Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TENTANG MENGENAL ALLAH

Dr. Dede Rubai Misbahul Alam, M.Pd


Kelompok 2

Disusun Oleh :

1. Chandra Akmal Mauludin (10309010)


2. Davina Mesa Mahira (10309012)
3. Mila Nopianti (10309038)
4. Saprina Sity Nurhabibah (10309050)
5. Tiara Nabila (10309054)

POLITEKNIK NEGERI SUBANG


AGROINDUSTRI 1B
TAHUN AJARAN 2023/2024
MENGENAL ALLAH

I. Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang mengaku mengenal Allah SWT, namun mereka tidak cinta
kepada Allah SWT. Buktinya mereka banyak melanggar perintah dan larangan-Nya. Hal ini
disebabkan karena mereka belum mengenal Allah SWT dengan arti sebenarnya.

Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah SWT bukan sesuatu yang asing.
Tetapi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah mengenal Allah SWT yang akan
membuahkan rasa takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan
hanya kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala
apa yang dilarang oleh-Nya.

Dalam ajaran Islam, mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta dan pengatur alam semesta
dan seluruh makhluk merupakan suatu kewajiban. Allah SWT telah mengisyaratkan dan
mengajak hambahamba-Nya untuk mengenal diri-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-
Qur‟an yang terjemahnya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam
terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal” (QS. Ali „Imran:
190)

II. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan kami angkat dan bahas dalam makalah ini diantaranya :

1. Bagaimana cara mengenal Allah SWT dalam arti sebenarnya?


2. Apa saja perbuatan yang dapat menggugurkan ketauhidan seorang muslim?
3. Apa hubungan antara mengenal Allah SWT jika dikaitkan dengan agroindustri?
III. Pembahasan/Isi
1. Cara Mengenal Allah SWT

Mengenal Allah ada empat cara, yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah
Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah. Keempat cara
ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur'an dan di dalam As-Sunnah baik global maupun
terperinci.

Ibnul Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: "Allah mengajak hamba-Nya
untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur'an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala
perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran
Allah.

Seperti dalam firman-Nya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
memiliki akal." (QS. Ali-Imran: 190)

Juga dalam firman-Nya yang lain: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang bermanfaat bagi
manusia." (QS. Al Baqarah: 164)

A. Mengenal Wujud Allah

Mengenal wujud Allah yaitu beriman bahwa Allah itu ada, dan adanya Allah telah diakui oleh
fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari'at. Ketika seseorang melihat
makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan
menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada
dengan sendirinya. Panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang
yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya.

Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur'an:

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah
Aku ini Tuhanmu Mereka menjawab: '(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya
(Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan:
'Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang- orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu)
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah
mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang
datang setelah mereka."." (QS. Al A'raf: 172-173)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya
Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun
bukti syari'at, kita menyakini bahwa syari'at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung
maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari'at itu datang dari sisi Dzat yang Maha
Bijaksana. (Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin)

B. Rububiyah Allah SWT

Cara mengenal Allah SWT yang kedua adalah dengan mengakui keesaan rububiyah
Allah SWT. Umat muslim wajib meyakini keesaan Rububiyah Allah SWT seperti bahwa hanya
Allah SWT yang menciptakan, memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh makhluk ciptaanNya
yang ada di dunia.

Selain itu,harus diakui pula bahwa hanya Allah SWT yang menghidupkan, mematikan,
memberikan rezeki, mendatangkan kebaikan, hingga mendatangkan bencana bagi segala sesuatu
di muka bumi. Allah SWT jugalah yang mengawasi, mengatur, menjadi penguasa, pemilik
hukum, dan lain sebagainya yang menunjukkan kekuasaan tunggal Allah SWT. Kaum muslim
harus yakin bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menandingi Allah SWT dalam hal ini.
Allah berfirman:

“Segala puji bagi Allah, Rabb (Pemilik, Penguasa) semesta alam." (al-Fâtihah/1:2)

“'Katakanlah!' Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan-Nya.” (Al-Ikhlash: 1-4)

Dan ketika seseorang lalu meyakini bahwa ada hal lain selain Allah SWT yang memiliki
kemampuan untuk melakukan hal-hal di atas, maka orang tersebut telah dzalim terhadap Allah
dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

C. Sifat-sifat Allah dan Nama-nama Allah

Sifat-sifat Allah dapat kita ketahui sebagai berikut :

 Sifat pencipta
 Pemberi rezeki
 Pengatur alam
 Kemampuan menghidupkan dan mematikan
 Kemampuan memberi petunjuk.

Kata Asmaul Husna berasal dari bahasa Arab yaitu Al Asma‟u yang berarti nama dan Al
Husna yang berarti pesta yang indah dan menyenangkan. Dalam kaitannya dengan Asmaul,
Husna berarti nama Tuhan yang indah. Karya Asmaul Husna dapat ditemukan dalam dua jenis
tauhid, yakni Tauhid al ylmial khabari dan tauhid al I‟tiqadi. Makna ini mengacu pada
pengetahuan atau pengalaman dan sumbernya dari pesan atau wahyu Allah yang terkait dengan
iman dalam pikiran. Tauhid ini adalah penentuan sifat Allah yang lengkap dan penyucian sifat-
Nya dari karikatur.

Manfaat Menghafalkan dan Memahami Asmaul Husna :

1. Takut Kepada Allah SWT

Hal ini disampaikan Allah SWT melalui firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 191:

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami
dari azab neraka."

2. Mendapatkan Ketenangan Hati

Orang-orang yang mengingat Allah SWT atau melalukan zikir menyebut asma Allah
SWT, maka akan mendapatkan ketenangan hati. Dalam surat Ar Rad ayat 28, Allah SWT
berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

3. Hidup untuk Beribadah

Dengan membaca Asmaul Husna setiap hari, seseorang menjadi selalu ingat atas
kekuasaan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an surat Thaha ayat 14, Allah SWT berfirman:

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.”

D. Tauhid Uluhiyah

Tauẖîd Uluhiyah ialah tauẖîd yang mengarahkan seorang muslim untuk hanya
menyembah kepada Allah saja dan tidak menyembah selain-Nya, atau mengesakan Allah dengan
perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nadzar, kurban,
raja‟, tawakkal, taqwa, ibadah dan inâbah (kembali/taubat). Tauẖîd ini terkandung di dalamnya
tauẖîd yang pertama, maka setiap tauẖîd uluhiyah adalah tauẖîd rububiyah dan bukan sebaliknya.
Dengan ketentuan seperti ini maka jika seseorang telah melafadzkan kalimat tauẖîd lâ ilâha
illallah, maka ia tidak boleh menyekutukan Allah dengan yang lain dalam beribadah, dan
hendaklah ia melaksanakan ajaran agama hanya untuk Allah saja.
Tauẖîd uluhiyah merupakan konsekuensi dari tauẖîd rububiyah. Hal itu karena barang
siapa yang mengakui Allah sebagai penciptanya, yang menciptakan alam semesta dan
mengaturnya maka sudah sepatutnya hanya Dia yang patut disembah, dan tidak ada selain-Nya
yang patut disembah. Sesungguhnya tauẖîd uluhiyah telah merangkumi tauẖîd rububiyah. Ia
merangkumi berbagai aspek tauẖîd, tauẖîd fi al-„ilmi wa fi al-qaul seperti yang tertera dalam
surah al-Ikhlas, bahwa tauẖîd ini membicarakan sifat-sifat yang sempurna bagi Allah dan
menetapkannya. Juga membicarakan nama-nama Allah yang agung.

Dalam surah ini, al-Qur‟an tidak menggunakan kata-kata yang bersifat umum atau makna
dan istilah-istilah yang sukar difahami keumuman orang sebagaimana yang dikemukakan oleh
para mutakallimin. Ia juga merangkumi tauẖîd iradah dan „amal seperti yang diterangkan dalam
surah al-Kafirun yang merangkumi perlunya pengakuan diri dalam mengikhlaskan diri dalam
beragama hanya bagi Allah saja.

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa surah al-Ikhlas telah merangkumi sepertiga al-
Qur‟an. Hal itu karena surah ini menggambarkan barâ‟ah (bebas) dari ta‟thîl (penolakan terhadap
sifat-sifat Allah nama-nama-Nya) dan barâ‟ah dari syirik dengan ikhlas beribadah hanya bagi
Allah saja.12 Sesungguhnya para nabi dan rasul diutus ke bumi untuk mengajak manusia agar
hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan penyembahan selain-Nya. Artinya, mereka
semua sejak nabi Adam as sampai nabi Muhammad saw sama-sama membawa misi tauẖîd
uluhiyah sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-Nahl: 36, QS. Al-Anbiya': 25, QS.
Al-Ankabut: 16, QS. Al-Zumar: 11, al-Mukminun: 23. Bagi mereka yang mengamati ayat-ayat
al-Qur‟an tentang tauẖîd maka ia akan mendapati semuanya berkisar tentang penetapan jenis
tauẖîd yang seperti ini, sebab itu merupakan pola keimanan yang penting, di mana iman
seseorang tidak akan terealisasi kecuali dengan mengakuinya dan menghayatinya dalam
perkataan dan amalan.

Apabila tauẖîd uluhiyah dijadikan sebagai pola beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
maka al-Qur‟an telah mengemukakan dalil-dalil rasional dan hujjah-hujjah yang benar untuk
menetapkannya. Hal itu karena kemusyrikan melanda semua umat khususnya yang terkait
dengan penyimpangan jenis tauẖîd ini. Mereka mempercayai tauẖîd rububiyah, tetapi melupakan
tauẖîd uluhiyah dengan cara menyekutukan Allah dan melakukan ibadah kepada sesembahan
selain-Nya. Hal ini telah terjadi di kalangan orang-orang musyrikin Arab, di mana mereka tidak
mengingkari dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad dalam hal mengakui Tuhan Yang
Maha Esa sebagai pencipta alam, akan tetapi mereka menolak dakwah beliau karena beliau
mengajak mereka untuk meninggalkan peribadatan kepada tuhan-tuhan mereka dan hanya
beribadah kepada Allah saja.

Ini adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Lahab, “Apakah engkau akan
menggantikan tuhan-tuhan kami dengan satu Tuhan?” Inilah yang ditolak oleh kaum musyrikin
ketika itu, karena kebanyakan mereka menyembah berhala-berhala, bahkan setiap kabilah
mempunyai berhala masing-masing. Tauẖîd uluhiyah adalah tauẖîd ibadah yang menghendaki
manusia hanya menyembah Allah saja, maka lawan dari tauẖîd ini adalah syirik. Pengertian
syirik adalah menyekutukan Allah dengan melakukan perbuatan atau amalan yang sepatutnya
ditujukan kepada Allah, akan tetapi ditujukan kepada yang lain selain dari-Nya, menjadikan
Tuhan selain Allah, menyembahnya, mentaatinya, meminta pertolongan kepadanya, dan
mencintainya, atau melakukan perbuatan lain seperti itu yang tidak boleh dilakukan kecuali
kepada Allah saja. Itulah yang disebut syirik besar yang mengakibatkan amal kebaikannya tidak
diterima atau sia-sia. Hal itu karena syarat utama diterimanya amal adalah dilakukan dengan niat
ikhlas kepada Allah swt.

2. Perbuatan yang dapat menggugurkan ketauhidan seorang muslim

Hal-hal yang dapat merusak Tauhid :

1. Syirik (menyekutukan Allah)

Syirik adalah lawan kata dari tauhid. Yaitu sikap menyekutukan Allah secara zat, sifat,
perbuatan dan ibadah. Bentuk-bentuk Syirik:

Pertama, menyembah patung atau berhala (al ashnaam). Allah swt. dalam surat Al-
Hajj:30 berfirman, “maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta”.

Kedua, menyembah matahari, dalam surat Al-A‟raaf:54 Allah menolak orang-orang yang
menyembah matahari, bulan dan bintang, “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.

Ketiga, menyembah malaikat dan jin, dalam surat Al-An‟aam:100 Allah berfirman :
“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah
yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan), "Bahwasanya
Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha
Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan”.

Keempat, menyembah para nabi, seperti Nabi Isa as. yang disembah kaum Nasrani dan
Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap anak Allah. Allah
berfirman, “Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata,
“Al-Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana
mereka sampai berpaling?” (At-Taubah:30)

Kelima, Menyembah Rahib atau Pendeta, Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang-
orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan
Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan”.

Keenam, menyembah Thagut. Istilah thagut diambil dari kata thughyaan artinya
melampaui batas. Maksudnya, segala sesuatu yang disembah selain Allah. Setiap seruan para
rasul intinya adalah mengajak kepada tauhid dan menjauhi thagut. Allah berfirman, “Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul)” (An-Nahl:36).

Ketujuh, menyembah hawa nafsu. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu ia


mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah
mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya. Allah berfirman: "Terangkanlah kepadaku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?" (Al-Furqaan:43).

Macam-macam Syirik :

Pertama, Syirik besar (Asy Syirkul Akbar), yaitu tindakan menyekutukan Allah dengan
makhluk-Nya. Dikatakan syirik besar karena dengannya seseorang tidak akan diampuni dosanya
dan tidak akan masuk surga.

Kedua, syirik kecil (Asyirkul Ashghar), yaitu suatu tindakan yang mengarah kepada
syirik, tetapi belum sampai ketingkat keluar dari tauhid, hanya saja mengurangi kemurnian nya.
Syirik Ashghar ini juga dua dimensi: zhahir dan khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal
(pernyataan) dan perbuatan. Adapun syirik Ashghar yang khafiy, biasanya berupa niat atau
keinginan, seperti riya‟ dan sum‟ah. Yaitu melakukan tindak ketaatan kepada Allah dengan niat
ingin dipuji orang dan lain sebagainya.

2. Al-Ilhaad (Menyimpang Dari Kebenaran)

Istilah ilhad digunakan untuk segala tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Jadi
setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi secara definitif ia lebih khusus
digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah. Dengan kata
lain para mulhidun adalah mereka yang tidak percaya adanya sifat-sifat, nama-nama dan
perbuatan Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan
Masjidil haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ
maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara
zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.” (Q.S Al-Hajj:25)

3. An Nifaaq (Wajahnya Islam, Hatinya Kafir)

Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an nifaaq diambil dari kata an nafaq artinya
jalan tembus. Dalam surat Al-An‟aam dikatakan :

"Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat
membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada
mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua
dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil." (Al-
An‟aam:35).

Ciri-ciri orang munafik :

 Di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari Kiamat, sementara
hati mereka kafir.
 Ketika dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku
berbuat baik.
 Ketika bertemu dengan orang-orang beriman mereka menampakkan keimanan,
tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama syaitan mereka kembali
kafir.
 Ibarat orang berbisnis mereka sedang membeli kekafiran dengan keimanan.
Sebab setiap saat wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka
pada saat itu sedang bersama-sama.
 Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan obor, seketika
obor itu padam kembali.
 Ibarat orang-orang yang ketakutan mendengarkan petir saat hujan turun, mereka
selalu menutup telinga karena takut kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw.
Masuk ke hati mereka.

3. Hubungan antara mengenal Allah SWT jika dikaitkan dengan agroindustri

Mengenal Allah dapat kita kaitan dengan agroindustri atau pertanian. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan firman Allah sebagai berikut :

“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. Agar kamu dapat pergi kian
kemari di jalan-jalan yang luas”. (QS. Nuh ayat 19-20)

“Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk (-Nya). Di dalamnya ada buah-
buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan
bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”. (QS. Ar-Rahman ayat 10-13)

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung
serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan
padanya sumber-sumber kehiudupan untuk keperluanmu, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-
makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya. Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi
Kamilah khazanahnya; Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. Dan
kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu
Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya”. (QS. Al-hijr
ayat 19-22)

Ayat-ayat di atas merupakan peringatan dari Allah untuk manusia atas nikmat bercocok
tanam dan Allah telah mudahkan alat-alat atau keperluannya. Pertanian dalam pandangan Islam
bukan semata-mata kegiatan yang bersifat sekularistik, melainkan usaha yang memunyai nilai-
nilai transendental. Ini bisa dilihat dari pemberian nilai sedekah, sebagai penjelas adanya
keterkaitan antara kegiatan menanam dengan keimanan kepada Allah.
IV. Kesimpulan

Kita bisa mengambil kesimpulan materi diatas, bahwa dalam mengenal Allah, kita di
tuntut menjadi seorang yang beramal sholeh. Allah sangat menyayangi hambanya yang
senantiasa selalu mengingat-Nya, Allah menjanjikan surga, keridhoan, keberkahan, kemerekaan
serta kemulyaan di dalam hidup kita.

Mengenal Allah yang benar adalah dengan menimbulkan rasa malu, cinta dan rasa takut
kepada-Nya. Yang disebut malu karena merasa membawa beban dosa. Cinta yaitu rindu untuk
menghadap Allah dan senang memperoleh pahala-Nya. Dan takut kepada Allah adalah takut
terkena siksa-Nya. Jika hal tersebut telah timbul di dalam hati kita. Insya Allah kita telah mampu
mengenal Allah dengan cinta.

V. Daftar Pustaka

 https://anggadarkprince.wordpress.com/2011/09/26/makalah-cara-mengenal-
allah/
 https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Tadarus/article/download/5462/pdf
 https://www.bola.com/ragam/read/4512249/pengertian-asmaul-husna-manfaat-
dan-99-nama-allah-swt-beserta-artinya-yang-perlu-diketahui
 https://www.bola.com/ragam/read/4512249/pengertian-asmaul-husna-manfaat-
dan-99-nama-allah-swt-beserta-artinya-yang-perlu-diketahui
 Buku Mengenal Allah (Prof. Dr. Muhammad Ratib Al-Nablusi)
 Buku 3 Landasan Utama (Syaikhul Islam Muhammad bin `Abdul Wahhab)

Anda mungkin juga menyukai