Anda di halaman 1dari 25

SUMBER AJARAN ISLAM

Istilah sumber dalam bahasa arab biasa di debut dengan masdar, bentuk jamak
dari mushadir. Kata mazdar itu sendiri menurut makna etimologi mempunyai makna asal
atau permulaan suatu sumber, tempat kemunculan sesuatu.Dan di dalam Islam untuk
menjalankan syariat Islam ada tiga pokok yaitu, Al Quran,As sunnah,Ijtihad

Al Quran yang menjadikan pedoman dan ketaatan kepada rasul yang berarti
ketaatan kepada sunnah, merupakan kewajiban bersifat mutlak, maka ketaatan terhadap
hasil ijtihad bersifat konfisional bukan merupakan suatu keharusan mutlak.

A. Pengertian Al Quran

Mengenai asal usul al quran, sumber utama dan pertama ajaran Islam dan berbagai
pandangan yang berkembang di kalangan ulama'. Adapun pengertian Al Quran secara
terminologi di temukan adanya beberapa rumusan definisi yang di sampaikan oleh
ulama' seperti, pendapat.

1. Az-zuhali memberikan definisi Al quran dengan rumusan kalam Alllah yang


mukjiz yang diturunkan kepada nabi muhammad yang di riwayatkan secara
mutawatir di awali dengan Surat Al fatihah dan di akhiri dengan An-nas.

2.Shubhi as-shahih, mendefinisikan Al quran yang dalam batas tertentu dapat di


pandang bagai pengertian yang lebih dapat di terima oleh banyak hak, terutama
kalangan ulama' Al quran adalah kalam Alllah yang mukjiz yang diturunkan kepada
nabi secara mutawatir dan merupakan ibadah dalam membacanya.

B. Pengertian As sunnah

Menurut ulama' ushul fiqh hadist dan sunna merupakan dua istilah yang berlainan
pengertiannya. Sunnah mencakup semua riwayat yang bersumber Dari Rasulullah
SAW.

c.Pengertian Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa


dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.

3
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ketuhanan yaitu segala
sesuatu yang berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut ilaah
yang berarti dalam "Ma'bud" (yang disembah). Perkataan ilah, yang selalu
diterjemahkan "Tuhan", dalam Al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai
objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia.
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (Bahasa arab: ) dan diyakini
sebagai Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha
Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam
menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Agama Islam yang diturunkan Allah ta'ala kepada manusia melalui rasul-
rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
ta'ala, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.Agama islam
adalah agama yang sangat menekankan tentang keesaan Tuhan. Tuhan yang maha
esa yang di maksudkan dalam agama islam ialah Allah Swt. Hal ini sudah terbukti
dengan tertulis di dalam ayat alquran dan hadits. Ada beberapa surah dan hadist
diantaranya sebagai berikut :
1.QS Al-Ikhlas : 1 - 4
Artinya : 1. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
2.QS Al – An’am : 1
Artinya : 1. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih
mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu.
3.QS Ash-Shad : 65
Artinya: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada kaum musyrik,
"Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan. Adalah tugasku untuk
menyampaikan kepadamu ancaman-Nya yang pedih bagi orang-orang yang
mengingkari-Nya. Karena itu, yakinilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah.
Konsep Tuhan sebenarnya adalah suatu hal yang dipentingkan oleh setiap
makhluk, Perkataan dipentingkan dapat diartikan untuk setiap makhluk
menyerahkan diri untuk dikuasai (memuja, mecintai serta mengagungkan) oleh
Tuhan itu sendiri.
Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
Konsep ketuhanan dalam islam sebenarnya belum terlalu dipercayai oleh
setiap manusia atau yang masih belum percaya dengan adanya Tuhan. Konsep
barat mengenai ketuhanan adalah suatu pemikiran manusia yang didasarkan atas
hasil pemikiran baik itu sifatnya pengalaman lahiriah maupun pengalaman
bathiniyah. Sejauh ini konsep Barat masih meyakini jika teori evolusionalisme
masih di anggap paling benar. Adanya proses dari kepercayaan yang aman
sederhana kemungkinan menjadi sempurna.Mengenai Sejarah Konsep Ketuhanan
Menurut Pemikiran Manusia maka kita ada pada proses perjalanan mengenai
sejarah. Apabila teori yang di munculkan adalah teori evolusionalisme, maka yang
akan dikemukakan adalah proses dari pemikiran sederhana manusia hingga ke
yang paling sempurna.
Ini ada beberapa teori tentang evolusionalisme antara lain :
- Percaya Kepada Benda
- Percaya Kepada Roh
- Percaya Kepada Dewa
- Percaya 1 Bangsa 1 Tuhan
- Tuhan Untuk Seluruh Bangsa

istilah tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi serta dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). istilah ilaah (tuhan)
di dalam Al-Quran konotasinya terdapat 2 kemungkinan, yaitu Allah, dan selain
Allah. Subjektif (hawa nafsu) bisa sebagai ilah (tuhan). Benda-benda seperti :
patung, pohon, hewan, dan lain-lain dapat juga berperan menjadi ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (dua) : 165, sebagai
berikut:
Diantara manusia terdapat yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
menyayangi Allah.Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah
menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai tuhan mereka. Hal ini
diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik pada do'a juga
acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi
Muhammad dengan Khadijah (lebih kurang 15 tahun sebelum turunya Al-Quran)
ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya
nama Abdullah (hamba Allah) sudah lazim digunakan pada kalangan masyarakat
Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran
Allah, kekuasaan Allah serta lain-lain, sudah mantap. dari kenyataan tersebut
muncul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad?
Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep
ilahiyah menerima tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai
pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat
61 sebagai berikut;
Jika kepada mereka ditanyakan, "Siapa yg membentuk lagit serta bumi, serta
menundukkan mentari dan bulan?" Mereka pasti akan menjawab Allah.Dengan
demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang
itu beriman dan bertaqwa pada-Nya. seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
pada Allah Bila dia telah memenuhi segala yg dimaui oleh Allah. Atas dasar itu
inti konsep ketuhanan yang Maha Esa dalam Islam ialah memerankan ajaran
Allah yaitu Al-Quran pada kehidupan sehari-hari. tuhan berperan bukan sekedar
Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta. Pernyataan lugas serta
sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan pada surat Al-
ikhlas. Kalimat syahadat ialah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang
dijaukan pada surat Al-ikhlas tersebut. Ringkasnya Jika Allah yang harus
terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah ialah disamping Allah
menjadi Zat, juga Al-Quran menjadi ajaran dan Rasullullah menjadi Uswah
hasanah.

5
KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Iman adalah keyakinan dan kepercayaan dalam ajaran Agama yang
menjadi kekuatan untuk menjalankan dinamika kehidupan manusia baik secara
individu maupun kelompok. Maksudnya adalah tergantung personal atau diri anda
untuk menilai apa yang diyakini dan apa yang harus dipercaya.Sedangkan taqwa
dalam pandangan Islam atau sebagai umat muslim adalah suatu kepercayaan
kepada Allah-SWT, membenarkannya, dan takut kepada Allah-SWT. Penjelasan
secara terminologis, kata "taqwa" artinya menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah-SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Gabungan iman dan taqwa adalah suatu keyakinan dan kepercayaan untuk
kehidupan manusia didunia, mengikuti ajaran atau syariat agama islam, dalam
menjalankan segala yang diperintahkan Allah-SWT dan menjauhi apa yang
dilarang-Nya.
Keimanan dan ketaqwaan bagian panggilan jiwa manusia untuk
meningkatkan kegiatan agama yang wajib dijalankan. Dalam hal ini tidak hanya
hubungan dengan Allah-SWT, namun dengan manusia juga menjadi lebih penting
untuk diperhatikan .Kesadaran manusia menjadi tolok ukur dengan motivasi diri
tanpa intervensi orang lain untuk melakukan yang berhubungan dengan kebaikan
terutama terhadap Allah-SWT dan dengan manusia.Seperti apa iman dan taqwa
dalam kehidupan manusia? Secara tidak langsung mengajarkan dari berbagai
macam bidang dengan melalui hati nurani dan pikiran positif. Sehingga menjadi
manusia disiplin, Komitmen, dan konsisten melaksanakan perintahnya Allah-
SWT.
Hal yang mendasar, coba anda berpikir apa manfaat menjalankan perintah
Allah-SWT dan menjauhi larangannya? Tentunya mendapatkan lindungan semasa
hidup dan mendapatkan surga setelah meninggal dunia, namun harapan tersebut
hanya tersimpan dalam hati bagi yang mempunyai iman.Maka dari itu, kehidupan
dunia dan akhirat perlu dipikirkan biar seimbang dalam perilaku dan perbuatan.
Seperti melaksanakan sholat lima waktu, bayar zakat, amal, sedekah, berbagi dan
berbuat baik antar sesama manusia.Keimanan dan ketaqwaan tidak perlu
pengakuan oleh orang lain, melainkan bagaimana manusia bisa membawa diri
dalam menjaga hubungan kepada Tuhan yang maha kuasa. Hal tersebut sudah
disampaikan diatas bagaimana mempunyai keyakinan dan kepercayaan melalui
apa yang anda lakukan terhadap orang lain.

6
AKHLAK,ETIKA DAN MORAL

Akhlak dengan Moral


 Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari
kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia
sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali,
akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat
melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak
pertimbangan dan pemikiran yang lama.
 Sedangkan, Pengertian karakter menurut Bahasa adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral
disebut dengan berkarakter mulia.
 Sedangkan moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlaq, budi pekerti, susila. Kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia
berkorban, menderita, menghadapi bahaya, isi hati atau keadaan perasaan
sebagaimana terungkap dari perbuatan. Dalam hal ini moral mengacu pada
akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat
kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Sementara dalam psikologi
perkembangan menyatakan bahwa perilaku moral adalah perilaku yang sesuai
dengan kode moral sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat.
Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral atau peraturan perilaku
yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
1.Akhlak dengan Etika
Perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan atau sopan
santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih modern dan mendunia, perkataan
akhlak kini sering diganti dengan kata moral atau etika.Moral berarti adat
kebiasaan. menurut bahasa, moral artinya ajaran tentang baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan akhlak. Moral
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik dan
buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas
menunjukkan salah satu perbedaan antara moral dengan akhlak, sebab benar salah
adalah penilaian di pandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam tidak
dapat dicerai pisahkan dengan akhlak.Etika berarti kebiasaan. Yang dimaksud
adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Umumnya, kata etika diartikan
sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
atau akhlak. Di dalam ilmuPendidikan, diterangkan bahwa etika adalah filsafat
tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai,
etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk
menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya adalah
akal pikiran. Akallah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau
buruk. Kalau moral dan etika diperbandingkan, maka moral lebih bersifat praktis,
sedangkan etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, sedangkan etika bersifat
umum (regional).Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya
dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana
yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang
sesuai dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam
masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala
sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai
dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan
baik dan buruk suatu sikap yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di
dalam agama dan ajaran Islam adalah Al-Qur’an yang dijelaskan dan
dikembangkan oleh Rasulullah SAW. dengan sunnah beliau yang kini dapat
dibaca dalam kitab-kitab hadits.Yang menentukan perbuatan baik atau buruk
dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat
pada suatu tempat di suatu masa. Di pandang dari sumbernya, akhlak Islami
bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika
berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak
Islami bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat relatif.

7
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Oleh
karena itu, agama Islam menjadi bahan perbincangan hampir di seluruh
dunia.Sejarah Islam di Indonesia dimulai dari muncul dan berkembangnya beberapa
kerajaan Islam, yang dimulai dari pulau Jawa.Namun, sebelum berlanjut pada
rangkuman sejarah yang ada di Indonesia, kita harus memahami dulu
pengertiannya.Adapun pengertian dari sejarah Islam sendiri adalah catatan lengkap
mengenai perkembangan dan perjalanan agama yang dibawa oleh nabi
Muhammad.Sementara itu, kebudayaan Islam di Indonesia yang berasal dari kerajaan-
kerajaan Islam pertama di Indonesia, membawa dan menyebarkan melalui
perdagangan.Hal ini dikarenakan, Negara Indonesia merupakan Negara ekonomi agraris.
Jika dibuat rangkuman, maka sejarah Islam akan menjadi seperti berikut.

1.Sejarah Kerajaan Islam

Sejarah Islam di Indonesia dikenal dengan lahirnya banyak kerajaan Islam


seperti Demak, Samudra Pasai ataupun kerajaan Mataram sebagai kerajaan
terakhir yang masih eksis hingga kini.

2. Penyebaran Agama Islam Melalui Berdagang

Selain melalui kerajaan Islam, cara satu-satunya menyebarkan Islam di


Indonesia adalah dengan berdagang. Mayoritas penduduk yang memang dulunya
hingga kini adalah pedagang menjadi sumber penyebaran agama Islam.Ciri khas
Negara kita yang merupakan Negara ekonomi agraris, yaitu bertani dan
berdagang, maka menjadikan pedagang sebuah nilai sejarah perkembangan Islam
yang masih eksis hingga kini.

3.Sejarah Walisongo

Sejarah Islam juga sangat berhubungan dengan para wali terutama di pulau
Jawa yang disebut Walisongo. Karena, disebutkan bahwa Walisongo adalah para
penyebar ajaran Islam.

Walisongo selain sebagai penyebar juga sebagai pengajar kebudayaan agama


Islam, yang pada akhirnya menjadi suatu nilai sejarah perkembangan Islam.

4.Kesenian Islam

Setelah semakin berkembang budaya Islam sudah memasuki ranah


kesenian.Beberapa unsur yang merupakan sejarah dari perkembangan Islam dari
kesenian adalah musik gambus, lagu-lagu nasyid dan lain-lain yang juga
mendukung sejarah perkembangan dan budaya Islam.
5.Pendidikan dan Kebudayaan Islam

Unsur pendidikan masih bisa mengikuti kondisi yang terjadi pada sejarah
dan budaya Islam.Pendidikan sangat menyatu dan sejalan dengan kebudayaan,
dan pendidikan juga terdapat pada sejarah Islam, dimana para Walisongo
merupakan bagian dari pendidikan atau pengajar yang bisa mengubah sejarah
Islam serta perkembangannya.

6.Sastra

Beberapa kebudayaan Islam ada yang juga berkembang melalui dunia sastra,
seperti novel atau beberapa jenis tulisan lainnya. Bahkan, penulis-penulis muda
ikut ambil andil dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia.Dalam sejarah,
sastra menjadi salah satu media dakwah seperti lirik lagu dan puisi yang di
dalamnya ada materi spiritual. Tujuannya adalah agar masyarakat bisa lebih
menerima dakwah dengan tangan terbuka dan hati yang lapang.

8
MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM

Masyarakat madani adalah sebuah konsep yang dipraktikkan oleh Nabi


Muhammad SAW di Madinah selama sepuluh tahun. Salah satu ciri-ciri
masyarakat madani adalah adanya pembangunan masyarakat yang berlandaskan
keadilan dan takwa kepada Allah SWT.
Menurut Robert N Bellah, seorang sosiolog agama mengatakan bahwa masyarakat
madani dibangun oleh Nabi Muhammad adalah sebuah wujud masyarakat menuju
tingkat modernitas.
Mengutip buku Desain Materi Agama Islam Dalam Bingkai Media oleh Hilah
Ashoumi dan M. Muhtarom Ilyas, bahwasannya masyarakat madani pada masa
Nabi Muhammad SAW telah melahirkan kesadaran baru bagi kaum Anshar dan
Muhajirin tentang kesetaraan, pluralisme, toleransi, dan nilai-nilai religiusitas.
Ciri-Ciri Masyarakat Madani

Mengutip jurnal berjudul Konsep Masyarakat Madani yang ditulis oleh


HA Kosasih, berikut adalah ciri-ciri dari masyarakat madani dalam Islam:

1. Adanya Kemauan untuk Hidup Lebih Baik


Menurut Nurcholish Madjid dalam bukunya Cita-Cita Politik Islam Era
Reformasi, salah satu ciri masyarakat madani pada masa Rasulullah SAW adalah
dengan adanya pernyataan niat dari Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar dalam
membangun masyarakat beradab. Dalam hal ini, syarat untuk dapat membangun
masyarakat madani adalah:

· Memiliki ilmu yang memadai


· Mempunyai moral yang tangguh
· Kemampuan untuk memilih dan memilah strategi perjuangan
· Kemauan berjihad
· Mempunyai organisasi yang rapi dan kuat
2. Berlaku Jujur dan Adil dalam Masyarakat Pluralistik
Kejujuran adalah hal yang mencerminkan hati seorang manusia. Oleh
karena itu, ciri-ciri masyarakat madani adalah masyarakatnya berlaku jujur karena
merupakan salah satu kebenaran yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada
hamba-Nya.

3. Marhamah dan Menabur Kerahmatan


Marhamah artinya adalah masyarakat bisa hidup dengan memberi kasih
sayang satu sama lan. Dengan adanya kasih sayang, masing-masing individu
dapat menebar kerahmatan, sehingga tidak adanya rasa saling membenci yang
dapat menimbulkan konflik.
4. Ada Kesalehan Pribadi dan Sosial

Kesalehan yang dapat ditemukan dalam masyarakat madani adalah perilaku


mereka yang jujur, adil, qana'ah, wara, pemaaf, dermawan, lemah lembut, dan
lainnya. Kesalehan-kesalehan tersebut mendatangkan kebaikan, kedamaian,
keamanan, dan kebahagiaan terhadap sesama.

5. Toleran Terhadap Sesama dalam Perbedaan

Dalam Islam, berperilaku toleran atau tasamuh menjadi dasar dalam


memperkuat ukhuwah antar sesama. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya, "Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

9
ISLAM RAHMATAL LILALAMIN
Ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin sebenarnya bukan hal baru, basisnya
sudah kuat di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, bahkan telah banyak
diimplementasikan dalam sejarah Islam, baik pada abad klasik maupun pada abad
pertengahan. Secara etimologis, Islam berarti “damai”, sedangkan rahmatan lil
‘alamin berarti “kasih sayang bagi semesta alam”. Maka yang dimaksud dengan
Islam Rahmatan lil’alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan
masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia
maupun alam.
Rahmatan lil’alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat
dalam Al-Qur’an , yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Anbiya’ ayat
107: ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam (rahmatan liralamin)”.Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam
dilakukan secara benar dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat, baik itu
untuk orang Islam maupun untuk seluruh alam. Rahmat adalah karunia yang
dalam ajaran agama terbagi menjadi dua ; rahmat dalam konteks rahman dan
rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat
amma kulla syak, meliputi segala hal, sehingga orang-orang nonmuslim pun
mempunyai hak kerahmanan.Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberi-
kan kepada orang Islam. Jadi rahim itu adalah khoshshun lil muslimin. Apabila
Islam dilakukan secara benar, maka rahman dan rahim Allah akan turun
semuanya. Dengan demikian berlaku hukum sunnatullah, baik muslim maupun
non-muslim kalau mereka melakukan hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan,
maka mereka akan mendapatkanya. Kendatipun mereka orang Islam, tetapi tidak
melakukan ikhtiar kerahmanan, maka mereka tidak akan mendapatkan hasilnya.
Dengan kata lain, kurnia rahman ini berlaku hukum kompetitif. Misalnya, orang
Islam yang tidak melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa dan tak
akan menjadi makmur. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan
adalah non-muslim, maka mereka akan mendapatkan kemakmuran secara
ekonomi. Karena dalam hal ini mereka mendapat sifat kerahmanan Allah yang
berlaku universal (amma kulla syak).Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat
rahimnya Allah Swt, maka yang mendapat kerahiman ini adalah orang mukminin.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa rahmatan lil’alamin adalah
bersatunya karunia Allah yang terlingkup di dalam kerahiman dan kerahmanan
Allah.
Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata
hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas. Dalam segi
teologis, Islam memberi rumusan tegas yang harus diyakini oleh setiap
pemeluknya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memaksa non-
muslim memeluk agama Islam (Laa Ikrooha Fiddiin). Begitu halnya dalam tataran
ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalam Al-Qur’an dan As-
Sunah.
Namun dalam konteks kehidupan sosial, Islam sesungguhnya hanya
berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar atau pilar-pilarnya saja, yang
penerjemahan operasionalnya secara detail dan komprehensif tergantung pada
kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas, yang tentu memiliki
keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang
dimilikinya.Entitas Islam sebagai rahmat lil’alamin mengakui eksistensi
pluralitas, karena Islam memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi
pengujian Allah pada manusia, fakta sosial, dan rekayasa sosial (social
engineering) kemajuan umat manusia.Pluralitas, sebagai sunnatullah telah banyak
diabadikan dalam al-Qur’an, di antaranya firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat
22 yang maknanya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh pada
yang demikan itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang meng-
etahui”. Juga firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 yang maknanya: “Hai
manusia, sungguh kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan
dan menjadikan kalian berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling
mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.Ayat-ayat tersebut menempatkan kemajemukan sosial sebagai syarat
diterminan (conditio sine qua non) dalam penciptaan makhluk.Dalam al-Qur’an
banyak ayat yang menyerukan perdamaian dan kasih-sayang, antara lain surat Al-
Hujurat ayat 10 yang memerintahkan kita untuk saling menjaga dan mempererat
tali persaudaraan. Allah SWT berfirman, maknanya:“Sungguh orang-orang
beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat”.Benang merah yang bisa kita tarik dari perintah ini adalah untuk
mewujudkan perdamaian, semua orang harus merasa bersaudara. Dalam konteks
ini, Alm KH. Hasyim Muzadi mengajukan tiga macam persaudaraan (ukhuwwah).
Pertama, Ukhuwwah Islamiyah artinya persaudaraan yang tumbuh dan
berkembang atas dasar keagamaan (Islam), baik dalam skala lokal, nasional
maupun internasional.
Kedua, Ukhuwwah wathaniyah artinya persaudaraan yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kebangsaan.
Ketiga, Ukhuwwah basyariyah, artinya persaudaraan yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kemanusiaan.
Ketiga macam ukhuwwah ini harus diwujudkan secara berimbang menurut
porsinya masing-masing. Satu dengan lainnya tidak boleh dipertentangkan, sebab
hanya melalui tiga dimensi ukhuwah inilah rahmatan Lil ‘alamin akan
terealisasi.Ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah wathaniyah merupakan landasan
bagi terwujudnya ukhuwwah insaniyah. Baik sebagai umat Islam maupun bangsa
Indonesia, kita harus memperhatikan secara serius, seksama, dan penuh
kejernihan terhadap ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah wathaniyyah. Kita tidak
boleh mempertentangkan kedua macam ukhuwwah ini.
Dalam hidup bertetangga dengan orang lain, bukan famili, bahkan non-
muslim atau non-Indonesia, kita diwajibkan berukhuwwah dan memuliakan
mereka dalam arti hubungan sosial yang baik. Rasulullah SAW memberikan
contoh hidup damai dan penuh toleransi dalam lingkungan yang plural. Ketika di
Madinah, beliau mendeklarasikan Piagam Madinah yang berisi jaminan hidup
bersama secara damai dengan umat agama lain. Begitu juga ketika menaklukkan
Makkah, beliau menjamin kepada setiap orang, termasuk musuh yang di-
taklukkannya, agar tetap merasa nyaman dan aman. Gereja- gereja dan sinagog-
sinagog boleh menyelenggarakan peribadatan tanpa harus ketakutan.
Selama hampir 23 tahun perjuangan kenabiannya, Rasulullah SAW selalu
menggunakan pendekatan dialog secara konsisten sehingga misi kerahmatan lintas
suku, budaya dan agama dapat dicapai dengan baik. Selama lebih 12 tahun di
Makkah, perjuangan beliau penuh resiko, bahkan nyawa beliau terancam. Beliau
meminta pada para sahabat untuk tetap bersabar, tidak menggunakan kekerasan
dan pemaksaan, apalagi pembunuhan. Bahkan untuk menjaga keselamatan kaum
muslimin, karena waktu itu kekuatan Islam masih lemah, pada tahun ke-12 masa
kenabian, beliau memutuskan untuk berhijrah ke Madinah. Pada periode Madinah
ini pun, beliau tetap konsisten menggunakan pendekatan peradaban, yaitu
membangun ketenangan masyarakat, menerapkan kebebasan beragama dan
kebebasan dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing yang dituangkan
dalam Mitsaq Madinah, yang terkenal dengan sebutan Piagam
Hal tersebut terkandung maksud bahwa kendatipun terjadi perang, maka
motifnya bukan ekonomi atau politik, tetapi motifnya adalah dakwah. Karena itu
perang tidak bersifat ofensif tetapi defensif, yaitu semata-mata sebagai jalan
(wasilah) menuju perdamaian. Untuk itu, perang tidak boleh eksplosif, tidak boleh
destruktif dan harus tetap menghargai HAM, yaitu tidak boleh membunuh orang
sipil, anak-anak, perempuan, orangtua, dan tidak boleh menghancurkan
linkungan, fasilitas umum dan simbol-simbol agama, serta tidak boleh membunuh
hewan. Demikianlah inti wasiat Rasulullah Saw yang disampaikan kepada
pasukan sahabat Rasul pada saat Perang Mu’tah dan Fath Makkah.

11
AKAL DAN WAHYU

Akal
1. Pengertian Akal
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (
‫)العـقـل‬, yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata
kerjanya ‘aqaluuh (‫ )عـقـلوه‬dalam 1 ayat, ta’qiluun (‫ )تعـقـلون‬24 ayat, na’qil (‫ )نعـقـل‬1
ayat, ya’qiluha (‫ )يعـقـلها‬1 ayat dan ya’qiluun (‫ )يعـقـلون‬22 ayat, kata-kata itu datang
dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah
peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang
benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.Dalam
pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti
kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern
disebut kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang
berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk
menyelesaikan masalah. Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti,
memahami dan berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal
adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang
memperbedakan manusia dari mahluk lain.[3]

2. Fungsi Akal
Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain:

1. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.


2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang.
3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai
mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan
dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal
yang akan dikerjakan tersebut. Dan Akal adalah jalan untuk memperoleh iman
sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar
pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan
pada tuhan.

3. Kekuatan Akal
Tak seperti wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah dimengerti,
seperti contoh:
1. Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
2. Mengetahui adanya hidup akhirat.
3. Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal
tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal
tuhan dan pada perbuatan jahat.
4. Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
5. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi
perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6. Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
Wahyu
1. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab ‫الوحي‬, dan al-wahy adalah kata asli
Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan
kecepatan. Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu
tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan
tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang
mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhada Nabi-
Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi.[1]

Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa


wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri
disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui
pelantara maupun tanpa pelantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam
telinga ataupun lainya.

2. Fungsi wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud
memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara
berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan
yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima
manusia di akhirat.Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang
diberikan allah kepada nabi-nabiNYA untuk melindungi diri dan pengikutnya dari
ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa
beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

3. Kekuatan wahyu
Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetapi
kita tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu diyakini
memiliki kekuatan karena beberapa faktor antara lain:
1. Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
2. Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
3. Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4. Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam
ghaib.
5. Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.[2]

10

HAKIKAT MANUSIA
A.Hakikat Wahyu
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan
makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah
pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya.
Manusia tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi
manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang
tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari
atas ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai
makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
1.Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan
sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah
muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam
kehidupanya.

2.Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya


kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan
melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.

3.Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya.
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.

4.Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia


adalah makhluk mulia. Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan
manusia dalam islam sebagai makhluk yang istimewa.

B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar


mampu mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup
akan mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti
kehidupan agar hidupnya tidak sia- sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan
tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba- hamba-Nya, bahwa Dialah yang
menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian,
tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah
SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam Q. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “ Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan
belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan
oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.

2.Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat
dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia
sebagai individu. Allah berfirman dalam Q. An-Nahl ayat [16:97] yang
artinya “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan
memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

3.Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial


yang mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama
lain.. Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota
kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Keinginan untuk menjadi satu dengan
suasana alam di sekelilingnya.
4. Tujuan Individu dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati
diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup
bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai
individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam
kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi
warga negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk mewujudkan negara
yang aman, nyaman serta makmur.
5.Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan


internasional/dunia luar. Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang
ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati
diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan
internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan
individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia
globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau
pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke
dunia.Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab
sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan
makhluk yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya.
Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara
mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.

1.Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang


diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan
ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas
manusia (Q Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut
ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya,
kemudian berupa segumpal daging seperti itupula lamanya. Kemudian Allah
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian
ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).
Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah
dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak
ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami,
seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak
menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan
dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk
menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di
langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah
diri kepada Allah (Q. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep
manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi
manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia
lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi
yang paling bijak (struggle for the wisest).
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q. Al-An'am:164) dan pada hari
kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q. Maryam:95).
Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan
individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan
sekitarnya.
2.Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah
diartikan pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa
Arab, kalimat “Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti
bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi
bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini khalifah juga
menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin
terdapat dalam Q. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi Daud As.
sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak
mengikuti hawa nafsu. Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani
Adam sebagai makhluk yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan
makhluk yang tertinggi yaitu para malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk
itu, Allah Swt berfirman dalam Q. Al-Baqarah [2:

PENDIDIKAN AGAMA (MKU)


DISUSUN OLEH :
WULAN DARI
NPM : 22106111020
PRODI : MANAJEMEN

UNIVERSITAS JABAL GHAFUR


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas tentang
“koreksi Semua Judul makalah”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Meureudu , Juni 2023

Penulis
Wulan dari

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2

A. SUMBER AJARAN ISLAM........................................................... 3


B. HAKIKAT MANUSIA.................................................................... 4
C. KONSEP KETUHANA DALAM ISLAM ................................... 5
D. KEIMANAN DAN KETAQWAAN............................................... 6
E. AKHLAK,ETIKA,DAN MORAL.................................................. 7
F. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ............................................ 8
G. MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM ............................. 9
H. AKAL DAN WAHYU.................................................................... 10
I. ISLAM RAHMATAL LILALAMIN............................................ 11

RRENSI

https://www.kompasiana.com/noto69047/6065d31f8ede4819ee0c8272/keimanan-dan-
ketaqwaan-pedoman-hidup

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6471178/ketahui-ciri-ciri-masyarakat-madani-sesuai-
ajaran-islam.
https://www.kompasiana.com/izzahasfarina2894/5df83967097f361a48462a82/sumber-sumber-ajaran-
dalam-islam

[1]Nasution, Harun Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan) ,


(Jakarta: UI Press,1986), h. 34

Anda mungkin juga menyukai