Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang


benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
Tauhid yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan.
Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta
kekekalan di dalam azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surat
An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah
kehendaki”. (Al Qur‟an Tarjamah Tafsiriyah, 2013: 101)
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah
kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada
yang ditakutinya kecuali Allah merupakan hal pokok yang harus dilakukan
seorang pendidik. Seorang pendidik harus menekankan bahwa setiap langkah
manusia selalu dalam pengawasan Allah SWT. Penerapan konsep tersebut adalah
dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Seorang pendidik
harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan
dalam Islam. Pendidikan tauhid ini adalah pendidikan yang paling pokok di atas
hal-hal penting lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat tauhid ,fungsi tauhid,dan tujuan tauhid?


2. Apakah yang membatalkan tauhid?
3. Bagaimanakah fungsi tauhid dalam kehidupan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT,FUNGSI DAN TUJUAN TAUHID


1. Hakikat Tauhid
Tauhid bermakna meng-Esakan Allah, baik dalam hal meyakini bahwa
hanya Allah sebagai pencipta, pemelihara dan pemberi rizqi maupun dalam hal
hanya Allah yang berhak disembah atau diibadahi, juga meyakini nama-nama
yang baik dan sifat yang mulia bagi Allah (Departemen Agama, 2002; Amir,
1984; Firdaus, 1979; Harun, 2000). Lawannya adalah syirik yang berarti
menyekutukan/membuat tandingan Allah1. Tauhid merupakan hal yang paling
penting dalam Agama Islam. Berikut ini dikutip beberapa dalil baik dari al-Qur’an
maupun hadis yang dianggap terkait, yaitu:
a. “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
untuk menyerukan sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.”
(QS. 16: 36)
b. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan
mengampuni dosa selain syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
(QS. 4: 114).
c. “Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan hanya
untuk beribadahi/menyembah kepadaNya.” (QS. 51: 56)
d. “Barang siapa meninggal sedangkan dia dalam keadaan bersaksi tidak
ada Tuhan selain Allah dengan ikhlas dari hatinya maka sungguh Allah
telah mengharamkan baginya neraka.” (H.R. Muslim).

Demikian juga ketika Rasulullah SAW sedang naik unta berdua bersama
Muaz, ketika itu Rasulullah SAW bertanya tentang hak Allah atas hamba dan hak
hamba atas Allah, selanjutnya Rasulullah SAW menyebutkan bahwa “Hak Allah
atas hamba adalah bahwa hamba menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
sedangkan hak hamba atas Allah, tidak diazab hamba yang tidak menyekutukan-
Nya.” ( H.R Bukhari). Dalam hal pengajaran, disebutkan dalam hadis Anas bin

1
Ayi Darma, “Internalisasi Nilai Tauhid Dalam Pembelajaran Sains”: Sunan
Gunung Djati State Islamic University of Bandung, Jurnal Pendidikan Islam UIN
Sunan Gunung Djati, Bandung, Vol. XVII No. 1, 2012,h.70

2
Malik yang diriwayatkan di dalam Bukhari-Muslim dan selainnya. Rasulullah
SAW ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda. “Hendaknya hal
pertama yang engkau serukan kepada mereka adalah pesaksian bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, maka jika mereka mentaatimu
dalam hal itu… dan seterusnya sampai akhir hadis”. (H.R Bukhari ).
Allah telah menegaskan bahwa untuk tauhid inilah para nabi diutus,
Rasulallah telah mempraktikkannya dan sekaligus memerintahkan agar hendaklah
yang pertama diseru adalah kalimat tauhid ini. Masih banyak lagi dalil-dalil al-
Qur’an maupun sunah berkenanan dengan masalah tauhid yang menunjukkan
betapa tauhid merupakan hal yang paling penting dan merupakan inti dari ajaran
Islam. Tidaklah bermanfaat secara akhirat amal apapun selagi pelakunya syirik
atau tauhidnya rusak. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hanya dengan
tauhid yang baik maka segala hal yang lainnya akan baik dan tidak sebaliknya.
Tidak mengherankan kalau Rasulallah berdakwah selama 13 tahun di Mekah
hanya menyeru kepada tauhid, demikian juga Nabi Nuh hingga 950 tahun beliau
mendakwahkan tauhid walaupun hasilnya hanya segelintir orang saja yang
beriman.
Begitu pentingnya tauhid, sehingga kita sebagai manusia yang baru
dilahirkan dimuka bumi ini di adzankan dimana lafadz azan terdapat kalimat
tauhid untuk meng-Esakan Allah. Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh
muslim untuk mengesakan Allah dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.2
Kita mengenal bahwa tauhid terbagi tiga. Pertama, Tauhid Rububiyah, (QS.
10: 31 dan QS. 40: 84-89 ).Tauhid inilah yang telah meyakini oleh orang-orang
musyrik Quraisy Kedua, Tauhid Uluhiyah, (QS. 47: 19). Ketiga, Tauhid asma’
wa.

2
Muhammad Hasbi, Ilmu Tauhid Konsep Ketuhanan Dalam Teologi
Islam,(Cet.I; Magowo-Banguntapan,Yogyarta,2016),h.1

3
2. Pengertian Tauhid
Para ulama Aqidah mendefinisikan tauhid sebagai berikut: Tauhid adalah
keyakinan tentang keesaan Allah SWT. dalam rububiyah-Nya, mengikhlaskan
ibadah hanya kepada-Nya serta menetapkan nama-nama dan sifat-sifat
kesempurnaan bagi-Nya. Dengan demikian maka biasa dikatakan bahwa tauhid
terbagi menjadi tiga macam yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan
Tauhid Asma dan Sifat. Kesimpulan ini diambil oleh para ulama setelah mereka
meneliti dalil-dalil AL Quran dan hadits yang terkait dengan keesaan Allah
subhanahu wa ta’ala. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dibawah ini masing-
masing tauhid tersebut.
Berdasarkan pokok bahasan dalam kajian tauhid di atas tersebut, maka
tauhid diklasifikasikan kepada tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, dan tauhid
Ubudiyah.
a. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah di dalam
perbuatan-perbuatan-Nya. Yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya:
 Pencipta seluruh makhluk.
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah memelihara segala sesuatu.”
(QS. Az Zumar: 62)
 Pemberi rizki kepada seluruh manusia dan makhluk lainnya.
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang
memberi rezekinya…” (QS. Hud: 6)
 Penguasa dan pengatur segala urusan alam, yang meninggikan lagi
menghinakan, menghidupkan lagi mematikan, memperjalankan malam dan
siang dan yang maha kuasa atas segala sesuatu.
“Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,engkau berikan
kerajaan kepada orang yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan
dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau
kehendaki dan engkau hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan
4
engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala
sesuatu. Engkau masukan malam kedalam siang dan engkau masukan siang
kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan engkau beri rizki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imron: 26 -27).
Dengan demikian Tauhid Rububiyah mencakup keimanan kepada tiga hal
yaitu:
1) Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah secara umum seperti,
memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan dan lain-lain.
2) Beriman kepada qadha dan qadar Allah.
3) Beriman kepada keesaan Zat-Nya.
b. Tauhid Asmā wa Şhifat
Tauhid Asmā wa Şhifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah
subhanahu wa ta’ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan
Al Hadits dilengkapi dengan mengimani makna-maknanya dan hukum-
hukumnya. Allah berfirman: ”Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. Al A’rof:
180). “Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi.” (QS. Ar
Rum: 27).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid Asma wa Sifat adalah sebagai
berikut:
1) Menetapkan semua nama dan sifat tidak menafikan dan menolaknya.
2) Tidak melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah di luar yang
telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
3) Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat
makhluk-Nya.
4) Tidak mencari tahu tentang hakikat bentuk sifat-sifat Allah.
5) Beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntutan asma dan sifat-Nya.

Kedua macam tauhid di atas termasuk dalam satu pembahasan yaitu tentang
keyakinan atau pengenalan tentang Allah. Oleh karena itu kedua macam tauhid 5
tersebut biasa disatukan pembahasannya dengan nama tauhid ma’rifah dan itsbat
(pengenalan dan penetapan).
Pada dasarnya fitrah manusia beriman dan bertauhid ma’rifah dan itsbat.
Oleh karena itu orang-orang musyrik dan kafir yang dihadapi oleh para Rasul
tidak mengingkari hal ini. Dalilnya adalah firman Allah:
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ‘Arsy yang benar? ‘Maka akan menjawab, ‘Kata-
kanlah:’Siapakah jyang ditangan-Nya berada kekuasan atas segala sesuatu
sedan Dia melindungi,tetapi tidak ada yang dapat melindungi diri (azab0-
Nya,jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyan Allah.’
Katakanlah, ;(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’’’(QS. Al Mu’minun: 86-89)

Kalaulah ada manusia yang mengingkari Rububiyah dan kesempurnaan


nama dan sifat Allah, itu hanyalah kesombongan lisannya yang pada hakikatnya
hatinya mengingkari apa yang diucapkan oleh lisannya. Hal ini sebagaimana yang
terjadi pada Firaun dan pembelanya.
“Musa menjawab: Sesungguhnya kamu telah mengetahui,bahwa tiada
yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu kecuali Tuhan yang Maha
memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata,dan
sesungguhnya aku mengira kamu,hai Firaun seorang yang akan binasa,”
(QS.Al Isra: 102)

Demikian juga pengingkaran orang-orang komunis dewasa ini, hanyalah


kesombongan dhohir walaupun batinnya pasti mengakui bahwa tiada sesuatu yang
ada kecuali ada yang mengadakan dan tidak ada satu kejadianpun kecuali ada
yang berbuat.
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah merekalah yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan).” (QS. At Thur: 35-36).

c. Tauhid Uluhiyah 6
Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam tujuan perbuatan-
perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti berdoa,
bernadzar, menyembelih kurban, bertawakal, bertaubat, dan lain-lain.
“Dan Tuhan adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemura lagi Maha Peyayang”
(QS.Al Baqoroh:163)

“Allah berfirman: Janganlah kamu menyembah dua tuhan.Sesungguhnya


Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hndaklah kepadaku saja kamu
takut” (QS. An Nahl: 51)

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain disamping Allah,padalah


tidak ada sesuatu dalilpun baginya tentang itu maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
tiada beruntung.”(QS.Al Mu’minun: 117)

Tauhid inilah yang dituntut harus ditunaikan oleh setiap hamba sesuai
dengan kehendak Allah sebagai konsekuensi dari pengakuan mereka tentang
Rububiyah dan kesempurnaan nama dan sifat Allah. Kemurnian Tauhid Uluhiyah
akan didapatkan dengan mewujudkan dua hal mendasar yaitu:
1. Seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah bukan kepada yang
lainnya.
2. Dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan perintah dan
larangan Allah.

Ketiga macam tauhid di atas memiliki hubungan yang tidak bias dipisahkan,
dimana keimanan seseorang kepada Allah tidak akan utuh sehingga terkumpul
pada dirinya ketiga macam tauhid tersebut. Tauhid Rububiyah seseorang tak
berguna sehingga dia bertauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah, serta Tauhid
Uluhiyah seseorang tak lurus sehingga dia bertauhid asma dan sifat. Singkatnya,
mengenal Allah tak berguna sampai seorang hamba beribadah hanya kepada-Nya.
Dan beribadah kepada Allah idak akan terwujud tanpa mengenal Allah. Tauhid
memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Karena pada dasarnya
manusia telah mengenal Allah meski secara global, maka para Rasul utusan Allah
diutus bukan untuk memperkenalkan tentang Allah semata. Namun hakikat

7
dakwah para Rasul adalah untuk menuntut mereka agar beribadah hanya kepada-
Nya. Dengan demikian materi dakwah para rasul adalah Tauhid Uluhiyah. Oleh
karena itu istilah tauhid tatkala disebutkan secara bebas (tanpa diberi keterangan
lain) maka ia lebih mengacu kepada Tauhid Uluhiyah. Dalam kehidupan manusia
tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di antaranya sebagai berikut:
1. Hakikat tujuan penciptaan jin dan manusia.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
(hanyalah) menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Ibnu Abbas menyatakan bahwa perintah menyembah dalam firman Allah


adalah perintah untuk bertauhid. Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah
mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah
dijelaskan oleh Ibnu Abbasra, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan
tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya
untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk
menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka.
Sebagaimana firman Allah
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak
membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami.
Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17). “Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
2. Hakikat Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para Rasul
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
Toghut (sesembahan selain Allah) itu.” (QS. An Nahl: 36)

Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh sampai
Nabi terakhir Nabi kita Muhammad SAW. diutus oleh Allah untuk mengajak

8
kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita
sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan Rasul kita Muhammad SAW.
untuk beribadah hanya kepada Allah semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh
terhadap seruan Rasulullah ini?” Tanyakanlah hal ini pada masing-masing kita
dan jujurlah
Sebelumnya manusia adalah umat yang satu, berasal dari Nabi Adam as.
Mereka beriman dan menyembah hanya kepada Allah saja. Kemudian datanglah
syaitan menggoda manusia untuk mengada-adakan bid’ah dalam agama mereka.
Bid’ah-bid’ah kecil yang semula dianggap remah saat generasi berganti generasi,
bid’ahnya pun semakin menjadi. Hingga pada akhirnya menggelincirkan mereka
kepada bid’ah yang sangat besar, yaitu kemusyrikan.
Iblis terbilang cukup ‘sabar’ dalam melancarkan aksinya selama sepuluh
abad untuk menggelincirkan keturunan Adam as. kepada kemusyrikan -
sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.Hingga tatkala seluruhnya
tenggelam dalam kemusyrikan, Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nuh as.
Demikianlah, setiap kali kemusyrikan merajalela pada suatu kaum, maka Allah
mengutus rasul-Nya untuk mengembalikan mereka kepada tauhid dan menjauhi
syirik.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat(untuk
menyerukan): “sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thoghut (sembahan
selain Allah).” (QS.An Nahl: 36)

Setelah Rasulullah SAW. diutus, Allah SWT. tidak lagi mengutus rasul. Hal
ini bukanlah dalil bahwa kemusyrikan tidak akan pernah terjadi lagi seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dikatakan
beberapa orang. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menjamin bahwa akan
senantiasa ada segolongan dari umat ini yang berada di atas tauhid dan
mendakwahkannya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Musli
2. FUNGSI TAUHID
9
Adapun fungsi tauhid yaitu:
1. sebagian sumber dan motifator perbuatan kebijakan dan keutamaan.
2. Membimbing manusia dijalan yang benar, sekaligus mendorong mereka
untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan,kekacauan,dan kegoncangan
hidup yang dapat menyesatkan.
4. mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
5. sebagai pokok dan landasan berfikir dan bertindak bagi umat islam
6. memberi rasa ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari
kesesatan dan kemusyrikan.
7. membentuk sikap dan perilaku dengan meneladani segala kesempurnaan
Allah melalui petunjuk Nabi SAW.3

3. TUJUAN TAUHID
Tujuan ilmu Tauhid ialah memantapkan keyakinan atau kepercayaan agama
dengan jalan akal fikiran disamping kemantapan hati bagi seseorang yang percaya
padaNya dengan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan tersebut dan
berusaha menghilangkan berbagai keraguan yang masih melekat atau sengaja
dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan itu.4
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah
1. mengenal Allah Swt dan rasul-Nya dengan dalil dalil yang pasti
2. menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah Swt dari sifat sifat yang
sempurna
3. mensucikan Allah Swt dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan
semua rasul rasul Nya.
4. Meyakini segala sifat kesempurnaan yang telah dimiliki Allah serta
membenarkan setiap risalah ataupun ajaran rasul-Nya

3
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/pengertian-tauhid-ilmu-tauhid-
tujuan.html
4
https://viniagilvirgiani.wordpress.com/2017/05/20/sumber-manfaat-dan- 10
tujuan-mempelajari-tauhid/
5. Mengarahkan hati, akal, dan seluruh anggota badan untuk senantiasa
hanya bergantung kepada Allah (Tawakkal).
6. Mendapatkan ketenangan Jiwa.
4. PEMBATAL TAUHID
1. Menyekutukan Allah (syirik).

Yaitu menjadikan sekutu atau menjadikannya sebagai perantara antara


dirinya dengan Allah. Misalnya berdo’a, memohon syafa’at, bertawakkal,
beristighatsah, bernadzar, menyembelih yang ditujukan kepada selain Allah,
seperti menyembelih untuk jin atau untuk penghuni kubur, dengan keyakinan
bahwa para sesembahan selain Allah itu dapat menolak bahaya atau dapat
mendatangkan manfaat.5

Allah Ta’ala berfirman:

‫هّٰلل‬ َ ‫اِ َّن هّٰللا َ اَل يَ ْغفِ ُر اَ ْن يُّ ْش َر‬


ِ ‫ك لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك بِا ِ فَقَ ِد ا ْفت ٰ َٓرى اِ ْث ًما ع‬
‫َظ ْي ًما‬ َ ِ‫ك بِ ٖه َويَ ْغفِ ُر َما ُدوْ نَ ٰذل‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya…” [An-Nisaa’: 48]

2. Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah

Yaitu dengan berdo’a, memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada


mereka.

Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk amalan kekufuran menurut ijma’


(kesepakatan para ulama).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫) ُأولَِئ‬56( ‫قُ ِل ا ْدعُوا الَّ ِذينَ زَ َع ْمتُ ْم ِم ْن دُونِ ِه فَال يَ ْملِ ُكونَ َك ْشفَ الضُّ ِّر َع ْن ُك ْم َوال تَحْ ِويال‬
َ‫ك الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ يَ ْبتَ ُغون‬
َ ‫ِإلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ َأيُّهُ ْم َأ ْق َربُ َويَرْ جُونَ َرحْ َمتَهُ َويَخَافُونَ َع َذابَهُ ِإ َّن َع َذ‬
57( ‫اب َربِّكَ َكانَ َمحْ ُذورًا‬
“Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (sekutu) selain
Allah, maka tidaklah mereka memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya
11
5
https://almanhaj.or.id/3165-pembatal-pembatal-keislaman.html
darimu dan tidak pula dapat memindahkannya.’ Yang mereka seru itu mencari
sendiri jalan yang lebih dekat menuju Rabb-nya, dan mereka mengharapkan
rahmat serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu
yang (harus) ditakuti.” [Al-Israa’: 56-57]

3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan


kekafiran mereka, atau membenarkan pendapat mereka.

Yaitu orang yang tidak mengkafirkan orang-orang kafir -baik dari Yahudi,
Nasrani maupun Majusi-, orang-orang musyrik, atau orang-orang mulhid (Atheis),
atau selain itu dari berbagai macam kekufuran, atau ia meragukan kekufuran
mereka, atau ia membenarkan pendapat mereka, maka ia telah kafir.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫اِ َّن ال ِّد ْينَ ِع ْن َد هّٰللا ِ ااْل ِ ْساَل ُم‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam...” [Ali


‘Imran: 19]

Termasuk juga seseorang yang memilih kepercayaan selain Islam, seperti Yahudi,
Nasrani, Majusi, Komunis, Sekularisme, Masuni, Ba’ats atau keyakinan
(kepercayaan) lainnya yang jelas kufur, maka ia telah kafir.

Juga firman-Nya:

َ‫َو َم ْن يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا فَلَ ْن يُّ ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َوهُ َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين‬
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat ia termasuk
orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Hal ini dikarenakan Allah Ta’ala telah mengkafirkan mereka, namun ia


menyelisihi Allah dan Rasul-Nya, ia tidak mau mengkafirkan mereka, atau
meragukan kekufuran mereka, atau ia membenarkan pendapat mereka, sedangkan
kekufuran mereka itu telah menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
12
Allah Ta’ala berfirman:
ٰۤ ُ ۗ
‫ك هُ ْم َشرُّ ْالبَ ِريَّ ۗ ِة‬
َ ‫ول ِٕى‬ ِ ‫ب َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ فِ ْي ن‬
‫َار َجهَنَّ َم ٰخلِ ِد ْينَ فِ ْيهَا ا‬ ِ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا ِم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت‬
“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” [Al-Bayyinah: 6]

4. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Orang yang meyakini bahwa ada petunjuk lain yang lebih sempurna
dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau orang meyakini bahwa ada
hukum lain yang lebih baik daripada hukum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum Thaghut daripada hukum
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah kafir.

Termasuk juga di dalamnya adalah orang-orang yang meyakini bahwa peraturan


dan undang-undang yang dibuat manusia lebih afdhal (utama) daripada sya’riat
Islam, atau orang meyakini bahwa hukum Islam tidak relevan (sesuai) lagi untuk
diterapkan di zaman sekarang ini, atau orang meyakini bahwa Islam sebagai sebab
ketertinggalan ummat. Termasuk juga orang-orang yang berpendapat bahwa
pelaksanaan hukum potong tangan bagi pencuri, atau hukum rajam bagi orang
yang (sudah menikah lalu) berzina sudah tidak sesuai lagi di zaman sekarang.

Juga orang-orang yang menghalalkan hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan
dalil-dalil syar’i yang telah tetap, seperti zina, riba, meminum khamr, dan
berhukum dengan selain hukum Allah atau selain itu, maka ia telah kafir
berdasarkan ijma’ para ulama.

Allah Ta’ala berfirman:

ٰ ‫ك هُم‬ ٰۤ ُ ‫ْ هّٰللا‬
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ َ ‫ول ِٕى‬ َ ‫َو َم ْن لَّ ْم يَحْ ُك ْم بِ َمٓا اَن‬
‫زَل ُ فَا‬
13
“… Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.” [Al-Maa-idah:
45]
Allah Ta’ala berfirman:

‫َو ْليَحْ ُك ْم اَ ْه ُل ااْل ِ ْن ِج ْي ِل بِ َمٓا اَ ْن َز َل هّٰللا ُ فِ ْي ۗ ِه‬

“… Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” [Al-Maa-idah: 47]

5. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka
ia telah kafir.

Yaitu orang yang marah, murka, atau benci terhadap apa-apa yang
dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun ia melakukannya,
maka ia telah kafir.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ َ‫َوالَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا فَتَ ْعسًا لَّهُ ْم َوا‬


‫ض َّل اَ ْع َمالَهُ ْم‬

“Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghapus amal-amal mereka. [Muhammad: 8]

‫ك بِاَنَّهُ ْم َك ِرهُوْ ا َمٓا اَ ْنزَ َل هّٰللا ُ فَاَحْ بَطَ اَ ْع َمالَهُ ْم‬


َ ِ‫ٰذل‬

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa
yang di-turunkan Allah (Al-Qur-an), lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala)
amal-amal mereka.” [Muhammad: 9]

5. FUNGSI TAUHID DALAM KEHIDUPAN


14
6
Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim.
Diantara fungsi-fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern
adalah :
1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang
cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu,
mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin
mereka, tanpa daya piker kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al-
Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis
terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
٦٦ ‫ار يَقُ ۡولُ ۡونَ ٰيلَ ۡيتَـن َۤا اَطَ ۡعنَا هّٰللا َ َواَطَ ۡعنَا ال َّرس ُۡواَل‬
ِ َّ‫يَ ۡو َم تُقَلَّبُ ُوج ُۡوهُهُمۡ فِى الن‬
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat
(pula) kepada Rasul”.( QS. Al- Ahzaab : 66).
َ َ ‫َوقَالُ ۡوا َربَّن َۤا اِنَّ ۤا اَطَ ۡعنَا َسا َدتَنَا َو ُكبَ َرٓا َءنَا فَا‬
٦٧ ‫ضلُّ ۡونَا ال َّسبِ ۡياَل‬
“Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). ”.( QS. Al- Ahzaab : 67).

Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada


Tuhan selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia.
Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”  berarti seorang muslim
telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya.
Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan
“tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad  ila ‘ibadatillahi ”  atau membebaskan manusia
dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.

6
http://mutiarapangestu.blogspot.com/2016/11/fungsi-dan-peran-tauhid-
dalam-kehidupan.html 15
2. Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan,
dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan
pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang
seperti ini.
]٢٥:٤٣[ ‫َأ َرَأيْتَ َم ِن اتَّ َخ َذ ِإ ٰلَهَهُ هَ َواهُ َأفََأ ْنتَ تَ ُكونُ َعلَ ْي ِه َو ِكياًل‬

َ ‫َأ ْم تَحْ َسبُ َأ َّن َأ ْكثَ َرهُ ْم يَ ْس َمعُونَ َأوْ يَ ْعقِلُونَ ۚ ِإ ْن هُ ْم ِإاَّل َكاَأْل ْن َع ِام ۖ بَلْ هُ ْم َأ‬
]٢٥:٤٤[ ‫ضلُّ َسبِياًل‬

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya


sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon :
43-44)
3. Sebagai  frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam
menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini
pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia
tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya
lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan
yang pasti berakhir dengan kehancuran. Contoh Hitler dengan tentara Nazinya,
dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa
umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut
tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang
dimilikinya.
4. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran-
ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
16
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta
merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta
kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa
tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
5. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT
sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan
maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu
telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam
ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang
tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan
tiada Tuhan selain Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh
dan konsekuen, sehingga tidak mudah terombang ambing oleh perkembangan
zaman dan tidak terpenaruh keyakinan yang menyesatkan.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh muslim untuk mengesakan Allah
dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

a. Tauhid Ulūhiyyaħ mengesakan Allah dengan perbuatan hamba


(manusia). Maknanya adalah mengakui bahwa Allah saja sebagai
Ilah yang berhak untuk disembah dan diibadahi dan bukan yang
lain-Nya. arah peribadahan yang fundamental dan sesuai dengan
syariat Islam yang sudah dicontohkan oleh para Nabi-nabi dan
Rasul-rasul Allah dalam mengemban ajaran agama Islam.
b. Dalam tauhid Rubūbiyyaħ adalah mengesakan Allah pada
af’al(perbuatan)-Nya yang mengandung pengertian : mengakui
bahwa Allah saja sebagai Pencipta segala sesuatu, Memelihara,
Mendidik, Memberi rizki dan Menguasai.
c. Dan, dalam tauhid Asmā wa Şhifat merupakan suatu keyakinan
bahwa Allah Memiliki Sifat , yang mana Allah telah meletakkan
pada diri-Nya sendiri yang khusus bagi Allah sendiri. Dengan
kesempurnaan yang tidak ada tandingannya, serta tidak mungkin
ada pembaharuan dalam sifat-Nya.
2. Fungsi Tauhid
Adapun fungsi tauhid yaitu:
1. sebagi sumber dan motifator perbuatan kebijakan dan keutamaan.
2. Membimbing manusia dijalan yang benar, sekaligus mendorong
mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia darikegelapan,kekacauan,dan
kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.

3. Tujuan Tauhid
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah
1. mengenal Allah Swt dan rasul-Nya dengan dalil dalil yang pasti
2. menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah Swt dari sifat sifat yang
sempurna

18
3. mensucikan Allah Swt dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan
semua rasul rasul Nya.
4. Pembatal Tauhid

1. Menyekutukan Allah (syirik).


2. Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah
3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan
kekafiran mereka, atau membenarkan pendapat mereka.
4. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka
ia telah kafir.
5. Fungsi tauhid dalam kehidupan
1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk.
2. Menjaga manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
3. Sebagai  frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran-
ajarannya dilaksanakan secara konsisten.

5. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT


sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
Saran
Semoga makalah ini bisa menjadi referensi bagi teman-teman dalam
mencari materi tentang ketauhidan.

19
Daftar Pustaka

Ayi Darma. “Internalisasi Nilai Tauhid Dalam Pembelajaran Sains”: Sunan


Gunung Djati State Islamic University of Bandung, Jurnal Pendidikan Islam
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Vol. XVII No. 1, 2012.
http://mutiarapangestu.blogspot.com/2016/11/fungsi-dan-peran-tauhid-dalam-
kehidupan.html
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/pengertian-tauhid-ilmu-tauhid-
tujuan.html

https://viniagilvirgiani.wordpress.com/2017/05/20/sumber-manfaat-dan-tujuan-
mempelajari-tauhid/

Muhammad Hasbi. Ilmu Tauhid(Konsep Ketuhanan Dalam Teologi


Islam).Cet.I;Magowo-Banguntapan,Yogyarta,2016.

20

Anda mungkin juga menyukai