Anda di halaman 1dari 32

RINGKASAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nama : Dina Syahmila Wati Nasution


Npm : 20051029

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN

Kelompok 1
Memahami Konsep Ketuhanan Dalam Islam

AGAMA
Agama adalah cara yang mengatur peribadahan manusia kepada Tuhan yang maha
Esa, serta tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain serta
manusia dengan lingkunganya, Yang merupakan bagiana dari makhluk ciptaan Tuhan.

ISLAM
lslam adalah Agama yang mengimani satu Tuhan yaitu ALLAH SWT Pengertian
islam menurut bahasa adalah kata aslama yang berakar dari kata salama.

PENGERTIAN KETUHANAN DALAM ISLAM


Tuhan dipahami sebagai zat Maha kuasa dan asas dari suatu kepercayaan . Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada beberapa konsep ketuhanan
meliputi teisme, tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam
semesta . menurut deisme , Tuhan merupakan pencipta semesta alam , namun tidak ikut
campur dalam kejadian di alam semesta.Menurut panteisme, tuhan merupakan alam semesta
itu sendiri

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


Dalam konsep islam, Tuhan disebut ALLAH dan diyakini sebagai zat Maha Tinggi
Nyata dan Esa, pencipta yang Maha kuat dan Maha Tahu, yang Abadi, penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai yang
Tunggal dan Maha Kuasa (Tauhid ). Dia itu wahid (ahad), Maha pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut al-quran terdapat 99 Nama Allah (asmaul husna artinya” nama-nama yang paling
baik” ) yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut
mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Diantara 99 nama Allah
tersbut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah” Maha pengasih” (ar-
rahman) dan “Maha penyayang” (ar-rahim).

DALIL YANG MENJELASKAN TENTANG KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


Surah al-anbiya : ayat 22 ُ‫ف اَّل اَّل ٱسُ ل َل َل َل َل َل ۚا َل س‬
ِ ٌ‫يل ة‬
َ ِ‫ف ي َل ٓا َل الف‬ ِ ‫ل َل ۡو َل َل ا‬
ٍِ ‫ف‬
ِ ‫ف َل اَّل ٌَل‬
‫ف سُ َل ا‬ ِ ‫ۡو َل َل اَّل‬
ِ ‫ٱف َل ر بِّ ب ۡو ل َل ۡو ز‬
Terjemah Arti : sekiranya ada dilangit dan ada di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai „Arsy daripada apa
yang mereka sifatkan.

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret).Keimanan tidak
hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam hati, dan dibuktikan lewat
perbuatan.Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman
dapat membentuk orang jadi bertaqwa.

Kelompok 2
Memahami Konsep Agama Sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan

MENELUSURI KONSEP dan KARAKTERISTIK AGAMA sebagai JALAN MENUJU


KEBAHAGIAAN
Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari
nilai-nilai  hakiki Islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu menunjukkan
sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi  diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai 
kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, Islam, dan kehidupan,  
serta menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani kehidupan
pribadi, sosial, dan profesional. Pada sisi lain, kebahagiaan itu menjadi tidak lengkap jika 
tidak mewujud dalam kehidupan konkret dengan jalan membahagiakan orang lain.
Berikut pendapat dari beberapa ahli mengenai makna kebahagiaan:

1) Al-Alusi : bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai
keinginan atau cita-cita yang dituju dan diharapkan
2) Ibnul Qayyim al-Jauziyah : kebahagiaan adalah perasaan senang dan tentram karena
hati sehat dan ber!ungsi dengan baik.
 

Beberapa karakteristik hati yang sehat diantaranya:

1. Selalu beriman kepada Allah dan menjadikan Al Qur’an sebagai obat untuk hati.
2. Selalu berorientasi ke masa depan dan akhirat.

MENANYAKAN ALASAN MENGAPA MANUSIA HARUS BERAGAMA dan


BAGAIMANA AGAMA dapat MEMBAHAGIAKAN UMAT MANUSIA?

Kunci beragama berada pada fitrah manusia. Fitrah itu sesuatu yang  melekat 
dalamdiri  manusia  dan  telah  menjadi  karakter  (tabiat) manusia.Kata “fitrah”secara 
kebahasaan  memang  asal  maknanya adalah suci. Yang dimaksud suci adalah suci  dari 
dosa  dan suci secara  genetis Meminjam term Prof. Udin  Winataputra,fitrah adalah lahir 
dengan membawa iman. Berbeda dengan konsep teologi  Islam, teologi tertentu berpendapat
sebaliknya yaitu bahwa  setiap manusia lahir  telah membawa dosa yakni dosa warisan.
Didunia, menurut teologi ini,manusia dibebanitugas yaitu harus membebaskan diri dari dosa
itu. Adapun dalam teologi Islam, seperti telah dijelaskan,bahwa setiap manusia lahir  dalam
kesucian yakni suci dari dosa dan telah beragama yakni agama Islam.Tugas  manusia adalah
berupaya agar kesucian dan keimanan terus terjaga dalam hatinya hingga kembali kepada
Allah.

MENGGALI SUMBER HISTORIS,FILOSOFIS,PSIKOLOGIS,dan PEDAGOGIS tentang


PEMIKIRAN AGAMA SEBAGAI JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN

Secara teologis,beragama itu adalah fitrah. Jika manusia hidup sesuai  dengan 
fitrahnya, maka ia akan bahagia. Sebaliknya, jika ia hidup  tidak  sesuai  dengan  fitrahnya,
maka ia tidak akan bahagia. Secara historis, pada sepanjang sejarah hidup manusia, beragama
itu merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki

Secara horizontal, manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungannya 


baik flora maupun fauna. Secara vertikal manusia lebih butuh berinteraksi dengan Zat yang
menjadi sebab ada dirinya.

Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan bahagia diakhirat.  Dengan  kata
lain,dapat  disebutkan  bahagia  di  dunia  dan bahagia  diakhirat.  Kebahagiaan  yang 
diimpikan  adalah  kebahagiaan duniawi dan  ukhrawi.  Untuk  menggapai   kebahagiaan  
termaksud mustahil  tanpa landasan agama. Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan
autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai  hakiki Islam dan mewujud dalam diri
seseorang hamba yang mampu menunjukkan sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi 
diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai  kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah
berupa nikmat iman, Islam, dan kehidupan,   serta menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran,
dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial, dan profesional.

Kelompok 3
Mengintegrasikan Iman,Islam dan Ihsan dalam membentuk Insan Kami

Insan Kamil berasal dari kata al insan yang berarti manusia dan al kamil yang berarti
sempurna.Jadi,Insan Kamil berarti manusia yang sempurna.Dalam membentuk insan
kamil,kita harus mengintegrasikan iman,islam,dan ihsan.Ketiga hal tersebut merupakan
syarat utama seseorang menjadi insan kamil.

A. Konsep iman,islam,ihsan

Iman memiliki arti ketentraman dan kedamaian kalbu yang dari kata itu bisa muncul
kata al-amanah (amanah: dapat dipercaya). Yang dimaksud keimanan seseorang terhadap
sesuatu adalah jika dalam hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan keyakinan
tentang sesuatu  dan sejak saat itu ia tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya
kepercayaan lain yang bertentangan dengan kepercayaannya. Apabila seseorang mengakui
dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna.

Dalam kasus ini, iman disini lebih merujuk ke enam rukun iman.
1.      Percaya kepada Allah
Pengertian Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaannya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan di dunia nyata.

2.      Percaya kepada Malaikat Allah


Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah secara Bahasa ialah percaya, sedangkan secara
istilah iman kepada malaikat adalah meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah
menciptakan Malaikat sebagai makhluk ghaib untuk melaksanakan segala perintah-Nya

3.      Percaya kepada kitab-kitab


Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

4.      Percaya kepada rasul-rasul


Secara istilah atau luasnya, iman kepada rasul berarti meyakini dengan sepenuh hsti bahwa
Rasul itu benar-benar utusan Allah yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan
yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.

Perbedaan Nabi dan Rasul


Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu yang diberi Allah untuk
umatnya.Sedangkan, Nabi adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk
dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikannya kepada umatnya.Sehingga seorang rasul
pasti adalah nabi, tetapi nabi belum tentu rasul.

5.      Percaya kepada hari akhir(kiamat)


Pengertian hari akhir/kiamat adalah hari kebinasaan atau kehancuran dunia dan
seisinya.Pengertian hari akhir/kiamat juga terbagi dua yakni pengertian hari akhir menurut
bahasa dan pengertian hari akhir menurut istilah.Pengertian hari akhir menurut bahasa
(etimologi) adalah hari berakhirnya segala sesuatu yang ada dimuka bumi. Sedangkan
pengertian hari akhir menurut istilah (terminologi) adalah peristiwa dimana alam semesta
beserta isinya hancur luluh yang akan membunuh semua makhluk didalamnya tanpa
terkecuali.

6.      Percaya kepada Qada dan Qadar


Iman kepada Qada dan Qadar bearti percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Allah SWT
mempunyai kehendak, ketetapan, keputusan atas semua makhluk-Nya termasuk segala
sesuatu yang meliputi semua kejadian yang menimpa makhluk.

Islam

Islam sendiri secara bahasa memiliki banyak pengertian, beberapa diantaranya:


1. Berserah diri (Aslama)
2. Tunduk patuh (Istislam)
3. Bersih/suci (Saliim)
4. Selamat/sejahtera (Salama)
5. Perdamaian (Silmu)

yang masing-masing sudah dijelaskan di Al-Quran. Islam yang dimaksud dalam hal ini
adalah rukun islam, yaitu lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib
bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim.

Lima rukun islam:


1. Mengucapkan dua kalimat syahadat
2. Mendirikan Shalat
3. Berpuasa di bulan Ramadhan
4. Membayar Zakat
5. Pergi Haji (jika mampu)
Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan
bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan.
Ihsan  adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika
ia tidak mampu melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya
Allah melihat perbuatannya.
Ihsan juga merupakan puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah Swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di sisi Allah Swt.

B. Konsep Insan Kamil

Menurut Khan Sahib Khaja Khan, kata ”insan” dipandang berasal dari turunan beberapa kata.
Misalnya ”uns” yang artinya cinta. Sedangkan yang lain memandangnya berasal kata ”nas”
yang artinya pelupa, karena manusia hidup di dunia dimulai dari terlupa dan berakhir dengan
terlupa. Yang lain lagi berkata asalnya adalah ”ain san”, ”seperti mata”. Manusia adalah
mata, dengan nama Tuhan menurunkan sifat dan asma-Nya secara terbatas. Insan Kamil,
karenanya merupakan cermin yang merupakan pantulan dari sifat dan asma Tuhan", yakni
Allah Swt.

Menurut al-Jili, Insan Kamil adalah dia yang berhadapan dengan Pencipta dan pada saat yang
sama juga dengan makhluk. Insan Kamil atau manusia sempurna merupakan quib atau axis,
tempat segala sesuatu berkeliling dari mula hingga akhir.Oleh karena itu segala sesuatu
menjadi ada, maka dia adalah satu (wahid) untuk selamanya.Ia memiliki berbagai bentuk dan
ia muncul dalam kana’is atau rupa yang bermacam-macam.Abdulkarim Al-Jilli membagi
insan kamil atas tiga tingkatan.yaitu:

1. Tingkatan permulaan (al-bidāyah).


Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma dan sifat-sifat ilahi pada
dirinya.

2. Tingkat menengah (at-tawasuth)


Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat manusia yang terkait dengan
realitas kasih Tuhan. Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah
meninngkat dari pengetahuan biasa.karena sebagian hal-hal yang gaib telah dibukakan Tuhan
kepadanya.

3. Tingkat terakhir (al-khitām)


Pada tingkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh.Ia pun telah
dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir.

C. Pengaruh iman, Islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil

Kaum muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni,
iman, Islam, dan ihsan sebagai kesatuan yang utuh. Para ulama mengembangkan ilmu-ilmu
Islam guna memahami ketiga unsur tersebut.
Kaum muslimin di Indonesia lebih mengenal istilah akidah, syariat, dan akhlak sebagai tiga
unsur pokok ajaran islam. Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar
iman; syariat merupakan cabang ilmu agam untuk memahami pilar Islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.Jika manusia sudah mahami arti
iman dan juga beriman dengan benar, juga menjalani Islam dan rukun-rukunnya dengan
istiqamah. Maka akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami makna ihsan, manusia
akan mencapai derajat ihsan dengan meningkatkan terus kualitas iman dan Islam dalam
dirinya, dengan begitu menjadi insan kamil bukanlah hal yang mustahil baginya

Kelompok 4
Mampu Memahami Paradigma Qurani

Pengertian paradigma al quran


Secara etimologis kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya
adalah para dan digma. Para mengandung arti “disamping”,”di sebelah‟, dan “keadaan
lingkungan‟. Digma berarti “sudut pandang‟, ”teladan‟, ”Arketif Dan ideal‟. Dapat
dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu
realitas. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandang
dan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan
menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan yang
bisa dipercaya.Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara pandang dan cara berpikir
tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran karena mengandung
gagasan yang sempurna mengenai kehidupan dan dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang
empiris dan rasional.
Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf al-
Qardhawi menjelaskan bahwa tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam,
yaitu: 1) meluruskan akidah manusia, 2) meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi
manusia, 3) mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah, 4)
mengajak manusia untuk menyucikan rohani, 5) membangun rumah tangga yang sakinah dan
menempatkan posisi terhormat bagi perempuan, 6) membangun umat menjadi saksi atas
kemanusiaan, dan ke 7) mengajak manusia agar saling menolong.

Reorientasi dan Rekontruksi Paradigma Islam


Tiga aspek pada diri manusia yang memerlukan pembinaan terus menerus, yaitu fisik
(materiil), intelektual dan spiritual. Keutuhan jati diri manusia diukur dari ketiga aspek
tersebut. Jika mereka mengalami kekurangan atau mengabaikan salah satu dari tiga aspek
tersebut, maka artinya mereka mulai mengalami dehumanisasi (kehilangan nilai-nilai
kemanusiaan). Menurut istilah al-Qur’an mereka dikatakan lafi khusrin, asfala safilin, kal-
an’am dan sebagainya. Manusia yang utuh (seutuhnya) itulah yang dimaksud dengan insan
kamil, yaitu mereka yang bisa mengembangkan 3 aspek kemanusiaannya tersebut secara
seimbang, mengetahui di mana mereka harus berpijak.

Konsep Dasar Tentang Al Quran dan As Sunnah dan Metode Pemahamannya

Konsep Dasar Al Quran


Al-Qur’an adalah sebuah perisai untuk umat manusia. Ia sendiri bahkan memiliki
julukan al-Furqan, al-Bayan, serta berbagai julukan lain dalam ayat-ayat lain. Al-Qur’an
bukanlah wahyu yang diturunkan dalam masyarakat yang nir-sejarah dan kosong budaya. Ia
diwahyukan dalam konteks historisitas dan kebudayaan tertentu, sehingga pantas apabila di
setiap dekade muncul studi al-Qur’an dalam variasi kecenderungan dan substansinya.
Konsep Dasar As Sunnah

a.Menurut Fazlur Rahman

Pada dasarnya, Sunnah nabi berfungsi menjelaskan hukum-hukum dalam Alquran


yang masih dalam tataran garis besar. Allah swt menetapkan hukum dalam Alquran adalah
untuk diamalkan, karena dalam pengamalan itu terletak tujuan yang digariskan. Dengan
demikian, dapat dimengerti bahwa kebanyakan umat Islam memahami Al-sunnah adalah
sebagai penafsir Al-quran dalam praktik atau Islam dalam penjabarannya secara konkrit.
Menurut Fazlur Rahman, Sunnah adalah konsep perilaku, baik yang diterapkan kepada aksi-
aksi fisik maupun kepada aksi-aksi mental. Dengan kata lain, Sunnah adalah hukum tingkah
laku, baik yang terjadi sekali, maupun yang terjadi berulang-ulang. Jadi Sunnah merupakan
kandungan dari hadis, sementara hadis merekam, berisi dan melaporkan sunnah. Ada indikasi
bahwa apa yang tertulis dalam hadis tidak semuanya Sunnah. Tetapi Sunnah tidak semuanya
terekam dalam hadis.

b.Menurut Muhammad Syahrur

Dalam pembacaannya terhadap Alquran dan Sunnah, Syahrur berusaha


memanfaatkan nalar keilmuan kontemporer, terutama spesialisasi di bidangnya sendiri yakni
Teknik Sipil yang cenderung positivistik. Syahrur tidak sependapat dengan sebagian ulama
hadis yang menyatakan bahwa semua yang datang dari nabi adalah wahyu (didasarkan pada
an-Najm (53): 3-4). Menurut Syahrur, pendapat tersebut memiliki dua kesalahan
metodologis. Pertama, dlamir huwa dalam ayat tersebut tidak kembali kepada Muhammad,
melainkan kepada al-Kitab, yang tidak berhubungan dengan kata yantiqu yang merujuk
kepada nabi. Kedua, sabab al-nuzul ayat yang turun di Makkah ini sesungguhnya berkaitan
dengan peristiwa ketika orang-orang Arab ragu akan kebenaran wahyu (Alquran) itu sendiri,
dan bukan meragukan perkataan/perbuatan nabi. Untuk itu, Syahrur membedakan dua
Sunnah, yaitu Sunnah an-Nubuwwah yang berkaitan dengan keyakinan dan merupakan objek
keagamaan, sementara Sunnah al-Risalah menyangkut hukum-hukum dan merupakan objek
kepatuhan.

Metode pemahaman Al-Qur’an

1) Memahami ayat demi ayat


2) Memahami Al-Qur’an dengan hadist yang shahih
3) Memahami ayat dengan pemahaman sahabat
4) Harus mengetahui gramatika bahasa arab
5) Memahami nash Al-Qur’an dengan asbabul nuzul

Kelompok 5
Memahami Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia

Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia


Pada tahun 30 H/651M, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah
SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan
Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun
ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun
kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di
pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak
itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli
hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. Lambat laun penduduk pribumi mulai
memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh adalah yang pertama sekali
menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri,
yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai
tahun 692 H / 1292 M,
Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat
di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah
makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka
tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini
bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab. Sampai dengan abad ke-8
H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran.  Pada
abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah
berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad
tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti.
Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.
Perkembangan Islam di Indonesia
 
1.Babak Pertama, Abad 7 Masehi (Abad 1 Hijriah)
Pada abad 7 M, islam sudah sampai ke Nusantara. Para da’i yang datang ke Indonesia
berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat
dan ada juga yang beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni jalur sutera
(jakur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.
Sampainya dakwah di Indonesia yakni melalui para pelaut dan pedagang yang
membawa dagangannya dan juga membawa akhlak islami dan sekaligus memperkenalkan
nilai-nilai yang islami. Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari komunitas-
komunitas Muslim yang berada di daerah-daerah pesisir yang terus berkembang sampai
akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan islam.

2.    Babak Kedua, Abad 13 Masehi


Pada abad ini berdiri kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru Nusantara. Pada
abad 13 Masehi ada fenomena yang disebut Wali Songo yaitu ulama-ulama yang
menyebarkan dakwah di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Wali Songo mengembangkan
dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui berbagai cara dan saluran, antara lain:
a.    Perdagangan
b.    Pernikahan
c.    Pendidikan (pesantren)
d.    Seni dan Budaya.
e.    Tasawuf

3.    Babak Ketiga, Masa Penjajahan Belanda


Pada abad 17 Masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke
Indonesia dengan kamar dagangnya VOC, semenjak itu hampir seluruh wilayah Nusantara
dijajah oleh Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum
sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran
dakwah terpotong. Pada masa itu, ketika penjajahan datang, pesantren-pesantren diubah
menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri menjadi jundullah (pasukan Allah SWT)
yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Ulama-
ulama menggelorakan jihad melawan Belanda.
4.    Babak Keempat, Abad 20 Masehi
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik
balas budi yang sebenarnya hanya membawa manfaat bagi lapisan masyarakat yang dapat
membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan
pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebsenarnya
bertujuan untuk mensosialkan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari Al Quran dan Hadits dan akan
dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi
yang tidak mungkin dipegang lagi oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikan
tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu
pemimpin-pemimpin pergerakan adalah dari golonhan bangsawan. Strategi perlawanan
terhadap penjajah pada masa ini lebih bersifat organisasi formal daripada dengan senjata.

5.    Babak Kelima, Pasca Kemerdekaan


Setelah Indonesia merdeka, perkembangan islam dengan sendirinya mengalami pergeseran.
Dakwah Islam di Indonesia banyak dikembangkan oleh institusi-institusi seperti
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, dan lain-lain. Hingga sekarang dakwah Islam lebih
banyak dimainkan oleh organisasi-organisasi Islam ini, terutama Muhammadiyah dan NU.
Pada masa ini juga berlangsung “pemurnian Islam” yang merupakan pengaruh dari
perkembangan pemurnian Islam di Timur Tengah. Jadi pengertian Islamisasi pada ranah ini
adalah usaha untuk “mengislamkan” orang Islam. Maksudnya membersihkan umat Islam dari
unsur-unsur keyakinan lama yang tidak ada kaitannya dan bahkan dianggap bertentangan
dengan ajaran Islam, berupa bid’ah, khufarat, dan tahayul. Usaha Muhammadiyah untuk
melakukan pemurnian agama sebagian mendapat tantangan dari NU. Ini disebabkan karena
beberapa praktek NU, seperti tahlilan, talqin. Dan mengazani orang mati dianggap bid’ah
(mengada-ada) oleh Muhammadiyah. Sampai sekarang perbedaan pendapat masih ada.
Namun, sekarang ini masing-masing pihak sudah dapat menerima satu dengan yang lainnya.

Karakteristik Islam Di Indonesia

1.    Majemuk / Plural


Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya.
Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam Islam. Seorang antropolog
Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah membagi perilaku keberagaman umat Islam
Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan turunan dari kata abang (Jawa: merah). Istilah abangan dipakai
bagi pemeluk Islam yang tidak begitu memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan
kurang teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban agamanya. Santri merupakan penganut
islam yang taat. Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di
pesantren. Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam, yang menurut Greetz adalah
kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka yang disebut sebagai Muslim birokrat
atau Muslim berdasi.
2.    Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan
“perkawinan” antara budaya Islam dan budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran
faham) tidak  bisa dihindarkan. Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena bangsa
Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa dengan ragam
budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3.    Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat. Moderat dalam hal ini dimaksudkan
untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrim
dan tidak liberal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas
di negeri ini, iini berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas
umat Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan agama
dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan damai di tengah-
tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan keadaan umat Islam di
beberapa negara yang hidup mayoritas di tengah-tengah  mayoritas agama lain.
4.    Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan akibat dari akulturasi Islam dan budaya
lokal. Makna singkretik di sini maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya
lokal yang tidak bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah yang melahirkan Islam dalam bentuknya
sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-
orang Turki yang kemudian menjadi pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang
Islam. Demikian pula dalam ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas,
termasuk pada sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah,
tampilan Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.
Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat yang Adil dan Makmur

1.    Di Bidang Politik dan Ekonomi


Sejak awal kedatangannya, sebenarnya umat Islam sudah mulai memainkan peran
politik mereka. Sultan atau raja adalah penguasa sekaligus pengembang Islam. Sultan atau
Raja mengadakaan konsultasi dengan para ulama dalam setiap kebijakan yang hendak
dijalankan, sebagaimana terlihat misalnya pada Raden Fatah, raja Kesultanan Demak yang
selalu menghargai petunjuk Wali Songo. Pada sisi lain dapat dilihat bahwa semenjak abad ke-
16 sampai abad ke-20 umat Islam di bawah para pemimpinnya menghadapi berbagai corak
tantangan kekuasaan Barat dan mengadakan perlawanan bagi setiap fase penjajahan,
misalnya pada:
a.    Fase persaingan dagang
b.    Fase penetrasi
c.    Fase perluasan daerah jajahan
d.    Fase penindasan

2.    Di Bidang Agama dan Sosial


Agama dan sosial adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Ini disebabkan karena sejak
kedatangannya di Nusantara, Islam telah berpadu dengan masyarakat yang kemudian
membentuk sebuah masyarakat Muslim Indonesia. Sebagai bangsa yang religius dan
berketuhanan Yang Maha Esa, pemerintah memiliki perhatian besar tehadap agama, terutama
agama Islam yang penganutnya adalah mayoritas. Perhatian tersebut diwujudkan dalam
pembinaan kehidupan beragama, antara lain:
a.    Mendirikan Departemen Agama pada tanggal 3 januari 1945.
b.    Menetapkan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
c.    Menyelenggarakan pengurusan ibadah haji dari tanah air.
d.    Membentuk MUI pada tahun 1975 dengan struktur organisasi yang menyebar sampai ke
tingkat desa.
e.    Melembagakan MTQ secara nasional dari tingkat pusat sampai tingkat desa, mendirikan
dan meresmikan mesjid Istiqlal sebagai masjid yang sepenuhnya dibiayai pemerintah,
membentuk Badan Amil Zakat dan sebagainya.

3.    Di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan


Di bidang pendidikan dan kebudayaan, peran Islam sangatlah besar. Sejak Islamisasi
negeri ini telah berdiri lembaga-lembaga pendidikan, khususnya pesantren dan surau yang
telah menjadi benteng Islam yang demikian kuat dan berpengaruh. Pemerintah telah
mendirikan madrasah dari tingkat dasar, menengah hingga tingkat atas. Lembaga pendidikan
tinggi Islam di Indonesia telah berdiri sejak 1940. Kemudian berdiri pula lembaga pendidikan
tinggi Islam yang dikelola negara dan swasta di seluruh Indonesia, seperti Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTIAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Islam
Negeri (UIN), Universitas Islam Indonesia (UII), dll. Dalam bidang kebudayaan di Indonesia,
Islam mempunyai peranan penting, antara lain di bidang:
a.    Arsitektur, khususnya pada bangunan mesjid.
b.    Hidup rohani, paham sufismi atau mistik yang tumbuh pada hidup rohani orang
Indonesia sejak awlnya masuknya Islam di Indonesia, seperti Kadiriah, Khalwatiah,
Naksyabandiah, dan sebagainya.
c.    Hari-hari besar Islam.
d.    Seni kaligrafi
e.    Bahasa Indonesia, yang menyerap sebagian bahasa Al Quran (Arab) ke dalam bahasa
Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia sehingga bahasa Arab itu terabadikan dalam
bahasa Indonesia, seperti pada kata rakyat (ra’iyyah). Musyawarah, shalat, zakat, dan
sebagainya.

Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Akhir-akhir ini muncul kekhawatiran di tengah-tengah umat Islam khusunya dan


bangsa Indonesia pada umumnya, mualii pudarnya nilai-nila Pancasila di tengah-tengah anak
bangsa ini, hal ini dapat dilihat dalam beberapa gambaran, seperti munculnya radikalisme di
tengah-tengah masyarakat. Di era reformasi yang ditandai dengan kebebasan di segala
bidang, kebebasan tersebut juga turut dinikmati beberapa kelompok Islam yang konservatif 
dan radikal. Ironisnya, perjuangan besar itu bermuara pada obsesi mengganti pancasila
sebagai dasar negara Indonesia, meski melalui banyak varian bentuk, ide, gagasan dan cita-
cita yang dikembangkan dari obsesi tersebut. Varian tersebut antara lain pendirian khilafah
Islamiyah, pendirian negara Islam, pelaksanaan syariat Islam dan sebagainya.
Ada dua aliran yang muncul yakni golongan  Islamis yang ingin menjadikan
Indonesia sebagai negara Islam dan golongan nasionalis, yang menginginkan pemisahan
urusan negara dan urusan Islam, pendek kata, tidak menjadikan Indonesia sebagai negara
Islam. Golongan nasionalis menolak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam karena
melihat kenyataan bahwa non-Muslim juga ikut berjuang melawan penjajah untuk mencapai
kemerdekaan. Golongan ini juga menegaskan bahwa untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara Islam akan tidak adil memposisikan penganut agama lain (non-Muslim) sebagai
warga kelad dua.

Kelompok 6
Memahami Bagaimana Konsep Islam Membangun Persatuan Dalam Keberagaman
A.Islam tentang Persatuan dalam keberagaman
Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju
jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan konteks perubahan zaman sekarang,
bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia.
Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan
sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.
Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”. Dari
ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan
keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.
Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab, ataupun
keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar. Yang
harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat, yaitu
ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi
pengganti Nabi.
Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;
1) Adanya pergolakan politik dalam negeri,
2) Mengalirnya pemikiraan non-muslim,
3) Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke modern dan
dari politik regional ke dunia.

B. Prinsip Dasar Dalam Menyikapi dan Memahami Pruralisme


 Prinsip keberagamaan yang lapang
Salah satu masalah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim
kebenaran. Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada tuhan (makna generik dari
kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab
itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna terdalam
keislaman itu sendiri.

 Keadilan yang obyektif


Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan kita
terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita tidak suka
dan menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita (outsider) maka kita
bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan hukum, interkasi sosial maupun
hal-hal lain.
Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan pandangan ini
dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka.

 Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk


ketika melakukan dakwah
Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara
argumentatif lainnya. Tiap agama mempunyai logikanya sendiri dalm memahami tuhan dan
firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah
upaya untuk mencapai kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita

 Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam


kebaikan
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka
berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148
Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan advokasi
terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka
kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha
menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin
untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.
Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta hubungan yang lebih
harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap saling menghargai,
menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial

C.konsep Toleransi dalam Islam(kebebasan beragama)


Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia
waspada dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra Islam
dengan mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah agama yang sangat
toleransi. Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang ekstrim dan radikal. Apalagi
dengan mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari semua teror.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama.

D. Batasan toleransi dalam perspektif islam


Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama Musailah Al
Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad
saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal diam dan membiarkan pengikut
Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah untuk menjaga
agama (hifdz al din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam kehidupan umat Islam.
Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang
yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada nabi setelah
Nabi Muhammad saw.

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan kesatuan di
kalangan umat antara lain :
 Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap kelompok
lain
 Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa bukti
yang berujung pada konflik
 Mencari kejelekan-kejelekan orang lain

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya perpecahan dalam persatuan dan kesatuan bangsa
maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menjaga tali silaturrahmi dalam
berbagai aspek kehidupan. Berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk mengharapkan ridho-
Nya.

Kelompok 7
Menganalisis Konsep Iptek,Politik,Sosial Budaya,Ekonomi,dan Pendidikan dalam
Prespektif Islam

A.Islam dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi


Modernisasi selalu terkait dengan liberalisme dan Hak Asasi Manusia. Dua hal ini adalah
anak kandung modernisasi yang tidak bisa ditolak kelahirannya. Makanya ketika seseorang
membicarakan tentang modernisasi, maka pastilah akan membicarakan tentang liberalisme.
Dan di sisi lain juga membicarakan tentang HAM yang secara konseptual dikaitkan dengan
barat yang modern.
Dengan demikian bicara modernisasi juga mesti dikaitkan dengan barat.
Liberalisme sebagai bagian dari proyek modernisasi tentunya merupakan tantangan yang
sangat serius kepada agama. Sebab agama dianggap sebagai perwujudan dari tradisionalisme
yang momot dengan keterbelakangan, ketertinggalan dan kemiskinan yang sangat kentara.
Oleh karena itu ketika masyarakat ingin meninggalkan dunia tradisionalnya, maka yang
pertama diambil adalah liberalisme atau kebebasan untuk melakukan sesuatu dalam konteks
pragmatisme.

B.Memahami Konsep Islam tentang IPTEK, Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya dan


Pendidikan

Kata ilmu diambil dari bahasa Arab, alima-ya”lamu-ilman artinya mengetahui,


pengetahuan. Secara etimologis, ilmun artinya jelas, terang, baik proses perolehannya maupin
kajiannya. Kata ilmun dalam Al-Quran di ungkap sebanyak 854 kali. Kata ini digunakan
untuk mengetahui objek pengetahuan dan proses untuk mendapatkannya sehingga diperoleh
suatu kejelasan. Pengetahuan diperoleh manusia dengan cara memperdayakan panca indra
terhadap segala objek.
Dengan demikian, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui manusian melalui
tangkapan pancaindra dan hati (al-qalb). Adapun llmu dalam arti sains atau ilmu pengetahuan
atau disebut juga pengetahuan ilmiahadalah suatu sistem pengetahuan yang menyangkut
suatu bidang pengalaman tertentu dan disusun sedemikian rupa dengan metodologi
tertentusehingga menjadi satu kesatuan. Masing- masing sistem diperoleh sebagai hasil
penyelidikan dan pengkajian yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan metode-
metode tertentu.
Islam tidak membedakan antara satu disiplin ilmu dan disiplin ilmu lainnya. Semua
disiplin ilmu dipandang penting dan mulia di sisi Allah. Demikian juga, mulialah orang
yang mempelajari, menguasai, dan mengembangkannya. Orang yang menguasai disiplin ilmu
disebut ‘alim (jamak: ‘ulama).orang yang berilmu oleh Allah SWT akan dianugerahi
kedudukan istimewa.

Dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat urgen bagi
kehidupan uamat manusia. Tanpa menguasai IPTEK manusia akan tetap dalam lumpur
kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Penguasaan manusia terhadap IPTEK dapat
mengubah eksistensi manusia dari yang semula manusia sebagai abdullah menjadi
khalifatullah. Oleh karena itu islam menetapkan bahwa hukum mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah wajib. Tanpa menguasai iptek umat manusia akan
mengalami banyak hambatan dan kesuliatan dalam menjalani kehidupan di jagat ini.

1.Bidang Seni
Seni merupakan ekspresi kesucian hati. Hati yang bening melahirkankarya seni yang
beradap, sedangkanhati yang kotor tentu melahirkan karya seni yang tidak beradap. Hidup
dengan seni menjadikan hidup menjadi indah, damai, dan nyaman. Adapun hidup tanpa seni,
menyebabkan hidup menjadi kering, gersang, dan tidak nyaman.

2.Bidang Ekonomi
Segala bentuk transaksi yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pemasaran
barang dan jasa yang mendatangkan keuntungan finasial itu merupakan kegiatan ekonomi.
Menurut AM Saefudin (1997) ada enam pokokprekonomian, yaitu:
a. Barang dan jasa yang di produksi.
b. Sistem produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa
tersebut.
c. Sistem distribusi yang berlaku diantara para pelaku ekonomi.
d. Efesiensi dalam menggunakan faktor- faktor produksi.
e. Antisipasi terhadap fluktuasi pasar mulai dari inflasi, resesi, depresi,dan lain-
lain.
f. Ikhtiar manajemen produksi dan distribusi agar efesien.
Prinsip ekonomi konvensional berbeda dengan prinsip ekonomi islam.
Ekonomi konvensional berprinsip “berkorban sekecil-kecilnya untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya”. Prinsip ekonomi tersebut dipergunakan oleh pedagang
dan pengusaha semata-mata untuk mencari keuntungan. Dengan modal seadanya pedagang
dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan yang sebesar-besarnya atau dengan alat
sekecil-kecilnya. Pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan secra maksimal.

3.Bidang Politik
Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (tak terpisahkan) dari
fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih politik. Fikih
politik secara global membahas masalah-masalah ketatanegaraan (siyāsah dusturiyyah),
hukum internasional (siyāsah dauliyyah), dan hukum yang mengatur politik keuangan negara
(siyāsah māliyyah).
 Siyāsah dusturiyah (hukum tata negara).
 Siyāsah dauliyyah (hukum politik yang mengatur hubungan internasional).
 Siyāsah māliyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara.

4.Bidang Pendidikan
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya, “Tuhanku telah mendidik aku, dan
Tuhanku memberikan pendidikan dengan cara yang amat baik kepadaku”. Sehingga tujuan
pendidikan dalam Islam adalah merealisasikan ubudiah kepada Allah baik secara individu
maupun masyarakat dan mengimplementasikan khilafah dalam kehidupan untuk kemajuan
umat manusia. Untuk mewujudkan tujuan luhur tersebut, menurut An-Nahlawi, Islam
mengemukakan tiga metode yaitu:
1.Paedagogis psikologis yang lahir dalam dirinya.
2.Saling menasihati antar-individu dan masyarakat agar menepati kebenaran dan
menetapi kesabaran.
3.Menggunakan jalur kekuasaan untuk mengamankan hukum bagi masyarakat
muslim sehingga keamanan berjalan stabil dan masyarakat menikmati keadilan
hukum.
C.Diperlukannya Prespektif Islam dalam Implementasi IPTEK, Ekonomi, Politik, Sosial-
Budayadan Pendidikan
Iptek dalam kacamata Islam tidak bebas nilai, baik secara ontologis, epistemologis
maupun aksiologis.Dalam kacamata Islam sumber ilmu itu terbagi dua yaitu:
1. Ayat qur`aniyah
Dari sumber yang pertama ini munculah berbagai disiplin ilmu, misalnya,
teologi, mistisisme, ilmu hukum, politik, ekonomi, perdata, pidana dan lainya. Ayat-
ayat qur`aniyah adalah wahyu Tuhan yang Allah berikan kepada Rasulullah,
termaktub dalam musḫaf untuk kemaslahatan umat manusia.
2. Ayat kauniah
Ayat-ayat kauniah adalah alam semesta sebagai ciptaan allah yang diteliti
dengan paradigma ilmiah dan menggunakan akal yang juga ciptaan allah.
Sumbernya adalah alam ciptaan allah, instrumennya adalah akal manusia ciptaan
allah pula. Dari penelitian akal manusia terhadap rahasia alam ciptaan allah ini,
maka lahirlah ilmu-ilmu eksakta. Anda masih ingat eksakta adalah bidang ilmu
yang bersifat konkret yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan
serta dapat dibuktikan dengan pasti. Implementasi ilmu eksakta menghasilkan
teknologi. Teknologi dalam tataran aksiologi jelas tidak bebas nilai.
Demikian juga, seni yang tidak bebas nilai. Dalam tataran epistemologi seni
tidak bebas nilai sebab seni hakikatnya adalah ekspresi jiwa yang suci. Kesucian
jiwa menghasilkan karya seni yang jernih, suci, dan indah. Adapun hati yang kotor
melahirkan ekspresi seni yang kotor pula, jorok, dan tidak beradab. Secara aksiologi
seni identik dengan tekonologi yaitu tidak bebas nilai. Artinya, seni bukan untuk
seni. Seni adalah keindahan, kesucian, dan sarana untuk kembali kepada Tuhan. Jika
Anda terpesona melihat indahnya karya seni, atau mendengar merdunya seni baca
Al-Quran, serta merta keluarlah dari mulut Anda ucapan “SubḫāllāhTabārakallāhu
Aḫsanal Khāliqīn”. Artinya, „Mahasuci Allah, Mahaberkah Allah, Allah sebaik-
baik pencipta.

Dalam bidang ekonomi juga terdapat riba yang harus di perhatikan oleh masyarakat
islam. Seorang pakar ekonomi islam yaitu Syafi’i Antonio menjelaskan jenis- jenis riba,
yaitu:
1. Riba qardh adalah Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berutang (muqtaridh).
2. Riba Jāhiliyah adalah utang dibayar lebih dari pokokknya karena si peminjam tidak
mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Nasī`ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya
4. Riba dalam nasī`ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.
Dalam masalah politik, perlu Anda sadari bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) memang bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler.
Sungguhpun demikian, negara menjamin penduduknya untuk memeluk suatu agama dan
melaksanakan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. NKRI adalah negara
demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan
konstitusionalnya. Sistem demokrasi menjadi pilihan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Kedaulatan di tangan rakyat dan demokrasi merupakan sarana untuk kedaulatan
yang diamanahkan kepada wakil-wakil rakyat di parlemen. Demikian juga kedaulatan
rakyat diamanahkan kepada para para eksekutif untuk menjalankan roda pemerintahan.
Untuk meraih kepercayaan rakyat, partai politik seyogyanya menjalankan fungsinya
dengan baik dan tidak melanggar norma-norma Ilahi dan aturan main yang ditentukan.
Kekuasaan harus diraih dengan berbagai cara, tetapi tidak menghalalkan segala cara yang
diharamkan. Kehidupan demokrasi akan terasa menjadi berkah dan mendatangkan
kemaslahatan bagi segenap rakyat jika dibingkai dengan nilai-nilai keilahian. Demokrasi
akan menjadi bencana manakala para pelakunya menjauhkan diri dari nilai-nilai Ilahi.
Contohnya yang terjadi di beberapa negara Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, Asia
Selatan dan lain-lainnya. Nilai-nilai Ilahiah yang terkandung dalam fikih siyāsah (disebut
prinsip-prinsip siyāsah) sepertinya tidak lagi dijadikan etika dalam perpolitikan mereka.
Prinsip-prinsip siyāsah antara lain:
1. Al-Amānah
Kekuasaan adalah amanah (titipan), maksudnya titipan Tuhan. Amanah tidak
bersifat permanen tetapi sementara. Sewaktu-waktu pemilik yang sebenarnya dapat
mengambilnya. Setiap yang diberi amanah akan dimintai pertanggungjawabannya.
Nabi Muhammad saw. bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban menyangkut kepemimpinannya dan
rakyat yang dipimpinnya” (Muttafaq Alaih).
2. Al-Adalah
Kekuasaan harus didasarkan atas prinsip keadilan. Kekuasaan dalam pandangan
Islam bukanlah tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kekuasaan,
menurut al- Mawardi adalah menjaga agama, mewujudkan kesejahteraan, dan
keadilan umat. Kekuasaan harus dijalankan di atas landasan keadilan dan untuk
menegakkan keadilan agar tujuan utama kekuasaan tercapai yaitu kesejahteraan
umat.

3. Al-Hurriyyah
Al-Hurriyah artinya kemerdekaan dan kebebasan. Kekuasaan harus dibangun di
atas dasar kemerdekaan dan kebebasan rakyat yakni kemerdekaan dalam berserikat,
berpolitik, dan dalam menyalurkan aspirasinya. Adapun kebebasan adalah
kebebasan dalam berpikir dan berkreasi dalam segala aspek kehidupan.

4. Al-Musāwāh
Al-Musāwāh secara etimologis artinya „kesetaraan‟, „kesamaan‟. Siyāsah
harus dibangun di atas fondasi kesamaan dan kesetaraan. Semua warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara dan juga berkedudukan
sama di hadapan hukum. Tidak boleh ada diskriminasi karena gender, ras, agama
dan kesukuan dalam politik, ekonomi, budaya, hukum dan lain-lain. Negara harus
menjamin semua warga untuk merdeka dalam berpolitik dan bebas dalam kehendak
dan tindakan menuju kemaslahatan.

5. Tabadul al-Ijtima
Tabadul al-ijtima artinya tanggung jawab sosial. Siyāsah tidak lepas dari
tanggung jawab sosial. Secara individual, kekuasaan merupakan sarana untuk
mendapatkan kesejahteraan bagi para pelakunya, mewujudkan kesejahteraan
bersama. Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan dalam bentuk pengaturan
pilantropi Islam dengan baik, misalnya, dalam membangun manajemen zakat, infak,
sedekah dan wakaf, atau dalam membuka lapangan kerja secara luas dan terbuka
bagi semua lapisan masyarakat yang membutuhkannya. Tidak mungkin urusan
lapangan kerja diserahkan kepada pemerintah saja. Lapangan kerja akan semakin
luas manakala melibatkan pihak swasta.
Kelompok 8
Menganalisis Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam

SEJARAH PERADABAN ISLAM


Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata
Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan
Islam.“Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebgaimana juga
di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan
“peradaban”. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih
berkaitan dengan peradaban.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.

1. Wujud Ideal.
2. Wujud Kelakuan.
3. Wujud Benda.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM


peradaban Islam pada dasar nya sudah Ada pada awal pertumbuhan Islam, yakni sejak
pertengahan abad ke-7 M, ketika masyarakat Islam dipimpin oleh Khulafa’ al-Rasyidin.
Kemudian mulai berkembang pada masa Dinasti Umayyah, dan mencapai puncak
kejayaannya pada masa DinastiAbbasiyah.
Berkembangnya peradaban islam karena dilandasi oleh semangat ketuhanan(tauhid)
Berkembangnya agama islam sejak 14 abad silam turut mewarnai sejarah peradaban dunia.
Bahkan, pesatnya perkembangan agama Islam itu, baik di barat maupun timur, pada abad ke-
8 sampai 13 Masehi mampu menguasai berbagai peradaban yang ada sebelumnya.
Pertumbuhan dan perkembangan peradaban islam di dukung oleh beberapa faktor,diantaranya
adalah adanya sikap terbuka,toleran dan akomodatif kaum muslimin terhadap pertumbuhan
dan perkembangan peradaban islam yang sudah maju,adanya rasa cinta umat islam kepada
ilmu pengetahuan`
Kelompok 9
Menganalisis dan Mengembangkan peran dan fungsi masjid kampus sebagai pusat
pengembangan budaya islam

PENGERTIAN MASJID
Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan atau kesalahan
dilakukan secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini terkecuali diaatas kuburan, di tempat yang
bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk
dijadikan tempat shalat.
Rasullullah bersabda :
 “Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim)
Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :
 “telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan nyabersih.” (HR
Muslim)

Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi
sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus dibina,
dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana untuk menyemarakan siar islam,
meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi
kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan
bangsa akanlebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana diajarkan,
dibentuk,ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam.

KEBUDAYAAN ISLAM
Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari pemikiran dan
ciptaan manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukanoleh Allah SWT kepada
Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia
agar selamat di dunia dan akhirat.

PERAN MASJID KAMPUS BAGI MAHASISWA


Secara spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud.Bersujud dalam
arti melaksanakan penghambaan kepada Allah. Didalamnyaorang-orang muslim
melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Oleh sebab itu masjid kampus tidak pernah
sepi. Mahasiswa yang datang ke masjid adalah mereka yang berupaya untuk menjaga
integritas terhadap agamanya. Salah-satunya untuk melaksanakan shalat (baik shalat
berjamaah maupun
Munfarid.

MASJID SEBAGAI PEMBINAAN


“Masjid sebagai pusat pembinaan potensi umat”
adalah warisan tak ternilai yangditerima umat Islam dari Rasulullah SAW. Masjid bukan
semata-mata tempat shalat. Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat

Masjid mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti umum,masjid adalah
semua tempat yang digunakan untuk sujud, sedangkan dalam artikhusus masjid adalah tempat
yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah,terutama shalat berjamaah;
Masjid mempunyai banyak fungsi diantaranya yaitu sebagai tempatmenjalankan ibadah
shalat, sebagai tempat musyawarah, dan sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam
menuntut keadilan.

Kelompok 10
MENGANALISIS KONSEP ZAKAT DALAM PANDANGAN ISLAM
Zakat fitrah adalah zakat/ sedekah yang diwajibkan untuk dikeluarkan dengan
selesainya puasa bulan Ramadhan. Hal ini sebagai pembersih bagi seorang yang puasa atas
puasanya dari perbuatan sia-sia dan perkataan buruk.kewajiban umat Islam ini harus
dilaksanakan karena termasuk rukun Islam ke 3. Selain wajib, zakat fitrah sangat penting bagi
manusia.Zakat fitrah dalam bahasa arab dikenal dengan istilah ) ‫) زكاة الفطرة‬atau bisa disebut
juga Zakat fitri ‫زكاة‬
Ada pula yang menyebutkan bahwa Zakat fitrah adalah mengeluarkan bahan makanan pokok
dengan ukuran tertentu setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan (malam 1
Syawwal) dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Fitrah sendiri berarti penciptaan yang
merujuk pada kembalinya manusia seperti awal penciptaannya. Sementara fitri berarti waktu
pengeluaran yang merujuk pada sebelum salat idul fitri.

HIKMAH ZAKAT FITRAH


Hikmah zakat fitrah diantaranya adalah disyari’atkannya zakat fitrah yaitu mengasihi
orang – orang fakir dengan memberikan kecukupan kepada mereka, memberikan secercah
kebahagiaan kepada mereka dihari bahagia karena pada hari itu umat islam bersuka ria
dengan kedatangan hari raya, dan mensucikan orang yang menunaikan zakat setelah bulan
puasa (Ramadhan) dari segala perbuatan yang sia – sia dan perkataan keji.
Sesuai hadits diatas zakat fitrah mempunyai beberapa hikmah yaitu:
1) Untuk membersihkan jiwa orang yang berpuasa dari segala sesuatuyang mengotorinya
seperti perbuatan sia-sia, perbuatan keji, dan segala
amalan yang mengurangi nilai puasa Ramadhan.
2) Untuk membantu meringankan beban orang-orang fakir dan miskin,sehingga hal itu bisa
mencegah mereka melakukan perbuatanmeminta-minta pada hari raya.

WAKTU PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH


Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, dia berkata, ‚Rasulullah SAW memerintahkan agar
zakat fitri dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan shalat ‘Idul Fitri.‛ Boleh
menyerahkannya kepada amil zakat lebih cepat sehari atau dua hari dari hari ‘Idul Fitri atau
diberikan langsung kepada fakir miskin. Diriwayatkan dari Nafi’ ia berkata, “Ibnu ‘Umar
menyerahkan zakat fitri kepada panitia zakat, kemudian mereka membagikannya sehari atau
dua hari sebelum hari Idul Fitri.”7Dan diharamkan mengakhirkan pengeluarannya dari
waktunya dengan tanpa ada alasan yang jelas.

UKURAN ZAKAT FITRAH


Ukuran zakat fitrah setiap individu adalah setengah sha’ gandum. Atau satu sha’
kurma, atau satu sha’ kismis, atau satu sha’ sya’ir (gandum kualitas biasa) atau makanan
pokok yang menggantikannya, seperti beras, jagung, atau yang lainnya.
Satu sha’ = empat mud. Sedangkan satu mud = dua liter. Dan satu sah’ mencapai 2 kg 40 gr
dandum yang bagus. (Karena makanan pokok di negara kita umumnya adalah beras, maka
kita mengeluarkan zakat fitrah dengan beras sebanyak 2 ½ kg.

YANG WAJIB ZAKAT FITRAH


Dalam hadits yang lalu riwayat jamaah dari ibnu Umar dikemukakan, yang artinya
“Rasulullah s.a.w telah mewajibkan zakat fitrah, satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum,
pada hamba sahaya, orang yang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang
dewasa dari kaum Muslimin”
7
Dari Abu Hurairah tentang zakat fitrah.”wajib pada orang- orang yang merdeka, hamba
sahaya, laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, fakir atau kaya”
Hadits tersebut menjelaskan bahwa zakat fitrah adalah kewajiban yang umum, pada setiap
kepala dan pribadi, dengan kaum muslimin dengan tidak membedakan antara orang yang
merdeka dengan hamba sahaya, antara anak- anak dengan orang dewasa, laki-laki maupun
perempuan, bahkan antara orang kaya dengan orang kafirantara penduduk kota dengan
penduduk kampung.
Zakat fitrah wajib bagi setiap orang Islam yang mampu dan hidup di sebagian bulan
Ramadhan serta sebagian bulan Syawwal Artinya, orang yang meninggal setelah masuk
waktu maghrib malam lebaran (malam 1 Syawwal) wajib baginya zakat fitrah (dikeluarkan
dari harta peninggalannya). Begitu juga bayi yang dilahirkan sesaat sebelum terbenamnya
matahari di hari terakhir bulan Ramadhan dan terus hidup sampai setelah terbenamnya
matahari malam 1 Syawwal. Tapi sebaliknya, orang yang meninggal sebelum terbenamnya
matahari di akhir bulan Ramadhan atau bayi yang lahir setelah terbenamnya matahari di
malam 1 Syawwal tidak diwajibkan baginya zakat fitri.10

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT


Zakat fitrah diberikan kepada orang – orang yang fakir dan miskin, bukan untuk
setiap dari delapan golongan yang berhak menerima zakat. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dai Ibnu Abbas yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa zakat fitrah itu
diwajibkan untuk memberikan makan kepada orang miskin.

Kelompok 11
Menganalisis Konsep Pajak dalam Pandangan Islam
Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Dharibah,yang
berasal dari kata dasar ‫ ضربا‬yang artinya: mewajibkan, menetapkan,menentukan, memukul,
menerangkan atau membebankan, dan lain-lain.
Sedangkan secara terminologi Dharibah adalah harta yang dipungut secara
wajib oleh negara untuk selain Al-Jizyah, dan Al-Kharaj sekalipun keduanya secara
awam bisa dikategorikan dharibah.
Ada pun beberapa ulama yang memberikan definisi tentang pajak dalam
Islam di antaranya:
1. Yusuf Qardhawi berpendapat, “pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap
wajib pajak yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat
prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi,sosial,politik dan tujuan-tujuan
lain yang ingin dicapai oleh negara”.
2. Gazi Inayah berpendapat, “pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang
ditentukan oleh pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya
imbalan tertentu.Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si pemilik harta
dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk memenuhi
tuntutan politik keuangan bagi pemerintah”.

KARAKTERISTIK PAJAK DALAM ISLAM


Ada beberapa ketentuan tentang pajak (dharibah) menurut syariat islam yang
sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sitem kapitalis, yaitu:
1. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut dari
selainnya. Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional, kadangkala juga dipungut atas
orang miskin, seperti PBB.
2.Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiayaan yang diperlukan, tidak
boleh lebih.
3.Pajak (dharibah) dapat dihapus bila sudah tidak diperlukan. Menurut teori pajak
konvensional, tidak akan dihapus karena hanya itulah sumber pendapatan.

PENDAPAT ULAMA TENTANG PAJAK DALAM ISLAM


Beberapa ulama dan ekonomi islam yang menyatakan bahwa pemungutan pajak itu di
perbolehkan,
antara lain:
Abu Yusuf, dalam kitabnya Al Kharaj, menyebutkan bahwa: “semua Khulafaurrasyidin,
terutama Umar, Ali, dan Umar bin Abdul Aziz dilaporkan telah menekankan bahwa pajak
harus dikumpulkan dengan keadilan dan kemurahan, tidak diperbolehkan melebihi
kemampuan rakyat untuk membayar, juga jangan sampai membuat mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Abu Yusuf mendukung hak penguasa untuk
meningkatkan atau menurunkan pajak menurut kemampuan rakyat yang terbebani”.
Ibnu Khaldun, dalam kitabnya Muqaddimah, menyebutkan bahwa: “oleh karena itu,
sebarkanlah pajak pada semua orang dengan keadilan dan pemerataan, perlakukan semua
orang sama dan jangan memberi kekayaan dan jangan mengecualikan kepada siapa pun
sekalipun itu adalah petugasmu sendiri atau kawan akrabmu atau pengikutmu. Dan jangan
kamu menarik pajak dari orang melebihi kemampuan membayarnya”.

HUKUM PAJAK DALAM ISLAM


Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat ulama terdapat perbedaan pendapat
mengenai pajak dalam islam, yaitu:
Pendapat pertama menyatakan bahwa pajak tidak boleh dibebankan kepada kaum muslimin
karena kaum muslimin sudah dibebani kewajiban zakat.
Berdasarkan firman Allah swt dalam surat An Nisa: 29, yang artinya:“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil..” (QS.
An-Nisa:29)
Dalam ayat ini Allah melarang hamba-Nya saling memakan harta sesamanya dengan jalan
yang tidak dibenarkan. Dan pajak adalah salah satu jalan yang batil untuk memakan harta
sesamanya.
Pendapat Kedua Para ulama menyatakan kebolehan mengambil pajak dari kaum muslimin,
jika memang negara sangat membutuhkan dana, dan untuk menerapkan kebijaksanaan inipun
harus terpenuhi dahulu beberapa syarat. Diantara ulama yang membolehkan pemerintahan
Islam mengambil pajak dari kaum muslimin adalah Imam Ghazali, Imam Syatibi dan Imam
Ibnu Hazm. Dan ini sesuai

Anda mungkin juga menyukai