa
Allah SWT itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya
akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati
tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya, sebab ia yakin bahwa Allah SWT itu
ada. Karena itu selama iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat berbuat
yang tidak sesuai dengan perintah Allah SWT.

2. Pengaruh iman kepada malaikat


Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui
nama dan tugas-tugasnya, akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita
yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang
muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan
menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu
juga dengan keyakinan adanya malaikat, maka seorang muslim akan senantiasa
optimis dan yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan. Oleh karena
itu iman kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis,
tidak mudah putus asa atau kecewa.

3. Pengaruh iman kepada kitab


Iman kepada kitab Allah SWT bagi manusia dapat memberikan keyakinan
yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus
ditempuh manusia telah diberitahukan Allah SWT dalam kitab suci. Manusia tidak
memiliki kemampuan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah
kehidupan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup
berakhir, maka dengan pemberitahuan kitab suci manusia dapat mengatur hidupnya
menyesuaikan dengan rencana Allah SWT, sehingga manusia mempunyai masa
depan yang jelas.

4. Pengaruh iman kepada Rasul


Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya
rasul maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang
sesuai dengan apa yang diharapkan Allah SWT.
Dengan perilaku yang dicontohkan Rasulullah, maka manusia akan
mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap mengenai berbagai tuntutan
kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah SWT hubungan antar manusia
maupun lainnya.

5. Pengaruh iman kepada hari akhir


Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan
datangnya hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut
akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam
kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah
dan balasannya.
Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah balasan
dari amal perbuatannya, karena ia yakin di hari akhir ia akan memperoleh balasan
apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim yakin akan hari akhir, maka
ia akan terhindar dari sikap malas dan suka melamun, melainkan ia akan terus
berproses dan mencari makna kehidupan.

6. Pengaruh iman kepada takdir


Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
SWT takdirkan kepadanya dan Allah SWT akan memberikan yang terbaik kepada
seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,
sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut
kita belum tentu baik menurut Allah SWT.
Karena itu dalam kaitan dengan takdir ini segogjayanya lahir sikap sabar
dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah SWT.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:man kepada Allah SWT , Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
SWT, Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT, Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT,
Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada danQadar,
2. Iman kepada Allah SWT serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah SWT itu ada,
Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa
berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang
manusiapun di sekitarnya.
3. Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka
seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia
akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
4. Iman kepada kitab Allah SWT bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat
akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh
manusia telah diberitahukan Allah SWT dalam kitab suci.
5. Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul
maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai
dengan apa yang diharapkan Allah SWT.
6. Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari
akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan
sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia,
karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
7. Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
SWT takdirkan kepadanya dan Allah SWT akan memberikan yang terbaik kepada
seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.

B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari,
oleha karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan
taqwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut
pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari
akhir dan takdir senantiasa harus ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.

DAFTAR PUSTAKA

A. Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung:


Rosdakarya.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara
Mengenal Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul| Beriman kepada nabi dan rasul adalah meyakini
kebenaran bahwa nabi dan rasul merupakan utusan Allah swt. yang membawa wahyu, untuk disampaikan
kepada umat manusia sebagai pedoman hidup dunia dan akhirat. Pengertian Nabi dan Rasul- Pengertian
nabi adalah seorang laki-laki yang dipilih Allah swt. untuk menerima wahyu untuk kepentingan dirinya
sendiri dan tidak wajib disampaikan kepada umatnya, sedangkan pengertian rasul adalah seorang laki-laki
yang dipilih Allah swt. untuk menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan diwajibkan menyampaikan kepada
umatnya. Persamaan nabi dan rasul adalah sebagai berikut..
1. Nabi dan rasul adalah seorang laki-laki yang dipilih oleh Allah swt
2. Nabi dan rasul sama-sama menerima wahyu dari Allah swt.

Umat Islam wajib mempercayai bahwa nabi dan rasul adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah swt.
bertugas menyampaikan wahyu (amanat) dari Allah swt. untuk umatnya. Berbeda dengan nabi, nabi diberi
wahyu oleh Allah swt. hanya untuk dirinya sendiri dan tidak disampaikan kepada orang lain (umatnya).

Nama-Nama Nabi
Adapun nama nabi dan rasul yang tercantum dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut..
1. Nabi Adam a.s.
2. Nabi Idris a.s.
3. Nabi Nuh a.s.
4. Nabi Hud a.s.
5. Nabi Saleh a.s.
6. Nabi Ibrahim a.s.
7. Nabi Luth a.s.
8. Nabi Ismail a.s.
9. Nabi Iskak a.s.
10. Nabi Yakub a.s.
11. Nabi Yusuf a.s.
12. Nabi Ayub a.s.
13. Nabi Zulkifli a.s.
14. Nabi Syuaib a.s.
15. Nabi Musa a.s.
16. Nabi Harun a.s.
17. Nabi Daud a.s.
18. Nabi Sulaiman a.s.
19. Nabi Ilyas a.s.
20. Nabi Iyasa a.s.
21. Nabi Yunus a.s.
22. Nabi Zakaria a.s.
23. Nabi Yahya a.s.
24. Nabi Isa a.s.
25. Nabi Muhammad saw.
Di antara nabi dan rasul tersebut, ada lima rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi, yaitu suatu gelar yang
diberikan kepada para rasul yang memiliki keuletan, ketabahan, dan kesabaran luar biasa dalam
menyampaikan wahyu atau risalah yang dibebankan kepadanya.

Rasul yang dimaksud adalah sebagai berikut...


1. Nabi Nuh a.s.
2. Nabi Ibrahim a.s.
3. Nabi Musa a.s.
4. Nabi Isa a.s.
5. Nabi Muhammad saw.

Allah memberikan mukjizat kepada para nabi dan rasul yang termasuk Ulul Azmi, agar umatnya mudah
percaya tentang kemampuan luar biasa yang berikan Allah kepadanya yang tidak dapat ditiru dan
dipelajari.

Mukjizat itu antara lain sebagai berikut....


 Mukjizat Nabi Nuh a.s. adalah perbuatan perahu untuk menaikkan umatnya yang beriman kepada
Allah sewaktu negaranya diazab banjir dan akhirnya orang yang beriman itu selamat.
 Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. adalah seluruh tubuh termasuk sehelai rambut masih utuh sewaktu
dibakar Raja Namrud.
 Mukjizat Nabi Musa a.s. adalah tongkat yang dapat berubah menjadi ular dan dapat membelah
laut merah menjadi jalan
 Mukjizat nabi Isa a.s. adalah dapat menghidupkan burung yang semula dimatikan, dapat
menghidupkan orang mati walaupun hanya sebentar, menyembuhkan penyakit kusta, dan orang
bule yang sulit disembuhkan.
 Mukjizat Nabi Muhammad saw. adalah dapat membelah bulan menjadi dua, dapat mengeluarkan
air dari celah-celah jari tangannya, dan Al-Qur'an.

Fungsi Iman kepada rasul adalah sebagai berikut...

 Menambah keimanan kepada Allah swt. bahwa rasul itu benar-benar manusia pilihan.
 Memberikan rahmat dan suri teladan yang baik kepada umatnya.
 Mempercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya.
 Mempercayai bahwa akan dijamin oleh Allah swt. masuk surga
 Mengingat perjuangan beliau dalam menyampaikan agama Allah swt.

Demikianlah pembahasan Mengenal Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul semoga teman-teman
dapat menerima dan dapat bermanfaat, hal yang telah dibuk harus ditutup kembali, dengan segala
hormat "Wassalamualaikum wr.wb".

" Rosul Alloh "


1. Pengertian Iman Kepada Rasul-Rasul Allah SWT.
Kata Rasul berasal dari bahasa Arab yaitu :
َ‫ﺇﺭْﺳَﺎﻻً– ُْ ُُ ﻳُﺮْﺳِل – ﺃَﺭْﺳَﻞ‬
yang berarti ” utusan”. Sedangkan Rasul menurut istilah adalah manusia pilihan
yang diberi wahyu oleh Allah swt. disamping untuk dirinya sendiri, juga wajib
menyampaikan kepada umatnya.

Kata Nabi juga berasal dari bahasa Arab yaitu :


َ‫ﻧَﺒَﺎﺀً – ﻳُﻨَﺒِّا – ﻧَﺒَﺄ‬
yang berarti “berita”, sedangkan menurut istilah adalah manusia pilihan yang
diberi wahyu oleh Allah swt.untuk dirinya sendiri dan tidak wajib disampaikan
kepada umatnya. Jadi iman kepada rasul-rasul Allah ialah Percaya dan yakin
bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk menyampaikan wahyu Allah
sebagai pedoman bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.

2. Hukum beriman kepada Rasul-rasul Allah beserta


dalilnya.
Allah mengisyaratkan dalam al-Quran bahwa banyak Nabi yang diutus ke dunia
ini, namun dari sekian banyak Nabi dan Rasul tersebut yang wajib diimani hanya
25 Nabi.
Para Rasul itu satu sama lainnya saling membenarkan mereka semua
mentauhidkan Allah . rasul-rasul itu mengakui bahwa sebelum mereka telah ada
rasul yang diutus Allah swt. untuk menyampaikan khabar gembira dan
peringatan kepada umatnya masing-masing.
Firman Allah swt.
‫ﻼﺳُﺭ ﺎَﻨْ َﻠﺳْﺭَﺃ ْ َﺪﻘَﻟَﻭ‬ ُ ً ‫ﻦّﻣ‬ ِ ْ ‫ﺼﺼَﻗ ْﻦَّﻣ ْﻢُﻬْﻨِﻣ َﻚِﻠْﺒَﻗ‬ َ ‫ﻦّﻣ ْﻢُﻬﻨْﻣَﻭ َﻚْﻴَﻠَﻋ ﺎَ ْﻨ‬
َ ْ ‫َﻚْﻴَ َﻠﻋْﺺُﺼْﻘَﻧْ َّْﻢﻟ‬
“Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu,
diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu, dan diantara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.”... (al-Mukmin : 78)
‫ﻼﺳُﺭ‬ ُ ً ‫ﺸ ِﺒّﻣ‬
َ ِّ‫ﺳّﺮاﻟ َﺪْﻌَﺑ ٌﺔَّﺠُﺣ اﻟﻠﻪ ﻰَﻠَﻋ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ ُﻥْﻮُﻜَﻳ ًﻼَﺌِﻟ َﻦْﻳِ ِﺭﺬْﻨُﻣَﻭ َﻦْ ِﻳﺮ‬ ُ ‫ﻞ‬ ُ ِ ‫ﺎًﻤْﻴِﻜَﺣ اًﺰْﻳِﺰَﻋ اﻟﻠﻪ َﻥﺎَﻛَﻭ‬
“ (mereka kami utus) salaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu.dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Qs.An-
Nisa:165)
‫ِﻩِّ َﺮﺷَﻭ ِﻩِﺮْﻴَﺧ ِﺭْ َﺪﻘْﻟﺎِﺑَﻭ ِﺮِﺧﻵْا ِﻡْﻮَﻴْﻟﺎِﺑَﻭ ِﻪِ ُﻠﺳَﺭَﻭ ِﻪِﺒُﺘُﻛَﻭ ُﺔَﻜِﺋﻶَﻣَﻭ ِﻪﺎﻟﻠِﺑ ُﻦِﻣْﺆُﺗ ْﻥَﺃ ُﻥﺎَﻤْﻳِﻹَا‬
“ iman itu ialah percaya akan adanya Allah SWT. Malaikat-malaikatNya,Kitab-
kitabNya,Rasul-rasulNya,hari akhir,serta iman kepada takdir baik dan
buruk.(H.R.Muslim).
‫ﻋﺃَﺎّ ِﻧﺈَﻓ ُ َﻪﻟْ ُﻮﺳَﺭَﻭ ِﻪﻟﻠ ﺎِﺑ ُﻦِﻣْﺆُﻳْ َﻢﻟ ْﻦَﻣَﻭ‬ َ ْ‫اًﺮْﻴِﻌَﺳ َﻦْﻳِ ِﺮﻔَﻜْﻠِﻟ ﺎَﻧْﺪَﺘ‬
“barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan rasulNya,maka sesunguhnya Kami
sediakan buat orang –orang kafir itu neraka Sa’ir.”( Qs.al-Fath.48:13)

3. Cara mengimani para Rasul.


Sebagai seorang yang beriman harus bisa mempercayai bahwa semua Rasul itu
adalah utusan Allah. idak boleh membedakan antara Rasul yang satu dengan
Rasul yang lainNya, mengikuti ajaranNya dengan sepenuh hati.

4. Nama-nama Rasul Allah dan sifat-sifatnya


Mengenai jumlah Rasul tidak ada yang mengetahui secara pasti. Meskipun ada
ulama yang mengatakan jumlah seluruhnya 124.000 orang. Hanya Allahlah yang
mengetahui jumlahnya. Adapun yang diangkat menjadi Rasul 313 orang.
Adapun yang wajib diketahui dari 313 orang itu hanya 25 orang sebagaimana
yang tercantum di dalam al-Quran.
Nama-nama Nabi sebagai Rasul Allah yang wajib diketahui dan di imani bagi
setiap muslim sebanyak 25 nabi.

Nama dan tempat kerasuluannya adalah sebagai berikut:


1. Nabi Adam a.s Di negri Arab (mekah)
2. Nabi Idris a.s Di negri Irak
3. Nabi Nuh a.s Di negri Iran
4. Nabi Hud a.s Di negri Arab (Yaman)
5. Nabi Shaleh a.s Di negri Arab (Hijaz)
6. Nabi Ibrahim a.s Di negri Palestina dan Mekah
7. Nabi Ismail a.s Di negri Mekah
8. Nabi Luth a.s Di negri Arab (sodom Mesopotamia)
9. Nabi Ishaq a.s Di negri Palestina
10. Nabi Ya’qub a.s Di negri Mesir
11. Nabi Yusuf a.s Di negri Mesir
12. Nabi Syu’ib a.s Di negri Palestina
13. Nabi Ayyub a.s Di negri Mesir
14. Nabi Dzulkifli a.s Di negri Palestina
15. Nabi Musa a.s Di negri Madyan (israel)
16. Nabi Harun a.s Di negri Mesir (israel)
17. Nabi Daud a.s Di negri Mesir (israel)
18. Nabi Sulaiman a.s Di negri Israel
19. Nabi Ilyas a.s Di negri Israel
20. Nabi Ilyasa’ a.s Di negri Israel
21. Nabi Yunus a.s Di negri Babil
22. Nabi Zakaria a.s Di negri Israel
23. Nabi Yahya a.s Di negri Israel
24. Nabi Isa a.s Di negri Israel
25. Nabi Muhammad saw. Di negri mekah

5. Sifat yang wajib dan mustahil bagi Rasul


A. Siddiq atau jujur/benar segala ucapannya.
Dalil Aqlinya:
Mustahil bagi rasul itu berbohong atau berdusta.setiap pengakuannya berarti
kebenaran, demikian juga pengakuannya sebagai utusan Allah dan apa yang
disiarkannya. Jika tidak benar perkataan mereka, maka akan rusak binasalah
manusia ini, dan tidak akan ada agama yang menyeru untuk menyembah Allah
SWT.
Dalil Naqlinya:
... ‫ﻕﺪَﺻَﻭ‬ َ َ ‫َﻥْﻮُﻠَﺳ ْﺮُﻤْﻟا‬
“... dan benarlah Rasul-rasl-Nya.”
B. Amanah (terpercaya)
Dalil Aqli:
Rasul mustahil berbuat khianat. Jangankan terhadap Tuhannya, terhadap
manusiapun mereka tidak pernah berkhianat. Para Rasul terpelihara dari
perbuatan dosa dan maksiat lahir dan bathin (maksum). Seandainya para Rasul
itu tidak dapat dipercaya ( khianat), bagaimana mungkin mereka menjadi
pemimpin dan pembimbing umat manusia kejalan yang benar.
Dalil Naqlinya :
‫ٌﻦْﻴِﻣَا ٌلْ ُﻮﺳَﺭ ْﻢُﻜَﻟ ْﻲِّﻧِا‬
“sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang) diutus kepadamu.”
(Qs.Asy-Syu’ra : 107)

C. Tablig,(menyampaikan segala sesuatu yang datang dari Allah)


Mustahil mereka tidak menyampaikan atau menyembunyikan segala sesuatu
yang difirmankan Allah kepadanya.contoh al- Quran, al-Quran bisa sampai
kepada generasi sekarang karena sifat tablig Rasulullah SAW. Seandainya Rasul
bersifat Khitman (menyembunyikan), tentu al-Quran tidak akan pernah sampai
kepada kita, dan berarti tidak akan ada yang mengetahui tentang shalat, puasa,
zakat dan ibadah-ibadah lainnya.tidak akan ada yang mengetahui hukum-
hukum agama, tidak akan yang mengetahui mana yang benar dan mana yang
salah. Sedang tujuan Allah mengutus Rasul agar manusia terhindar dari
kesesatan.
Dalil naqlinya:
‫ﺳّﺮﺎاﻟَﻬُّﻳَاﺎَﻳ‬ ِ َ ‫ َﻚِّﺑَﺭ ْﻦِﻣ َﻚْﻴَﻟِا‬...
َ ‫لﺰْﻧُا ﺎَﻣ ْ ّﻎِﻠَﺑ ُلْ ُﻮ‬
“Hai rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu...”(Qs.al-
Maidah : 67)
D. Fatanah (cerdas)
Dalil Aqlinya:
Mereka cerdas dan pandai, mustahil mereka bodoh, sebab mereka bodoh
bagaimana mungkin bisa menjawab dan berdebat dengan para musuh dan
penentangnya. Wajib bagi Rasul bersifat cerdas dan pandai dalam segala hal,
apalagi kedudukan mereka sebagai pemimpin dan pembimbing umat manusia.
Dalil Naqlinya:
َ ِ‫اَﺣْﺴَﻦَ ﻫِﻲَ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲْ ﻭَﺟَﺎﺩِﻟْﻬُﻢْ اْﻟﺤَﺴَﻨَﺔِ ﻭَاﻟْﻤَﻮْﻋ‬
ُ‫ظﺔِ ﺑِﺎﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ ﺭَﺑِّﻚَ ﺳَﺒِﻴْﻞِ اﻟَﻰُِ ﺃُﺩْﻉ‬
Serulah ke jalan Tuhanmu (Wahai Muhammad) Dengan hikmat kebijaksanaan
dan nasihat pengajaran Yang baik, dan berbahaslah Dengan mereka (yang
Engkau serukan itu) Dengan cara Yang lebih baik; (QS. an-Nahl 125)

6. Meneladani sifat-sifat Rasulullah saw.


Mengingat rasul memiliki tugas yang berat dalam mengemban risalah-Nya.
Mereka punya tanggung jawab yang besar, tidak hanya menyampaikan melalui
kata-katanya, melainkan juga melalui suri teladan atau contoh yang baik dalam

setiap perilakunya dan perbuatannya, sehingga umat mempunyai seorang


yang akan diteladani dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
kesejahteraan hidup didunia dan diakhirat.
Firman Allah:
ْ‫ﻛَﺜِﻴﺭاْ ﻭَﺫَﻛَﺮَاﻟﻠﻪَ اْﻷِﺧِﺮ ﻭَاﻟْﻴَﻮْﻡَ اﻟﻠﻪ ﻳَﺮْﺟُﻮْا ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻤَﻦْ ﺃُﺳْﻮَﺓٌﺣَﺴَﻨَﺔٌ اﻟﻠﻪِ ﺭَﺳُﻮْلِ ﻓِﻰ ﻟَﻜُﻢْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻘَﺪ‬
“sesungguhnya telah ada pada diri rsulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs.al-ahzab:21).
Kita harus menjadikan Nabi Muhammad saw . Sebagai suri tauladan. Kita tidak
cukup hanya menghafal sifat-sifat Rasul tersebut, tetapi kita harus berusaha
untuk meneladani dan meniru dalam kehidupan sehari-hari.Seperti sifat
Rasulullah Sidiq artinya jujur, kita sebagai umatnya harus membiasakan berkata
apa adanya walaupun itu sulit rasanya untuk mengucapkan.
Sifat yang kedua adalah Amanah, misalnya bila kita dipercaya untuk
mengemban tugas atau jabatan, kita harus mengemban tugas dan jabatan itu
dengan baik dan jujur, dengan demikian orang lain akan mempercayai kita dan
kita akan diberi kepercayaan berikutnya.
Nabi juga bersifat tablig, yaitu dengan menyampaikan ilmu pengetahuan yang
kita miliki, dan tidak boleh pelit untuk mengajarkannya kepada orang lain.Sifat
Rasul yang terakhir adalah fatanah, yaitu berusaha, cerdas, cekatan dan pandai.
Hal itu bisa ditempuh dengan belajar ilmu agama dan berbagai ilmu
pengetahuan.
Jadi kita harus mempraktekkan sifat-sifat rasul tersebut didalam kehidupan
sehari-hari,sehinga kita bisa sukses dimasa yang akan datang.

7. Tugas nabi dan Rasul Allah


Para Nabi dan Rasul yang dijelaskan dalam al-Quran benar-benar utusan Allah
yang mendapat tugas banyak dan berat untuk disampaikan kepada umatnya.
Firman Allah swt:
‫ﻞﺳْﺮُﻧ ﺎَﻣَﻭ‬ ِ ُ ‫َﻥْﻮُﻧَﺰْﺤَﻳ ْ ُﻢﻫَﻻَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٌﻑْﻮَﺧ َﻼَﻓ َﺢَ ْﻠﺻَﺃَﻭ َﻦَﻣَﺃ ْﻦَﻤَﻓ َﻦْﻳِﺭِﺬْﻨُﻣَﻭ َﻦْﻳِﺮِّﺸَﺒُﻣ َّﻻِﺇ َﻦْﻴِ َﻠﺳْﺮُﻤْﻟا‬
“ dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar
gembira dan untuk memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan
mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
pula mereka bersedih hati .” (al-an’am:43)
Firman Allah:
‫ﺳﺭُﺃﺎَّﻧِﺇ‬
ْ ‫ﻥﺇَﻭ اَﺮْﻳِﺬَﻧَّﻭاًﺮْ ِﻴﺸَﺑ ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ َﻚَﻨْ َﻠ‬
ِ ْ ‫ﻦّﻣ‬
ِ ْ ‫ٌﺮْﻳِﺬَﻧ ﺎَﻬْ ِﻴ َﻓﻼَﺧ َّﻻِﺇ ٍﺔَّﻣُﺃ‬
“ sesungguhnya kami telah mengutus kamu membawa kebenaran sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu
umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan .”
(Qs.fathir:24).
Dari penjelasan ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas
seorang Rasul Allah antara lain sbb.
a. Menyampiakan khabar berita kepada orang yang beriman.
b. Memberi peringatan kepada orang yang ingkar.
c. Menjelaskan bahwa mereka diutus untuk rahmat sekalian alam.
d. Menjelaskan cara mengabdikan diri kepada Allah swt. dan mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar.
e. Menjelaskan aturan-aturan yang perlu untuk memelihara kehidupan antara
sesama manusia dalam rangka menegakkan keadilan dan kebenaran.
f. Menjelaskan bahwa manusia itu perlu bekerja untuk kehidupan dunia dan
akhirat.
g. Menyempurnakan akhlak manusia.

8. Rasul-rasul Ulul Azmi


Pengertian Ulul azmi
yaitu Rasul yang memiliki keteguhan dalam pendirian, dalam memegang
prinsip,dalam menghadapi cobaan, dan sabar dalam menanggung ujian ringan
maupun berat sekalipun. Jadi Nabi dan Rasul Ulul azmi adalah” Nabi dan Rasul
yang diberi kelebihan yang luar biasa oleh Allah swt ”. dalam segala bidang
untuk menjalankan tugas kerasulannya. Para Nabi dan Rasul yang mendapat
gelar Ulul Azmi terebut, juga diberi mu’jizat oleh Allah swt. agar umatnya
dengan mudah mempercayai dirinya sebagai seorang Nabi atau Rasul Allah swt.

Mu’jiazat adalah “. suatu kemampuan yang luar biasa yang diberikan Allah
kepada rasul-Nya dan tidak dapat ditiru oleh siapapun ”.

Nabi-nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi, tantangan yang dihadapi serta
mu’jizat yang diterimanya adalah:
1. Nabi Nuh a.s.
Di uji Allah dengan banjir bandang yang menenggelamkan seluruh umatnya,
kecuali umat yang mau mengikuti ajaran agama Allah, bahkan anaknya sendiri
durhaka kepadanya. Dapat membuat perahu yang besar ketika banjir bandang
tiba untuk menyelamatkan umatnya yang beriman, termasuk hewan-hewan
yang naik perahu itu.

2. Nabi ibrahim a.s.

3. Nabi Musa a.s.


Diuji oleh Allah dengan menghadapi raja fir’aun yang mengaku dirinya sebagai
tuhan. Tongkatnya dapat berobah menjadi ular besar dan dapat membelah laut
merah mejadi jalan.

4. Nabi Isa a.s.


Dilahirkan tanpa seorang bapak, di kejar-kejar oleh kaum nasrani untuk
dibunuh, karena ajarannya diangap tidak sesuai dengan ajaran sebelumnya.
Dapat membuat burung dari tanah dan kemudian hidup, dapat menghidupkan
orang mati walaupun hanya sebentar, dan dapat menyembuhkan beberapa
penyakit yang sangat sulit disembuhkan.
5. Nabi Muhammad saw.
Dalam dakwah di Makah selalu mendapat cobaan, ujian. Gangguan dan
rintangan bahkan cemoohan dari kafir Quraisy. Dapat membelah bulan menjadi
dua, keluar air dari celah-celah jari untuk diminum dan berwuduk kaum
muslimin, al-Quran yang merupakan kitab suci paling lengkap dan sempurna
serta terjaga keasliannya sepanjang masa.

9. Fungsi beriman kepada Rasul-Rasul Allah.


Seseorang yang beriman kepada Rasul-Rasul allah swt. dapat berfungsi dalam
kehidupannya sehari-hari yang antara lain sbb:
Dengan beriman kepada Rasul-Rasul Allah, kita memiliki sesorang yang hendak
kita teladani dalam menjalani kehidupan ini,baik untuk pribadi, keluarga ataupun
masyarakat. Kita dapat mengetahui cara yang benar untuk beribadah kepada
Allah swt.
Kita dapat mengetahui aturan Allah tentang cara bermasyarakat yang benar
dalam berbuat keadilan dan kebenaran.
Kita memiliki petunjuk dan tunutnan ke jalan yang benar untuk kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Kita akan selalu membina hubungan baik dengan sesama manusia. Mengetahui
kehidupan sesudah mati, sehingga mendorong manusia untuk selalu beriman
dan beramal shaleh.

Yakin dan percaya bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang akhir
Kesimpulan:
1. Iman kepada Rasul Allah adalah rukun iman yang ke empat.
2. Nabi adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah swt, tidak wajib
menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah orang yang diberi
wahyu ole h Allah swt. untuk disampaikan kepada umatnya.
3. Rasul yang wajib dipercayai adalah 25 orang sebagaimana yang terdapat di
dalam al-Quran.
4. Rasul Ulul Azmi adalah Rasul yang memiliki kesabaran yang tinggi dan
ketabahan yang luar biasa dalam menyiarkan ajaran yang dibawanya Rasul Ulul
Azmi ada lima orang, yaitu Ibrahim as. Nuh as. Musa as. Isa as. Dan Muhammad
saw.
5. Mu’jizad adalah kejadian yang luar biasa yang terjadi pada diri Nabi / Rasul
tidak dapat ditiru oleh manusia biasa.
6. Sifat-sifat yang wajib bagi rasul ada empat yaitu, Sidiq, Amanah, Fathanah,
tablig.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Semua orang islam tentunya sudah mengetahui bahwa Rukun Iman itu
ada enam, salah satunya adalah Iman kepada Nabi dan Rasul. Iman kepada
Nabi dan Rasul berarti kita percaya bahwa mereka-lah yang menyebarkan
wahyu kepada seluruh umat manusia untuk menunjukkan jalan pada Shirathal
Mustaqim. Tapi, mayoritas orang-orang muslim hanyalah tahu bahwa Allah SWT
telah mengutus Nabi dan Rasul untuk berdakwah dan minoritas dari mereka
tidak tahu apa sebenarnya yang di maksud dengan Iman kepada Nabi dan
Rasul, bahkan banyak yang tidak tahu siapakah yang di maksud dengan Nabi
dan Rasul, apa perbedaan dan persamaan dari keduanya dan apa
keistimewaannya.

Maka dari itulah, makalah ini disusun bukan hanya semata-mata untuk
memenuhi tugas kewajiban mata kuliah, akan tetapi untuk memberikan jawaban
tentang apa yang di maksud Iman kepada Nabi dan Rasul dan ruang lingkup
yang ada di dalamnya. Dan kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tentunya banyak kekeliruan. Maka dari itulah, kekeliruan-kekeliruan itu akan
kita kaji bersama sebagai penyempurna makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan Iman kepada Nabi dan Rasul?

2. Apa pengaruh Iman kepada Nabi dalam kehidupan?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Iman kepada Nabi


dan Rasul

2. Untuk mengetahui apa pengaruh Iman kepada Nabi dalam kehidupan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul


Dalam ajaran Islam, beriman kepada Nabi dan Rasul adalah salah satu dari
enam rukun Iman, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat
77 yang artinya

“Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat,
tetapi kebaikan itu adalah siapa yang beriman kepada Allah, hari kiamat,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang
dala perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dan membebaskan
perbudakan, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Dan orang-orang yang
memenuhi janjinya bila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesengsaraan, penderitaan dan pada waktu peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang bertakwa” (QS Al-Baqarah [2]: 177)

Adapun yang dimaksud iman kapada Rasul ialah mempercayai bahwa Allah
SWT telah mengutus para-Rasul-Nya untuk membawa syiar agama dan
membimbing umat pada jalan lurus dan diridhai Allah SWT.[2]

Adapun yang dimaksud percaya kepada para Rasul menurut Imam Al-
Jazairi ialah,

,‫نعتقد أن هلل تعالى رسال أرسلهم رحمة منه وفضال مبشرين للمحسن بالثواب‬
,‫ومنذرين للمسء بالعقاب ومبينين للناس ما يحتاجون إليه من مصالح الدين والدنيا‬
,‫ ومعجزات باهراة‬,‫ وأيدهم بأيات ظاهرة‬,‫ومفيدين لهم ما يبلغون به الدرجة العليا‬
[3]0‫ وأخرهم نبينا محمد‬,‫أولهم ادم‬
Artinya:

“Kami percaya bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai utusan yang diutus
karena belas kasih Allah SWT dan keutamaan yang mana para utusan
membawa kabar bahagia berupa pahala bagi orang yang berbuat kebaikan, dan
kabar buruk berupa siksa bagi orang yang berbuat keburukan (maksiat) dan
menerangkan kepada manusia tentang sesuatu yang dibutuhkan mereka dari
beberapa kenikmatan agamab dan dunia, dan memberikan manfaat kepada
mereka tentang apa yang disampaikan para utusan dengan pangkat yang mulia,
dan Allah SWT telah memberikan kekuasaan kepada mereka berupa ayat-ayat
(tanda) yang tampak, dan juga mukjizat-mukjizat yang jelas dimana Nabi Adam
sebagai Nabi pertama dan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup.”

Dengan kata lain, kita harus percaya bahwa berkat merekalah kita dapat
membedakan antara yang baik dan buruk dan dapat mengenal agama islam
sampai sekarang.
1. Pengertian Nabi

Secara etimologis Nabi berasal dari kata na-baartinya ditinggikan atau


dari kata na-ba-a yang artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah
seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan memberinya berita
(Wahyu). Sedangkan kenabian itu artinya penunjukan atau pemilihan Allah SWT
terhadap salah seorang dari hamba-Nya dengan memberinya wahyu.

Sedangkan menurut arti terminologis, Nabi adalah manusia biasa yang


mendapatkan keistimewaan menerima wahyu dari Allah SWT. Di antara para
Nabi ada yang diamanatkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya
kepada umat manusia. Nabi yang demikian itun disebut Rasul. [4]

2. Perbedaan Nabi dan Rasul

Terdapat sedikit perbedaan antara Nabi dan Rasul, terus apa yang
dinamakan Nabi dan Rasul?, yang dinamakan Nabi adalah,

‫إنسان ذكر حر أوحي إليه بشرع للعمل خاصة‬


Artinya:

“Seorang laki-laki merdeka yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dengan
hukum syara’ untuk diamalkan sendiri.”

Sedangkan yang dinamakan Rasul ialah,

‫إنسان ذكر حر أوحي إليه بشرع للعمل والتبليغ‬


Artinya:

“Seorang laki-laki merdeka yang mendapatkan wahyu Allah SWT dengan hukum
syara’ untuk diamalkan sendiri serta disampaikan kepada orang lain.”

Jadi dapat disimpulkan, bahwa seorang Nabi mendapatkan wahyu dari


Allah SWT untuk diamalkan sendiri. Adapun Rasul selain untuk diamalkan sendiri
juga disiarkan kepada orang lain. Dengan kata lain, Nabi belum tentu Rasul akan
tetapi Rasul sudah jelas Nabi. Dan, baik Nabi maupun Rasul harus seorang laki-
laki, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran,

)7 : ‫ (االنبياء‬000‫وما أرسلنا قبلك إال رجاال نوحي إليهم‬


Artinya: “Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad),
melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka…”

(QS. Al-Anbiyaa’: 7)[5]

Adapun jumlah Nabi yang wajib diketahui oleh orang mukallaf yaitu 25
sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran.

Dari dua puluh lima Rasul tersebut terdapat beberapa Rasul yang
disebut Ulil Azmi, yaitu Rasul-Rasul yang mempunyai keteguhan hati sangat
mengagumkan, ketabahan yang luar biasa, dan kesabarannya yang tidak ada
batasnya. Dan hal ini telah diterangkan dalam Al-Quran,

‫تستعجل‬ ‫وال‬ ‫الرسل‬ ‫من‬ ‫العزم‬ ‫أولوا‬ ‫فاصبر كما صبر‬


)35:‫(االحقاف‬000‫لهم‬
Artinya:

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati


dari Rasul-Rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka…” (QS. Al-Ahqaf: 35)[6]

Ada sebagian ‘Alim ulama’ yang mengatakan bahwa yang termasuk dalam
golongan Ulul ‘Azmi adalah semua Rasul, jadi kata “Min” yang artinya “dari”
hanyalah menujukkan keterangan yakni jenis Rasul sebagai utusan Tuhan.

Tetapi yang tersohor diantara sekian banyak pendapat itu ialah


mengatakan bahwa yang dinamakan Ulul ‘Azmi itu adalah lima orang Rasul,
yakni :

a. Nabi Muhammad SAW

b. Nabi Nuh

c. Nabi Ibrahim

d. Nabi Musa

e. Nabi Isa
Allah SWT telah menyebutkan nama-nama beliau dalam dua buah ayat,
dijelaskan benar-benar nama-nama itu diantara seluruh Nabi.

Pertama : Disebutkan dalam surat Al-Ahzab ayat 7 yang berbunyi,

‫وإذ أخذنا من النبيين ميثاقهم ومنك ومن نوح وإبراهيم وموسى وعيسى ابن‬
)7:‫(االحزاب‬000‫مريم وأخذنا منهم ميثاقهم غليظا‬
Artinya :

“Dan (ingatlah) ketika Kami mngambil perjanjian dari Nabi-Nabi dan dari kamu
(sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)

Kedua : Disebutkan dalam surat As-Syura ayat 13 yang berbunyi,

‫شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به‬
)13:‫(الشورى‬0‫إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين وال تتفرقوا فيه‬

Artinya:

“Allah telah menetapkan agama kepadamu semua yang telah diwasiatkannya


kepada Nuh dan yang telah Kami wahyukan kepadamu juga yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Isinya serupa yakni : Tegakkanlah
olehmu semua akan agama dan janganlah kamu semua bercerai-berai dalam
melaksanakannya.”(QS. As-Syura: 13)[7]

3. Sifat-Sifat Nabi

Nabi dan Rasul selain mempunyai sifat yang bijaksana, lemah lembut,
zuhud dan juga taqwa kepada Allah SWT, mereka juga mempunyai sifat-sifat
yang wajib bagi mereka, sifat yang jaiz dan juga sifat yang muhal.
a. Sifat-Sifat Wajib Bagi Rasul

Sifat-sifat yang wajib bagi para utusan yaitu ada empat, sebagaimana
yang dinadhamkan Syekh Imam Nawawi dalam kitabnya Nurud Dhalam,

‫بالصدق والتبليغ واالمنة‬ ‫[أرسل أنبيا ذوى فطانة‬8]


Artinya :

“Allah SWT telah mengutus para Nabi dengan sifat Fathanah (Pintar), Shidiq
(jujur), Tabligh (menyampaikan), dan Amanah (terpercaya).”

1) Shidiq atau jujur

Para Utusan/Nabi mempunyai sifat Shidiqberarti bermakna bahwa


sesungguhnya kabar yang dibawa para Nabi/Utusan itu sesuai
dengan realita dan eksistensi yang ada.

2) Amanah (terpercaya)

Para Utusan/Nabi mempunyai sifat Amanahmempunyai makna


bahwa sesungguhnya para Utusan/nabi secara dzahir dan bathin
telah terjaga dari perkara yang dimurkai Allah SWT yang mana Dia
telah memilih mereka dari sekian makhluk.

3) Tabligh

Para Utusan/Nabi mempunyai sifat Tablighbermakna bahwa


sesungguhnya para Utusan/Nabi telah menyampaikan kepada
manusia semua perkara yang diperintahkan Allah SWT kepadanya
dengan keterangan yang bagus dan juga mereka tidak pernah
menyimpannnya.

4) Fathanah (cerdas)

Para Utusan/Nabi mempunyai sifat Fathanah bermakna bahwa


sesungguhnya para Utusan/Nabi adalah paling sempurnannya
makhluq dari segi kepintarannya dan pemahamannya.[9]

b. Sifat Jaiz Bagi Rasul

Selain mempunyai beberapa sifat wajib, Rasul-rasul juga mempunyai


sifat Jaiz (boleh atau wewenang) yaitu berperangai seperti manusia biasa.
Mereka juga makan, minum, lapar dan mereka pun merasakan sakit, dan hal ini
juga telah disinggung oleh Imam Nawawi dalam kitabnya yang berbunyi,
‫بغير خفض كخفيف المرضى‬ ‫وجائز في حقهم من عرض‬ [10]
Artinya :

“Dan boleh bagi mereka sifat-sifat manusia selain sifat yang merendahkan
martabatnya seperti sakit yang ringan”.

c. Sifat-Sifat Muhal Bagi Rasul

Selain kedua sifat itu para Utusan/Nabi juga mempunyai sifat yang
mustahil bagi mereka, yaitu sifat pembohong (Kidsbun), menyimpan ilmu/kabar
(Kitmaanun), pengkhianat (Khiyaanatun), dan bodoh (Balaadatun).

4. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Terakhir

Banyak perbedaan-perbedaan antara Nabi Muhammad dengan nabi yang


lain, sebagaimana yang telah disebutkan Imam Al-Jazairi bahwa ada 3
perbedaan yang membedakan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-nabi yang
lain. Pertama, Nabi Muhammad SAW adalah paling utamanya Nabi. Kedua, Nabi
Muhammad SAW diutus kepada semua manusia. Ketiga, Nabi Muhammad SAW
adalah Nabi terakhir dan tidak ada Nabi lagi setelahnya.[11] Itulah faktor-faktor
yang membedakan dengan nabi yang lain.

Dan alasan kenapa Nabi Muhammad SAW menjadiKhotimul Anbiya’, hal


ini juga telah disinggung oleh Al-Jazairi dalam kitabnya Jawahirul
Kalamiyah bahwa alasan dijadikannya Nabi Muhammad SAW sebagai Khotimul
Anbiya’ karena (1) para nabi diutus untuk mengajak makhluk menyembah Allah
SWT, (2) memberi petunjuk kepada makhluk untuk menuju jalan yang diridhai
Allah SWT di dunia maupun di akhirat, (3) memberi tahu mereka tentang
perkara-perkara yang samar oleh mata dan beberapa perkara yang tidak dapat
dicapai oleh pikiran mereka dan menetapkan beberapa dalil yang
pasti.[12] Itulah beberapa alasan kenapa Nabi Muhammad SAW dijadikan
Khotimul Anbiya’.

B. Pengaruh Iman Kepada Nabi dalam Kehidupan

Kita sebagai umat muslim tentunya ini adalah kewajiban bagi kita untuk
beriman kepada para Utusan sebagai orang yang telah membawa petunjuk,
karena hal ini adalah suatu bukti bahwa kita cinta terhadap Allah SWT. Dan hal
ini telah kita ketahui bersama bahwa iman kepada Nabi adalah rukun iman yang
ketiga yang seyogianya memang wajib bagi kita. Namun ada beberapa pengaruh
iman kepada nabi dalam kehidupan kita. Dan hal ini dapat diambil dari tujuan
diutusnya para nabi kepada semua manusia. Pertama, pengaruh iman kepada
Nabi adalah kita dapat lebih mendekatkan lagi diri kita kepada Allah SWT yang
telah mengutus orang-orang pilihan-Nya untuk memberikan
petunjuk. Kedua,dapat mencontoh semua sifat, sikap, dan suri tauladan dari
para Utusan. Ketiga, merasa berhutang budi kepada para utusan yang telah
membawa kita dari kejahiliyaan menuju alam sekarang dengan cara selalu
mengikuti sunnahnya.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Iman kapada Rasul ialah mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus
para-Rasul-Nya untuk membawa syiar agama dan membimbing umat pada jalan
lurus dan diridhai Allah SWT.

Secara etimologis Nabi berasal dari kata na-baartinya ditinggikan atau


dari kata na-ba-a yang artinya berita.

Sedangkan menurut arti terminologis, Nabi adalah manusia biasa yang


mendapatkan keistimewaan menerima wahyu dari Allah SWT.

Ada 3 perbedaan yang membedakan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-


nabi yang lain. Pertama, Nabi Muhammad SAW adalah paling utamanya Nabi.
Kedua, Nabi Muhammad SAW diutus kepada semua manusia. Ketiga, Nabi
Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan tidak ada Nabi lagi setelahnya.

Ada beberapa pengaruh iman kepada nabi dalam kehidupan kita. Dan hal
ini dapat diambil dari tujuan diutusnya para nabi kepada semua
manusia. Pertama,pengaruh iman kepada Nabi adalah kita dapat lebih
mendekatkan lagi diri kita kepada Allah SWT yang telah mengutus orang-orang
pilihan-Nya untuk memberikan petunjuk. Kedua, dapat mencontoh semua sifat,
sikap, dan suri tauladan dari para Utusan. Ketiga, merasa berhutang budi
kepada para utusan yang telah membawa kita dari kejahiliyaan menuju alam
sekarang dengan cara selalu mengikuti sunnahnya.

B. KRITIK DAN SARAN

Dengan selesainya makalah ini kami berharap kita dapat mendekatkan


diri kepada sang Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang
telah mengutus orang pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai
manusia yang tak luput dari salah tentunya meminta maaf atas
ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini karena kami sadar kita masih
dalam tahap belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Supadie, Didik, Pengantar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Aljazairi, Thahir ibn Shaleh, Jawahirul Kalamiyah, trj. Thahir ibn Abd Rahman,
Surabaya: Al-Hidayah

As-Syafii, Moh. Nawawi, Nurud Dhalam, Surabaya: Al-Haramain

Mahmud, Latief, Tauhed Ilmu Kalam, Pamekasan: STAIN Pamekasan Press,


2006

Sabiq, Sayyid, Aqidah Islam, trj. Moh. Abdai Rathomy Bandung: Penerbit
diponegoro, 2001

[1] Didik Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hal 157-158

[2] Latief Mahmud, Tauhed Ilmu Kalam, (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press,
2006), hal 81

[3] Thahir bin Shalih Al-jazairi, Jawahirul Kalamiyah. Trj. Moh. Thahir bin abd
Rahman (Surabaya:Hidayah) Hal 32

[4] Supadie, Pengantar Studi Islam, hal. 157

[5] Mahmud, Tauhed Ilmu Kalam, hal 81-82

[6] Ibid hal, 87

[7]Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, trj. Moh. Abdai Rathomy (Bandung: Penerbit
diponegoro, 2001), hal,. 321-322

[8]Moh. Nawawi As-Syafii, Nurud Dhalam, Surabaya: Al-Haramain. Hal. 11


[9] Al-jazairi, Jawahirul Kalamiyah hal. 40-41

[10] As-Syafii, Nurud Dhalam hal. 12

[11] Al-jazairi, Jawahirul Kalamiyah hal. 47-48

Iman Kepada Rasul Allah

KATA PENGANTAR

Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas khendak nya saya telah dapat
menyelesaikan makalah ini. meskipun banyak sekali kekurangan dan kesalahan didalamnya, namun saya berharap bisa
memberikan sedikit penegtahuan tentang hal yang saya tulis ini.
Makalah ini memuat tentang Iman kepada Para Rasul Allah, dimana didalamnya di terangkan bagaimana
seharusnya kita mengimani keberadaan Rasul-Rasul Allah, baik yang di sebutkan maupun yang tidak di sebutkan. Maka
dengan hal ini, semoga kita semua akan menjadi lebih mengetahui dan lebih memperkuat iman kita terhadap keberadaan
Rasul-Rasul Allah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari bahwa dalam
penuliasan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu Saya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga makalah ini dapat bernmanfaat bagi pembaca.

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................
1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. Tujuan .................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ...........................................................................................
A. Pengertian Iman Kepada Rasul Allah ................................................... 2
B. Fungsi Iman Kepada Rasul Allah.......................................................... 3
C. Meneladani Iman Kepada Rasul Allah.................................................. 4
Bab III Penutup ................................................................................................
1. Kesimpulan ........................................................................................... 5
2. Saran ..................................................................................................... 6
Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan
rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan Rasul,mulai dari
Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW. Merupakan suatu
rangkaian yang memiliki satu tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat atau hukum tertentu yang kemudian
disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu,kita sebagai seorang muslim,wajib beriman atau mempercayai
kepada para Rasul utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang di bawa oleh Rasul
utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga
akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya mengetahui tentang pengertiannya saja itupun hanya
terbatas, tanpa mengetahui akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang kita jalani atau di
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan wajib mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.

D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian iman kepada Rasul.
2. Untuk mengetahui cara kita beriman kepada Rasul Allah.
3. Untuk mengetahui jumlah Rasul yang wajib kita ketahui beserta sejarah singkatnya.
4. Untuk mengetahui tugas dari para Rasul Allah.
5. Untuk mengetahui hikmah dari beriman kepada Rasul Allah
6. Untuk mengetahui bagaimanakah cara kita untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Rasul Allah

Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap
umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-
orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Imam Baidhawi,
Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya.
Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya.
Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan
syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.

Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang keempat. Karena merupakan rukun iman yang keempat,
bagi setiap muslim wajib untuk mengetahui dan mengimani 25 Nabi dan Rasul tersebut. Nabi adalah manusia terpilih untuk
menerima wahyu dari Allah. Lalu apa perbedaan Nabi dan Rasul? Nabi menerima wahyu untuk dirinya sendiri, sedangkan
Rasul menerima wahyu dan memiliki tugas untuk menyampaikannya pada seluruh umat di dunia.

 Dalil Iman Kepada Rasul Allah

Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu
kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya:
7)

"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa
suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara)
dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)

Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki,
tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya
sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.

(‫)ر َواهُ أَح َمد‬ َ ‫س ُل مِ ن ذَالِكَ ثَالَثَةُ مِ ائَة َوخَم‬


َ ‫سةَ َعش ََر َج ًّما َغفِي ًرا‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫َعن أَبِى ذَر َقا َل‬
ُّ َ‫ مِ ائَةُ اَلف َواَربَعَة َوعِش ُرونَ اَلفًاا‬: ‫سو َل للاِ كَم ِعدَّة ُ االَنبِيَاءِ ؟ َقا َل‬
ُ ‫لر‬
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi
sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R.
Ahmad)

B. Fungsi Iman kepada Rasul Allah Swt

Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang merupakan tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi
iman kepada Rasul-rasul Allah swt, yaitu:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barang siapa yang mengingkari mereka walaupun hanya
salah seorang Rasul, maka dianggap kafir.
Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).
2. Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal namanya.
Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.”(Qs:
Al-mu-min:78).
3. Membenarkan berita-berita yang bersumber dari wahyu Allah swt.
4. Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada kita
Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu
keberatan terhadapm putusan yang kamu berikan dan meeka menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
C. Meneladani Sifat-sifat Rasulullah SAW.

1. Meneladani Sifat Siddiq

Untuk menel;adani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak
berbohong dalam berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan. Rasulullah saw, selama hidupnya
tidak pernah berbohong, baik terhadap para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.

2. Meneladani Sifat Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya melakukanb sesuatu sebaiknya dapat dipercaya, sehingga
tugas apa pun selalu dikerjaan dengan baik dan benar.

3. Meneladani Sifat Fatanah

Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata.
ada yang cerdas dan ada pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan cara bersungguh-
sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.

4. Meneladani Sifat Tablig

Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia termasuk salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig.
Mnyampaikan kebenaran dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain biasanya mengandung risiko. Keberanian
melakukan ini merupakan salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, ketika
berdakwah. Beliau seringkali disambut dengan cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini semua
dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh setiap umat muslim di seluruh
dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti adalah kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul
allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Rasul
merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang
terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan patut dipelajari. Karena, selain
memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik
di dunia maupun di akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan menerapkannya
di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya,
dan mendapat kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.
B. SARAN
Diskusi mengenai pembahasan ini merupakan awal yang masih sederhana sehingga ada beberapa hal yang
disarankan, antara lain :
1. Masyarakat harus mengetahui dan memahami mengenai pengertian iman kepada Rasul Allah secara dalam.
2. Pemerintah harus lebih menambah waktu jam pelajaran mengenai materi tersebut di dalam kalangan pelajar agar mereka
mampu memahami lebih dalam, luas, serta terarah nantinya.
3. Masyarakat Harus mampu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, dengan menunjukkan contoh-contoh perilaku
beriman kepada Rasul-rasul allah.
4. Kepada siswa dan siswi diharapkan mampu mempelajari tentang materi Beriman kepada Rasul-rasul allah secara intensif
dan lebih luas.
5. Diharapkan ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari makalah ini.
Makalah Iman kepada Nabi Dan Rosul Allah
10/23/2013 05:23:00 AM by Ainul IrjazNo comments

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
petunjuknya kami telah menyelesaikan makalah “IMAN KEPADA NABI DAN
ROSUL”.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada guru yang
memberikan tugas kepada saya tentang beberapa materi yang disampaikan
kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para teman-teman saya
karena berkat do’a dan dukungannyalah sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas makalah ini.

Penulis
M. Ainul Y.E. I.

LEMBAR PENGESAHAN

Iman kepeda nabi dan rosul Allah sangatlah penting. Sampai menjadi
rukun iman yang ke empat. Pembahasan dengan makalah ini semoga dapat
memperkuat keimanan kita semua.
Makalah ini dibuat sebagai pemenuh tugas PAI (Pendidikan Agama Islam
).

Mengetahui.

Guru Pembimbing

Ninik Mukaromah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Nabi dan Rasul
2.2. Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul
2.3. Jumlah Nabi dan Rasul
2.4. Tugas Para Rasul ‘alaihissalam
2.5. Sifat-sifat Rasul Allah SWT
2.6. Cara Menumbuhkan Iman Kepada Rasul
2.7. Fungsi Iman kepada Rasul Allah Swt
2.8. Hikmah beriman kepada Rasul Allah SWT.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
3.3. Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena
iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman
kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan
Rasul,mulai dari Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as
hingga Nabi Muhammad SAW. Merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu
tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat atau hukum tertentu yang
kemudian disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu,kita
sebagai seorang muslim,wajib beriman atau mempercayai kepada para Rasul
utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran
yang di bawa oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada
Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya
mengetahui tentang pengertiannya saja itupun hanya terbatas, tanpa mengetahui
akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang
kita jalani atau di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan
wajib mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-
hari, tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.

1.2. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui apa pengertian iman kepada Rasul.
2. Untuk mengetahui cara kita beriman kepada Rasul Allah.
3. Untuk mengetahui jumlah Rasul yang wajib kita ketahui.
4. Untuk mengetahui tugas dari para Rasul Allah.
5. Untuk mengetahui hikmah dari beriman kepada Rasul Allah
6. Untuk mengetahui bagaimanakah cara kita untuk mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Nabi dan Rasul

Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena
mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang
yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa
berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.
Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan
wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul
adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk
menyampaikannnya.
Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan,
karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan,
dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk menyembunyikan wahyu
Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Syaikh Ibn Abdul Wahhab menggunakan definisi ini dalam
Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat, begitu pula Syaikh Muhammad ibn
Sholeh Al Utsaimin.
“Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan
sekelompok orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak
bersama seorang pun.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada
umatnya. Ulama lain menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu bukan berarti Nabi tidak boleh menyampaikan wahyu.
Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah seorang
Rasul mendapatkan syari’at baru sedangkan Nabi diutus untuk mempertahankan
syari’at yang sebelumnya.
2.2. Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul

Ketahuilah saudariku! Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul


(pokok) iman. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana beriman
kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar. Syaikh Muhammad ibn
Sholeh Al Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul,
keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya .
Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti
pembatasan bahwa hanya ada empat unsur dalam keimanan kepada nabi dan
rosul-Nya.
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang
yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh
Rasul. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para
rasul.” (QS. Asy-Syu’araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan
nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh
Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara
global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para
nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus
untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah
diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi
Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-NisaA’ 4:65)
2.3. Jumlah Nabi dan Rasul

Jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul juga
tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul ‘Azmi. Hal ini berdasarkan
hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
berapa jumlah rasul?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Tiga ratus
belasan orang.” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Albani). Dalam riwayat Abu
Umamah, Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?”,
Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab,“124.000 dan Rasul itu 315 orang.”
Namun terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa
jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu’alam.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi,
maka kita tetap mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak
dikisahkan dalam Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan
sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak
Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-Mu’min 40:78). Selain 25 nabi yang telah
disebutkan dalam Al-Qur’an, terdapat 2 nabi yang disebutkan
Nabishalallahu’alaihiwasalam, yaitu Syts dan Yuusya’.
Berkenaan dengan tiga nama yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu
Zulkarnain, Tuba’ dan Khidir terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan
ulama apakah mereka Nabi atau bukan. Akan tetapi, untuk Zulkarnain dan
Tuba’ maka yang terbaik adalah mengikuti Rasulullah
shalallahu’alaihiwasalam, Beliau shalallahu’alaihiwasalam bersabda, “Aku
tidak mengetahui Tubba nabi atau bukan dan aku tidak tahu Zulkarnain nabi
atau bukan.” (HR. Hakim dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohih Jami As
Soghir). Maka kita katakanwallahu’alam. Untuk Khidir, maka dari ayat-ayat
yang ada dalam surat Al-Kahfi, maka seandainya ia bukan Nabi, maka tentu ia
tidak ma’shum dari berbagai perbuatan yang dilakukan dan Nabi Musa
‘alaihissalam tidak akan mau mencari ilmu pada Khidir. Wallahu’alam.
2.4. Tugas Para Rasul ‘alaihissalam

Allah SWT mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun


penerapan syari’at dari tiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para
Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara tugas tersebut adalah:
1. Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
2. Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
4. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
5. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
6. Menegakkan hujjah atas manusia.
7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.

2.5. Sifat-sifat Rasul Allah SWT

Para Rasul memiliki beberapa sifat utama melebihi manusia umumnya


yaitu :
1. Benar ( shiddiq ) yaitu para Rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan.
2. Terpercaya ( amanah ) yaitu Rasul tidak pernah menghianati amanah Tuhan
yang dipikulnya.
3. Menyampaikan ( tabliqh ) yaitu Rasul selalu menyampaikan segala pengajaran
Allah kepada umatnya.
4. Cerdik ( fathanah ) yaitu para Rasul memiliki kemampuan berfikir yang tinggi.
Selain itu ada juga sifat-sifat Rasul seperti :
1. Basyariyyaturrasul yaitu para Nabi juga membutuhkan hal-hal yang bersifat
umum seperti manusia biasa yaitu makan, minum, menikah, berketurunan.
2. Ishmaturrasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam
kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah,
sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apapun.
3. Iltizamurrasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apapun yang
mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan
perintah Allah, meskipun untuk menjalankan perintah Allah itu harus
berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dalam diri pribadinya
maupun dari para musuhnya. Dalam hal ini para Rasul tidak pernah
sejengkalpun menghindar atau mundur dari perintah Allah.

2.6. Cara Menumbuhkan Iman Kepada Rasul

1. Mengenali sikap dan keteladanan serta kepribadian Rasul SAW yang mulia
2. Membaca dan menghayati kisah-kisah para Rasul SAW
3. Kehalusan tutur kata Rasul, bagusnya sikap dan tingkah laku Rasul dapat
dijadikan teladan dalam kehidupan
4. Menerapkan sunah-sunah Rasul dalam kehidupan sehari-hari
5. Tidak berputus asa dalam menjalankan apa yang telah di contohkan oleh Rasul.

2.7. Fungsi Iman kepada Rasul Allah Swt

Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang merupakan
tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi iman kepada Rasul-rasul Allah swt,
yaitu:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barang siapa
yang mengingkari mereka walaupun hanya salah seorang Rasul, maka dianggap
kafir.
Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah mendustakan para
Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).
2. Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal namanya.
Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah Kami utus
beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan
kepadamu.”(Qs: Al-mu-min:78).
3. Membenarkan berita-berita yang bersumber dari wahyu Allah swt.
4. Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada kita.
Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada
hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka suatu keberatan terhadapm putusan yang kamu berikan dan meeka
menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
2.8. Hikmah beriman kepada Rasul Allah SWT.

Hikmah beriman kepada rasul Allah SWT dalam kehidupan, antara lain
sebagai berikut :
1. Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul itu benar-
benar manusia pilihan-Nya.
2. Mau mengamalkan apa yang disampaikan para rasul.
3. Bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan.
4. Memercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya.
5. Lebih mencintai, menghormati, dan mengagungkan rasul atas perjuangannya
dalam menyampaikan agama Allah SWT kepada umatnya.
6. Akan selamat di dunia dan di akhirat dengan bimbingan yang diberikan rasul.
7. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui
oleh setiap umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul
allah berarti adalah kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul
allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh
Allah dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara
manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah
sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga
dan patut dipelajari. Karena, selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat
bermanfaat juga memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita
baik di dunia maupun di akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih
dalam, memahami lebih luas, dan menerapkannya di dalam kehidupan kita
tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita dapat menjadi yang lebih
baik di setiap harinya, dan mendapat kehidupan yang bahagia di dunia maupun
di akhirat.

3.2. Saran

Diskusi mengenai pembahasan ini merupakan awal yang masih sederhana


sehingga ada beberapa hal yang disarankan, antara lain
1. Masyarakat harus mengetahui dan memahami mengenai pengertian iman
kepada Rasul Allah secara dalam.
2. Pemerintah harus lebih menambah waktu jam pelajaran mengenai materi
tersebut di dalam kalangan pelajar agar mereka mampu memahami lebih dalam,
luas, serta terarah nantinya.
3. Masyarakat Harus mampu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari,
dengan menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul allah.
4. Kepada siswa dan siswi diharapkan mampu mempelajari tentang materi
Beriman kepada Rasul-rasul allah secara intensif dan lebih luas.
5. Diharapkan ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari makalah ini.

3.3. Daftar Pustaka

http://islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah.html
http://13hif.blogspot.com/2012/01/hikmah-beriman-kepada-rasul-alllah_13.html
http://www.scribd.com/doc/84883105
islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Iman
Pengertian iman yang tercantum di dalam Al-Qur'an ditemukan dalam kata-kata :
aamana , yu minu , ii maanan, yang merupakan hasil pemecahan dari bentuk kata Iman.
Terjemahan umum dari kata-kata tersebut adalah:
aamana = telah / sudah ber-iman.
yu minu = sedang / akan / lagi ber-iman.
iimanan = Iman
mu minu = yang ber-iman.

Didalam memberikan definisi tentang perkataan Iman ini menurut yang ada sama dengan
Percaya atau menurut Arab sama dengan : 'aqdun bil qolbi faqath. Sedangkan Iman
berdasarkan Al-Qur'an, seperti dijelaskan oleh hadits yang artinya : Iman adalah tanggapan
hati (proses menanggapi) kemudian dinyatakan dalam lisan (proses pernyataan diri/sika) dan
menjelma kedalam seluruh laku perbuatan (proses pembuktian dalam hidup).Atau dengan
kata lain Iman adalah tambatan hati yang menggema ke dalam seluruh ucapan dan laku
perbuatan.

B. Pengertian Rasul

Rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi
arahan. Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk
menyampaikannnya.
Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada
manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa,
dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia
lain.

Ciri-ciri Rasul:
1. Laki-laki yang berasal dari manusia, QS. Al Kahfi (18) : 110
2. Ma’sum terjaga dari kesalahan, QS. An Najm (53) : 2-5
3. Menjadi suri teladan, QS. Al Ahzab (33) : 21
4. Memiliki akhlaq yang mulia; shidiq, tabligh, amanah dan fathonah. QS. Al Qalam (18) : 4
5. Memiliki mu’jizat, QS. Al Qomar (54) : 1
6. Tersampaikan berita tentang kedatangannya, QS. Ash Shaff (61) : 6
7. Adanya berita kenabian, QS. Al Furqan (25) : 30
8. Hasil perbuatan seperti kader (sahabat), lingkungan dan tatanan kehidupan dan peradaban
Islami, QS. Al Fath (48) : 29

BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Diskusi


1). Tempat Diskusi
Diskusi dilakukan di Kampung, Pintu Air RT 03/17 desa. Citepus kec. Pl. Ratu kab.
Sukabumi tepatnya di kossannya Diang Sagita dan di Jln. Kelapa 1 Sukawayana tepatnya di
rumah Agita Safitari Putri.
2). Waktu Diskusi
Diskusi dilakukan pada bulan September 2010.

B. Metode Diskusi
Metode yang kami gunakan dalam diskusi ini adalah Studi Pustaka.

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang kami gunakan dalam diskusi ini, antara lain Buku dan Situs
Internet.

D. Cara Kerja
Cara kerja yang kami lakukan, adalah dengan Mengunjungi perpustakaan dan Situs
internet sebagai bahan Penunjang Pembahasan yang kami diskusikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah


Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang
wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini
dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt.
untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut
Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk
menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk
menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya.

2. Cara Beriman Kepada Rasul Allah


Cara kita beriman kepada Rasul Allah adalah dengan cara meneladani seluruh aspek
kehidupan Rasulullah, misalnya:
A. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan
memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
‫ص ِلِّى‬
َ ُ ‫صلُّوا َك َما َراَيت ُ ُمونِى ا‬
َ
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
B. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan
yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah
dalam keadaan lapar.

C. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai
dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
َّ َ‫ِّب اِل‬
‫ي ِمن د ُنيَا ُكم ثَالَث‬ َّ ‫سا ُء َو ُج ِعلَت قُ َّرة ُ َعينِى فِى ال‬
َ ‫ ُح ِب‬: ِ‫صالَة‬ ِّ ِ َ ‫ائ( ا‬
َ ِِّ‫لطيبُ َوالن‬ ِ ‫س‬َ ِّ‫) َر َواهُ الن‬
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian,
serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
D. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada
kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan
dirinya sendiri.
E. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah
seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua
lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.

3. Para Rasul-Rasul Allah Beserta Nabi-Nabi-Nya


Rasul-Rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-
laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus
sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang
diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
‫ َعن أَبِى ذَر قَا َل‬: ‫اء ؟ قَا َل‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫ِمائَةُ اَلف َواَربَعَة َو ِعش ُرونَ اَلفًا‬
ِ َ‫سو َل للاِ كَم ِعدَّة ُ االَنبِي‬
‫سةَ َعش ََر َج ًّما َغ ِفي ًرا‬َ ‫س ُل ِمنذَالِكَ ثَالَثَةُ ِمائ َة َوخَم‬ ُّ َ ‫) َر َواهُ أَح َمد( ا‬
ُ ‫لر‬
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi?
Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang
termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315
orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25
orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib
kita ketahui, yaitu:
1.) Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang
Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun”
artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2.) Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah
berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau
berguru kepada nabi Syits AS.
3.) Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun.
Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat.
Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah
beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4.) Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah
Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar,
yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5.) Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud,
menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria).
Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad.
6.) Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah
yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau
berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat,
tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga
dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang
menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara
lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
7.) Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi
Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum
nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena
kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi
kaum laki-laki.
8.) Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi)
Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh
ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9.) Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi
Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
10). Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang
dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak
akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
11.) Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai
seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat
ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam
Q.S. surah yusuf).
12.) Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti
paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub
digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt.
dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada
Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13.) Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah
Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan
memeliharanya secara berkelanjutan
14.) Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu
perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka
adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
15.) Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra
nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah
ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh
Allah swt.
16.) Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau
diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17.) Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani
Israil di Mesir.
18.) Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan
rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan
besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling,
sehari puasa, sehari tidak.
19.) Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya
raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang).
20.) Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di
wilayah seputar sungai Yordan.
21.) Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak
sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu
membahu berdakwah di kalangan Bani Israil.
22.) Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam
di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
23.) Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari
seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak
mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak.

24.) Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir
atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat
Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh
umat Kristen.
25.) Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah
masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang
merupakan kitab suci terakhir pula.

4. Tugas Para Rasul


Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari
Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka
mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat
tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa
mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau
rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan
sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima
ajaran yang dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1.) Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid
ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi,
mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2.) Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada
Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak
boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti
salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa
yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3.) Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang
dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4.) Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat
yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama,
santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5.) Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang
digariskan Allah swt.
6.) Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada
perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai
puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat
manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau
terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan
yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam
sabdanya sebagai berikut:
‫ي للاُ َعنهُ قَا َل‬ ِ ‫ َعن اَبِى ه َُري َرة َ َر‬: ‫سو ُل للاِ ص م‬
َ ‫ض‬ ِ َ‫صا ِل َح األَخال‬
ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ق‬ َ ‫إِنَّ َما ب ُِعثتُ ِألُُ ت َِِّم َم‬
(‫) َر َواهُ أَح َمد بن َحن َبل‬
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)

5. Hikmah Beriman Kepada Rasul


Beriman kepada rasul memiliki hikmah yang sangat baik bagi kehidupan kita,baik
dalam kehidupan secara pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.Adapun hikmah-
hikmah dengan kita beriman kepada rasul allah, antara lain :
1.) Dengan beriman kepada Rasul kita memiliki seorang teladan yang baik. Rasul merupakan
suri teladan yang baik bagi umat manusia.
2.) Dengan beriman kepada rasul allah kita mendapat bimbingan dalam kehidupan, baik
dalam kehidupan umat manusia secara pribadi, dalam keluarga maupun dalam masyarakat
luas.
3.) Dengan beriman kepada Rasul allah kita dapat mengetahui dan mencontoh tentang cara
membentuk masyarakat yang adil, makmur, dan saling menghormati. Semua manusia pasti
mengharapkan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, dan saling menghormati, hal ini
telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, ketika membina masyarakat yang damai walaupun
berbeda suku dan agama.
4.) Dengan beriman kepada Rasul allah kita memiliki petunjuk dalam rangka meraih
kebahagiaan, baik ketika di dunia maupun ketika di akhirat kelak. Manusia yang cenderung
mengedepankan kekuatan akalnya maka kehidupan setelah mati tidak mampu menjamahnya
sehingga kedatangan Rasul-rasul allah menjelaskan tentang hal tersebut.

6. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari


A. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama.
B. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah.
C. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa.
D. Peduli terhadap kaum dhu’afa.
E. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah.
F. Tidak membeda-bedakan para rasul-rasul allah.
G. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para rasul.
H. Meyakini para rasul memiliki sifat-sifat terpuji.
I. Menjadikan rasul sebagai suri tauladan yang baik.
J. Memupuk rasa cinta terhadap rasul.
K. Berusaha menjadi seseorang yang memiliki sifat seperti rasul, yaitu sidik, amanah, tablig, dan
fatonah.
L. Toleransi dalam kehidupan beragama, terhadap orang yang berbeda agama dengan kita.
M. Menyiapkan bekal hidup untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh
setiap umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti adalah
kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah
dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya
sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia
dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan patut
dipelajari. Karena, selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga
memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat.
Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan
menerapkannya di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita
dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya, dan mendapat kehidupan yang bahagia di
dunia maupun di akhirat.

B. SARAN
Diskusi mengenai pembahasan ini merupakan awal yang masih sederhana sehingga
ada beberapa hal yang disarankan, antara lain :
1. Masyarakat harus mengetahui dan memahami mengenai pengertian iman kepada Rasul
Allah secara dalam.
2. Pemerintah harus lebih menambah waktu jam pelajaran mengenai materi tersebut di dalam
kalangan pelajar agar mereka mampu memahami lebih dalam, luas, serta terarah nantinya.
3. Masyarakat Harus mampu menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, dengan
menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul allah.
4. Kepada siswa dan siswi diharapkan mampu mempelajari tentang materi Beriman kepada
Rasul-rasul allah secara intensif dan lebih luas.
5. Diharapkan ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Dwi dkk.2010.Pendidikan Agama Islam kelas 2
SMA/MA.Surakarta:Suara Media Sejahtera.
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/mengenal-rasulullah-saw/
http://muslimah.or.id/aqidah/iman-kepada-rasul.html
http://organisasi.org/definisi_pengertian_dan_sifat_sifat_nabi_dan_rosul_rasul_pendidikan_agama_islam
http://www.mail-archive.com/keluarga-sejahtera@yahoogroups.com/msg03872.html
http://abumushlih.com/definisi-iman.html/
http://aliph.wordpress.com/2007/01/23/pengertian-iman-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaah/
http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/iman-kepada-rasul-rasul-allah.html
http://blog.re.or.id/hakikat-cinta-kepada-rasulullah.htm
A.Pengertian Iman Kepada rasul
iman kepada rasul-rasul allah• merupakan rukun iman ke empat• meyakini dengan sepenuh
hati bahwa rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh allah untuk menerima wahyu.
Ayat tentang perintah beriman kepada rasul: adalah

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul- Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
QS. An-Nisaa : 136
Definisi iman Menurut bahasa iman mempunyai arti pembenaran hati. Sedangkan
menurut istilah, iman adalah "membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan". Ini adalah penjapat jumhur ulama. Dan Imam Syafi'I
meriwayatkan ijma (Kesepakatan) para shahabat, tabi'in dan orang-orang sesudah mereka
yang sezaman dengan beliau atas perngertian tersebut.
Rasul adalah manusia yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara
istilah, rasul adalah hamba Allah yang terpilih yang diberikan wahyu dan diutus kepada kaum yang kafir,
terkadang dengan syari’at baru -dan ini kebanyakannya- dan terkadang dengan syari’at rasul sebelumnya.
B. Sangat Butuhnya Makhluk Terhadap Terutusnya Rasul

Sesungguhnya kebutuhan makhluk terhadap terutusnya para rasul merupakan kebutuhan yang paling
penting yang mengalahkan semua kebutuhan yang paling darurat sekalipun. Imam Ibnul Qoyyim -
rahimahullah- berkata dalam Zadul Ma’ad (1/15), “… dari sinilah nampak bagaimana betul-betul sangat
butuhnya para hamba untuk mengenal sang rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan apa yang beliau bawa,
membenarkan apa yang dia khabarkan, dan mentaati apa yang dia perintahkan, karena sesungguhnya
tidak ada satupun jalan menuju kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat kecuali melalui
perantaraan para rasul, dan tidak ada satupun cara untuk mengetahui yang baik dan yang buruk secara
rinci kecuali dari mereka, dan sekali-sekali tidak akan bisa didapatkan ridho Allah selama-lamanya kecuali
melalui perantaraan mereka. Maka tidak ada kebaikan dalam semua amalan, ucapan, dan akhlak kecuali
tuntunan mereka dan apa yang mereka bawa. Maka mereka adalah tolak ukur yang benar yang mana
seluruh akhlak dan amalan (hamba) diukur dengan amalan dan akhlak mereka, dan dengan mengikuti
mereka akan nampak mana pengikut kesesatan. Maka kebutuhan (hamba) kepada mereka melebihi
kebutuhan badan kepada ruh, kebutuhan mata kepada cahayanya, kebutuhan ruh kepada kehidupannya,
dan bagaimanapun mendesaknya dan pentingnya suatu kebutuhan maka kebutuhan hamba terhadap para
rasul melebihi semua hal itu. Dan bagaimana menurut kamu mengenai orang yang jika tuntunan dan apa
yang datang darinya walaupun sekejap mata maka akan (mengakibatkan) hatimu rusak dan dia (hatimu)
akan menjadi seperti ikan jika dia dipisahkan dari air dan diletakkan di padang pasir. Maka keadaan hamba
ketika hatinya berpisah dari apa yang para rasul datang dengannya sama seperti (ikan) ini, bahkan lebih
parah. Akan tetapi hal ini tidak bisa dirasakan kecuali oleh hati yang hidup karena hati yang mati tidak bisa
merasakan sakitnya luka. Jika kebahagiaan hamba di dua negeri (dunia dan akhirat) ditentukan oleh
hidayah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- maka wajib bagi setiap orang -yang (mau) menasehati dan
menghendaki keselamatan dan kebahagiaan jiwanya- untuk mengetahui petunjuk, sejarah dan keadaan
beliau, mengeluarkan dirinya dari jejeran orang-orang yang bodoh terhadapnya (petunjuk Nabi) dan
menggolongkan dirinya ke dalam jejeran pengikut, penolong, dan kelompok beliau. Dan manusia dalam
perkara ini ada yang (mendapatkan) sedikit, dan ada yang banyak dan ada yang diharamkan (darinya),
dan keutamaan hanya di tangan Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha
Memiliki Keutamaan yang besar”.
C. Hikmah Terutusnya Nabi dan Rasul

Hikmah Allah yang agung, perhatian Allah yang besar, dan rahmat Allah yang luas mengharuskan adanya
hikmah yang sangat mulia dari terutusnya para nabi dan rasul. Di antara hikmah yang Allah nampakkan
kepada kita adalah:

1. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-
Nya, dan tidak mungkin bagi hamba untuk menyembah Tuhan mereka, melaksanakan apa yang dicintai-
Nya dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya kecuali melalui tuntunan para rasul, yang mana mereka ini
adalah makhluk pilihan Allah dari kalangan manusia.

2. Sesungguhnya penegakan hujjah atas seluruh hamba akan terjadi dengan terutusnya para rasul. Allah
-’Azza wa Jalla- menegaskan:

‫س ِّل‬ ُّ ‫هللا ُحجَّةٌ بَ ْع َد‬


ُ ‫الر‬ ِّ ‫علَى‬ ِّ َّ‫سالً ُمبَش ِِّّر ْينَ َو ُم ْنذ ِِّّر ْينَ ِّلئَالَّ يَك ُْونَ لِّلن‬
َ ‫اس‬ ُ ‫ُر‬

“Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak
ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa` : 165)

3. Sesungguhnya akal-akal hamba tidak akan sanggup menggapai perkara-perkara yang gaib, seperti
keimanan terhadap kebangkitan, adanya surga dan neraka, para malaikat dan jin, dan yang lainnya.
Semua perkara ini hanya bisa diketahui melalui jalur para rasul yang mendapatkan wahyu dari Yang
Mengutus mereka, seandainya para nabi dan rasul tidak terutus maka para hamba tidak akan memiliki
keimanan terhadap perkara yang gaib.

4. Jin dan manusia sangat membutuhkan suri tauladan yang baik, yang bersifat dengan sifat-sifat yang
paling sempurna yang bisa dicapai oleh seorang hamba, yaitu wahyu dan ‘ushmah (penjagaan dari dosa).
Dan tidak ada seorangpun yang bersifat seperti ini kecuali orang-orang yang dipilih oleh Allah, yaitu para
rasul, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:

‫سنَةٌ ِّل َمنْ كَانَ يَ ْر ُجو هللاَ َوا ْليَ ْو َم اآلخِّ ِّر‬ ْ ُ ‫س ْو ِّل هللاِّ أ‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ْد كَانَ لَ ُك ْم فِّي َر‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21 )
D. Nama-Nama Nabi dan Rasul

Yang merupakan aqidah kaum muslimin bahwa tidak ada yang mengetahui jumlah nabi dan rasul secara
pasti selain Allah -Subhanahu wa Ta’ala- yang telah mengutus mereka. Akan tetapi Allah -Ta’ala- telah
mengabarkan kepada kita sebahagian dari nama-nama mereka, sehingga kita harus mengimani akan
adanya nabi-nabi tersebut secara rinci. Sedangkan nabi-nabi yang tidak Allah khabarkan kepada kita,
maka kita wajib beriman kepada mereka secara global.

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menyatakan:


َ‫علَ ْيك‬
َ ‫ص ُه ْم‬
ْ ‫ص‬ ْ
ُ ‫نق‬َ َ
‫ل ْم‬ ً
‫سال‬ُ ‫َو ُر‬ َ
‫ق ْب ُل‬ ْ‫ن‬ ِّ‫م‬ َ‫ك‬ َ
‫عل ْي‬َ ُ َ
‫صناه ْم‬ْ ‫ص‬ َ
َ ‫ق‬ َ
‫ق ْد‬ ‫س ًال‬
ُ ‫َو ُر‬
“Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu
dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu”. (QS. An-Nisa` : 164)

Merupakan suatu kaidah yang asasi bahwa tidak boleh menetapkan jenjang kenabian kepada seorangpun
kecuali dengan dalil yang shohih dan tegas. Syaikh Muhammad bin ‘Abdilah Al-Imam dalam kitab beliau
yang berjudul Tahdzirul Atqiya` min ‘Ibadati Quburil Anbiya` wal Auliya` menyebutkan nama-nama nabi
yang tsabit dan yang tidak tsabit dari Al-Qur`an dan Sunnah. Nama-nama nabi dan rasul yang masyhur
yang jumlahnya 25 disebutkan oleh seorang penya`ir dalam dua bait sya’irnya:

‫َو ُه ْم‬ ُ‫س ْبعَة‬


َ ‫َويَ ْبقَى‬ ‫عش ٍْر‬
َ ‫بَ ْع ِّد‬ ْ‫مِّ ن‬ ‫ث َ َمانِّيَة‬ ‫مِّ ْن ُه ْم‬ )) ‫ُح َّجتُنَا‬ َ‫تِّ ْلك‬ (( ‫فِّي‬
‫ُختِّ ُم ْوا‬ ‫قَ ْد‬ ‫ِّبا ْل ُم ْخت َِّار‬ ‫آ َد ُم‬ ‫ذُ ْوا ْل ِّك ْف ِّل‬ ‫َو َكذَا‬ ‫صَا ِّل ُح‬ ‫ْب‬
ٌ ‫شعَي‬ ُ ‫ه ُْو ٌد‬ ‫ْس‬
ُ ‫إِّد ِّْري‬
“Dalam (ayat) “Itulah hujjah Kami” (1)
di antara mereka (para nabi) disebutkan 18 dan masih tersisa 7 (orang).
Mereka adalah: Idris, Hud, Syu’aib, Sholih,
demikian pula Dzul Kifli, Adam, dan semuanya ditutup dengan Sang terpilih (Muhammad)”.
Di antara nabi yang tidak disebutkan namanya oleh penya’ir di atas adalah: Nabi Khidir dan Nabi Yusya’
bin Nun -’alaihimas salam- (HR. Ahmad: 2/325 dari Abu Hurairah)

E. Para Nabi dan Rasul Adalah Makhluk yang Paling Mulia Secara Mutlak

Bukan perkara yang samar bagi setiap muslim bahwa derajat nabi dan rasul jauh lebih tinggi di atas derajat
hamba yang paling sholih dan paling bertaqwa yang bukan seorang nabi atau rasul.
Allah -Ta’ala- menegaskan:
‫سنَ أُولَئِّكَ َرفِّيقًا‬‫ح‬َ
ُ َ ‫و‬ َ‫ين‬ ‫ل‬
ِّ‫ِّح‬ ‫ا‬ ‫ص‬
َّ ‫ال‬‫و‬َ ‫د‬
ِّ‫َاء‬ ‫ه‬
َ ‫ش‬
ُّ ‫ال‬‫و‬َ َ‫ين‬‫ق‬ِّ ‫ِّي‬
‫د‬ ‫الص‬‫و‬
ِّ َ َ‫ين‬‫ي‬ِّ ِّ ‫ب‬َّ ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ ِّ‫م‬ ‫م‬ ‫ْه‬
ْ ِّ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫َّللا‬
ُ َّ ‫م‬
ََ ‫ع‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ َ‫ين‬‫ذ‬ِّ َّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫م‬
َ َ َ‫ك‬ ‫ئ‬
ِّ َ ‫ل‬ ‫و‬ُ ‫أ‬َ ‫ف‬ ‫ل‬
َ ‫و‬ ‫س‬ َّ ‫َو َمنْ يُطِّ ِّع‬
ُ َّ َ َ‫َّللا‬
‫الر‬‫و‬
“Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-
orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. An-Nisa` : 69)
Jadi, derajat Ash-Shiddiqin, Asy-Syuhada`, dan Ash-Sholihin seluruhnya tidak akan mencapai derajat
seorang nabi, terlebih lagi derajat seorang rasul. Hal ini tentunya jelas, karena tidak mungkin mereka bisa
mencapai derajat-derajat tersebut (Ash-Shiddiqin, Asy-Syuhada`, dan Ash-Sholihin) kecuali dengan
beriman dan mentaati nabi dan rasul.
Peringatan:
Oleh karena itulah, di antara kebatilan apa yang dinyatakan oleh Ibnu ‘Araby bahwa jenjang tertinggi dalam
agama adalah jenjang wali, setelah itu jenjang kenabian, dan yang paling rendah adalah jenjang
kerasulan.Apa yang dia nyatakan ini adalah pemutarbalikan hakikat dan tidak tersembunyi kebatilannya
dari setiap orang awam dari kaum muslimin, apalagi ulama’nya.
F. Beriman Kepada Para Rasul Mengandung Beberapa Perkara:

Pertama: Mengimani bahwa risalah mereka adalah benar dari Allah Ta’ala. Karenanya barangsiapa yang
mengingkari risalah salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah mengingkari risalah semua
rasul. Allah Ta’ala berfirman, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’ara`: 105)

Kedua: Mengimani secara terperinci siapa di antara mereka yang kita tidak ketahui namanya, yaitu mereka
yang telah kami sebutkan di atas. Adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita beriman kepadanya
secara global, sebagaimana di atas.
Ketiga: Membenarkan kabar-kabar dan kisah-kisah tentang mereka selama kabar dan kisah itu benar dan
shahih.

Keempat: Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yakni Muhammad -alaihishshalatu
wassalam-. Allah Ta’ala berfirman, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa`: 65)
G. Buah Keimanan Kepada Para Rasul
Pertama: Mengetahui rahmat dan perhatian Allah kepada para hamba tatkala Dia mengutus kepada
mereka nabi dan rasul yang akan menuntun mereka menuju jalan yang lurus.
Kedua: Bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat yang besar ini.
Ketiga: Mencintai dan memuliakan para nabi dan rasul -alaihimushshalatu wassalam- karena mereka
adalah hamba-hamba yang paling sempurna dalam ibadah kepada-Nya, mereka menyampaikan risalah-
Nya, dan menasehati hamba-hambaNya.
____________
(1) Maksudnya adalah ayat 83-86 dari surah Al-An’am, Allah menyatakan:
(( ‫علِّي ٌم‬ َ ‫ت َمنْ نَشَا ُء إِّنَّ َربَّكَ َحكِّي ٌم‬ ٍ ‫علَى قَ ْومِّ ِّه نَ ْرفَ ُع د ََرجَا‬َ ‫ َوتِّ ْلكَ ُح َّجتُنَا َءات َ ْينَاهَا إِّب َْراهِّي َم‬. ْ‫وب ك اُال َه َد ْينَا َونُو ًحا َه َد ْينَا مِّ نْ قَ ْب ُل َومِّ ن‬
َ ُ‫سحَاقَ َويَ ْعق‬ ْ ِّ‫َو َو َه ْبنَا لَهُ إ‬
‫س َع‬ ‫ي‬
َ َ َ َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ل‬ ‫ِّي‬
‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ ‫س‬ ‫إ‬‫و‬
َ ْ ِّ َ . َ‫ين‬ ‫ل‬
ِّ‫ِّح‬ ‫َّا‬
‫ص‬ ‫ال‬ َ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ ‫اس‬ ‫ي‬‫ل‬ْ
ِّ‫َ َ ِّ َ َ ٌّ م‬ ‫إ‬‫و‬ ‫ى‬ ‫س‬ ‫ِّي‬
‫ع‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ا‬
َ َ ْ‫َ ِّ َّ َ َح‬ ‫ي‬‫َر‬‫ك‬ َ‫ز‬‫و‬ . َ‫ين‬‫ن‬ ‫س‬ ‫م‬
ِّ ِّ ْ‫ُ ح‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ز‬ َ ‫ن‬
ِّ ْ‫َ ِّ ج‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َ ‫ذ‬‫ك‬َ ‫و‬ َ‫ون‬ ‫َار‬
ُ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ َ ُّ َ َ ْ ُ ‫َاو َد َو‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ي‬‫و‬ ‫وب‬ ‫ي‬َ ‫أ‬‫و‬ َ‫ان‬ ‫م‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫س‬ ُ ‫ذُ ِّريَّ ِّت ِّه د‬
َ
َ‫العَالمِّ ين‬ ْ َ
‫على‬ َ ْ
‫ضلنَا‬ َّ ‫ف‬َ ‫َوك اُال‬ ً
‫َولُوطا‬ ‫س‬َ ُ‫)) َويُون‬
“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada (1)Ibrahim untuk menghadapi kaumnya, Kami tinggikan
siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat, sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan (2)Ishaq dan (3)Ya`qub kepadanya (Ibrahim), masing-
masing dari keduanya telah Kami beri petunjuk; dan kepada (4)Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri
petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu (5)Daud, (6)Sulaiman, (7)Ayyub, (8)Yusuf,
(9)Musa, dan (10)Harun, demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan
(11)Zakaria, (12)Yahya, (13)`Isa dan (14)Ilyas, semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan
(15)Ismail, (16)Ilyasa`, (17)Yunus, dan (18)Luth, masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat
(di masanya)”.
Ini adalah nama 18 nabi, dan sisanya berupa 7 nabi yang lain disebutkan oleh penya’ir tersebut dalam
sya’irnya
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
iman kepada rasul-rasul allah• merupakan rukun iman ke empat• meyakini dengan sepenuh
hati bahwa rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh allah untuk menerima wahyu.
Ayat tentang perintah beriman kepada rasul: adalah

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul- Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
QS. An-Nisaa : 136
Yang merupakan aqidah kaum muslimin bahwa tidak ada yang mengetahui jumlah nabi dan rasul secara
pasti selain Allah -Subhanahu wa Ta’ala- yang telah mengutus mereka. Akan tetapi Allah -Ta’ala- telah
mengabarkan kepada kita sebahagian dari nama-nama mereka, sehingga kita harus mengimani akan
adanya nabi-nabi tersebut secara rinci. Sedangkan nabi-nabi yang tidak Allah khabarkan kepada kita,
maka kita wajib beriman kepada mereka secara global.

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menyatakan:


َ‫علَ ْيك‬
َ ‫ص ُه ْم‬ ُ ‫نَ ْق‬
ْ ‫ص‬ ‫لَ ْم‬ ‫س ًال‬
ُ ‫َو ُر‬ ‫قَ ْب ُل‬ ْ‫مِّ ن‬ َ‫علَ ْيك‬
َ ‫صنَا ُه ْم‬ َ َ‫ق‬
ْ ‫ص‬ ‫قَ ْد‬ ‫س ًال‬
ُ ‫َو ُر‬
“Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu
dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu”. (QS. An-Nisa` : 164)

Merupakan suatu kaidah yang asasi bahwa tidak boleh menetapkan jenjang kenabian kepada seorangpun
kecuali dengan dalil yang shohih dan tegas. Syaikh Muhammad bin ‘Abdilah Al-Imam dalam kitab beliau
yang berjudul Tahdzirul Atqiya` min ‘Ibadati Quburil Anbiya` wal Auliya` menyebutkan nama-nama nabi
yang tsabit dan yang tidak tsabit dari Al-Qur`an dan Sunnah. Nama-nama nabi dan rasul yang masyhur
yang jumlahnya 25 disebutkan oleh seorang penya`ir dalam dua bait sya’irnya:

‫َو ُه ْم‬ ُ‫س ْبعَة‬


َ ‫َويَ ْبقَى‬ ‫عش ٍْر‬
َ ‫بَ ْع ِّد‬ ْ‫مِّ ن‬ ‫ث َ َمانِّيَة‬ ‫مِّ ْن ُه ْم‬ )) ‫ُح َّجتُنَا‬ َ‫تِّ ْلك‬ (( ‫فِّي‬
‫ُختِّ ُم ْوا‬ َ
‫ق ْد‬ ‫بِّا ْل ُم ْخت َِّار‬ ‫آ َد ُم‬ ‫ذ ْوا ْل ِّك ْف ِّل‬ ُ َ
‫َو َكذا‬ ‫صَا ِّل ُح‬ ‫ْب‬
ٌ ‫شعَي‬ ُ ‫ه ُْو ٌد‬ ‫ْس‬
ُ ‫إِّد ِّْري‬
“Dalam (ayat) “Itulah hujjah Kami” (1)
di antara mereka (para nabi) disebutkan 18 dan masih tersisa 7 (orang).
Mereka adalah: Idris, Hud, Syu’aib, Sholih,
demikian pula Dzul Kifli, Adam, dan semuanya ditutup dengan Sang terpilih (Muhammad)”.
Di antara nabi yang tidak disebutkan namanya oleh penya’ir di atas adalah: Nabi Khidir dan Nabi Yusya’
bin Nun -’alaihimas salam- (HR. Ahmad: 2/325 dari Abu Hurairah)

Anda mungkin juga menyukai